Anda di halaman 1dari 15

Pancasila sebagai

landasan etik bagi IPTEK


Oleh:
Era Yuliandari, S.H, M.A
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Nasional
Istilah paradigma pada awalnya dipergunakan dalam dunia
ilmu pengetahuan. Paradigma adalah suatu asumsi dasar dan
teoritis yang umum (merupakan sumber nilai) sehingga mrpk
suatu sumber hukum, metode, dan penerapan dalam ilmu
pengetahuan yang sangat menentukan sifat, ciri serta karakter
ilmu pengetahuan itu sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari paradigma berkembang menjadi
terminologi yang mengandung pengertian sumber nilai,
kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan
tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses
dalam suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang
pembangunan, reformasi maupun bidang pendidikan.
Pancasila sebagai paradigma pemb
Adapun yang dimaksud dengan paradigma
pembangunan adalah model atau pola yang mrpk
sistem berpikir sebagai upaya untuk melaksanakan
perubahan yang direncanakan guna mewujudkan cita-
cita kehidupan masyarakat menuju hari esok yang
lebih baik.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan berarti
Pancasila dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok
ukur, parameter, arah dan tujuan pembangunan
nasional Indonesia.
Tujuan yang esensial dari Iptek adalah demi
kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek pada
hakekatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh
nilai. Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya
manusia harus didasarkan pada moral Ketuhanan
dan Kemanusiaan yang adil dan beradab. - Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa,
mengkomplementasikan ilmu pengetahuan,
mencipta, keseimbangan antara rasional dan
irasional, antara akal, rasa dan kehendak.
Berdasarkan sila ini Iptek tidak hanya memikirkan
apa yang ditemukan,
Pancasila Sebagai Paradigma dalam
Pengembangan IPTEK
Sila I, pengembangan iptek tidak hanya memikirkan apa
yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan tetapi juga
mempertimbangkan maksud dan akibatnya apakah
merugikan manusia dan sekitarnya.
Sila II, pengembangan iptek harus didasarkan pada hakikat
tujuan demi kesejahteraan umat manusia.
Sila III, pengembangan iptek hendaknya dapat
mengembangkan rasa nasionalisme.
Sila IV, pengembangan iptek dilakukan secara demokratis.
Sila V, pengembangan iptek haruslah menjaga
keseimbangan dan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan.
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi
Reformasi hukum. Pancasila mrpk norma dan sumber nilai yang
jelas dalam melakukan reformasi hukum. Pelaksanaan hukum
harus benar-benar dapat mewujudkan negara demokratis dengan
supremasi hukum.
Reformasi politik. Reformasi kehidupan politik yang demokratis
dilakukan dengan jalan revitalisasi ideologi Pancasila. Nilai-nilai
Pancasila harus dijadikan sebagai sumber nilai dan norma dalam
segala penentuan kebijaksanaan negara dan reformasi perundang-
undangan.
Reformasi ekonomi. Pancasila dijadikan landasan dalam
pembangunan ekonomi untuk meningkatkan harkat, martabat dan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Tidak hanya pertumbuhan
ekonomi belaka, tetapi juga pemerataan rakyatnya.
Paradigma Pengembangan
Poleksosbudhankam
Bidang politik. Pembangunan dan pengembangan
bidang politik harus benar-benar untuk merealisasikan
tujuan demi harkat dan martabat manusia sesuai
dengan hak asasi manusia. Selain itu, sistem politik
negara harus mengindahkan etika (fatsoen) politik.
Bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi
diorientasikan untuk kesejahteraan rakyat (ekonomi
kerakyatan). Oleh karena itu, pengembangan ekonomi
yang mendasarkan pada persaingan bebas, monopoli
dan lainnya harus dihindarkan.
....poleksosbudhankam (lanjutan)
Bidang sosial budaya. Pancasila merupakan sumber
normatif bagi peningkatan humanisasi atau
meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan
kebebasan spiritual.
Bidang hankam. Pertahanan dan keamanan negara
bukanlah untuk kekuasaan yang menindas rakyat,
namun harus mendasarkan pada tujuan demi
terjadinya harkat dan martabat manusia terutama
terjaminnya hak-hak asasi manusia.
GLOBALISASI
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan
dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan
antarnegara dan antarmanusia di seluruh dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan
bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu
negara menjadi sempit.

Jadi globalisasi merupakan suatu proses tatanan masyarakat


yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Sebagai
proses, globalisasi berlangsung melalui dimensi ruang dan
waktu. Globalisasi telah berlangsung di segala bidang
kehidupan dan teknologi informasi dan komunikasi adalah
faktor pendukung globalisasi.
Tehnologi terkait dengan komunikasi menyebabkan
terbentuknya pasar dan tatanan sosial yang baru. Ekonomi
digital, demokrasi digital, dan hubungan digital menumbuhkan
‘wajah baru’ interaksi warganegara dari seluruh negara di
dunia. Teknologi informasi baru telah menciptakan jaringan
global melalui internet yang dampaknya bisa menerpa seluruh
warga dunia, termasuk Indonesia.
CIRI-CIRI GLOBALISASI
Perubahan dalam konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti
telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global
terjadi sedemikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari dunia yang berbeda.

Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling


bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan
pengaruh perusahaan multinasional, dan organisasi semacam World Trade
Organization (WTO).

Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,


film, musik, dan transmisi berita dan olahraga internasional. Saat ini, kita dapat
mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang
melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan
makanan.

Meningkatnya masalah bersama, misal pada bidang lingkungan hidup, krisis


multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
SEJARAH GLOBALISASI

Sejarah globalisasi saat ini menunjukkan bahwa konsepnya


terkait erat dengan perubahan ekonomi dunia. Krisis ekonomi
pada tahun 1970-an, yang memperlihatkan merosotnya laba
secara dramatis di semua negara industri, mendorong perusahaan
kapitalis untuk berupaya memperluas ciri internasional dalam
proses produksi dan pola-pola perdagangannya.

Dipandang dari konteks ini, globalisasi menandai upaya modal


untuk bergerak melampaui belenggu sistem produksi berbasis
negara, menuju rezim yang lebih fleksibel dan global.
Dengan begitu, banyak teori globalisasi yang sejalan dengan
tinjauan Marx dan Engels tentang efek kapitalisme yang
mengglobal.
DAMPAK POSITIF GLOBALISASI
Dari aspek politik, globalisasi telah pemerintahan yang dijalankan secara
terbuka dan demokratis di banyak negara maju telah mengilhami kita
untuk memiliki pemerintahan yang bersih (good governance).
Dari aspek ekonomi, inovasi dalam teknologi informasi bukan saja telah
meningkatkan mobilitas modal, melainkan juga mengakibatkan pekerja
ahli di bidang teknik, kedokteran atau desain menjadi bisa melampaui
batas-batas negara melalui komputer dengan jaringan internet yang
canggih dengan para pelanggan yang berada ribuan mil jauhnya.
Terbukanya pasar internasional meningkatkan kesempatan kerja dan
devisa negara. Hal ini tentunya akan meningkatkan ekonomi nasional
dan selanjutnya menunjang kehidupan ekonomi bangsa.
Dari aspek sosial budaya, kemajuan peradaban suatu bangsa dapat
dengan mudah diketahui dan dipelajari sehingga dapat memacu kita
untuk meningkatkan kualitas diri sehingga akhirnya dapat meningkatkan
peradaban bangsa.
DAMPAK NEGATIF GLOBALISASI

Dari aspek politik, ideologi liberalisme yang nampaknya membawa kemajuan dan kemakmuran dapat
membuat kita berpikir bahwa ideologi ini adalah ideologi yang terbaik sehingga ada kemungkinan
ideologi Pancasila yang lebih sesuai dengan nilai dan norma bangsa Indonesia kemudian tersisihkan.

Dari aspek ekonomi, globalisasi menyebabkan tumbuhnya kesadaran konsumen tentang berbagai
macam gaya hidup dan produk yang tersedia bagi pasar dunia. Seruan untuk loyal kepada produk
nasional dalam pola konsumsi konsumen semakin tidak didengarkan, ketika pelanggan mencari
transaksi terbaik dengan uangnya, dari sumber apa saja yang paling bersaing dan cocok. Banyaknya
produk luar negeri yang membanjiri negara kita membuat rasa cinta kita akan produk dalam negeri
hilang atau berkurang. Masyarakat pun menjadi cenderung konsumtif. Kemudian sistem pemasaran
yang bersifat waralaba “franchise” juga membuat produk dalam negeri tidak mampu bersaing dengan
produk asing karena kelemahan modal, distribusi dan promosi. Nampaknya globalisasi ekonomi telah
menempatkan masyarakat nasional di bawah kendali eksternal dalam bidang sosial ekonomi di mana
warga negara tidak berdaya tekanan dari kekuatan eksternal.

Dari aspek sosialbudaya, masyarakat Indonesia terutama generasi muda sangat mudah terpengaruh
dengan gaya hidup yang kebarat-baratan atau sangat mengagumi seni budaya asing, sehingga lupa
akan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Begitu cepatnya kemajuan teknologi juga informasi yang
tidak tersaring telah menciptakan perubahan mendalam dalam pola pikir mereka yang terkena
olehnya.
DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP NASIONALISME

 Proses globalisasi telah memperlemah atau melongsorkan bentuk-


bentuk identitas kultural bangsa. Meskipun identitas nasional tetap
kuat, khususnya yang bertalian dengan hak-hak legalitas dan
warganegara, tetapi identitas lokal, regional dan komunitas menjadi
signifikan. Di atas tataran kultur nasional, identifikasi global mulai
mendislokasikan dan kadang-kadang menggantikan identifikasi
nasional.

Kalidjernih (2009) mengutarakan tantangan global bagi Indonesia


antara lain bahwa bagian hidup kita yang berbasis lokal menjadi global
karena imigrasi mentransformasikan komunitas lokal yang dahulu
homogen ke dalam komunitas-komunitas global. Akhir perang dingin
dan globalisasi fase terkini telah melongsorkan ‘negara kesejahteraan-
intervensionis yang diperluas’ dan ‘memperlemah ranah
kewarganegaraan’.

Anda mungkin juga menyukai