Dari aspek politik, ideologi liberalisme yang nampaknya membawa kemajuan dan kemakmuran dapat
membuat kita berpikir bahwa ideologi ini adalah ideologi yang terbaik sehingga ada kemungkinan
ideologi Pancasila yang lebih sesuai dengan nilai dan norma bangsa Indonesia kemudian tersisihkan.
Dari aspek ekonomi, globalisasi menyebabkan tumbuhnya kesadaran konsumen tentang berbagai
macam gaya hidup dan produk yang tersedia bagi pasar dunia. Seruan untuk loyal kepada produk
nasional dalam pola konsumsi konsumen semakin tidak didengarkan, ketika pelanggan mencari
transaksi terbaik dengan uangnya, dari sumber apa saja yang paling bersaing dan cocok. Banyaknya
produk luar negeri yang membanjiri negara kita membuat rasa cinta kita akan produk dalam negeri
hilang atau berkurang. Masyarakat pun menjadi cenderung konsumtif. Kemudian sistem pemasaran
yang bersifat waralaba “franchise” juga membuat produk dalam negeri tidak mampu bersaing dengan
produk asing karena kelemahan modal, distribusi dan promosi. Nampaknya globalisasi ekonomi telah
menempatkan masyarakat nasional di bawah kendali eksternal dalam bidang sosial ekonomi di mana
warga negara tidak berdaya tekanan dari kekuatan eksternal.
Dari aspek sosialbudaya, masyarakat Indonesia terutama generasi muda sangat mudah terpengaruh
dengan gaya hidup yang kebarat-baratan atau sangat mengagumi seni budaya asing, sehingga lupa
akan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Begitu cepatnya kemajuan teknologi juga informasi yang
tidak tersaring telah menciptakan perubahan mendalam dalam pola pikir mereka yang terkena
olehnya.
DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP NASIONALISME