Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH DINAMIKA KELOMPOK

“KONFLIK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI KELOMPOK


MASYARAKAT

( REMAJA MESJID )”

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Aprillitzavivayarti, M.M.

Disusun oleh : Kelompok 2 ( R002 )

1. Ayu Rahmaningsih ( A1D519053 )

2. Ainun Azizi ( A1D519020 )

3. Gabriella Winarny ( A1D519042 )

4. Anggi Nur Permadi ( A1D519039 )

5. M. Rifqy Fachriza ( A1D519037 )

6. Wahyudi Apriyanto ( A1D519033 )

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konflik dan
Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi Kelompok Remaja Mesjid”.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dan pembaca dapat belajar dengan baik dan
mengetahui perkembangan stuktur kelompok dan pengaplikasianya. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih dan kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan
oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di masa
yang akan datang, dan penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Jambi, 11 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................

Daftar Isi..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

2.1 Definisi Konflik.............................................................................................................

2.2 Definisi dari Organisasi Remaja Mesjid........................................................................

2.3 Konflik-konflik yang Terdapat Pada Organisasi Remaja Mesjid..................................

BAB III................................................................................................................................

3.1 Solusi Pengambilan Keputusan antara Anggota Remaja Mesjid..................................

3.2 Cara Menyelesaikan Konflik Antara Anggota Remaja Mesjid.....................................

3.3 Solusi Kurangnya Komunikasi dan Kerja Sama Antar Anggota...................................

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................

4.1 Kesimpulan....................................................................................................................

4.2 Saran .............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di masa sekarang ini banyak kejadian terhadap para remaja yang sangatmeresahkan orang tua
dan masyarakat luas. Peristiwa tersebut antara lain perkelaianantar pelajar, kenakalan-kenakalan
remaja yang semakin marak, penggunaan pil ekstasidan narkoba dan lain sebagainya. Keadaan
tersebut sangat berlawanan dengan agamadan juga nilai-nilai pancasila. Kehidupan remaja saat
ini menghadapi tantangan yangsangat berat, tertuama akibat perkembangan teknologi yang
sangat pesat menjadikanarus informasi tidak dapat terbendung. Berbagai informasi dan
perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi, hiburan serta informasi lain begitu mudahnya da
patdiperoleh. Kemudahan mencari informasi berdampak bagi perkembangan emosionaldan
pergaulan remaja yang akhirnya dapat mempengaruhi perkembangan kejiwaan dan kehidupan
remaja tersebut. Merosotnya nilai-nilai kehidupan para remaja sangat dipengaruhi oleh teman
sepermainan dan juga dampak dari mudahnya mencari informasi tanpa memfilter terlebih dahulu
apakah informasi yang mereka dapatkan berguna atau tidak. hal ini disebabkan oleh
kurangnya perhatiandalam memilih teman sepermainan dan juga pengaruh dari budaya asing
masuk baik melalui media cetak maupun media massa. Oleh karena itu, peran dari rema mesjid
sangat dominan dalam membentuk tingkah laku para remaja agar tidak terpengaruh oleh
lingkungan yang membawa dampak negatif yang dapat merusak norma sosial yang ada di
masyarakat.

Istilah Remaja Masjid tidak asing bagi umat Islam di Indonesia. Remaja Masjid adalah
organisasi yang mewadahi aktivitas remaja muslim dalam memakmurkan Masjid. Remaja
Masjid merupakan salah satu alternatif wadah pembinaan remaja yang baik dan dibutuhkan
umat. Dengan berorientasi pada aktivitas kemasjidan, keislaman, keilmuan, keremajaan dan
keterampilan, organisasi ini dapat memberikan kesempatan bagi anggotanya mengembangkan
diri sesuai bakat dan kreativitas mereka di bawah pembinaan. Organisasi Remaja Masjid
memerlukan para aktivis yang mumpuni dan profesional. Kehadiran mereka tidak bisa serta
merta, tetapi perlu diupayakan secara terencana dan terarah melalui sistem perkaderan khususnya
melalui pelatihan-pelatihan yang sangat mendukung.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Konflik ?

2. Apa yang dimaksud dengan Remaja Mesjid ?

3. Apa Saja Konflik-konflik yang Terdapat Dalam Organisasi Remaja Mesjid ?

4. Bagaimana Solusi Pengambilan Keputusan antara Anggota Remaja Mesjid ?

5. Bagaimana Cara Menyelesaikan Konflik Antara Anggota Remaja Mesjid ?

6. Bagaimana Solusi Jika Kurangnya Komunikasi dan Kerja Sama Antar Anggota ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui dan memahami definisi dari konflik.

2. Dapat mengetahui dan memahami definisi dari organisasi remaja mesjid.

3. Dapat mengetahui konflik-konflik apa saja yang terdapat pada organisasi remaja mesjid.

4. Dapat mengetahui solusi dalam pengambilan keputusan antara anggota remaja mesjid.

5. Dapat mengetahui cara menyelesaikan konflik yang ada antara anggota remaja mesjid.

6. Dapat mengetahui solusi jika kurangnya komunikasi dan kerja sama antar anggota
remaja mesjid
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Konflik

Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik
bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja
dan kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena
pertentangan dan integrasi yang senantiasa berlangsung. Oleh sebab itu, konflik dan integrasi
sosial merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong
timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial. Di
dalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia yang memiliki kesamaan yang persis,
baik dari unsur etnis, kepentingan, kemauan, kehendak, tujuan dan sebagainya. Dari setiap
konflik ada beberapa diantaranya yang dapat diselesaikan, akan tetapi ada juga yang tidak dapat
diselesaikan sehingga menimbulkan beberapa aksi kekerasan. Kekerasan merupakan gejala tidak
dapat diatasinya akar konflik sehingga menimbulkan kekerasan dari model kekerasan yang
terkecil hingga pepeerangan.

Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama dan
“fligere” yang berarti benturan atau tabrakan.1 Pada umumnya istilah konflik sosial mengandung
suatu rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antar pribadi melalui dari konflik kelas
sampai pada pertentangan dan peperangan internasional.

Coser mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan
terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dinetralisir
atau dilangsungkan atau dieliminir saingannya.

Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial yaitu
pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh dikehidupan. Konflik
yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan
norma dan nilai yang berlaku. Dalam pengertian lain, konflik adalah merupakan suatu proses
sosial yang berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompokkelompok yang saling
menantang dengan ancaman kekerasan.

2.2 Definisi Organisasi Remaja Mesjid

Remaja Masjid adalah organisasi yang mewadahi aktivitas remaja muslim dalam
memakmurkan Masjid. Remaja Masjid merupakan salah satu alternatif wadah pembinaan remaja
yang baik dan dibutuhkan umat. Dengan berorientasi pada aktivitas kemasjidan, keislaman,
keilmuan, keremajaan dan keterampilan, organisasi ini dapat memberikan kesempatan bagi
anggotanya mengembangkan diri sesuai bakat dan kreativitas mereka di bawah pembinaan
Pengurus/Ta‟mir Masjid.(Eman Suherman:2012) Saat ini Remaja Masjid atau dengan sebutan
lain telah menjadi wadah lembaga kegiatan yang dilakukan para remaja muslim di lingkungan
Masjid. Di kota-kota maupun di desa-desa, dapat dijumpai dengan mudah. Organisasi Remaja
Masjid juga telah menjadi suatu fenomena bagi kegairahan para remaja muslim dalam mengkaji
dan menda‟wahkan Islam di Indonesia.

Remaja masjid merupakan sumber daya manusia (SDM) yang sangat mendukung bagi
kegiatan organisasi, sekaligus juga merupakan objek dakwah yang paling utama. Oleh
karenanya, mereka harus dibina secara bertahap dan berkesinambungan, agar menjadi pribadi
yang beriman dan beramal saleh. Tidak hanya itu, kita berkewajiban mendidik mereka untuk
berilmu pengetahuan yang luas serta memiliki keterampilan (skill) yang dapat diandalkan.
Ketika remaja menghadapi problem atau masalah dari tingkat kenakalan hingga masalah
akhlak, remaja masjid dapat menunjukkan kiprahnya melalui berbagai kegiatan yang
bermanfaat. Jika bentuk kegiatan yang ditawarkan menarik perhatian dan simpatik, mereka
bisa diajak mendatangi masjid untuk sholat, mengikuti kegiatan-kegiatan di masjid, jika perlu
mengajak mereka menjadi pengurus dan anggota remaja masjid.

Dengan demikian, peran remaja masjid akan dapat dirasakan manfaat dan hasilnya bila mereka
bersungguh-sungguh aktif dan terlibat dalam melakukan berbagai kegiatan yang konstruktif,
baik di masjid maupun di dalam masyarakatnya. Hal ini membuktikan bahwa remaja masjid
tidak pasif dan eksklusif, peka terhadap problematika masyarakatnya, sehingga keberadaannya
benar-benar memberi arti dan manfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Oleh karena itu,
kehadiran remaja masjid menjadi solusi bagi pengurus masjid dalam memakmurkan masjid.
2.3 Konflik-konflik yang Terdapat Pada Organisasi Remaja Mesjid

a. Salah pengertian, informasi/berita yang tidak dikomunikasikan secara lengkap/utuh dapat


menimbulkan konflik untuk setiap anggota remaja yang menerima informasi. Informasi yang
lengkap dan jelas tetapi tidak disampaikan tepat waktu juga dapat menimbulkan konflik. Dari
sisi penerima informasi/pesan, semua pesan telah diterima secara komplit/utuh, jelas, tepat
waktu, tetapi salah dalam memahami dan menterjemahkan informasi yang diterima tersebut.

b. Masalah wewenang dan tanggungjawab. Pembagian tugas yang bermacam-macam dan saling
memiliki keterkaitan satu sama lain memungkinkan terjadinya lempar tanggungjawab atas tugas
tertentu. Contoh nyata adalah bagian persuratan, bagian distribusi, dan bagian keuangan. Ketiga
unit kerja dengan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing pada situasi tertentu bisa saling
melempar pekerjaan apabila terdapat perselisihan dalam kegiatan yang akan diadakan oleh para
anggota remaja mesjid. Jika sudah terjadi demikian, maka sebenarnya konflik sudah terjadi
walupun tidak terlalu besar permasalahannya. Akan tetapi bila kejadian ini terus terulang dan
ketua remaja tidak ada upaya mengatasinya, maka bukan tidak mungkin konflik akan meluas
yang menyebabkan terganggunya pencapaian kinerja organisasi secara luas.

c. Kurangnya kerja sama antar anggota, antara anggota dengan ketua, dapat menyebabkan hasil
kerja dalam organisasi remaja mesjid tidak optimal. Penyebab hasil kerja yang tidak optimal
tersebut seringkali dicarikan kambing hitam (scape goat), saling menyalahkan, saling mencari
pembenaran sendiri, bahkan saling mencaci yang akhirnya menimbulkan konflik dalam
organisasi.

d. Tidak menaati tata tertib yang berlaku bagi semua anggota, konflik yang terjadi apabila ada
anggota yang tidak manaati tata tertib yang telah dibuat sebelumnya diorganisasi remaja mesjid
seperti adanya sikap anggota yang tidak disiplin dan tidak mengerjakan tugas yang telah
diamanahkan. Sikap tidak disiplin yang ditunjukkan oleh seorang anggota karena adanya
kecenderungan penyimpangan perilaku yang dapat menimbulkan kecemburuan/kekecewaan
terhadap anggota-anggota yang taat dan tertib dengan peraturan. Kecemburuan/kekecewaan
inilah yang bisa menjadi penyulut timbulnya konflik dalam organisasi.
BAB III

3.1 Solusi Pengambilan Keputusan antara Anggota Remaja Mesjid

Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternative cara bertindak dengan metode

yang efisien sesuai dengan situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan

masalah organisasi. Dalamm menyelesaikan konflik, 5 langkah meraih kedamaian dalam konflik.

Apa pun sumber masalahnya, 5 langkah berikut ini mendasar dalam mengatasi kesulitanya itu

sebagai berikut :

1. Pengenalan Sebelum mengambil langkah atas apa yang dilakukan, ada baiknya mengenali apa

masalah yang sedang terjadi. Langkah ini diambil untuk mengenali akar masalah yang terjadi

antara anggota remaja masjid

2. Diagnosa setelah mengetahui akar permasalahan yang sedang terjadi, melakukan diagnosa

perlu dilakukan untuk mengetahui langkah apa yang perlu diambil untuk menyelesaikan

masalah. Diagnosa dilakukan agar langkah yang diambil sesuai dengan permasalahan yang

terjadi.

3. Menyepakati solusi. Solusi yang diambil harus seimbang dan tidak berats ebelah. Agar tidak

ada pihak yang merasa dirugikan satu sama lain antar anggota remaja masjid. Agar tidak terjadi

konflik yang berlanjut lebih lamal lagi.

4. Pelaksanaan Solusi yang telah disepakati kemudian harus dilaksanakan bersama. Semua pihak

yang terlibat harus menyetujui dan tentu saja ikut melaksanakan solusi tersebut. Karena sudah

disepakati, maka pelaksanaan harus dilakukan bersama-sama untuk hasil yang terbaik.

5. Evaluasi . Melakukan evaluasi bersama-sama anggota remaja masjid setelah konflik selesai

dengan salah satu strategi manajemen konflik juga. Dengan adanya evaluasi, konflik-konflik
serupa bisa dihindari di masa depan. Sehingga tidak perlu lagi terjadi konflik dalam anggota

remaja masjid

3.2 Cara Menyelesaikan Konflik Antara Anggota Remaja Mesjid

Strategi penyelesaian konflik merupakan tingkah laku aman berkenaan dengan sikap, cara,
usaha, dan kebiasaan individu dalam menyelesaikan konflik interpersonalnya baik secara
kontruktif maupund estruktif. Cara penyelesaian konflik secara konstruktif merupakan
penyelesaian konflik yang dijalankan dengan cara aman dan menyokong penyelesaian yang
menyenangkan bagi kedua belah pihak. Sedangkan penyelesaian konflik secara destruktif
merupakan penyelesaian konflik secara tidak aman dan hanya untuk kesenangan dirinya tanpa
mempertimbangakan kebaikan pihak lain (clayton et al, 2001 ;latipu, 2010).

Remaja yang bertingkahlaku aman akan lebih konstruktif dalam menyelesaikan konflik,
sebaliknya remaja yang kurang dapat bertingkahlaku aman akan lebih destruktif dalam
menyelesaikan masalah . Tingkahlaku aman mengandung 3 aspek yaitu anti kekerasan dan
pemusuhan, strategi penyelesaian konflik, dan membina perdamaian.

Beberapa metode penyelesaian konflik dalam anggota remaja masjid yaitu sebagai berikut :

1. Mempersatukan (Integrating) Individu yang memilih metode ini melakukan tukar menukar
informasi. Disini ada keinginan untuk mengamati perbedaan dan mencari solusi yang dapat
diterima oleh semua kelompok. Metode penyelesaian konflik jenis ini secara tipikal
diasosiasikan dengan pemecahan masalah, metode ini efektif bila isu konflik adalah kompleks.
Penyelesaian konflik dengan cara mempersatukan (integrating) mendorong tumbuhnya creative
thinking (berpikir kreatif). Mengembangakan alternatif adalah salah satu kekuatan dari gaya
integrating. Penyelesaian konflik dengan metode mempersatukan menekankan diri sendiri dan
orang lain dalam mensintesikan informasi dari perspektif yang divergen (berbeda). Akan tetapi,
menyelesaiakan konflik dengan metode ini menjadi tidak efektif apabila kelompok yang
berselisih itu kurang memiliki komitmen atau bila waktu menjadi sesuatu yang sangat penting,
karena penyelesaian konflik dengan cara mempersatukan ini membutuhkan waktu yang panjang.
Penyelesaian cara ini juga dapat menjadi penyelesaian yang dapat menimbulakan frustasi
terutama dalam konflik tingkat tinggi, karena penalaran dan pertimbangan rasional sering kali
dikalahkan oleh komitmen emosional untuk suatu posisi.

2. Kerelaan membantu (obliging). Metode penyelesaian konflik dengan kerelaan untuk


membantu (obliging) menempatkan nilai yang tinggi untuk orang lain sementara dirinya sendiri
dinilai rendah. Metode ini mungkin mencerminkan rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri
oleh individu yang bersangkutan. Metode ini juga dapat dipakai sebagai strategi yang sengaja
digunakan untuk mengangkat atau menghargai orang lain, membuat mereka merasa lebih baik
dan senang terhadap suatu isu. Penggunaan metode penyelesaian konfilk “rela membantu orang
lain” dengan menaikkan status pihak lain adalah manfaat, terutama jika peran yang dimiliki
secara politis tidak berada dalam posisi yang membahayakan. Metode penyelesaian konflik “rela
membantu orang lain” bila digunakan secara efektif dapat mengawetkan hubungan. Metode ini
dengan tidak disadari, dapat dengan cepat membuat orang lain rela mengalah.

3. Mendominasi (dominating) Metode penyelesaian konflik dengan mendominasi (dominating)


adalah lawan dari metode obliging. Metode ini menekankan pada diri sendiri. Dimana kewajiban
bisa diabaikan oleh keinginan pribadi, metode penyelesaian konflik dengan mendominasi ini
meremehkan kepentingan orang lain. Metode ini adalah strategi yang efektif bila suatu keputusan
yang cepat dibutuhkan atau jika persoalan tersebut kurang penting. Strategi ini dapat menjadi
reaksioner, yang digerakkan oleh mekanisme mempertahankan diri. Metode ini tercermin dalam
sebuah penyerangan untuk orang yang diekspresikan melalui falsafah “lebih baik menembak
daripada ditembak”. Metode ini sangat membantu jika individu kurang pengetahuan atau
keahlian tentang isu yang menjadi konflik. Ketidakmampuan untuk menyediakan tenaga ahli
yang memberikan nasehat atau yang dengan tegas menyampaikan isu inilah pangkal dari metode
mendominasi. Strategi ini paling baik dipakai dalam keadaan terpaksa.

4. Menghindar (avoiding) Para penghindar tidak menempatkan suatu nilai pada diri sendiri atau
orang lain. Metode ini adalah “metode menghindar dari persoalan”. Aspek negatif dan metode
menghindar termasuk diantaranya “menghindari tanggungjawab” atau mengelak dari suatuisi.
Seorang manajer yang menggunakan metode ini akan lari dari peristiwa yang dihadapi,
meninggalkan pertarungan untuk mendapatkan hasil. Bila suatu isu tidak penting, tindakan
menangguhkan dibolehkan untuk mendinginkan konflik. Metode ini efektif bila sewaktu-
sewaktu memang dibutuhkan. Sebagai contoh, dalam sebuah rapat dewan suatu item dapat dibuat
skemanya atau ditunda untuk dibicarakan. Di lain pihak, metode ini dapat membuat frustasi
orang lain karena jawaban penyelesaian konflik sangant lambat. Rasa kecewa biasanya
berpangkal dari metode penyelesaian konflik dengan cara menghindar, dan konflik cenderung
meledak apabila metode ini dipakai.

5. Kompromi (compromising) Gaya ini menempatkan seseorang pada posisi moderat, yang
secara seimbang memadukan antara kepentingan sendiri dan kepentingan orang lain. Ini
merupakan pendekatan saling memberi dan menerima (give-and-take approach) dari pihak-pihak
yang terlibat. Kompromi cocok digunakan untuk menangani masalah yang melibatkan pihak-
pihak yang memiliki tujuan berbeda tetapi memiliki kekuatan yang sama.

3.3 Solusi Kurangnya Komunikasi dan Kerja Sama Antar Anggota

Di dalam hubungan komunikasi diantara anggota remaja masjid akan sering terjadi,
permasalahan yang sering terjadi biasanya adalah karena masalah komunikasi dan kerja sama
yang kurang baik. Sehingga cara mengatasi masalah diantara anggota remaja masjid harus benar-
benar dipahami dengan baik management remaja masjid itu sendiri untuk meminimalisir dampak
yang timbul, permasalahan atau konflik yang terjadi antara anggota remaja masjid terjadi karena
masalah kominikasi dan kerja sama harus di antisipasi dengan baik dan dengan sistem
terstruktur. Karena jika masalah komunikasi dan kerja sama antar anggota remaja masjid terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk mengantisipasi masalah ini ada beberapa cara sebagai
berikut:

1. Membentuk suatu sistem informasi yang terstruktur agar tidak terjadi kesalahan dalam
komunikasi. Contoh dengan membuat papam pengumuman.

2. Buat komunikasi dua arah antara ketua dan anggota menjadi lancar dan harmonis. Contoh
membuat rapat rutin karena dengan komunikasi yang dua rah dan intens akan mengurangi
masalah diantara anggota remaja masjid.
3. Kurangi tekanan terhadap anggota remaja masjid hal ini yang akan membuat para anggota
remaja masjid menjadi tidak terbebani saat menjalankan tuagasnya

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Remaja Masjid adalah organisasi yang mewadahi aktivitas remaja muslim dalam memakmurkan
Masjid. Remaja Masjid merupakan salah satu alternatif wadah pembinaan remaja yang baik dan
dibutuhkan umat. Dengan berorientasi pada aktivitas kemasjidan, keislaman, keilmuan,
keremajaan dan keterampilan, organisasi ini dapat memberikan kesempatan bagi anggotanya
mengembangkan diri sesuai bakat dan kreativitas mereka di bawah pembinaan Pengurus.

Di dalam hubungan komunikasi diantara anggota remaja masjid akan sering terjadi,
permasalahan yang sering terjadi biasanya adalah karena masalah komunikasi dan kerja sama
yang kurang baik. Sehingga cara mengatasi masalah diantara anggota remaja masjid harus benar-
benar dipahami dengan baik management remaja masjid itu sendiri untuk meminimalisir dampak
yang timbul, permasalahan atau konflik yang terjadi antara anggota remaja masjid terjadi karena
masalah komunikasi dan kerja sama harus di antisipasi dengan baik dan dengan sistem
terstruktur. Strategi penyelesaian konflik merupakan tingkah laku aman berkenaan dengan sikap,
cara, usaha, dan kebiasaan individu dalam menyelesaikan konflik interpersonalnya baik secara
kontruktif maupund estruktif.

4.2 Saran

Kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam makalah ini. Kami tetap berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat yang positif bagi pembaca. Kami juga menerima saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Latipun (2010). Pembentukan Perilaku Damai Di Kalangan Remaja: Interpretative


Phenomenological Analysis Terhadap Proses Konseling. Jurnal Psikologi Indonesia, 7
(1),Hendricks, William. Bagaimana Mengelola Konflik, Terj. ArifSantoso Jakarta: Bumi Aksara,
1992.

Siswanto, 2005, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, Jakarta: Pustaka al-Kautsar

Nabed Nuwaerah, Peran Keluarga dan Organisasi Remaja Masjid Dalam Dakwah Terhadap
Remaja, Jurnal Al-Hiwar, Vol. 03, No. 06, Desember 2015

Mannuhung, S., Tenrigau, A. M., & Didiharyono, D. (2018). Manajemen Pengelolaan Masjid
dan remaja Masjid di Kota Palopo. To Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 14-21.

http://irwanely18.blogspot.com/2017/06/masalah-komunikasi-organisasi-beserta.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai