Judul / topik :
Analisis Efektivitas Peran OIC dalam Menangani Konflik Palestina-Israel di Tahun 2020-2023
Selaras dengan penelitian terdahulu dari Lestari, Widhiyoga dan Kusumo yang membahas
upaya OIC dalam menangani konflik Palestina-Israel pada tahun 2016-2019, penelitian ini akan
melanjutkan analisis mengenai upaya dan aktivitas OIC pada tahun berikutnya yakni pada tahun 2020
hingga tahun 2023 sebagaimana saran yang dihadirkan di akhir penelitian mereka.
Berbicara mengenai OIC yang merupakan organisasi internasional atau dalam konteks
geopolitik sebagai pembentuk rezim, aktivitas dan perilaku organisasi internasional sejatinya
merupakan perpanjangan tangan dari kepentingan negara-negara yang menjadi anggotanya, hal ini
mengindikasikan bahwa tindakan ataupun perilaku yang dihadirkan merupakan bentuk moderasi dari
kepentingan nasional negara anggotanya. Satu di antara bentuk moderasi yang menjadi output
daripada aktivitas organisasi internasional adalah perumusan resolusi.
Resolusi adalah bentuk ekspresi dari opini secara formal yang dikeluarkan oleh suatu
organisasi internasional dalam rangka merespon atau menangani suatu kejadian atau peristiwa yang
berkaitan dengan konflik. Dalam studi perdamaian, resolusi merupakan salah satu aspek penting
yang memainkan peran penting untuk melahirkan perdamaian dan harmoni antar negara. Menurut
Aji dan Indrawan (2019) resolusi bagi suatu organisasi internasional adalah pembentukan norma,
penetapan kepastian, pembangunan kualitas masyarakat/anggota, pencegahan konflik, upaya non-
intervensi dan intervensi terhadap konflik dan aturan untuk mengatur perilaku.
Selaras dengan hal tersebut, sebagaimana organisasi internasional yang memiliki anggota-
anggota, dalam menangani konflik Palestina-Israel, OIC mengeluarkan beberapa resolusi yang
menjadi basis analisis penulis untuk melihat efektivitas peran OIC dalam menangani konflik Palestina-
Israel. Adapun resolusi tersebut mulai dari resolusi OIC/CFM-47/2020/CS/FINAL, OIC/PAL-02/EX-
COM/2021/RESOLUTION/FINAL,OIC/CFM-48/2022/PAL/RES/FINAL serta resolusi terbaru di tahun
2023 bertajuk “Resolution of the Joint Arab Islamic Extraordniary Summit On Israeli Aggression
Against the Palestine People” yang memuat 31 pesan kecaman dan seruan terhadap Israel yang
merugikan masyarakat Palestina (Muhammad, 2023).
Keempat resolusi yang dikeluarkan OIC tersebut mengadung berbagai tuntutan terhadap Israel
dan upaya melegitimasi kedaulatan Palestina. Resolusi pertama yakni OIC/CFM-47/2020/CS/FINAL
berisi tentang upaya menjaga masyarakat Palestina dengan menitikberatkan pada persoalan budaya
dan sosial. Dalam resolusi tersebut memuat poin-poin penting seperti akomodasi pendidikan di
Palestina, perlindungan penduduk Palestina dari agresi militer Israel dan situs suci budaya Islam serta
promosi nilai dan status perempuan dan peningkatan kapasitas anak muda Palestina (OIC, 2020).
Kemudian, resolusi di tahun 2021 yakni resolusi
OIC/PAL-02/EX-COM/2021/RESOLUTION/FINAL yang memuat tentang kecaman bagi Israel untuk
menghentikan agresi militer terhadap penduduk Palestina di Tepi Barat (Gaza) dan seruan untuk
tidak merusak dan menyerang situs suci Masjid Al-Aqsha milik umat Islam (Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia, 2021).
Selanjutnya resolusi OIC/CFM-48/2022/PAL/RES/FINAL yang berisi tentang pelanggaran-
pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel terhadap masyarakat Palestina dan seruan
untuk menghentikan serangan biadab Israel yang berulang-ulang terhadap masyarakat Palestina
(OIC, 2022). Serta terakhir, resolusi pada tahun 2023 yakni “Resolution of the Joint Arab Islamic
Extraordinary Summit on Israeli Agression Against the Palestinian People. Resolusi ini berisi 31 pesan
yang memuat kecaman-kecaman mulai dari kecaman terhadap serangan Israel yang bengis dan
melanggar hak asas manusia hingga mempromosikan posisi dan kedaulatan Palestina secara hukum
dan di mata internasional (OIC, 2023).
Berbicara mengenai efektivitas dari suatu tindakan organisais internasional tentu akan
berhubungan dengan pengukuran. Sementara itu, mengukur suatu efektivitas tentu akan berkaitan
erat dengan analisis kuantitatif yang memuat data-data numerikal dan statistik, kendati demikian,
pandangan mengenai analisis terhadap efektivitas sejatinya dapat diinterpretasikan dalam konteks
pendekatan kualitatif yang menekankan pada prioritas variabel-variabel penting. Atas dasar ini,
berlandaskan pandangan Biermann dan Bauer terkait output, outcome dan impact Underdal dkk.
(2001, hal. 4) merumuskan formula Er = f (Sr.Cr) + Br. Formula ini merupakan interpretasi kualitatif
yang dihadirkan oleh Underdal (berdasarkan pemaparan yang disarikan dari Lestari, Ganjar dan
Kusumo). Sr adalah Stringency (output) atau kekuatan aturan yang ditetapkan oleh suatu
rezim/organisasi, kemudian Cr adalah singkatan dari Compliance (outcome) atau kepatuhan anggota
dari organisasi/rezim terhadap aturan-aturan yang dibuat, serta ketiga Br Biophysical environtment
(impact) atau singkatan dari adalah rezim efek samping yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengecekan keluaran, hasil dan dampak resolusi terlebih dahulu untuk menentukan
efektivitas rezim tersebut (Underdal, 2001, hal. 4-6).
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, serangkaian resolusi yang dikeluarkan oleh OIC
mengisyaratkan bahwa OIC merupakan entitas yang menciptakan suatu rezim, selaras dengan
pandangan Nye (2014) yang menyatakan bahwa rezim merupakan entitas yang membuat aturan dan
norma serta mengambil keputusan atas kejadian dan peristiwa tertentu, maka secara implisit
anggota negara-negara OIC merupakan unit-unit yang tergabung dalam sistem rezim OIC.Sejak awal
berdirinya OIC baik itu aturan, piagam hingga konvensi yang diciptakan telah menjadi aturan yang
diikuti oleh negara-negara anggotanya. Berdasarkan studi kasus yang diangkat dalam penelitian ini,
variabel yang dikemukakan oleh Underdal dapat diaplikasikan sebagai berikut
Pertama untuk variabel Sr (output) dapat dikatakan berjalan dan terlaksana, hal ini dapat
dilihat dari bukti resolusi yang muncul pada setiap tahun yakni dari tahun 2020 hingga 2023.
Munculnya resolusi merupakan kesepakatan dari para kepala negara anggota OIC, hal ini
mengisyarakatkan bahwa aktivitas konkret yang dilaksanakan OIC terbukti dan benar adanya.
Kedua untuk Cr (outcome) yang menitikberatkan pada perubahan perilaku anggota. Hal ini
dapat dilihat dari reaksi dan respon perubahan perilaku yang dikeluarkan oleh negara-negara dalam
OIC setelah perumusan resolusi, ditemukan bahwa OIC sebagai rezim masih belum mampu
mengubah perilaku negara-negar anggota OIC dalam konteks promosi perdamaian di Palestina. Hal
ini dapat dibuktikan dari salah satu contoh nyata dari Arab Saudi yang menjalin hubungan dekat
dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Inggris, sebagai konsekuensinya Arab Saudi
tidak dapat optimal mendukung Palestina dan secara implisit mengubah sikapnya terhadap Palestina
atas akibat AS yang menekan Arab Saudi. Kedekatan dengan negara-negara besar dan Eropa menjadi
bentuk kegagalan OKI jika negara-negara anggotanya mundur dan menyerah terhadap negara-negara
barat dan Eropa yang kuat atas tuntutan mereka untuk menerima Israel sebagai negara berdaulat
(Khan, 2022, hal. 9). Akibatnya, sebagaimana yang diungkapkan Lestari, Widhiyoga dan Kusomo
(2020) realitas anggota OIC jadi lagi seperti beberapa tahun ke belakang yakni hanya sebagian kecil
anggota rezim yang mematuhi resolusi tersebut, sedangkan menyesuaikan kepentingan nasional
mereka pribadi.
Hasil dari resolusi OIC/CFM-47/2020/CS/FINAL,
OIC/PAL-02/EX-COM/2021/RESOLUTION/FINAL,OIC/CFM-48/2022/PAL/RES/FINAL serta resolusi
terbaru di tahun 2023 bertajuk “Resolution of the Joint Arab Islamic Extraordniary Summit On Israeli
Aggression Against the Palestine People” dapat dikatakan masih belum efektif dalam mengubah
perilaku anggota OIC, hal ini mengindikasikan bahwa variabel Cr (outcome) tidak tercapai.
Terakhir untuk variabel Br (impact) yang berkaitan dengan hasil nyata yang diciptakan oleh
rezim/organisasi internasional. Dalam konteks penelitian ini, OIC sejatinya mempromosikan
perdamaian Palestina dengan mengecam agresi militer Israel dan mengupayakan kedaulatan
Palestina atas wilayah yang diinvasi oleh Israel. Tujuan penting dari resolusi yang dirumuskan oleh
OIC dari tahun 2020 hingga tahun 2023 yakni kedaulatan atas wilayah Palestina dan penghentian
agresi militer tidak manusiawi yang dilakukan oleh Israel, hal ini melahirkan konsekuensi sejatinya
negara-negara anggota OIC tidak berhubungan dengan Israel dan memboikot segala bentuk aktivitas
dan produk dari Israel. Namun, realita yang terjadi tidaklah demikian. Fakta bahwa Israel telah
memiliki kekuatan militer dan ekonomi membuat negara-negara anggota OIC seperti Mesir dan
Yordania Bahrain, UEA, Maroko dan Sudan perlahan justru membuka, menormalisasi dan
memperbaharui hubungan diplomatik dengan (Khan, 2022, hal. 9).
Berdasarkan pengukuran Sr (output), Cr (outcome) dan Br (impact) atas tindakan OIC terhadap
konflik Palestina-Israel dari tahun 2020 hingga tahun 2023, dapat dikatakan bahwa efektivitas OIC
masih rendah (sama seperti penelitian sebelumnya), hal ini dilandaskan pada salah satu faktor utama
yakni perumusan berbagai resolusi yang dilakukan oleh OIC mulai dari OIC/CFM-47/2020/CS/FINAL,
OIC/PAL-02/EX-COM/2021/RESOLUTION/FINAL,OIC/CFM-48/2022/PAL/RES/FINAL serta resolusi
tahun 2023 “Resolution of the Joint Arab Islamic Extraordniary Summit On Israeli Aggression Against
the Palestine People” yang hanya disetujui oleh anggota negara OIC namun tidak diimplementasikan
secara nyata, dengan kata lain pula rezim OIC pada tahap ini tidak lagi menjadi entitas yang dapat
mengikat negara anggotanya dengan aturan atau norma-norma organisasi internasional.
7. Conclusion (3 paragraph)
Konflik Palestina dan Israel menjadi sangat kompleks seiring berjalannya waktu, aspek sejarah
yang menjadi faktor utama dari perseteruan Palestina dan Israel telah dicampuradukkan dengan
faktor-faktor eksternal lain seperti kepentingan nasional setiap negara yang terlibat dan pihak-pihak
yang berada di kedua pihak utama berkonflik. Seperti halnya OIC yang hadir menyerukan dan
mencitrakan diri sebagai pembela Palestina, namun realitanya upaya dan berbagai strategi yang
dilakukan belum dapat menghentikan kekerasan dan pelanggaran kemanusiaan yang terjadi
terhadap masyarakat Palestina.
Serangkaian resolusi dan strategi yang diterapkan oleh OIC sebagai organisasi internasional
dengan citra membangun solidaritas umat Islam belum relevan dengan realitas dinamika hubungan
internasional saat ini yang dipenuhi dengan kepentingan geopolitik dan ekonomi politik
internasional. Upaya OIC dalam mengeluarkan resolusi dari tahun 2020 hingga tahun 2023 belum
mampu mendorong negara-negar anggotanya dalam menitikberatkan fokus politik luar negeri pada
persoalan kemanusiaan di Palestina, di sisi lain konflik terus berjalan karena agresi militer tidak
manusiawi yang dilakukan oleh Israel.
Kesimpulan mengenai ketidakefektifan OIC dalam mengupayakan perdamaian bagi masyarakat
Palestina ini diharapkan dapat menjadi tumpuan untuk penelitian berikutnya yang dapat
memfokuskan pembahasan pada strategi relevan OIC dalam memotori kepentingan setiap negara
anggota, sebab negara anggota yang merupakan unit penting dari implementasi resolusi OIC harus
terlebih dahulu diselesaikan. Diharapkan penelitian berikutnya dapat membahas tentang langkah
yang efektif untuk mengatur kepentingan negara anggota OIC dan campur tangan pihak eksternal
pada konflik Palestina-Israel yang justru membuat pelanggaran kemanusiaan di Palestina semakin
berlarut-larut.
References
Adlini, dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka. Edumaspul: Jurnal
Pendidikan, 6(1), 974-980. Retrieved September 9, 2023, from https://ummaspul.e-
journal.id/maspuljr/article/download/3394/1177/
Aji, M. P., & Indrawan, J. (2019). Memahami Studi Perdamaian Sebagai Bagian dari Ilmu
Hubungan Internasional. Jurnal Pertahanan & Bela Negara, 9(3), 65-83.
BBC Indonesia. (2023, Oktober 24). Sejarah konflik Palestina-Israel, pertikaian
berkepenjangan yang berlangsung puluhan tahun. Retrieved from bbc.com:
https://www.bbc.com/indonesia/articles/cjr0pz20z7po
CNBC Indonesia. (2023, Oktober 1). Ini Kronologi Awal Konflik Panjang Israel-Palestina.
Retrieved from cnbcindonesia.com:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20231021060930-4-482456/ini-kronologi-awal-
konflik-panjang-israel-palestina
CNN Indonesia. (2021, Juni 28). Sejarah Berdirinya OKI, Organisasi Kerja Sama Islam.
Retrieved from cnnindonesia.com:
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210623160237-125-658417/sejarah-
berdirinya-oki-organisasi-kerja-sama-islam
Hardani, dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: CV. Pustaka
Ilmu Group.
Hewson, C., & Laurent, D. (2012). Research design and tools for internet research. SAGE.
Hikmawati, F. (2020). Metodologi Penelitian. Depok: Rajawali Pers.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. (2021). Resolution Adopted By The Virtual
Open-Ended Extraordinary Meeting of the OIC Executive Commite at the Level of Foreign
Ministers. Retrieved from kemlu.go.id:
https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9FWENPTS1NYXkxNi0
yMDIxLVJlcy1GaW5hbC1Fbi5wZGY=
Khan, F. G. (2022). Israel-Palestine Conflict and the Role of International Organizations.
Pakistan Review of Social Sciences, 3(1), 1-12.
Lestari, A., Widhiyoga, G., & Kusumo, D. (2020). The Effectiveness of Islamic Cooperation
Organizations (OIC) In Handling the Palestine-Israel Conflict in 2016-2019. The 3rd
International Conference on Technology, Education, and Social Science (pp. 1-13). ICTESS.
Muhammad, M. (2023, November 12). OIC Urges Investigation into Israel's Humanitarian
Crimes. Retrieved from kompas.id: https://www.kompas.id/baca/english/2023/11/12/en-
oki-desak-penyelidikan-kejahatan-kemanusiaan-israel
Nailufar, N. N. (2020, Februari 17). Organisasi Kerja Sama Islam (OKI): Sejarah, Tujuan, dan
Anggota. Retrieved from kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/17/200000869/organisasi-kerja-sama-
islam-oki---sejarah-tujuan-dan-anggota?page=all
Nurjannah, E., & Fakhruddin, M. (2019). The Balfour Declaration: The Beginning of the
Israeli Palestinian Conflict. Journal of History and Historical Education, 1(1), 15-26.
Nye, J. S. (2014). The regime complex for managing global cyber activities. Belfer Center for
Science and International Affairs, John F. Kennedy School.
OIC. (2020). Resolutions on Cultura, Social and Family Affairs. Retrieved from oic-oci.org:
https://www.oic-oci.org/docdown/?docID=6648&refID=3255
OIC. (2022). Resolution on the Cause of Palestina, Al-Quds Al-Sharif and the Arab-Israeli
Conflict. Retrieved from oic-oci.org: https://www.oic-oci.org/docdown/?
docID=8661&refID=4261
OIC. (2023). Resolution of the Joint Arab Islamic Extraordinary Summit On Israeli Agression
Against the Palestinian People. Retrieved from oic-oci.org:
https://www.oic-oci.org/docdown/?docID=9922&refID=4279
Reuters. (2023, Oktober 7). Timeline of conflict between Israel and Palestinians in Gaza.
Retrieved from reuters.com:
https://www-reuters-com.translate.goog/world/middle-east/conflict-between-israel-
palestinians-gaza-2023-10-07/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Underdal, A. (2001). One Question, Two Answer. In d. Arild Underdal, Environmental
Regime Effectiveness (p. 6). London: The MIT Press.