Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KERJASAMA INTERNASIONAL BI, KERJASAMA


MULTILATERAL, KERJASAMA NETWORK FOR
GREENING THE FINANCIAL SYSTEM

Oleh:
Kelompok 6
NAMA : RAHMUL
NPM : 71200311006

Mata Kuliah :
KEBANKSENTRALAN

Dosen Pengampu:
DR. M. SYAFII, SE,M.SI

Program Studi

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmatnya dan hidayah-Nyalah penulis

dapat menyelesaikan Makalah ini. Shalawat berangkaikan salam semoga

senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan kita Muhammad SAW yang telah

membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah yang mana

safaatnya akan sangat kita nantikan di yaumil akhir kelak.

Makalah ini berjudul “Kerjasama Internasional BI, Kerjasama Multilateral,

Kerjasama Network For Greening The Financial System ”. Penulisan Makalah

ini merupakan sebagai salah satu tugas mata kuliah KEBANKSENTRALAN Jurusan

Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Islam Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa penulisan Makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Namun, penulis berharap agar Makalah ini dapat memberikan

manfaat bagi berbagai pihak.

Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini dapat berguna bagi berbagai

pihak, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya.

Medan, Maret 2023


Penulis

RAHMUL
71200311006

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................

2.1 Kerjasama Internasional BI.......................................................................

2.2 Kerjasama Multilateral..............................................................................

2.3 Kerjasama Network For Greening The Financial System.........................

BAB III PENUTUP ..............................................................................................

A. KESIMPULAN ........................................................................................

B. SARAN .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kerja sama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh
suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
rakyat untuk kepentingan negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, yang
meliputi kerja sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan,
dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri masing-masing.
Agar kerja sama tersebut berhasil dan menguntungkan, maka kerja sama
antarnegara tersebut diatur dalam suatu bentuk organisasi resmi. Pada dasarnya di
dunia ini banyak dikenal berbagai macam organisasi. Pertama, organisasi
internasional yaitu menghimpun berbagai berbagai negara tanpa memperhatikan
latar belakang suatu negara. Satu-satunya organisasi yang demikian adalah
Peserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kedua, organisasi regional, yaitu organisasi
yang menghimpun negara-negara dalam suatu kawasan tertentu. Ketiga,
organisasi multilateral, yaitu organisasi yang menghimpun tiga negara atau lebih
berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti kepentingan agama, ekonomi,
pertahanan-keamanan dan lain-lain. Keempat organisasi yang melibatkan dua
negara, terutama untuk mempererat perrsahabatan kedua negara, seperti Lembaga
Persahabatan Indonesia-Amerika (LPIA), Persahabatan Indonesia-Malaysia, dan
lain-lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana kerjasama Internasional BI
b. Bagaimana Kerjasama Multilateral
c. Apa itu Kerjasama Network For Greening The Financial System

1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui kerjasama BI
b. Untuk mengetahui Kerjasama Multilateral
c. Untuk mengetahui Kerjasama Network For Greening The Financial
System

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerjasama Internasional BI


A.     Pengertian Kerjasama Internasional
Kerja sama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu
negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan
kepentingan negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, meliputi kerja
sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi,
berpedoman pada politik luar negeri masing-masing. Kerjasama biasa dilakukan
oleh dua negara atau lebih tujuan dari kerjasama adalah untuk mencukupi
kebutuhan masyarakat masing-masing negara, untuk mencegah atau menghindari
konflik yang mungkin terjadi, untuk memperoleh pengakuan sebagai negara
merdeka, untuk mempererat hubungan antar negara di berbagai
bidang. membebaskanbangsa-bangsa di dunia dari kemiskinan,kelaparan dan
keterbelakangan di bidang ekonomi, memajukan perdagangan, mempercepat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kestabilan dalam bidang ekonomi, politik,
sosial, budaya dan pertahanan keamanan, memelihara ketertiban dan perdamaian
dunia, meningkatkan dan memperat tali persahabatan antarbangsa di dunia. Agar
kerja sama tersebut berhasil dan menguntungkan, maka kerja sama antarnegara
tersebut diatur dalam suatu bentuk organisasi resmi.
Hubungan Internasional menurut Robert Jackson dan Georg Sorensen
dalam bukunya yang berjudul Pengantar Studi Hubungan Internasional,
menjelaskan bahwa Hubungan Internasional merupakan studi mengenai hubungan
antar negara-negara yang didalamnya mencakup aktivitas dan kebijakan
pemerintah, organisasi internasional, organisasi non pemerintahan dan perusahaan
multinasional. Bull dalam buku Teori Hubungan Internasional Perspektif-
Perspektif Klasik oleh Vinsensio Dugis juga mengemukakan bahwa hubungan
internasional membahas mengenai masyarakat internasional atau sistem
internasional mengenai hubungan antar negara-negara, bangsa-bangsa, kelompok
supranasional, transnasional dan subnasional yang kemudian membentuk politik
global/dunia (world politics).
Kemudian definisi lain juga muncul dari (Karen Mingst, 2017:13-14) yang
berpendapat bahwa Hubungan Internasional tidak lagi berpusat pada negara

3
namun lebih kepada interaksi antar berbagai aktor yang berpartisipasi dalam
proses politik internasional. Hubungan Internasional juga dapat diartikan sebagai
isu-isu yang sangat luas seperti isu mengenai perkembangan dan perubahan suatu
negara dalam hal ini sistem negara dan masyarakat, interdependensi ekonomi, hak
asasi manusia, perusahaan transnasional, lingkungan hidup, perbedaan gender,
keterbelakangan dan sebagainya. Pada zaman modern kita tidak sanggup untuk
memenuhi kebutuhan kita sendiri, kerjasama internasional menjadi hal penting
bagi negara-negara untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Menurut
(Koehane, 2018:123) kerjasama internasional dapat terjadi karena terdapat
jembatan kepercayaan antara negara dari keadaan yang anarki sehingga
diperlukan wadah bagi negara-negara untuk berkonsultasi dan membangun
kepercayaan, wadah ini kemudian disebut sebagai institusi atau rezim
internasional.
Hal ini juga dikatakan oleh North dan Thomas dalam buku Teori-Teori
Ekonomi Politik yang mengatakan bahwa terdapat cara yang digunakan negara-
negara untuk bekerjasama yaitu melalui institusi, yang dianggapnya melalui
institusi dapat merugikan sebelah pihak dan juga dapat saling menguntungkan
antar negara-negara anggota. Dalam penelitian, untuk memecahkan isu-isu
dibutuhkan sebuah teori untuk memecahkan permasalahan tersebut. Adapun teori
yang di gunakan penulis ialah teori liberalisme institusional dalam buku Pengantar
Studi Hubungan Internasional oleh Robert Jackson dan Georg Sorensen.
Kehadiran organisasi dan kesepakatan kerjasama antar negara, efek anarki
sistem internasional dapat dicegah melalui tingginya tingkat institusionalisasi
dimana dapat diatasi melalui kehadiran institusi-institusi internasional.
Institusional juga dapat mengurangi rasa curiga antar negara serta menyediakan
forum negosiasi antar negara sehingga konflik dapat dihindari (Jackson &
Sorensen, 2018 :43). Institusi dibuat karena tidak adanya kepercayaan di antara
negara-negara, dengan adanya institusi dapat lebih mudah memberikan informasi
mengenai alasan dan hal apa saja yang sedang dilakukan oleh negara lain. Dengan
demikian institusi tersebut dapat membantu negara anggotanya dalam menghadapi
rasa takut dan mengurangi ketidakpercayaan antar negara satu sama lain yang di
anggap menjadi masalah tradisional. Selain daripada itu institusi juga
menyediakan forum negosiasi di antara negara-negara serta dapat memajukan
kerjasama antara negara demi keuntungan satu sama lain.

4
B.     Bentuk-bentuk Kerjasama Internasional
Dalam kerjasama internasional terdapat beberapa bentuk kerjasama
internasional, yaitu :
a.       Bilateral
Kerja sama bilateral merupakan kerja sama antar dua negara. Misalnya, kerja
sama ekonomi yang terjalin antara Indonesia dengan Singapura atau Amerika
dengan Arab Saudi. Kerja sama bilateral bertujuan untuk membina hubungan
yang telah ada serta menjalin hubungan kerja sama perdagangan dengan
negara mitra. Kerjasama bilateral yang diputuskan secara sepihak,
pemutusannya disebut secara unilateral.
b.      Multilateral
Organisasi multilateral, yaitu organisasi yang menghimpun tiga negara atau
lebih berdasarkan pertimbangan tertentu, dimana negara yang bekerjasama
saling membantu, seperti ASEAN.
c.       Regional
Kerja sama regional merupakan kerja sama antara negara-negara sewilayah
atau sekawasan. Tujuannya tidak lain adalah untuk menciptakan perdagangan
bebas antara negara di suatu kawasan tertentu. Bentuk kerja sama regional
sudah dijajaki oleh PBB melalui pembentukan komisi regional yang dimulai
dari Eropa, Asia Timur dan Amerika Latin. Komisi ini mengembangkan
kebijakan bersama untuk masalah pembangunan khususnya pada bidang
ekonomi. Kerja sama secara regional biasanya lebih pada hubungan dengan
lokasi negara serta berdasarkan alasan historis, geografis, teknik, sumber daya
alam dan pemasaran.
d.      Internasional
Kerjasama internasional adalah bentuk kerjasama  yang mencakup banyak
negara dan bernaung di bawah satu bendera PBB. Kerjasama ini bertujuan
saling membantu di bidang ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
bersama. Misalnya IMF, WTO, dan lain-lain.

C.     Contoh organisasi dalam kerja sama internasonal       

Organisasi internasional adalah suatu organisasi yang dibuat oleh oleh

5
anggota masyarakat internasional secara sukarela atau atas dasar kesamaan
yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian dalam tata hubungan
internasional.Organisasi internasional juga suatu bentuk organisasi dari
gabungan beberapa negara atau bentuk unit fungsi yang memiliki tujuan
bersama mencapai persetujuan yang juga merupakan isi dari perjanjian
atau charter. Contoh organisasi internasional yaitu :

1. PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB (United Nations atau UN) adalah
sebuah organisasi internasional yang anggotanya hampir seluruh negara di
dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi hukum internasional,
pengamanan internasional, lembaga ekonomi, dan perlindungan sosial.
Perserikatan Bangsa-bangsa didirikan di San Fransisco pada tanggal 24
Oktober 1945 setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington DC.
Sidang umum yang pertama dihadiri wakil dari 51 negara dan baru
berlangsung pada 10 Januari 1946  di Church House, London. Dari 1919
hingga 1946 terbentuk sebuah organisasi yang mirip, bernama Liga
Bangsa-bangsa, yang bisa dianggap sebagai pendahulu PBB. Sejak
didirikan di San Fransisco pada 24 Oktober 1945  sedikitnya 192 negara
menjadi anggota PBB. Semua negara yang tergabung dalam wadah PBB
menyatakan independensinya masing-masing.  Selain Vatikan dan Takhta
Suci serta Republik Cina (Taiwan) yang tergabung dalam wilayah Cina
pada 1971 hingga tahun 2007 sudah ada 192 negara anggota PBB.
Sekretaris Jendral PBB saat ini adalah Ban Ki-Moon asal Korea Selatan
yang menjabat sejak 1 Januari 2007.

2. MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa)


MEE adalah suatu wadah kerjasama regional untuk kawasan Eropa Barat.
Kerjasama ini didirikan pada tanggal 1 Januari 1958 di Roma (Italia) oleh
beberapa negara yaitu : Italia, Perancis, Inggris, Belgia, Irlandia,
Luxemburg, dan Denmark. Tujuan utama dari MEE adalah untuk
menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan secara bertahap, baik
sesama anggota MEE maupun negara Eropa Barat yang tidak termasuk
daerah perdagangan bebas Eropa. Sementara itu, MEE telah mencapai

6
persetujuan perdagangan dengan sebagian besar negara di Lautan Tengah
yang bukan anggota MEE. Dalam rangka kerjasama masyarakat Eropa,
telah dikembangkan konsep “Pasar Tunggal Eropa”.
3. AFTA
AFTA adalah kerjasama ekonomi intra ASEAN, yang pertama kali
dicetuskan dalam KTT ASEAN ke-4 di Singapura tanggal 27-28 Januari
1992, tetapi secara resmi dimulai 1 Januari 1993. AFTA beranggotakan 7
negara anggota ASEAN. Kepala-kepala negara/pemerintahan negara
ASEAN menyepakati suatu kerangka persetujuan mengenai peningkatan
kerjasama ekonomi ASEAN yang berfungsi sebagai pelindung bagi segala
kerjasama ekonomi ASEAN di masa datang. Dengan AFTA diharapkan
negara anggota lebih meningkatkan perdagangan dan spesialisasi dalam
intra ASEAN. Di samping itu, juga meningkatkan investasi dalam kegiatan
produksi barang dan jasa antar anggota ASEAN.
4.   NAFTA (North American Free Trade Area)
NAFTA adalah badan kerjasama ekonomi negara-negara Amerika Utara,
yang didirikan pada tanggal 12 Agustus 1992. Anggota-anggotanya adalah
Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
NAFTA bertujuan membentuk kawasan perdagangan bebas di daerah
Amerika Utara. Kendala utama untuk mewujudkan perdagangan bebas di
Amerika Utara adalah karena tingkat pertumbuhan ekonomi antara
Amerika Serikat dan Meksiko sulit untuk mewujudkan perdagangan bebas
dengan persaingan yang sehat. Peluang bagi Meksiko hanyalah ekspansi
tenaga kerja ke Amerika Serikat.
5.  APEC (Asia Pacific Economic Corporation)
APEC adalah sarana kerjasama ekonomi negara-negara Asia Pasifik yang
dibentuk pada bulan November 1989 di Canberra, Australia atas usul
Perdana Menteri Australia Bob Hawke. Prinsip dasar pembentukan APEC
adalah sebagai forum konsultasi dalam memecahkan masalah ekonomi,
perdagangan, dan investasi anggotanya.
Keanggotaan APEC terdiri dari 18 negara yaitu : Amerika Serikat,
Australia, Kanada, Meksiko, Cina, Jepang, Brunei Darussalam, Hong
Kong, Korea Selatan, Malaysia, Papua Nugini, Thailand, Singapura,
Indonesia, Selandia Baru, Filipina, Chili, dan Taiwan. Tujuan APEC

7
adalah untuk meningkatkan kerjasama ekonomi di kawasan Asia Pasifik,
terutama di bidang perdagangan dan investasi. APEC diperkirakan dapat
memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini mengingat besarnya
peranan kawasan Asia Pasifik sebagai negara tujuan ekspor produk
Indonesia, sumber prestasi, dan sumber wisatawan.

2.2 Kerjasama Multilateral


Kerjasama antar negara dapat dibedakan berdasarkan jumlah anggota dari
kerjasama tersebut dan salah satu jenisnya ialah kerjasama multilateral. Kerjasama
multilateral mengutamakan keterlibatan banyak negara dalam menangani isu dan
permasalahan internasional. Multilateral berkembang pasca Perang Dunia kedua,
hal ini di tandai dengan meningkatnya jumlah institusi internasional yang
mengatur aktor-aktor dalam hubungan internasional terkait dengan isu dan
permasalahan tertentu (Kamus Hubungan Internasional). Dengan adanya
kerjasama multilateral memungkinkan terciptanya kebijakan, aturan atau
penyelesaian masalah dengan mendapatkan legitimasi yang kuat karena mengikut
sertakan banyak aktor. Meskipun demikian kerjasama multilateral memiliki
kelemahan karena banyaknya kepentingan yang harus di akomodasikan sehingga
negosiasi multilateral sering berjalan lambat.
Pembentukan The Concil Of Palm Oil Producing (CPOPC) ditandatangani
di Kuala Lumpur Malaysia pada tanggal 21 November 2015. Kerjasama ini
dilaksanakan oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya
Republik Indonesia Riza Ramli dan Datuk Amar Douglas Uggah Embas, Menteri
Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia. Penandatangan ini disaksikan
langsung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Perdana Menteri
Malaysia Dato’Sri Mohd bin Tun Abdul Razak (CPOPC.org).
Tujuan pembentukan CPOPC ialah untuk promosi, pembangunan dan
penguatan kerjasama dalam budidaya dan industri kelapa sawit di antara negara
anggota, guna menjamin keberlangsungan industri minyak sawit, kemajuan
ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat masing-masing negara
anggota. Indonesia dan Malaysia meskipun sering mendapatkan respon negatif
mengenai kerusakan lingkungan akibat industri kelapa sawit. Melalui kerjasama
ini Indonesia dan Malaysia bersama menunjukan kepada masyarakat dunia

8
khususnya negara-negara konsumen bahwa produksi minyak sawit telah
menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Adapun isi pokok-pokok yang diatur dalam piagam CPOPC ialah, sebagai
berikut:
a. Menyediakan konsultasi pembangunan industri minyak sawit kepada
pemangku kepentingan yang ada di negara-negara pembudidaya kelapa
sawit
b. Meningkatkan kesejahteraan para pekebun kelapa sawit
c. Membangun dan membentuk kerangka global dengan prinsip minyak
sawit yang berkelanjutan termasuk dalam zona ekonomi hijau
d. Mengantisipasi hambatan yang akan terjadi dalam proses perdagangan
minyak sawit
e. Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan serta pelatihan dengan
melakukan kegiatan yang diperlukan dalam kepentingan perindustrian
minyak sawit.
Terbentuknya CPOPC diharapkan akan membantu perkembangan
ekonomi bagi Indonesia. Fungsi dari CPOPC ialah mendorong komunikasi dalam
pengembangan industri minyak sawit antara para pembudidaya kelapa sawit dan
mensejahterakan petani kelapa sawit dengan membangun prinsip-prinsip industri
minyak kelapa yang berkelanjutan.

2.3 Kerjasama Network For Greening The Financial System

A. Pengertian Greening The Financial System


Di zaman seperti saat ini, utang pasar modal akan sangat diperlukan untuk
proyek hijau yang lebih fokus pada konsep ramah lingkungan. Nah, hal tersebut
dikenal dengan istilah green finance, yang mana utang pasar modal lebih banyak
dimanfaatkan untuk proyek yang fokus pada lingkungan dan pembangunan yang
berkelanjutan.

Green finance merupakan konsep keuangan hijau untuk menciptakan dan


mendistribusikan produk serta layanan keuangan yang mendorong investasi ramah
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Fokus utama konsep green finance
adalah pengeluaran modal untuk proyek atau pembangunan yang lebih ramah

9
lingkungan.

Oleh karena itu, green finance biasanya meliputi sektor-sektor utama di


dalam sebuah negara, antara lain:

 Transportasi berkelanjutan
 Pariwisata berkelanjutan
 Manajemen sumber daya alam
 Keanekaragaman hayati
 Pencegahan atau pengendalian polusi

.Fokus utama dari green finance adalah pengeluaran modal untuk


pembangunan ataupun proyek yang lebih ramah pada lingkungan. Untuk itu,
biasanya green finance mencakup berbagai sektor utama dalam suatu negara, yang
mencakup pariwisata berkelanjutan, transportasi berkelanjutan, keanekaragaman
hayati, manajemen sumber daya alam, dan pencegahan ataupun pengendalian
polusi.

B. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Pendanaan Hijau


Sejak dulu, PBB sudah memikirkan konsep pendanaan hijau yang mana
tujuannya adalah agar bisa mengarahkan aliran keuangan pada pembangunan yang
lebih berkelanjutan. Inti dari adanya ekonomi global ini adalah mengelola pasar
keuangan modal untuk dialokasikan ke beragam sektor serta memastikan bahwa
pola produksi dan konsumsi di masa depan bisa terjamin dengan baik. Area utama
pada pembiayaan hijau ini mencakup:

 Mendukung sektor publik dalam hal menciptakan lingkungan yang lebih


memungkinkan
 Mempromosikan kemitraan publik-swasta dalam mekanisme pembiayaan,
contohnya seperti obligasi hijau
 Mengembangkan kapasitas usaha masyarakat dalam kredit mikro.
Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh Asian Development Bank atau
ADB, benua Asia yang saat ini tengah berkembang memerlukan sekitar 1,7 triliun
dolar setiap tahunnya untuk kebutuhan infrastruktur. Perkiraan terbaru fokusnya
adalah pada investasi kehutanan, kelautan, tanah dan pertanian, serta berbagai

10
keanekaragaman hayati. Jika setiap negara di Asia ingin bisa mencapai
pembangunan yang berkelanjutan dan sejalan dengan PBB, maka investasi di
berbagai bidang atas harus hijau atau harus bisa menerapkan konsep green
finance. Konsep ini akan membantu dalam mengatasi sistem keuangan pasar dan
berbagai sistem keuangan lainnya, termasuk dalam hal:

 Biaya dan manfaat kegiatan ekonomi atau yang dikenal dengan


eksternalitas, seperti polusi air dan udara, tidak diinternalisasi dalam
sistem penetapan harga.
 Biasanya bank tidak akan mau untuk memberikan pinjaman pada proyek
infrastruktur berkelanjutan jangka panjang.
 Beberapa investor yang bertanggung jawab dalam hal lingkungan dan
sosial tidak mengetahui perusahaan ataupun tempat untuk berinvestasi
karena minimnya informasi.
 Pihak investor tidak mempunyai alat ataupun data untuk menganalisa
investasi dalam proyek ramah lingkungan.
Beberapa masalah di atas bisa ditangani dengan cara menerapkan green
finance dan membantu mengubah pola pikir serta perilaku orang. Bank juga bisa
meminta pertanggungjawaban atas adanya kerusakan lingkungan dari perusahaan
yang mereka berikan kredit. Konsep tersebut dikenal dengan kewajiban pemberi
pinjaman atau “lender’s liability”

C. Peran Sektor Swasta Dalam Green Finance


Berdasarkan laporan dari ADB Catalyzing Green Finance, seluruh sistem
keuangan harus direorientasi agar bisa mendukung terbentuknya green finance.
Agar bisa meningkatkan dan menstimulasi pendanaan sektor swasta, maka
pemerintah harus bisa bekerja sama dengan berbagai pelaku. Tujuannya adalah
agar bisa meningkatkan aliran modal dan agar bisa mengembangkan keuangan
inovatif. Di dalamnya terdapat dua kategori utama, yaitu:

 Penyedia modal, yang mana didalamnya mencakup dana pensiun,


perusahaan asuransi, perwalian komersial, serta dana abadi.
 Perantara keuangan yang mencakup bank investasi perusahaan manajemen
investasi, bank komersial, perusahaan manajemen investasi, serta
perusahaan ekuitas swasta. Entitas ini dapat digunakan oleh pihak

11
penyedia modal sebagai perantara agar bisa menghubungkan modal
dengan peluang investasi.
Terdapat tiga peran utama pada green finance, yaitu:

1. Menghijaukan Sistem Perbankan

Konsep green banking atau perbankan hijau harus melibatkan kerja


sama dengan bank dan memasukkan faktor lingkungan ke dalam
portofolio pinjaman. Hal tersebut akan berdampak pada
perbandingan hasil lingkungan dengan penetapan harga, sehingga
meningkatkan potensi biaya utang untuk perusahaan yang memiliki
polusi tinggi. Lalu, perusahaan yang sadar akan lingkungan
sekitarnya akan mempermudah akses pendanaan rendah. Keduanya
akan membantu penetapan praktik yang ramah lingkungan pada
seluruh sektor.

2. Menghijaukan Pasar Obligasi


Green bonds atau obligasi hijau adalah instrumen utang yang
digunakan untuk pendanaan proyek yang lebih ramah lingkungan.
Pasar obligasi hijau ini berguna untuk proyek hijau dan juga
investor, termasuk di dalamnya menyediakan sumber tambahan
pembiayaan hijau untuk pinjaman bank dan juga pembiayaan
ekuitas.
Di asia sendiri, obligasi hijau ini dikeluarkan oleh Asian
Development Bank untuk transportasi berkelanjutan, efisiensi
energi, serta kota hijau.

3. Menghijaukan Investor Institusional


Investasi yang berkelanjutan lebih mengutamakan faktor
lingkungan, sosial, serta tata kelola dalam pemilihan dan juga
manajemen portofolio.
Pasar investasi ini mencakup sejumlah strategi dan kegiatan, yaitu
penapisan positif (best in class), penapisan negatif (exlusionary),
integrasi faktor LST (lingkungan, sosial, dan tata kelola),
penyaringan berbasis norma, investasi dampak atau komunitas,

12
investasi bertema berkelanjutan, keterlibatan perusahaan dan juga
tindakan pemegang saham.

Walaupun saat ini sebagian besar green finance dijalankan oleh pihak


swasta, tapi green finance publik tetap memainkan peran penting. Pihak
pemerintah bisa mendukung inovasi dalam sisi penawaran agar bisa meningkatkan
alokasi anggaran mereka. Sehingga, nantinya akan tercipta fleksibilitas dana
program hijau dengan pembangunan yang ada saat ini. Aliran dana green
finance ini umumnya berasal dari satu negara maju ke banyak negara yang masih
berkembang.

D. Keterlibatan Indonesia dalam Green Finance

Di Indonesia sendiri, green finance adalah dukungan secara menyeluruh


yang diberikan oleh industri jasa keuangan untuk perkembangan berkelanjutan
dengan cara mengkoordinasikan manfaat ekonomi, sosial dan juga lingkungan.
Green finance di Indonesia mencakup berbagai aspek di bawah ini.

1. Mencapai keunggulan dalam hal industri, sosial, dan ekonomi agar bisa
mengurangi ancaman pemanasan global serta mencegah masalah
lingkungan dan sosial lainnya yang bertujuan untuk mengalihkan tujuan ke
ke ekonomi yang lebih rendah karbon dan kompetitif.
2. Mempromosikan investasi lingkungan pada berbagai bidang bisnis atau
ekonomi.
3. Mendukung berbagai prinsip pembangunan Indonesia

Pemerintah Indonesia sendiri sudah menetapkan beragam tujuan untuk


berkontribusi secara aktif untuk menyelamatkan bumi. Selain itu, beragam metode
pendanaan juga sudah disiapkan agar para investor bisa berperan aktif dalam
pembangunan berkelanjutan. Saat ini, terdapat banyak sekali permintaan investasi
yang berbasis lingkungan. Untuk itu, pemerintah sangat serius dalam mendorong
perkembangan ekonomi yang ramah lingkungan agar bisa menarik minat investor
untuk masuk ke pasar keuangan di Indonesia. Caranya adalah dengan memilih
beragam proyek investasi dan meningkatkan daya tarik alat investasi.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kerja sama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh
suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
rakyat untuk kepentingan negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, yang
meliputi kerja sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan,
dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri masing-masing.
Pemerintah Indonesia sendiri sudah menetapkan beragam tujuan untuk
berkontribusi secara aktif untuk menyelamatkan bumi. Selain itu, beragam metode
pendanaan juga sudah disiapkan agar para investor bisa berperan aktif dalam
pembangunan berkelanjutan.
Saat ini, terdapat banyak sekali permintaan investasi yang berbasis
lingkungan. Untuk itu, pemerintah sangat serius dalam mendorong perkembangan
ekonomi yang ramah lingkungan agar bisa menarik minat investor untuk masuk
ke pasar keuangan di Indonesia. Caranya adalah dengan memilih beragam proyek
investasi dan meningkatkan daya tarik alat investasi.

B. SARAN
Sebagai pebisnis, Anda pun bisa turut aktif dalam menerapkan green
finance. Caranya adalah dengan ikut memperhatikan kondisi lingkungan yang ada
di sekitar bisnis Anda. Namun, Anda tetap memerlukan pengelolaan keuangan
yang baik agar bisa mengalokasikan dana untuk menerapkan konsep tersebut. Dan
agar kerja sama berhasil dan menguntungkan, maka kerja sama antarnegara tersebut
diatur dalam suatu bentuk organisasi resmi. Contoh-ontoh organisasi internasional adalah
PBB, NATO dan ASEAN.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/20849/2/T1_372015028_BAB
%20II.pdf. Diakses tanggal 05 Maret 2023.

https://accurate.id/ekonomi-keuangan/green finance/ Tujuan_Pembangunan


_Berkelanjutan_dan_Pendanaan_Hijau. Diakses tanggal 05 Maret 2023.

http://otobiazza.blogspot.com/2013/08/contoh-makalah-kerjasama-ekonomi.html
Diakses tanggal 05 Maret 2023.

http://devinurleviasari6arega11.blogspot.com/2014/07/makalah-kerjasama-
internasional.html. Diakses tanggal 05 Maret 2023.

Anda mungkin juga menyukai