Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN: MAKNA DAN PRAKTEK


PENGELOLAAN KERJASAMA DAN KONFLIK DALAM KEHIDUPAN
BERBANGSA DAN BERNEGARA INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


yang dibimbing oleh Bapak Dr. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd, M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 3/ Offering A 2016
Agrintya Indah Mawarni 160341606041
Agung Tri Laksono 160342606224
Anisah Suroya Basaroh 160341606079
Desi Indah Sari 160341606016
Muhammad Fadhil 160342606235

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
APRIL 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat-Nya
makalah yang berjudul Pendidikan Kewarganegaraan: Makna dan Praktek Pengelolaan
Kerjasama dan Konflik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Indonesia dapat
terselesaikan dengan baik, lancar, dan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita ke zaman yang
penuh dengan petunjuk. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada,
1. Bapak Nur Wahyu Rochmadisebagai dosen mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan yang telah memberikan bimbingannya kepada kami, sehingga
selesailah penyusunan makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan restu.
3. Teman teman dan pihak lain yang turut membantu kami.
Kami sadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikianlah
makalah ini kami buat, atas segala bantuannya kami ucapkan terima kasih.

Penyusun,

Kelompok 3
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Konflik muncul dimana mana. Realitas konflik di ibarat virus yang telah menjamur
di masyarakat indonesia, baik vertikal maupun horizontal yang berdampak pada keresahan
ketakutan kegelisahan dan rasa tidak aman. Potensi dan realitas konflik akan berhubungan
langsung dengan ketahanan nasional bangsa Indonesia. Warga negara yang sadar akan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang memiliki wawasan kebangsaan yang digali dari
akar budaya bangsanya, hendaknya mampu mengelola konflik dalam konteks ketahanan
nasional bangsa dan negaranya. Untuk mendeskripsikan bagian ini dibahas beberapa
materi tentang pengertian konflik dan ketahanan nasional, bagaimana seharusnya
menyikapi konflik dan terakhir adalah strategi mengelola konflik atas dasar ketahanan
nasional (Astawa & Hakim, 2016).
Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan membutuhkan bantuan dari orang lain,
manusia tidak bisa hidup sendirian karena asalnya memang manusia itu saling
bergantungan satu sama lain. Kerena itu dalam kehidupan sangat penting untuk
membangun kerjasama yang baik. Kerjasama merupakan kegiatan yang dilakukan antar
sesama manusia untuk mencapai tujuan bersama, dengan kerjasama seseorang akan lebih
mudah untuk menyelesaikan sesuatu karena kita memiliki partner atau rekan untuk
bertukar pikiran bagaimana sesuatu yang kita kerjakan itu dapat berjalan dan terselesaikan
dengan cepat dan dengan hasil yang maksimal (Nurhayati, 2016).

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana makna dan konsep konflik?
2. Bagaimana konflik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara indonesia?
3. Bagaimana bentuk-bentuk konflik?
4. Bagaimana praktek pengelolaan konflik?
5. Apa faktor-faktor penyebab dan dampak terjadinya konflik?
6. Bagaimana makna dan konsep kerjasama?
7. Apa faktor pendukung dan penghambat kerjasama?
8. Bagaimana bentuk-bentuk dan manfaat kerjasama?
9. Bagaimana kerjasama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara indonesia?
10. Bagaimana praktek pengelolaan kerjasama?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui makna dan konsep konflik.
2. Untuk mengetahui konflik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara indonesia.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk konflik.
4. Untuk mengetahui praktek pengelolaan konflik.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dan dampak terjadinya konflik.
6. Untuk mengetahui makna dan konsep kerjasama.
7. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kerjasama.
8. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan manfaat kerjasama.
9. Untuk mengetahui kerjasama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara indonesia.
10. Untuk mengetahui praktek pengelolaan kerjasama.

MANFAAT
1. Mengetahui makna dan konsep konflik.
2. Mengetahui konflik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara indonesia.
3. Mengetahui bentuk-bentuk konflik.
4. Mengetahui praktek pengelolaan konflik.
5. Untuk mMengetahui faktor-faktor penyebab dan dampak terjadinya konflik.
6. Mengetahui makna dan konsep kerjasama.
7. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat kerjasama.
8. Mengetahui bentuk-bentuk dan manfaat kerjasama.
9. Mengetahui kerjasama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara indonesia.
10. Mengetahui praktek pengelolaan kerjasama.
PEMBAHASAN

A. Konflik
Makna dan Konsep Konflik
Konflik biasanya didefinisikan sebagai bentuk perbedaan atau pertentangan ide,
pendapat, paham dan kepentingan di antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa
berbentuk fisik dan non fisik yang pada umumnya berkembang dari pertentangan non fisik
menjadi benturan fisik yang bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan dan bisa berkadar
rendah yang tidak menggunakan kekerasan. Selain itu konflik juga dapat didefinisikan
sebagai interaksi antara individu kelompok atau organisasi dan golongan yang membuat
tujuan atau arti yang berlawanan dan merasa bahwa orang atau kelompok lain dianggap
sebagai pengganggu yang potensial terhadap pencapaian tujuan mereka (Sujak, 1990).
Senada dengan ini, Brown dan Moberg (1980) mendefinisikan konflik sebagai
disagreement between two or more persons or work group resulting from an
incompatibility of goal, resources, expectation, perception or value (perselisihan diantara
dua atau lebih atau diantara kelompok kerja disebabkan oleh pertentangan tujuan, sumber,
harapan, persepsi, atau nilai).
Kriteria yang menandai suatu pertentangan sebagai konflik: pertama, sebuah
konflik harus melibatkan dua atau lebih pihak di dalamnya. Kedua, pihak tersebut saling
tarik-menarik dalam aksi saling memusuhi. Ketiga, mereka biasanya disuruh melakukan
perilaku koersif untuk menghadapi dan menghancurkan sang musuh. Keempat, interaksi
pertentangan di antara pihak itu berada dalam keadaan yang tegas, karena itu keberadaan
peristiwa pertentangan tidak dapat dideteksi atau dimufakati dengan mudah oleh para
pengamat yang tidak terlibat dalam pertentangan (Fatah, 1994).
Dalam kehidupan masyarakat, konflik juga dapat berupa proses instrumental yang
mengarah pada pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial serta dapat
menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Dengan konflik
antara kelompok dan kelompok lain misalnya, suatu kelompok dapat memperkuat kembali
identitas kelompok dan melindungi agar tidak lebur ke dalam dunia sosial di sekelilingnya
(Astawa & Hakim, 2016).
Pandangan Tentang Konflik
Dalam kaitan itu, Sujak (1990) mengidentifikasi perbedaan cara pandang terhadap konflik
menurut cara lama dan cara baru:
1. Menurut cara pandang lama konflik harus dihilangkan karena dapat mengganggu
organisasi dan merusak prestasi, sedangkan cara baru konflik sesungguhnya
meningkatkan prestasi organisasi dan karena itu harus dikelola dengan baik.
2. Dalam cara pandang lama organisasi atau kelompok atau komunitas yang baik
seharusnya tidak ada konflik, sedangkan dalam pandangan baru bahwa dalam
organisasi yang baik konflik yang memuncak dapat mendorong anggotanya untuk
memacu prestasi.
3. Dalam pandangan lama konflik harus dibasmi atau dielakan, sedangkan dalam
pandangan baru konflik merupakan bagian integral dari kehidupan organisasi
kelompok atau komunitas tertentu.
4. Menurut pandangan lama konflik itu jelek karena dapat menjurus ke tingkat stress
yang lebih tinggi, memunculkan kejahatan, dan sabotase berbagai program
kegiatan; sedangkan pandangan baru mengatakan konflik itu baik karena dapat
merangsang orang untuk memecahkan persoalan dan penyebab timbulnya konflik.
Penyebab timbulnya konflik yaitu faktor ekonomi, hukum, dan sosial budaya.
Konflik bisa bersifat positif jika memiliki nilai nilai fungsional dalam hal: (1) sebagai
alat untuk memelihara solidaritas. (2) menjadi jembatan aliansi dengan kelompok lain. (3)
mengaktifkan individu yang semula terisolasi dengan kelompoknya dan (4) sebagai sarana
komunikasi untuk mengetahui pihak lawan atau yang terlibat konflik (Astawa & Hakim,
2016).

Konflik Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Indonesia


a. Konflik anak-anak yang putus sekolah dikarenakan membantu orang tuanya
Banyak anak usia wajib belajar yang putus sekolah karena harus bekerja.
Kondisi itu harus menjadi perhatian pemerintah karena anak usia wajib belajar
mesti menyelesaikan pendidikan SD-SMP tanpa hambatan, termasuk persoalan
biaya. Berdasarkan data survei anak usia 10-17 tahun yang bekerja, seperti
dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik pada 2006, tercatat sebanyak 2,8 juta anak
telah menjadi pekerja. Dari hasil studi tentang pekerja anak, ditemukan bahwa
anak-anak usia 9-15 tahun terlibat dengan berbagai jenis pekerjaan yang berakibat
buruk terhadap kesehatan fisik, mental-emosional, dan seksual. Awalnya
membantu orangtua, tetapi kemudian terjebak menjadi pekerja permanen. Mereka
sering bolos sekolah dan akhirnya putus sekolah.
b. Konflik Indonesia VS Malaysia
Terdengar suatu yang biasa namun sebagai warga Negara Kesatuan
Republik Indonesia pasti dapat merasakan suatu pemicu perang dingin yang dibuat
oleh Indonesia, semua berasal dari Malaysia. Mulai dari perebutan ambalat,
malaysia meng-klaim kesenian reog ponorogo sebagai kesenian asli malaysia,
malaysia memasukkan tari pendet dalam iklan pariwisatanya, penganiayaan dan
pembunuhan TKI, kasus manohara, dan pencurian sumber daya alam baik itu pulau
maupun lautan merupakan penyebab konflik kedua negara ini. Penghadangan dinas
kelautan yang baru kali ini terjadipun telah membuat panas hubungan kedua
negara, ditambah lagi pelemparan kotoran manusia ke gedung Kedutaan Besar
Malaysia di Indonesia.
c. Konflik Bentrok
Adanya bentrok di kampus Sekolah Tinggi Theologi Injil Arastamar
(SETIA) dengan masyarakat setempat hanya karena kesalahpahaman akibat
kecurigaan masyarakat setempat terhadap salah seorang mahasiswa SETIA yang
dituduh mencuri, dan ketika telah diusut Polisi tidak ditemukan bukti apapun.
Ditambah lagi adanya preman provokator yang melempari masjid dan masuk ke
asrama putri kampus tersebut. Dan bisa ditebak, akhirnya meluas ke arah agama,
ujung-ujungnya pemaksaan penutupan kampus tersebut oleh masyarakat sekitar
secara anarkis.
d. Konflik tawuran antar pelajar
Konflik ini terjadi karena :
Dendam karena kekalahan dengan sekolah lain
Biasanya ini terjadi ketika adanya per tandingan bola antar sekolah. Dimana tim
sekolah yang satu kalah dengan sekolah yang lain. Hal ini menyebabkan adanya rasa
kecewa dan celakanya mereka ini biasanya melampiaskan rasa kekecewaan nya
dengan mengajak berkelahi tim sekolah lain tersebut. Hal ini tentunya merupakan
bentuk ketidak sportifan pelajar dalam mengalami kekalahan.
Dendam akibat pemalakan dan perampasan
Apabila seorang siswa dari suatu sekolah menengah atas dipalak atau dirampas
uang dan hartanya, dia akan melapor kepada pentolan di sekolahnya.
Kemudian pentolan itu akan mengumpulkan siswa untuk menghampiri siswa
dari sekolah musuh ditempat dimana biasanya mer eka menunggu bis atau
kendar aan pulang. Apabila jumlah siswa dari sekolah musuh hanya sedikit,
mereka akan balik memalak atau merampas siswa sekolah musuh tersebut.
Tetapi jika jumlah siswa sekolah musuh tersebut seimbang atau lebih banyak,
mereka akan melakukan kontak fisik.
Dendam akibat rasa iri akibat tidak dapat menjadi siswa di SMA yang
diinginkan.
Ketika seorang siswa mendaftar masuk ke SMA negeri, tetapi ia malah tidak
diterima di sekolah tersebut. Dia akan masuk ke SMA lain bahkan ia bisa
bersekolah di SMA swasta yang kualitasnya lebih rendah. Disebabkan oleh
dendam pada sekolah yang dulu tidak menerimanya sebagai siswa, dia
berusaha untuk membuat siswa yang bersekolah di sekolah tersebut merasa
tidak nyaman. Dia akan memprofokasikan dan mencari-cari kesalahan sekolah
tersebut agar akhirnya terjadi kontak fisik.
e. Konflik Politik Pilkada dan Liberalisasi Politik
Salah satu implementasi dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah adalah dilaksanakannya pemilihan kepala daerah secara
langsung. Di satu sisi ruang pilkada ini merupakan liberalisasi politik yang
bertujuan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu
ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan
pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah,
peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang
seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban
menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara. Namun di sisi lain, pilkada ini justru menimbulkan polemik
dan konflik yang cukup rumit penyelesaiannya.
Terjadinya konflik dan polemik ini dinilai diakibatkan oleh ketidaksiapan
masyarakat Indonesia menghadapi liberalisasi politik mengingat watak masyarakat
yang pada umumnya masih bersifat primordial dan feodalistis. Ditambah lagi tidak
jelasnya peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari pilkada ini
sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum. Telah banyak konflik yang telah
terjadi di negeri ini, sebut saja konflik Pilkada Sulsel dan Maluku (Rahman, 2010).
Bentuk-bentuk Konflik
Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa bentuk konflik berikut ini :
a. Berdasarkan sifatnya
Berdasarkan sifatnya, konflik dapat dibedakan menjadi konflik destruktuif dan
konflik konstruktif.
a) Konflik Destruktif: konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak
senang, rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap
pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrokan-bentrokan fisik yang
mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda seperti konflik Poso,
Ambon, Kupang, Sambas, dan lain sebagainya.
b) Konflik Konstruktif: konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul
karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam
menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu
konsensus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan suatu
perbaikan. Misalnya perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi
(Robert,2001).
b. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
a) Konflik Vertikal Merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam
satu struktur yang memiliki hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi antara
atasan dengan bawahan dalam sebuah kantor.
b) Konflik Horizontal Merupakan konflik yang terjadi antara individu atau
kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik
yang terjadi antar organisasi massa.
c) Konflik Diagonal Merupakan konflik yang terjadi karena adanya
ketidakadilan alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga
menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Contohnya konflik yang terjadi di
Aceh (Cribbin, 1985).
Soerjono Soekanto membagi konflik sosial menjadi lima bentuk yaitu:
a) Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua
individu atau lebih karena perbedaan pandangan dan sebagainya.
b) Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan-
perbedaan ras.
c) Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial, yaitu konflik yang terjadi
disebabkan adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial.
d) Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya
kepentingan atau tujuan politis seseorang atau kelompok.
e) Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang terjadi
karena perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan
negara (Kusnadi,2002)
Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat
macam, yaitu sebagai berikut :
a) Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan
konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu
menghadapi harapan harapan yang berlawanan dari bermacam-macam peranan
yang dimilikinya.
b) Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
c) Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.
d) Konflik antara satuan nasional, seperti antarpartai politik, antar negara, atau
organisasi internasional.

Praktek Pengelolaan Konflik


Metode penyelesaian konflik berdasarkan Hodge & Anthony (1991):
1. Setiap orang menggunakan kekuasaan dan kewenangan agar konflik dapat diredam
atau dipadamkan. Sebenarnya dalam banyak hal manajemen konflik tidak cukup
hanya mengandalkan kekuasaan semata karena bisa jadi konflik akan terus
berlanjut dan orang akan kehilangan kekuasaan di mata orang lain yang terlibat
konflik.
2. Penyelesaian konflik dengan menggunakan metode penghalusan. Pihak yang
berkonflik adanya saling memahami konflik dengan menggunakan bahasa cinta
untuk memecahkan dan memulihkan hubungan yang bersifat perdamaian.
Membiasakan bersikap dan mengembangkan kehidupan yang penuh dengan
suasana kekeluargaan dirasakan sangat bermanfaat dalam penyelesaian konflik.
3. Penyelesaian konflik dengan cara demokratis artinya memberikan peluang kepada
masing-masing pihak untuk mengemukakan pendapat dan memberikan keyakinan
akan kebenaran pendapatnya sehingga dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Dengan demokrasi, masing-masing pihak juga saling membangun sebuah
keterbukaan dengan saling memahami potensi masing-masing. Misalnya berkaitan
aspek kultural yang menggambarkan aspirasi, cita-cita, serta ideologi mereka.
Menurut Nasikun, bentuk-bentuk pengendalian konflik ada empat yaitu:
1. Konsiliasi (conciliation)
Pengendalian semacam ini terwujud melalui lembaga-lembaga tertentu yang
memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan-keputusan
diantara pihak-pihak yang berlawanan mengenai persoalan-persoalan yang mereka
pertentangkan.
2. Mediasi (mediation)
Bentuk pengendalian ini dilakukan bila kedua belah pihak yang bersengketa
bersama-sama sepakat untk memberikan nasihat-nasihatnya tentang bagaimana
mereka sebaiknya menyelesaikan pertentangan mereka.
3. Arbitrasi
Berasal dari kata latin arbitrium, artinya melalui pengadilan, dengan seorang hakim
(arbiter) sebagai pengambil keputusan. Arbitrasi berbeda dengan konsiliasi dan
mediasi.Seorang arbiter memberi keputusan yang mengikat kedua belah pihak yang
bersengketa, artinya keputusan seorang hakim harus ditaati. Apabila salah satu
pihak tidak menerima keputusan itu, ia dapat naik banding kepada pengadilan yang
lebih tinggi sampai instansi pengadilan nasional yang tertinggi.
4. Perwasitan
Di dalam hal ini kedua belah pihak yang bertentangan bersepakat untuk
memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik yang
terjadi diantara mereka.

Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Konflik


Pada dasarnya, secara sederhana penyebab konflik dibagi dua, yaitu:
1. Kemajemukan horizontal, yang artinya adalah struktur masyarakat yang mejemuk
secara kultural, seperti suku bangsa, agama, ras dan majemuk sosial dalam arti
perbedaan pekerjaan dan profesi seperti petani, buruh, pedagang, pengusaha,
pegawai negeri, dan yang lain. Kemajemukan horizontal-kultural menimbulkan
konflik yang masing-masing unsur kultural tersebut mempunyai karakteristik
sendiri dan masing-masing penghayat budaya tersebut ingin mempertahankan
karakteristik budayanya tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya seperti ini,
jika belum ada konsensus nilai yang menjadi pegangan bersama, konflik yang
terjadi dapat menimbulkan perang saudara.
2. Kemajemukan vertikal, yang artinya struktur masyarakat yang terpolarisasi
berdasarkan kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan. Kemajemukan vertikal dapat
menimbulkan konflik sosial kerena ada sekelompok kecil masyarakat yang
memiliki kekayaan, pendidikan yang mapan, kekuasaan dan kewenangan yang
besar, sementara sebagian besar tidak atau kurang memiliki kekayaan, pendidikan
rendah, dan tidak memiliki kekuasaan dan kewenangan. Pembagian masyarakat
seperti ini merupakan benih subur bagi timbulnya konflik sosial.
Namun beberapa sosiolog menjabarkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
konflik-konflik, diantaranya yaitu:
1. Perbedaan pendirian dan keyakinan orang perorangan telah menyebabkan konflik
antar individu. Dalam konflik-konflik seperti ini terjadilah bentrokan-bentrokan
pendirian, dan masing-masing pihak pun berusaha membinasakan lawannya.
2. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kebudayaan tidak hanya akan menimbulkan
konflik antar individu, akan tetapi bisa juga antar kelompok. Pola-pola kebudayaan
yang berbeda akan menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-pola prilaku yang
berbeda pula dikalangan khalayak kelompok yang luas.Selain itu, perbedaan
kebudayaan akan mengakibatkan adanya sikap etnosentrisme yaitu sikap yang
ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya adalah yang paling baik.
3. Perbedaan kepentingan. Mengejar tujuan kepentingan masing-masing yang
berbeda-beda, kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk
memperebutkan kesempatan dan sarana.

Dampak dari Adanya Konflik terhadap Masyarakat


Ada dua dampak dari adanya konflik terhadap masyarakat yaitu:
a. Dampak positif dari adanya konflik
Bertambahnya solidaritas intern dan rasa in-group suatu kelompok. Apabila
terjadi pertentangan antara kelompok-kelompok, solidaritas antar anggota di
dalam masing-masing kelompok itu akan meningkat sekali. Solidaritas di dalam
suatu kelompok akan meningkat saat terjadinya konflik dengan pihak-pihak luar.
Konflik di dalam masyarakat biasanya akan menggugah warga masyarakat yang
semula pasif menjadi aktif dalam memainkan peranan tertentu di dalam
masyarakat.
b. Dampak negatif dari adanya konflik
Hancurnya kesatuan kelompok.
Jika konflik yang tidak berhasil diselesaikan menimbulkan kekerasan atau
perang, maka sudah barang tentu kesatuan kelompok tersebut akan mengalami
kehancuran.
Adanya perubahan kepribadian individu.
Artinya, di dalam suatu kelompok yang mengalami konflik, maka seseorang atau
sekelompok orang yang semula memiliki kepribadian pendiam, penyabar
menjadi beringas, agresif dan mudah marah.
Hancurnya nilai-nilai dan norma sosial yang ada.
Antara nilai dan norma sosial dengan konflik terdapat hubungan yang bersifat
korelasional, artinya bisa saja terjadi konflik berdampak pada hancurnya nilai-
nilai dan norma sosial akibat ketidakpatuhan masyarakat akibat dari konflik.

B. KERJASAMA
Makna dan Konsep Kerjasama
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Menurut Abdulsyani,
kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu
yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling
memahami aktivitas masing-masing. Kerjasama juga diartikan sebagai kegiatan yang di
lakukan secara bersama-sama dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama
(Abdulsyani, 1994).

Faktor Pendukung dan Penghambat Kerjasama


1. Faktor penghambat dalam kerjasama tim
a. Identifikasi pribadi anggota tim
Sudah merupakan hal yang alamiah bila seseorang ingin tahu apakah mereka
cocok di suatu organisasi, termasuk di dalam suatu tim. Orang menghawatirkan
hal-hal seperti kemungkinan menjadi outseder, pergaulan dengan anggota
lainnya, faktor pengaruh dan saling percaya antar tim .
b. Hubungan antar anggota tim
Agar setiap anggota dapat bekerjasama,mereka saling mengenal dan
berhubungan. Untuk itu dibutuhkan waktu bagi anggota nya untuk saling
bekerjasama.
c. Identitas tim di dalam organisasi.
Faktor ini terdiri dari dua aspek: (1) kesesuaian atau kecocokan tim di dalam
organisasi dan (2) pengaruh keanggotaan tim tertentu terhadap hubungan
dengan anggota.
2. Faktor pendukung dalam kerjasama. Ada 5 strategi dalam pencapaian tujuan
diantaranya adalah :
a. Saling ketergantungan
Saling ketergantungan diperlukan di antara para nggota tim dalam hal ini
informasi, sumber daya, pelaksanaan tugas dan dukungan. Adanya
ketergantungan dapat memperkuat kebersamaan tim
b. Perluasan tugas
Setiap tim harus diberi tantangaaan,karena reaksi atau tanggapan tantangan
tersebut akan membantu semangat persatuan, kebanggaan dan kesatuan tim.
c. Bahasa yang umum
Setiap tim harus menguasai bahasa yang umum dan mudah di mengerti.
d. Penjajaran
Anggota tim harus bersedia menyisihkan sikap individualismenya dalam
rangka mencapai rangka misi bersama.
e. Keterampilan menangani konfrontasi atau konflik
Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Oleh karna itu dibutuhkan
keterampilan dalam penerimaan perbedaan pendapat dan menyampaikan
ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain tanpa harus menyakiti orang lain.

Bentuk-Bentuk Kerjasama
a. Tawar-menawar/Bargaining merupakan bentuk kerjasama mengenai kesepakatan
pertukaran produk ataupun jasa antara dua orang ataupun lebih.
b. Koalisi/Coalitio merupakan gabungan dua lembaga organisasi ataupun lebih yang
memiliki tujuan sama, mereka bekerjasama untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Joint venture merupakan kerjasama untuk mengerjakan proyek-proyek tertentu
supaya cepat terselesaikan dan tujuan cepat tercapai. Misalnya proyek
pertambangan minyak bumi, batu bara, membangun perindustrian dan lain-lain.
d. Cooptation merupakan proses kerjasama penerimaan berbagai unsur yang baru
pada kepemimpinan suatu organisasi, hal ini dapat dijadikan cara untuk
menghindari terjadinya kecurangan ataupun hal-hal yang tidak diinginkan yang
bisa terjadi pada organisasi.
e. Atas dasar kerukunan merupakan kerjasama yang didasari karena kerukunan
sesama manusia, biasanya kerjasama atas dasar kerukunan ini tidak mengharapkan
imbalan/upah. Contohnya Gotong-royong membangun fasilitas umum seperti
jembatan, kerja bakti membersihkan lingkungan dan lain-lain.

Manfaat Kerjasama
Mempererat ikatan persaudaraan
Dengan bekerjasama setiap individu pada sesuatu tim kerja akan saling berinteraksi
dan saling membantu dalam memecahkan persoalan-persoalan untuk mencapai
tujuannya, sehingga akan terjalin juga komunikasi-komunikasi yang dimana semua
itu akan menambah rasa persaudaraan.
Menumbuhkan semangat persatuan
Kerjasama-pun dapat menumbuhkan semangat persatuan pada diri setiap individu
yang tergabung dalam kelompok kerja atau tim kerja. Supaya setiap kegiatan dalam
kerjasama dapat berjalan baik maka harus bisa menjunjung rasa kesatuan dan
persatuan.
Pekerjaan lebih cepat terselesaikan
Dengan kerjasama masalah sesulit apapun akan cepat terselesaikan karena tidak
hanya mengandalkan satu individu saja untuk menyelesaikan pekerjaan tapi dengan
banyak individu yang bersatu dan saling mendukung satu sama lain, maka pekerjaan
akan lebih cepat terselesaikan dan lebih cepat membuahkan hasil.
Pekerjaan terasa lebih ringan
Pekerjaan yang sesulit apapun akan terasa lebih ringan dan lebih mudah terselesaikan
karena di kerjakan oleh banyak orang yang saling mendukung satu sama lain (Aina,
2016).

Kerjasama Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Indonesia


1. Kerjasama antarnegara dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Kerjasama bilateral merupakan kerja sama antar dua negara. Kerja sama bilateral
bertujuan untuk membina hubungan yang telah ada serta menjalin hubungan kerja
sama perdagangan dengan negara mitra. Kerja sama bilateral biasanya dapat
dilaksanakan antara Indonesia dan suatu negara yang memiliki hubungan
diplomatik dengan Indonesia dan keduanya telah menandatangani Persetujuan
atau Agreement, yang akan menjadi tonggak bentuk kerja sama bilateral. Contoh
kerjasama bilateral Indonesia antara lain sebagai berikut :
1. Kerjasama Indonesia-singapura. Indonesia dan Singapura menjalin kerja sama di
berbagai bidang. Indonesia mengekspor minyak mentah, timah, gas alam, sayur-
sayuran, daging,dan kayu lapis ke singapura. Singapura secara konsisten
menjadi investor asing terbesar di Indonesia. Kerja sama antara Indonesia dan
Singapura juga meliputi beberapa bidang, termasuk kesehatan, pertahanan, dan
lingkungan hidup.
2. Kerjasama Indonesia Australia. Perdagangan dan perniagaan antara Australia
dan Indonesia semakin tumbuh. Perdagangan dua-arah semaikin meningkat.
Lebih dari 400 perusahaan Australia sedang melakukan perniagaan di Indonesia,
mulai dari usaha pertambangan sampai telekomunikasi. Perusahaan-perusahaan
ini bekerja sebagai mitra dagang dengan perusahaan dan pemerintah Indonesia.
3. Kerjasama Indonesia Malaysia. Investor dari Malaysia banyak menanamkan
investasinya dalam industri perkebunan kelapa sawit. Hal ini tentu
menguntungkan bagi kedua belah pihak. Selain itu, di Malaysia juga banyak di
tempatkannya Tenaga Kerja dari Indonesia yang bekerja sebagai Pembantu
Rumah Tangga (PRT), petugas medis, pekerja bangunan serta tenaga profesional
lainnya.
b. Kerja sama multilateral adalah suatu bentuk kerja sama antara beberapa negara.
Sebagian besar organisasi internasional, seperti PBB dan WTO, Beberapa contoh
kerjasama multilateral yang dilakukan Indonesia adalah sebagai berikut :
1. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa atau biasa disingkat ) atau United Nations
atau disingkat (UN). PBB adalah sebuah organisasi internasional yang
anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk
memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional,
pengembangan ekonomi, perlindungan sosial, hak asasi dan pencapaian
perdamaian dunia.
2. WTO (World Trade Organization). WTO adalah organisasi internasional yang
mengawasi banyak persetujuan yang mendefinisikan "aturan perdagangan" di
antara anggotanya (WTO, 2004). Didirikan pada 1 Januari 1995 untuk
menggantikan GATT.
Praktek Pengelolaan Kerjasama
Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kerjasama dapat berjalan dengan baik dan
mencapai tujuan yang telah disepakati oleh dua orang atau lebih tersebut yaitu:
1) Saling terbuka, dalam sebuah tatanan kerjasama yang baik harus ada komasi yang
komunikatif antara dua orang yang berkerjasama.
2) Saling mengerti, kerjasama berarti dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai
suatu tujuan, dalam proses tersebut, tentu ada, salah satu yang melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapkan.
Kerjasama dalam berbagai bidang:
a. Kerjasama Antar umat Beragama
Kerjasama antarumat beragama di Indonesia dilandasi Pancasila terutama sila
Ketuhanan Yang Maha Esa dan pasal 29 ayat (1) dan (2). Undang-Undang Dasar
1945. Pasal 29 Ayat (1) menyatakan: Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa. Ayat ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia berdasar atas kepercayaan dan
keyakinan terhadap Tuhan. Sedangkan pada Pasal 29 Ayat (2) menyatakan: Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu. Dalam ayat
ini, negara memberi kebebasan kepada setiap warga negara Indonesia untuk
memeluk salah satu agama dan menjalankan ibadah menurut kepercayaan serta
keyakinannya tersebut.
Kerjasama di antara umat beragama merupakan bagian yang sangat penting dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan kerjasama yang erat di
antara mereka, kehidupan dalam masyarakat akan menjadi aman, tenteram, tertib,
dan damai. Bentuk kerjasama antar umat beragama di antaranya sebagai berikut:
b. Adanya dialog antar pemimpin agama
Adanya kesepakatan di antara pemimpin agama untuk membina agamanya masing-
masing.
c. Saling memberikan bantuan bila terkena musibah bencana alam.
Setiap orang yang menjadi warga Negara Indonesia hendaknya menerapkan budaya
saling bekerjasama antar satu sama lain walaupun berbeda agama. Dalam hubungan
sosial, perbedaan agama bukanlah sebuah alasan untuk kita menghindari kerjasama
dengan orang lain. Salah satu cara untuk mempertahankan keberadaan negara
Indonesia memiliki beragam suku, ras dan agama adalah dengan membangun
kerjasama, saling menghargai, menghormati dan saling tengang rasa terhadap agama
dan kepercayaan yang berbeda.
d. Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Sosial Politik
Kerjasama dalam kehidupan sosial politik dapat kita lihat dari nilai-nilai gotong
royong yang sudah menjadi salah satu ciri kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia. Dalam bidang sosial kerjasama dalam bentuk gotong-royong ini hampir
ditemui di kelompok-kelompok masyarakat Indonesia atau suku-suku bangsa
Indonesia.
e. Dalam bidang politik, kerjasama juga dapat ditemui di kelompok-kelompok
masyarakat Indonesia seperti tingginya partisipasi masyarakat dalam pemilihan
kepala desa, pemilihan DPR, pemilihan presiden dan kepala daerah. Partisipasi
dalam pemilihan tersebut tidak hanya sebatas memberikan suara, tetapi tak sedikit
anggota masyarakat yang bergotong royong mendirikan tempat pengumutan suara,
membantu mengamankan jalannya pengumutan suara, dan lainnya.
f. Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Ekonomi
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini wujud kerjasama atau
gotong royong dalam membangun perekonomian Indonesia yang sesuai pasal 33
UUD 1945 adalah koperasi. Koperasi merupakan suatu badan usaha yang
melaksanakan usahanya didasarkan atas azas kekeluargaan.
g. Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Pertahanan dan Keamanan Negara
Pertahanan negara adalah segala usaha untuk memepertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap
bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara (Pasal 1
ayat (1) UU Nomor 3 tahun 2002). Dengan demikian, keikutsertaan warga negara
dalam upaya bela negara diwujudkan dalam keikutsertaannya pada segala usaha
untuk memepertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara.
h. Kerjasama dalam penyelenggaraan pertahanan negara dapat diwujudkan dalam
tindakan upaya bela negara. Salah satu sasaran yang mesti dibela oleh setiap warga
negara adalah wilayah negara. Wilayah negara (teritorial) merupakan wadah, alat,
dan kondisi juang bagi berlangsungnya penyelenggaraan upaya bela negara. Setiap
warga negara mempunyai kewajiban untuk bekerja sama menjaga keutuhan wilayah
negara sesuai dengan posisi dan kemampuannya masing-masing.
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Konflik biasanya didefinisikan sebagai bentuk perbedaan atau pertentangan ide,
pendapat, paham dan kepentingan di antara dua pihak atau lebih.
2. Terdapat perbedaan cara pandang terhadap konflik menurut cara lama dan cara
baru.
3. Konflik dapat diselesaikan dengan: konsiliasi (conciliation), mediasi (mediation),
arbitrasi, dan perwasitan.
4. Pada dasarnya, secara sederhana penyebab konflik dibagi menjadi kemajemukan
horizontal dan kemajemukan vertikal. Ada dua dampak dari adanya konflik
terhadap masyarakat yaitu dampak positif dan negatif.
5. Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial.
6. Manfaat kerjasama ialah mempererat ikatan persaudaraan, menumbuhkan semangat
persatuan, dan pekerjaan lebih cepat terselesaikandan terasa lebih ringan.
7. Kerjasama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara indonesia dibagi menjadi
kerjasama bilateral dan kerjasama multilateral.
8. Kerjasama dipraktekkan dalam segalam bidang mulai dari bidang agama, sosial,
budaya, politik, pertahanan dan keamanan.

SARAN
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Dibutuhkan saran dari pembaca untuk
membuat makalah ini lebih baik. Semoga apa yang ada di dalam makalah ini bisa
menambah wawasan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Aina, M. 2016. Kerjasama dalam berbagai bidang.


http://ainamulyana.blogspot.com/2016/08/ kerjasama-dalam-berbagai-bidang.html
Astawa, K, D, Hakim, S, A. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks
Indonesia. Edisi Revisi. Malang: Madani.
Cribbin, J, J. 1985. Kepemimpinan: Strategi Mengefektifkan Organisasi. Terjemahan
Rochmulyati Hamzah. Jakarta: PT Pustaka Binaman Persindo.
Fatah, E, S. 1994. Manajemen Konflik Politik dan Demokrasi. Prisma Tahun XXIII.
Nomor 8.
Hodge, H, J, Anthony, W, P. 1991. Organization Theory: A Strategic Approach.
Massachusetts: Alyn and Bacon Inc.
Sujak, A. 1990. Kepemimpinan Manajemen: Eksistensinya dalam Perilaku Organisasi.
Jakarta: Rajawali Press.
Kusnadi. 2002. Masalah Kerja Sama, Konflik dan Kinerja. Malang: Taroda.
Robert H. Lauer. 2001. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Nurhayati. 2016. Pentingnya kerjasama dalam kehidupan.
http://www.kompasiana.com/emy/pentingnya-kerjasama-dalam-kehidupan_
Rahman, W. 2010. Contoh Konflik di Indonesia.
https://www.academia.edu/5627377/10_CONTOH_KONFLIK_DI_INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai