Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGENALAN KONFLIK PADA ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen
Kelas
Dosen Pengampu : Hendhisca Cipta, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Zahra Nabila (41182109190077)
2. Lela Sari (41182109190078)
3. Laras Ayu Soenatha (41182109190080)
4. Nur Elliza Azzahra (41182109190091)
5. Dini Anggina Siregar (41182109190095)

KELOMPOK 7

PARAREL 2

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Manajemen Kelas ini. Makalah ini dibuat sebagai media untuk menambah wawasan
pengetahuan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bekasi, Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1. Latar Belakang ..............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................2

1.3. Tujuan ............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4

2.1. Konsep/Pengertian Konflik ...........................................................................4

2.2. Proses Terjadinya Konflik .............................................................................4

2.3. Langkah-Langkah Mengajarkan Anak untuk Menyelesaikan Konflik .........6

2.4. Penyebab Terjadinya Konflik Dari Berbagai Situasi ....................................7

2.5. Faktor-Faktor Terjadinya Konflik .................................................................8

2.6. Peran Guru Dalam Membantu Anak menghadapi Konflik ...........................8

2.7. Dampak Konflik ..........................................................................................10

2.8. Tahapan Manajemen Konflik ......................................................................12

2.9. Akibat Positif Atau Menguntungkan Dari Konflik Dan Akibat Negatif Atau
Merugikan Dari Konflik .....................................................................................13

BAB III PENUTUP ..............................................................................................15

3.1. Kesimpulan ..................................................................................................15

3.2. Saran ............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh manusia
sebagai makhluk sosial di dalam berkehidupan bermasyarakat. Manusia
sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial dalam menjalin hubungan
sosial dengan manusia lainya tidak lepas dari kepentingan satu sama lain.
Selama manusia itu mempunyai kepentingan yang berbeda maka konflik akan
selalu menyertainya dimanapun mereka berada.

konflik bersumber dari kebutuhan dasar manusia (basic human needs)


seperti yang diungkapkan oleh John Burton dalam Conflict: Resolution and
Provention, setiap kepentingan memiliki tujuan dalam bentuk pemenuhan
kebutuhan dasar Susan, 2012: 19-20). Misalnya kebutuhan manusia secara
materil berupa kekayaan bisa yang kita ketahui bersama bahwa hampir semua
orang itu mempunyai kepentingan masing-masing baik untuk dirinya sendiri
maupun untuk kelompoknya. Perbedaan kepentingan adalah salah satu faktor
utama yang dapat menimbulkan konflik sosial. Konflik sosial berarti persepsi
mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest), atau suatu
kepercayaan bahwa aspirasi-aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat
dicapai secara simultan (Pruitt, 2011: 10). Artinya bahwa terjadinya suatu
konflik sosial disebabkan oleh banyak faktor sehingga konflik tersebut bersifat
kompleks yang melibatkan berbagai unsur masyarakat di dalamnya. Salah satu
konflik sosial yang dilatarbelakangi oleh perbedaan kepentingan.

Konflik bisa dialami siapa saja dalam kelompok atau lapisan sosial
masyarakat baik keluarga, dan masyarakat lokal, regional, nasional, maupun
global. Fenomena saat ini tidak jarang muncul konflik, bahkan di masyarakat
Jawa yang dikenal dengan budayanya yang lembut, sopan, toleran, dan rukun,
dibeberapa tempat juga mengalami konflik.

Cara penyikapan tersebut bisa pula disebut faktor penyebab konflik.


Faktor-faktor penyebab konflik juga meliputi: Pertama, eksklusivitas dari

1
pemimpin agama dan penganutnya. Kedua, sikap tertutup dan saling curiga
antar agama. Ketiga, keterikatan yang berlebih-lebihan terhadap simbol agama.
Keempat, tujuan agama berubah menjadi alat, realitas menjadi sekedar
kebijaksanaan. Kelima, kondisi sosial, ekonomi dan politik (Assegaf dalam
Sumartana, 2005:35-37). Faktor lain karena adanya kelompok-kelompok
kepentingan, lembaga-lembaga organisasi, dan kelas-kelas sosial dalam
masyarakat yang tidak selalu memiliki kepentingan yang sama dan serasi
(Surbakti, 1992:189)

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa konsep/pengertian konflik.

2. Bagaimana proses terjadinya konflik.

3. Sebutkan langkah-langkah mengajarkan anak-anak untuk menyelesaikan


konflik.

4. Jelaskan penyebab terjadinya konflik dari berbagai situasi.

5. Sebutkan faktor-faktor terjadinya konflik.

6. bagaimana peran guru dalam membantu anak anak menghadapi konflik.

7. Jelaskan dampak konflik.

8. Sebutkan tahapan manajemen konflik.

9. Jelaskan akibat positif atau menguntungkan dari konflik dan akibat negatif
atau merugikan dari konflik.

1.3. Tujuan
1. Memahami konsep/pengertian konflik.

2. Mengetahui proses terjadinya konflik.

3. Mengetahui langkah-langkah mengajarkan anak-anak untuk menyelesaikan


konflik.

4. Memahami penyebab terjadinya konflik dari berbagai situasi.

5. Memahami faktor-faktor terjadinya konflik.

2
6. Mengetahui peran guru dalam membantu anak anak menghadapi konflik.

7. Mengetahui dampak konflik.

8. Mengetahui tahapan manajemen konflik.

9. Memahami akibat positif atau menguntungkan dari konflik dan akibat


negatif atau merugikan dari konflik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep/Pengertian Konflik


Seperti yang dikatakan Kartono (dalam Waluya, 2007:33) berpendapat
bahwa konflik merupakan proses sosial yang besifat antagonistik dan
terkadang tidak bisa diserasikan karena kedua belah pihak yang berkonflik
memiliki tujuan, sikap, dan struktur nilai yang berbeda, yang tercermin dalam
berbagai bentuk perilaku perlawanan, baik yang halus, terkontrol, maupun
terbuka dalam bentuk kekerasan. Jadi, konflik adalah permasalahan,
perselisihan, percekcokan, yang timbul dari diri sendiri maupun dengan orang
lain. Konflik yang belum diselesaikan dapat mempengaruhi perasaan, hati, dan
pikiran, serta perbuatan seseorang sehingga dapat melemahkan semangat
belajar.

2.2. Proses Terjadinya Konflik


Menurut Robbins (1996:548-557) proses terjadinya konflik menjadi lima
tahap, yaitu potensi oposisi atau ketidak cocokan kognisi dan personalisasi;
maksud niat, perilaku dan hasil.

• Pada tahap Ke I, menurut kondisi yang menciptakan konflik. Yang menjadi


sumber atau variabel konflik adalah komunikasi, struktur dan pribadi. Pada
variabel komunikasi bias disebabkan olehsemantik, kesalahpahaman,
jumlah informasi yang terlalu banyak atau lebih sedikit. Pada variabel
struktur konflik biasa terjadi karena perbedaan derajat spesialisasi tugas
berbeda, akan tetapi satu sama lain berhubungan dengan kepentingan yang
berbeda. Faktor penyebab lainnya adalah gaya kepemimpinan, sistem
imbalan dan derajat kepemimpinan, sistimimbalan dan derajat
ketergantungan individu dari setiap dari setiap tingkat atau derajat tugas
yang berbeda. Untuk faktor awal variabel pribadi disebabkan oleh
kepribadian.
• Pada Tahap Ke II, adalah kognisi dan personalisasi. Pada tahap ini konflik
yang dipersepsikan merupakan kesadaran satu pihak atau lebih atas adanya
kondisi yang menciptakan peluang terjadinya konflik. Jadi persepsi akan

4
membangun perasaan adanya konflik atau tidak. Sedangkan pada variabel
konflik yang dirasakan seseorang atau pihak tertentu muncul keterlibatan
emosional dalam satu konflik berupa kecemasan, ketegangan, frustasi dan
kekerasan.
• Pada Tahap Ke III, terdiri dari variabel tertentu akan mencapai tujuan tanpa
menghiraukan dampaknya pada pihak lain. Variabel kerjasama merupakan
bentuk kolaborasi dimana masing-masing pihak yang berkonflik berupaya
saling memenuhi kepentingan bersama. Pada variabel kompromi, masing-
masing pihak saling melepaskan atau mengurangi tuntutannya.
Menghindari merupakan bentuk upaya menjauhkan diri atau menarik diri
dari konflik, dan variabel akomodasi merupakan bentuk memuaskan lawan
dari kepentingan pribadi.
• Pada Tahap Ke IV, munculnya konflik terbuka. Konflik ini dikemukakan
secara terang-terangan (terbuka), menyimpang dari maksud awalnya.
• Pada tahap Ke V, adalah hasil. Tahap ini dapat menghasilkan dua variabel
yaitu fungsional dan disfungsional. Pada hasil fungsional konflik dapat
meningkatkan kinerja, sedangkan apabila berdampak disfungsional maka
akan menimbulkan penurunan kinerja.

Dari beberapa tahap proses terjadinya konflik di atas dalam sehari-hari ditandai
adanya individu merasa tidak puas kadang-kadang berlalu begitu saja dan
muncul kembali saat individu merasakan adanya gangguan. Apabila terjadi
masalah, individu saling memepertahankan pendapat dan menyalahkan pihak
lain. Masing-masing anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai
dengan standar aturan organisasi.

5
2.3. Langkah-Langkah Mengajarkan Anak untuk Menyelesaikan Konflik

Langkah-langkah mengajarkan anak-anak untuk menyelesaikan Konflik


adalah diantaranya:

1. Membuat Kurikulum Konflik

Guru membagikan buku catatan kepada siswa yang berisi tujuh mata
pelajaran. Setiap pelajaran terdiri dari latihan menulis yang merupakan batu
loncatan untuk kelas diskusi. Dalam satu mata pelajaran siswa skenarion
yang berbeda tentang perkelahian. Kemudian siswa disuruh membuat
paragraph tentang waktu dimana mereka bisa menghindari perkelahian.
Kemudian siswa diberi contoh konflik dan disuruh mengisi tabel yang berisi
pertanyaan, Konsekuensi, dan Nilai. Kemudian siswa diminta untuk
mencari solusi dari konflik itu.

2. Menggunakan Pertemuan Kelas untuk Membahas Konflik

Guru diharapkan membuat sebuah pertemuan khusus di kelas untuk


membahas sebuah konflik bersama siswa. Guru meminta siswa untuk
bermain peran berdasarkan scenario yang telah disediakan. Setelah siswa
bermain peran yang bertemakan konflik, guru memberikan beberapa
pertanyaan seperti:

• Apa yang terjadi dalam situasi ini?


• Apa yang dirasa berbeda dari karakter tersebut?
• Bagaiamana cara lain untuk menyelesaikan masalah ini?
• Apakah kita memiliki masalah seperti ini?
• Apa yang akan kamu lakukan jika menghadapi masalah ini?

3. Membimbing siswa melalui konflik nyata

Meskipun siswa telah mendapatkan manfaat dari kurikulum konflik,


pelatihan keterampilan sosial, diskusi pertemuan kelas, namun banyak yang
masih memiliki masalah dalam menerapkan pembelajaran ini ketika emosi

6
sedang tinggi yang biasa terjadi pada konflik nyata. Dalam situasi seperti ini
guru selalu memiliki tugas:

• Membantu siswa memahami sudut pandang orang lain.


• Membantu siswa mencari solusi bijak yang membawa kita memahami
dari dua sudut pandang.
• Membantu siswa mempraktikkan keterampilan pribadi yang akan
membantu mereka menyelesaikan masalah tanpa campur tangan orang
dewasa.

2.4. Penyebab Terjadinya Konflik Dari Berbagai Situasi

Konflik dapat terjadi karena setiap pihak atau salah satu pihak merasa
dirugikan, baik secara material maupun nonmaterial. Untuk mencegahnya,
harus dipelajari penyebabnya, antara lain sebagai berikut :

a) Perbedaan pendapat. Konflik dapat terjadi karena perbedaan dan masing-


masing merasa paling benar. Jika perbedaan pendapat ini meruncing dan
mencuat kepermukaan, maka dapat menimbulkan ketegangan.
b) Salah paham. Konflik dapat terjadi karena salah paham (misunderstanding),
misalnya tindakan seseorang mungkin tujuannya baik, tetapi dianggap
merugikan oleh pihak lain. Kesalahpahaman ini akan menimbulkan rasa
kurang nyaman, kurang simpati, dan kebencian.
c) Salah satu atau kedua pihak merasa dirugikan. Konflik dapat terjadi karena
tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau
masing-masing pihak merasa dirugikan. Pihak yang dirugikan merasa kesal,
kurang nyaman, kurang simpati atau benci. Perasaan-perasaan ini dapat
menimbulkan konflik yang mengakibatkan kerugian baik secara materi,
moral, maupun sosial.
d) Terlalu sensitif. Konflik dapat terjadi karena terlalu sensitif, mungkin
tindakan seseorang adalah wajar, tetapi karena pihak lain terlalu sensitif
maka dianggap merugikan, dan menimbulkan konflik,walaupun secara
etika tindakan ini tidak termasuk perbuatan yang salah.

7
2.5. Faktor-Faktor Terjadinya Konflik

Konflik merupakan sebuah proses interaksi sosial manusia untuk


mencapai tujuan dan cita-citanya. Oleh karena itu, konflik dilatarbelakangi
dengan perbedaan-perbedaan sosial diantara individu yang terlibat dalam
suatu interaksi sosial. Dhohiri (2007:37) memaparkan bahwa faktor-faktor
penyebab terjadinya konflik, diantaranya sebagai berikut :

a) Perbedaan antar individu, yaitu merupakan perbedaan yang menyangkut


perasaan, pendirian, pendapat, atau ide yang berkaitan dengan harga diri,
kebanggaan, dan identitas seseorang. Seperti pada siswa dalam satu tugas
kelompok pasti mempunyai pendapat atau ide masing-masing, jika siswa
yang tersebut tetap mempertahankan pendirian akan ide dan pendapatnya,
dapat dipastikan akan menimbulkan konflik dan jika konflik tidak di
selesaikan dengan damai maka akan terjadi tindak kekerasan.
b) Perbedaan latar belakang kebudayaan, yaitu kepribadian seseorang yang
dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua
masyarakat mempunyai nilai-nilai dan norma-norma yang sama.
Perbedaan-perbedaan nilai-nilai dan norma-norma yang dianut masyarakat
ini berpotensi menimbulkan terjadinya konflik.

Pada Sekolah yang heterogen, banyak sekali siswa yang latar belakang
kebudayaannya berbeda-beda, budaya dapat dikatakan aturan didalamnya
adalah mutlak, tetapi tiap kebudayaan mempunyai aturan-aturan yang berbeda.
Jika seorang siswa mengejek atau berpendapat bahwa budaya temannya salah,
maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya konflik.

2.6. Peran Guru Dalam Membantu Anak menghadapi Konflik

Konflik ini terjadi biasanya karena hal-hal yang kecil seperti mengambil
sesuatu milik teman tanpa izin, tidak setuju dengan apa yang orang lain
katakan, menggunakan benda yang sama diwaktu yang sama terlebih tidak ada
yang mau mengalah, berkata hal yang buruk dibelakang maupun didepannya
(bullying), bahkan sampai memukul.

8
Konflik antar kelas ini menjadi keprihatinan bersama khususnya elemen
yang terlibat dalam lingkungan tersebut. Peran gurulah yang sebaiknya bijak
dalam menangani masalah konflik yang kerap terjadi antar siswa dengan
mengajarkan mereka menyelesaikan masalah konflik tersebut mengambil
hikmah dari kejadian yang terjadi dan bisa bijaksana dalam mengambil hal-hal
positif sebagai pengalaman agar tidak terjadi konflik-konflik berikutnya.

Langkah-langkah dalam membantu anak-anak menghadapi konflik

1. Mendengarkan dan Menafsirkan.

Anak-anak menceritakan kisah mereka kepada mediator secara


bergantian. Akan lebih baik bagi orang tua / dewasa untuk hanya
mendengarkan tanpa menyela. Orang tua sebagai mediator perlu fokus pada
masalah, bukan siapa yang melakukan kesalahan.

2. Kedua belah pihak berganti posisi

Anak-anak mengulangi cerita dari pihak lain sehingga mereka dapat


memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda. Kedua belah pihak
perlu melakukan prosedur ini, bahkan jika mereka tidak setuju.

3. Diskusikan dengan kedua belah pihak jika mereka punya solusi

Untuk mendiskusikan dan menemukan solusi, tanpa menilai. Semua


saran disambut.

4. Buat perjanjian verbal

Memastikan tidak ada pihak yang merasa dipaksa atau tertekan untuk
mengambil keputusan.

5. Buat perjanjian tertulis

Menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat dan mengerti. Anak-


anak menggunakan kata-kata mereka sendiri.

9
2.7. Dampak Konflik

Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah


sebagai berikut :

1. Dampak Positif Konflik

Menurut Wijono (1993:3), bila upaya penanganan dan pengelolaan


konflik karyawan dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak positif
akan muncul melalui perilaku yang dinampakkan oleh karyawan sebagai
sumber daya manusia potensial dengan berbagai akibat seperti:

1. Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu


bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa
alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada
waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif,
hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.

2. Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari


cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis
pekerjaan masing-masing.

3. Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat


antar pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat
dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi,
loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas.

4. Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat


membuat stress bahkan produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini
karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan
diri, penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa
mengembangkan karir dan potensi dirinya secara optimal.

5. Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai


dengan potensinya melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan

10
(training) dan konseling (counseling) dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Semua ini bisa menjadikan tujuan organisasi tercapai dan
produktivitas kerja meningkat akhirnya kesejahteraan karyawan
terjamin.

2. Dampak Negatif Konflik

Dampak negatif konflik (Wijono, 1993, p.2), sesungguhnya


disebabkan oleh kurang efektif dalam pengelolaannya yaitu ada
kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh subur dan menghindari
terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-keadaan sebagai berikut:

1. Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan


mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol
berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-
mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat,
pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak
jelas.

2. Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman


kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung
jawab.

Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing


kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi
pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.

3. Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam


pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak
oleh teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya,
timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah
tinggi, maag ataupun yang lainnya.

4. Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila


memperoleh teguran dari atasan, misalnya mengadakan sabotase

11
terhadap jalannya produksi, dengan cara merusak mesin-mesin atau
peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat
intrik-intrik yang merugikan orang lain.

5. Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini


disebut labor turn-over. Kondisi semacam ini bisa menghambat
kelancaran dan kestabilan organisasi secara menyeluruh karena produksi
bisa macet, kehilangan karyawan potensial, waktu tersita hanya untuk
kegiatan seleksi dan memberikan latihan dan dapat muncul pemborosan
dalam cost benefit.

2.8. Tahapan Manajemen Konflik

Stevenin mengatakan ada 5 tahap dalam memahami manajemen


konflik dengan baik. Dengan memahami 5 tahap tersebut maka organisasi
akan lebih mudah merumuskan strategi terbaik dalam penanganan konflik.

Berikut ini adalah 5 tahap manajemen konflik:

1. Pengenalan

Tahap pertama adalah dengan mengenali permasalahan yang terjadi, siapa


saja yang terlibat konflik, dan bagaimana keadaan di sekitar selama
terjadinya konflik. Informasi ini digunakan sebagai informasi awal yang
penting dalam manajemen konflik.

2. Diagnosis

Tahap kedua adalah menganalisis penyebab konflik. Untuk


mengimplementasikannya dibutuhkan metode yang benar dan telah teruji,
serta berfokus pada masalah utama dalam konflik yang terjadi.

3. Menyepakati Solusi

Setelah mendiagnosis masalah, selanjutnya organisasi bisa merumuskan


solusi apa yang paling tepat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

12
Solusi yang ditentukan harus dikompromikan bersama dengan pihak yang
berkonflik dibantu pihak penengah. Selanjutnya, maka semua pihak
melakukan kesepakatan bersama.

4. Pelaksanaan

Setelah menyepakati solusi, tahap keempat adalah proses pelaksanaan


kesepakatan yang telah dibuat. Semua pihak yang terlibat dalam konflik
harus menerima dan melaksanakan kesepakatan tersebut dengan sebaik-
baiknya. Menjadi poin penting bahwa kesepakatan yang telah dibuat tidak
berpotensi menimbulkan konflik yang lain.

5. Evaluasi

Tahap kelima adalah mengevaluasi dan menilai apakah pelaksanaan


kesepakatan tersebut berjalan dengan baik. Dengan melakukan evaluasi
maka organisasi dapat melakukan pendekatan alternatif untuk konflik lain
yang berpotensi terulang.

2.9. Akibat Positif Atau Menguntungkan Dari Konflik Dan Akibat Negatif
Atau Merugikan Dari Konflik

Konflik dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. Dampak


positif dari konflik sosial adalah mendorong terjadinya perubahan sosial seperti
perubahan kebijakan yang menyebabkan kesenjangan sosial, memperkuat
integrasi dan solidaritas internal kelompok, memicu masyarakat menjadi lebih
dinamis.

Dampak positif konflik di antaranya :

a) Menumbuhkan semangat untuk memperbaiki diri

b) Menciptakan inovasi baru

c) Meningkatkan skill problem solving

d) Membangun karakter menjadi lebih tahan banting

13
e) Memperjelas norma yang belum jelas

f) Mengurangi ketergantungan pada pihak lawan

Dampak negatif konflik di antaranya :

a) Trauma psikologis

b) Munculnya rasa dendam

c) Rusaknya benda-benda / fasilitas

d) Hilangnya silaturahmi

e) Mengurangi produktivitas

f) Merusak reputasi seseorang

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidak
sesuaian antara dua pendapat sudut pandang yang berpengaruh atas pihak-
pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun negatif. Penyebab terjadinya
konflik yaitu konflik terjadi karena setiap pihak atau salah satu pihak merasa
dirugikan,baik secara material maupun nonmaterial. Untuk mencegahnya,
harus dipelajari penyebabnya. Adapun Langkah-langkah dalam membantu
anak menghadapi konflik. Diantaranya sebagai berikut : 1) Mendengarkan dan
menafsirkan, 2) Kedua belah pihak berganti posisi, 3) Diskusikan dengan
kedua belah pihak jika mereka punya solusi, 4) Buat perjanjian verbal, 5) Buat
perjanjian tertulis. Konflik dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif.
Dampak positif dari konflik sosial adalah mendorong terjadinya perubahan
sosial seperti perubahan kebijakan yang menyebabkan kesenjangan sosial,
memperkuat integrasi dan solidaritas internal kelompok,memicu masyarakat
menjadi lebih dinamis.

3.2. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan,kami selaku penulis
berharap makalah ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para
pembacanya. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Maka dari itu, kami mengharap saran dan kritik yang
konstruktif agar nantinya bisa lebih baik dalam pembuatan makalah
berikutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://download.garuda.ristekdikti.go.id › article

https://jurnal.ar-raniry.ac.id › article › download

https://smart.sch.id/mengajarkan-anak-anak-untuk-menyelesaikan-konflik/
https://blog.kampusgurucikal.com/manajemen-konflik-di-kelas-berbasis-
sekolah/

http://pengertianmanagement.blogspot.com/2013/03/manajemen-konflik-
definisi-ciri-sumber.html?m=1

https://brainly.co.id/tugas/118947

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/intel/article/download/3948/2617

16

Anda mungkin juga menyukai