Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PERAN NEGARA INDONESIA


DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL

Disusun oleh :
Nama : Zhulfikar Ammirullah Al Akbar
No : 34
Kelas : XII – IPA 5

SMAN 3 MAGETAN
JL. RAYA SARANGAN 45, MAGETAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga dapat
menyelesaikan tugas Sejarah Indonesia yang berjudul “Peran Negara Indonesia dalam
Organisasi Internasional”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia pada
semester genap tahun pelajaran 2023/2024.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyalesaikan pembuatan
makalah, khususnya kepada ibu guru kami yang telah memberikan arahan dalam pembuatan
makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki.
Untuk itu , kritik dan saran dari semua pihak yang membangun, sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Magetan, Maret 2024


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
D. Manfaat.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. Peran Indonesia dalam Lingkup ASEAN.................................................3


B. Peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika.......................................9
C. Peran Indonesia dalam Organisasi Gerakan Non Blok............................16

BAB III PENUTUP..................................................................................................20

A. Kesimpulan............................................................................................20
B. Saran......................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awal proses dari pembentukan organisasi internasional berawal dari abad ke-19.
Inovasi yang terkait dengan kebangkitan industrialisasi, komunikasi dan metode
transportasi mendorong pembentukan badan-badan bertujuan khusus yang dulunya
disebut serikat internasional publik. Serikat tersebut dirancang untuk memfasilitasi
kerjasama pemerintah dalam menangani masalah ekonomi dan sosial. Serikat yang paling
terkenal diantaranya Telegraphic Union (1985) dan Universal Postal Union (1874).
Kedua organisasi tersebut adalah organisasi yang bertahan menjadi badan khusus dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Organisasi internasional dapat didefinisikan, sesuai dengan Komisi Hukum


Internasional sebagai organisasi yang didirikan oleh perjanjian atau instrumen lain yang
diatur oleh hukum internasional dan memiliki kepribadian hukum internasionalnya
sendiri. Menurut Quincy Wright, organisasi internasional adalah seni menciptakan dan
mengatur organisasi umum dan regional yang terdiri dari negara-negara merdeka untuk
memfasilitasi kerjasama dalam maksud dan tujuan yang sama.

Organisasi internasional lahir dari kebutuhan akan kerja sama. Seiring dengan
perkembangan sosial, ketergantungan dengan yang lain semakin meningkat, hal ini
berlaku dalam masyarakat domestik dan juga masyarakat internasional. Masalah umum
yang membutuhkan tindakan bersama ini pertama kali dirasakan di bidang non-politik.
Awalnya organisasi internasional dibentuk untuk memenuhi kebutuhan kerjasama selama
revolusi industri.

Organisasi internasional memiliki peran sebagai wadah untuk menggalang


kerjasama dan mencegah intensitas konflik untuk sesama anggota. Selain itu, organisasi
internasional juga merupakan sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan
yang disepakati bersama dan saling menguntungkan pihak yang terlibat. Organisasi
internasional juga berperan sebagai lembaga yang mandiri dalam melaksanakan kegiatan
seperti kegiatan sosial, kemanusaian dan bantuan pelestarian lingkungan.

Organisasi internasional memiliki peran dalam masalah politik, ekonomi dan


sosial. Dalam isu sosial, organisasi internasional berperan untuk mengamankan dan
memelihara kondisi kerja yang adil dan manusiawi bagi laki-laki, perempuan dan anak-
anak di wilayah anggota organisasi. Selain itu organisasi internasional berperan untuk
mempromosikan dan membantu organisasi Palang Merah yang bertujuan untuk
peningkatan kesehatan, pencegahan penyair dan pengurangan penderitaan di seluruh
dunia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Indonesia dalam lingkup ASEAN ?
2. Bagaimana peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika ?
3. Bagaimana peran Indonesia dalam Organisasi Gerakan Non Blok ?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan peran Indonesia dalam lingkup ASEAN.
2. Untuk menjelaskan peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika.
3. Untuk menjelaskan peran Indonesia dalam Organisasi Gerakan Non Blok.

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan penulis:

1. Memberikan pengetahuan tentang peran Indonesia dalam lingkup ASEAN.


2. Memberikan pengetahuan tentang peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika.
3. Memberikan pengetahuan tentang peran Indonesia dalam Organisasi Gerakan Non Blok.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Indonesia dalam Lingkup ASEAN

Sejarah Lahirnya Asean

ASEAN atau Association of Southeast Asian Nations (Perhimpunan Bangsa-Bangsa


Asia Tenggara) adalah organisasi regional yang terdiri dari sepuluh negara anggota,
yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam,
Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus
1967 di Bangkok, Thailand yang didasarkan dengan penandatanganan Deklarasi
Bangkok oleh lima negara pendiri.Adanya konflik yang terjadi di beberapa negara
Asia Tenggara saat itu menjadi alasan dibentuknya ASEAN. Selain itu, ada beberapa
latar belakang pembentukan ASEAN, yaitu:

1.Persamaan Geografis

Negara-negara ASEAN berada di kawasan Asia Tenggara yang terletak di antara


Benua Australia dan daratan Benua Asia, serta di antara Samudra Hindia dan Pasifik.

2.Persamaan Budaya

Penduduk Asia Tenggara merupakan keturunan dari ras Malayan Mongoloid. Ras ini
dalam perkembangannya banyak menerima pengaruh budaya berupa warna kulit,
makanan, hingga adat istiadat dari wilayah India, Arab (Gujarat), dan Cina.

3.Persamaan Kepentingan

Semua negara di Asia Tenggara memiliki tujuan dan visi yang sama yaitu
kesejahteraan, kedamaian, keamanan, dan ketertiban, dalam lingkup nasional maupun
regional.

4.Persamaan Nasib

Hampir seluruh negara di Asia Tenggara pernah dijajah oleh negara lain, seperti
Indonesia oleh Belanda, Malaysia dan Singapura oleh Inggris, hingga Filipina oleh
Spanyol dan Amerika. Hanya negara Thailand yang bebas dari penjajahan.

3
Deklarasi Bangkok: Landasan Pembentukan ASEAN

Deklarasi Bangkok adalah dokumen yang berisi kesepakatan bersama lima negara
pendiri ASEAN untuk membentuk suatu organisasi regional yang bertujuan untuk
meningkatkan kerjasama dan integrasi di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
keamanan, dan teknologi di antara negara-negara Asia Tenggara

Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh lima tokoh menteri luar negeri dari Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, yaitu Adam Malik, Tun Abdul Razak,
Narciso R Ramos, S Rajaratnam, dan Thanat Khoman. Deklarasi Bangkok menyatakan
beberapa alasan yang menjadi latar belakang pembentukan ASEAN, antara lain:

1.Adanya kesadaran akan kepentingan bersama dan persamaan nasib dalam menghadapi
tantangan masa depan

2.Adanya keinginan untuk memperkuat solidaritas dan kerjasama regional untuk


memajukan kesejahteraan rakyat

3.Adanya tekad untuk memelihara perdamaian dan stabilitas regional melalui


penghormatan terhadap hukum dan keadilan internasional

4.Adanya komitmen untuk mengembangkan kerjasama ekonomi dan sosial yang saling
menguntungkan

5.Adanya harapan untuk mempererat hubungan persahabatan dan kerjasama dengan


negara-negara lain

Mereka menandatangani dokumen Deklarasi ASEAN atau yang dikenal sebagai


Deklarasi Bangkok. Penandatangan dokumen itu juga menjadi tonggak sejarah lahirnya
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau Association of Southeast Asian
Nations(ASEAN). Ini isi Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok.

1.Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan


di kawasan Asia Tenggara.

2.Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional.

3.Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam
bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrada.

4.Memelihara kerja sama yang erat di tengah-tengah organisasi regional dan internasional
yang ada.

5.Meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di


kawasan Asia Tenggara.

4
Logo asli ASEAN menampilkan lima berkas coklat batang padi, satu untuk setiap
anggota pendiri. Di bawah berkas gandum terdapat tulisan “ASEAN” dengan warna
biru.Namun kini, logo ASEAN berkembang menjadi sepuluh ikat batang padi yang
menggambarkan mimpi dari para pendiri ASEAN dan juga menggambarkan 10 anggota
negara ASEAN. Warna lambang ASEAN adalah biru, merah, putih, dan kuning yang
menggambarkan warna-warna utama yang ada di setiap bendera negara anggota
ASEAN.Warna biru menggambarkan perdamaian dan stabilitas, warna merah
menggambarkan semangat dan dinamis, warna putih menggambarkan kemurnian dan
warna kuning menggambarkan kemakmuran.Logo tersebut juga disempurnakan dengan
lingkaran yang menunjukkan adanya persatuan dari negara-negara ASEAN.

Tujuan Asean

1.Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan budaya di


antara negara anggota

2.Mendorong kolaborasi dan saling bantu dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan,
teknologi, pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, pariwisata, energi,
lingkungan hidup, kesehatan masyarakat, dll

3.Mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional melalui penghormatan terhadap


kedaulatan negara-negara anggota

4.Menyelesaikan sengketa secara damai melalui dialog dan konsultasi tanpa


menggunakan kekerasan atau campur tangan dari pihak luar

5.Meningkatkan peran aktif ASEAN dalam masyarakat internasional sebagai mitra yang
bertanggung jawab dan konstruktif

6.Membangun identitas ASEAN sebagai komunitas yang bersatu dalam keberagaman

Negara Anggota Asean


1. Indonesia masuk pada tanggal 8 Agustus 1967
2. Malaysia masuk pada tanggal 8 Agustus 1967
3. Thailand masuk pada tanggal 8 Agustus 1967
4. Filipina masuk pada tanggal 8 Agustus 1967
5. Singapura masuk pada tanggal 8 Agustus 1967
6. Brunei Darussalam masuk pada tanggal 7 Januari 1984
7. Vietnam masuk pada tanggal 28 Juli 1995
8. Myanmar masuk pada tanggal 23 Juli 1997
9. Laos masuk pada tanggal 23 Juli 1997
10. Kamboja masuk pada tanggal 30 April 1999

5
Dampak Asean terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Politik Negara Berkembang
Kerja Sama Asean di Bidang Sosial
1.ASEAN Ministerial Meeting on Rural Development and Poverty Eradication
(AMMRDPE)
Pada bentuk kerja sama ASEAN AMMRDPE merupakan pertemuan tingkat menteri
antara anggota ASEAN yang membahas pembangunan pedesaan dan pengentasan
kemiskinan.
2.ASEAN Ministers Meeting on Social Welfare and Development (AMMSDW)
Kerja sama ASEAN di bidang sosial ini sangat mengutamakan kesejahteraan sosial
salah satu bentuk kerja samanya adalah ASEAN Ministers Meeting on Social Welfare
and Development (AMMSDW). Pertemuan ini merupakan pertemuan tingkat menteri.
3.ASEAN Conference on Civil Service Matters (ACCSM)
Bidang ekonomi akan selalu berkaitan dengan pegawai, sehingga untuk
menyejahterakan pegeawai yang ada dalam lingkup ASEAN, maka dibentuklah
konferensi ACCSM.
Bentuk Kerja Sama ASEAN di Bidang Ekonomi
1.Kerja Sama ASEAN di Sektor Industri Melalui ASEAN Industrial Cooperation (AICO)
Kerja sama yang dilakukan melalui AICO ini diwujudkan dengan membangun
sejumlah sentra industri di beberapa negara seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu:
 ASEAN Vaccine Project , pabrik yang memproduksi vaksin ini berdiri di
Singapura
 ASEAN Urea Project , pabrik pupuk urea ini telah dibangun di Malaysia
 ASEAN Aceh Fertilizer Project , sesuai namanya sentra industri pupuk ini berdiri
di Aceh, Indonesia
 ASEAN Copper Fabrication Project , yaitu pabrik industri tembaga yang berdiri
di Filipina
 Rock Salt Soda Ash Project , merupakan pabrik yang memproduksi abu soda,
berkedudukan di Thailand.
2.Kerja Sama ASEAN di Sektor Cadangan Pangan
ASEAN memiliki dua lumbung padi utama, yaitu Vietnam dan Thailand.
Kedua negara itu pun terus berkomitmen untuk menjadi penyedia cadangan pangan
bagi negara-negara tetangga mereka, anggota ASEAN yang lain.
Selain kedua lumbung padi itu, negara-negara lainnya, seperti, Singapura, Malaysia,
Filipina, dan Indonesia juga memiliki komitmen untuk menyediakan cadangan pangan
dalam kondisi darurat.
3.Kerja Sama ASEAN Melalui Kawasan Perdagangan Bebas, ASEAN Free Trade
Area (AFTA)
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN atau ASEAN Free Trade Area (AFTA)
adalah satu bentuk kerja sama yang berfungsi membantu produsen dari sektor
produksi di tingkat lokal untuk mendapatkan fasilitas yang bersifat khusus. Sebagai
contoh, mereka berhak untuk mendapatkan Tarif Efektif Bersama—atau Common
Effective Preferential Tariff —hanya sebesar 5%—10% per produk. Ketentuan ini
berlaku baik untuk produk impor maupun ekspor.AFTA sangat berperan penting

6
dalam proses perdagangan antara negara-negara anggota ASEAN. Dengan kerja sama
ini, sejumlah kendala perdagangan dapat teratasi.Pada gilirannya, secara tidak
langsung kerja sama ini juga dapat membantu memperbaiki daya saing produk buatan
lokal dari negara-negara anggota di pasar ASEAN.Kerja sama ASEAN dalam bidang
perdagangan ini tidak hanya berlaku untuk produk berupa komoditas atau barang saja.
Produk jasa pun diberlakukan pula, dengan varian yang cukup bervariasi. Sebut saja
produk jasa berupa telekomunikasi dan transportasi, keuangan, serta pariwisata,
semuanya dapat diakomodir oleh AFTA.

Kerja Sama ASEAN di Bidang Politik


1.Pengiriman Duta dari Konsulat yang Mewakili Suatu Negara
Kerja sama ASEAN di bidang politik yang pertama adalah pengiriman duta
dari konsulat yang mewakili suatu negara-negara ASEAN. Adanya pengiriman duta
ini dapat memudahkan anggota ASEAN dalam melakukan hubungan internasional.
Selain itu, fungsi dari dikirimnya duta konsulat ini adalah menjaga komunikasi antar
anggota ASEAN dan berperan dalam menjaga stabilitas politik ASEAN.
2.Membentuk Perjanjian Bebas dari Nuklir
Adanya perjanjian bebas dari nuklir ini menandakan bahwa penggunaan
senjata nuklir sangat dilarang. Tidak hanya itu, perjanjian ini juga memberikan
larangan terhadap anggota ASEAN dalam membuat atau merancang senjata nuklir.
3.Adanya Perjanjian Perdamaian, Netral, dan Bebas
Setiap anggota ASEAN pasti ingin sekali adanya perdamaian, kenetralan, dan
bebas, sehingga muncullah bentuk kerja sama ASEAN dalam bidang politil yaitu
perjanjian perdamaian, netral, dan bebas. Jadi, setiap anggota ASEAN harus saling
menjaga kawasan yang telah disepakati dan tidak boleh melanggarnya. Bahkan, tidak
boleh melakukan intervensi terhadap anggota ASEAN lainnya.

7
Peran Indonesia dalam Asean
1. Penggagas Lahirnya ASEAN
Peran Indonesia dalam ASEAN yang paling penting adalah menjadi salah satu
penggagas lahirnya organisasi ini.Dengan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Adam
Malik, visi Indonesia adalah membentuk ASEAN yang mampu membuat kawasan Asia
Tenggara berdiri di atas kaki sendiri dan mempertahankan diri dari pengaruh negatif di
luar kawasan.
2.Penyelenggara KTT ASEAN pertama di Bali
Melansir situs resmi ASEAN, pada 23-24 Februari 1976, Indonesia telah menjadi tuan
rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama yang berlangsung di Bali.
3.Penggagas Pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN
Dalam buku ‘PKN Pend Kewarganegaraan’ terbitan Grasindo, tertulis bahwa
Indonesia juga turut meluncurkan gagasan untuk membentuk komunitas keamanan
ASEAN.Komunitas yang juga disebut ASC (Asean Security Community) ini akhirnya
ditandatangani di Senggigi, Lombok pada 12 September 2003.
4.Penengah Konflik
Sementara peran Indonesia di bidang politik disebut dalam buku ‘PKn Harmoni
Berkebangsaan’ karya Rani R Moediarta, yakni menjadi penengah dalam konflik dan
perang sipil di Kamboja.Kala itu, Indonesia mengundang empat fraksi Kamboja yang
bertikai untuk melakukan pertemuan di Jakarta. Mereka membahas perdamaian dan
pemulihan hubungan. Setelah itu, pertemuan berlanjut ke Konferensi Paris untuk
Kamboja yang diikuti oleh 19 negara.Menariknya, Indonesia dan Prancis menjadi
pemimpin konferensi tersebut. Dari pertemuan itulah dihasilkan keputusan pembentukan
Dewan Nasional Kamboja demi mengakhiri konflik.
5.Mewakili ASEAN dalam Perdamaian Dunia
Selain menjadi penengah konflik di negara kawasan ASEAN, Indonesia juga turut
berperan dalam perdamaian dunia yakni melalui hubungan internasional.Beberapa
perannya di antara lain mendukung gerakan zona bebas nuklir di kawasan negara-negara
anggota Association of South East Asian Nations (ASEAN) serta mendukung
terselenggaranya ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan negara anggota ASEAN.

8
B. Peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika

Sejarah Lahirnya Ide Konferensi Asia Afrika

Kerjasama antar negara-negara di Asia Afrika yang merupakan wilayah penjajahan


oleh bangsa-bangsa Barat telah menjadi bahan pemikiran menteri luar negeri di Era tahun
1950-an. Keterangan pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri di depan parlemen
yang disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo pada tanggal 25 Agustus
1953 menyatakan: Kerjasama dalam golongan negaranegara Asia-Arab (Afrika) kami
pandang penting benar karena kami yakin, bahwa kerja sama erat antara negara-negara
tersebut tentulah akan memperkuat usaha ke arah tercapainya perdamaian dunia yang kekal.
Kerjasama antara negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan aturan-
aturan dalam PBB

(Persatuan Bangsa-bangsa) yang menyenangi kerja sama kedaerahan (regional


arrangement). Lain dan itu negara-negara itu pada umumnya memang mempunyai
pendirianpendirian yang sama dalam beberapa soal di lapangan internasional. jadi
mempunyai dasar sama (common ground) untuk mengadakan golongan yang khusus. Dan
sebab itu kerja sama tersebut akan kami lanjutkan dan pererat.” Keterangan tersebut
mencerminkan ide dan kehendak pemerintah Indonesia untuk mempererat kerjasama di
antara negara-negara Asia-Afrika, senantiasa mendambakan perdamaian dan sesuai dengan
aturan-aturan dalam PBB. Gagasan untuk mengadakan suatu konferensi bangsa-bangsa Asia
dan Afrika, diabadikan pada perjuangan kemerdekaan bangsabangsa yang terjajah.

Usaha untuk mencapai perdamaian, telah lahir di Colombo pada tahun 1954 ketika
para Perdana Menteri dan Burma (U Nu), Sri Langka (Sir John Kotelawala), India
(Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo) dan Pakistan (Muhammad Ali Jinnah),
mengadakan pertemuan untuk bertukar pikiran dan membicarakan masalah-masalah yang
menyangkut kepentingan serta keprihatinan bersama. Dalam pertemuan tersebut, Perdana
Menteri Indonesia mengusulkan agar diadakan suatu pertemuan bangsa-bangsa Asia dan
Afrika dengan tujuan mempererat kerjasama antara mereka guna meningkatkan usaha-usaha
ke arah perdamaian dunia

9
Dalam mengusulkan konferensi tersebut, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo
mengulangi kembali tujuan penting dan politik luar negeri Indonesia untuk pertama kali
diucapkan di muka umum bulan Agustus 1953 saat menyampaikan program kabinet kepada
Dewan Perwakilan Rakyat, yaitu: Karena kita yakin bahwa kerjasama yang erat antara
negara-negara Asia Afrika akan memperkuat usaha-usaha ke arah mencapai perdamaian
dunia yang abadi. maka kita menganggap kerjasama antara negara-negara itu sangat penting.
Kerjasama antara negara Asia dan Afrika adalah sesuai dengan Piagam Perserikatan
BangsaBangsa mengenai pengaturanpengaturan regional. Lagi pula negaranegara ini,
umumnya mempunyai pandangan-pandangan yang sama terhadap beberapa aspek di bidang
hubungan internasional. Dengan demikian, terdapatlah kesamaan dasar untuk pembentukan
suatu kelompok yang khusus. Mulai dan sekarang kita akan meneruskan dan memperkuat
kerjasama antara negara-negara ini

Pernyataan tersebut bahwa melalui kerja sama dengan bangsa-bangsa Asia dan Afrika
lain, Indonesia menegaskan posisi dan memperdengarkan suaranya terhadap persoalan dunia,
khususnnya mengenai Asia dan Afrika. Hal ini menandai maksud Indonesia di bawah
pimpinan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo untuk memainkan peranan dalam percaturan
dunia melalui bekerjasama dengan negaranegara Asia dan Afrika lainnya Disamping itu,
pertemuan Colombo telah memberikan kesempatan pertama untuk melancarkan gagasan ini
dan untuk mendapatkan penerimaan lebih luas. Walaupun penerimaannya tidak terlalu
hangat, pertemuan Colombo sebenarnya tidak menentang gagasan tersebut, dan akhirnya
dimasukkan dalam akhir Komunike Bersama Colombo.

Langkah pertama untuk membawa gagasan ini adalah Pertemuan Bogor pada bulan
Desember 1954, para Perdana Menteri Burma, India, Indonesia, Pakistan dan Sri Langka
bertemu di Bogor, Indonesia atas undangan Perdana Menteri Indonesia. Jika di Colombo
belum terdapat kesatuan pendapat mengenai baik tidaknya diadakan konferensi bangsa-
bangsa Asia dan Afrika, maka ketika Perdana Menteri bertemu di Bogor tercapai kesatuan
pandangan untuk mengadakan konferensi demikian. Di samping menyetujui, bahwa
konferensi itu harus mendapatkan dukungan bersama dalam pelaksanaannya.Para Perdana
Menteri memutuskan bahwa pertemuan ini diadakan di Indonesia bulan April 1955.

10
Para Pemimpin Burma, India, Indonesia, Pakistan, dan Sri Langka sadar akan nasib
bangsa-bangsa yang waktu itu belum merdeka di Asia dan Afrika serta gangguan terhadap
perdamaian dan stabilitas politik dunia, dengan demikian sepakat, bahwa bangsa-bangsa di
dunia yang baru merdeka itu, perlu bekerja sama dan memainkan peranannya dalam usaha
bersama. Tujuannya untuk membangun dunia yang lebih baik, di mana semua bangsa dapat
bekerja sama untuk kesejahteraan rakyatnya dan untuk perbaikan dunia serta umat manusia
seluruhnya. Di dalam suatu dunia yang dibebani dengan sisa kolonialisme dan imperialisme
dimana perbedaan berdasarkan suku bangsa, agama, dan asal-usul sosial tersebar luas dan
perjuangan rakyat meningkat untuk menumbangkan penjajahan kolonial, maka tepat
kemerdekaan dan kebebasan bangsa yang terjajah dianggap sebagai prasyarat yang harus
dipenuhi bagi usaha untuk membangun dunia yang baru dan lebih baik.

Kejadian di Korea awal tahun 1950an merupakan gejala keadaan dunia yang tercekam
dalam Perang Dingin. Perang kemerdekaan di Indo-cina melawan Perancis menyebabkan
diadakannya konferensi di Genewa untuk menyelesaikan konflik tersebut. Keadaan di dunia
nampak jauh dan pada memberi harapan, baik untuk melakukan usaha seperti yang telah
diputuskan kelima negara ini. Sesuai dengan garis haluan politik luar negeri, Indonesia
menerima petunjuk sebagai penyelenggara Konferensi Asia Afrika. Gagasan KAA atas
putusan Konferensi Colombo, atas usul Ali Sastroamidjojo sebagai utusan pemerintah
Republik Indonesia. Pertemuan Bogor dikenal sebagai Konferensi Panca Negara, karena
pertemuan ini dihadiri Perdana Menteri kelima negara sponsor, yaitu:

1. Indonesia, diwakili oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo,


2. India, diwakili oleh Perdana Menteri Jawaharlal Nehru,
3. Pakistan, diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali,
4. Burma, diwakili oleh Perdana Menteri U Nu,
5. Srilangka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawala

Konferensi Pancanegara di Bogor berhasil menyusun keputusan, seperti tanggal,


bulan atau lamanya pelaksanaan konferensi, negara yang akan diundang, serta menetapkan
rancangan agenda konferensi, dan merumuskan pokok tujuan KAA. Konferensi Colombo dan
Pancanegara di Bogor merupakan pelopor KAA di Bandung tahun 1955.

11
Pelaksanaan Konferensi Asia -frika

KAA dibuka 18 April 1955 di Gedung Merdeka Bandung. Konferensi tersebut


dihadiri 29-30 negara undangan. Satu negara tidak dapat hadir yaitu Federasi Afrika Tengah
(Rhodesia dan Nyasa).Hal ini karena sedang mengalami pergolakan politik, yaitu penduduk
asli yang berkulit hitam sedang menentang diskriminasi ras,perlakuan dan hak karena
perbedaan warna kulit oleh penguasa kulit putih. Adapun dua puluh sembilan negara
AsiaAfrika yang hadir dalam KAA, ialah: Indonesia, India, Burma, Pakistan, Srilangka,
Afghanistan, Kambodja, Republik Rakyat Cina, Mesir, Ethiopia, Ghana, Iran, Irak, Jepang,
Yordania, Laos, Libanon, Liberia, Libya, Nepal, Philipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria,
Muang Thai, Turki, Vietnam Utara, Vietnam Selatan.

Selain itu, tujuan Konferensi Asia Afrika adalah:

1. Memajukan kerjasama, persahabatan, perhubungan antara bangsa-bangsa Asia dan


Afrika untuk menyelenggarakan kepentingan bersama
2. Kerjasama dalam lapangan sosial, ekonomi, kebudayaan di antara bangsabangsa Asia
Afrika.
3. Memecahkan bersama soal-soal khusus dan penting bagi bangsa-bangsa Asia Afrika,
seperti: menjamin kedaulatan, melenyapkan diskriminasi ras dan penjajahan.
4. Memperbesar peranan Asia Afrika dalam dunia sekarang dan ikut serta mengusahakan
perdamaian dunia.

Konferensi Asia Afrika ini dihadiri oleh 23 negara Asia dan 6 negara Afrika. Dalam
konferensi ini ada tiga golongan yang berlainan pendirian politik negaranya, yaitu:

1. Golongan Barat, seperti Philipina, Muang Thai, Pakistan, Iran, Turki,


2. Golongan yang beraliran Komunis, seperti RRC, Vietnam Utara,
3. Golongan Netral seperti India, Burma, Srilangka dan Indonesia (Panitia
Penulisan Sejarah Deplu, 1983: 209).

12
Sedangkan negara peserta yang lain tidak menampakkan pendiriannya. Berkat
kesadaran negara peserta yang lebih mengutamakan persamaan dan pada perbedaan,
maka konferensi dapat berjalan lancar. Dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung tokoh
bangsa Indonesia yang memegang peranan penting, ialah: Ali Sastroamidjojo sebagai
Ketua Konferensi; Ruslan Abdulgani sebagai Sekretaris Jenderal, Muhammad Yamin
menjadi Ketua Komite Kebudayaan, Prof. Jr. Rooseno sebagai Ketua Komite Ekonomi
(Departemen Luar Negeri, 1992: 17). Negara-negara lain nampak pula para diplomat
terkenal seperti Cou En-Lai (RRC), Jawaharlal Nehru dan Khnisna Menon (India), U Nu
(Burma), Carlos Romulo (Philipina), Van Vaithayakon (Muang Thai), Sir John
Kotelawala (Srilangka), Norodom Sihanouk (Kamboja), Muhammad Ali (Pakistan) dan
Gamal Abdul Naser (Mesir). Komposisi delegasi dan 29 Negara yang menghadiri
Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tanggal 18 sampai 24 April 1955, termasuk
tamu, pegawai sekretariat, atau staf yang menyertai delegasi-delegasi ke Bandung
melebihi 400 orang (Panitia Penulisan Sejarah Deplu, 1983: 210). Konferensi Asia Afrika
yang diselenggarakan 18-24 April 1955 di Bandung telah berhasil meninjau masalah yang
menyangkut kepentingan bersama negara-negara Asia dan Afrika.

Negara-negara Peserta Konferensi Asia-Afrika

1. Afghanistan
2. Indonesia
3. Pakistan
4. Birma
5. Filipina
6. Kamboja
7. Irak
8. Iran
9. Arab Saudi
10. Ceylon
11. Jepang
12. Sudan
13. Republik Rakyat Tiongkok
14. Yordania
15. Suriah
16. Laos
13
17. Thailand
18. Mesir
19. Libanon
20. Turki
21. Ethiopia
22. Liberia
23. Vietnam (Utara)
24. Vietnam (Selatan)
25. Pantai Emas
26. Libya
27. India
28. Nepal
29. Yaman

Penyelenggaraan Konferensi Asia –frika

Masalah yang dibahas di KAA:

1. Kerjasama Ekonomi: kerja sama ekonomi atas dasar saling menguntungkan, saling
memberikan bantuan teknik, perlunya pemantapan perdagangan antar kawasan.
2. Kerjasama Kebudayaan: membangun kerjasama kebudayaan, pertukaran informasi
mengenai kebudayaan yang saling menguntungkan.
3. Hak-hak Asasi Manusia: mendukung sepenuhnya prinsip dasar hak asasi manusia
dan mengecam kebijakan pemisahan dan diskriminasi rasial.
4. Masalah bangsa yang terjajah : kolonialisme dalam bentuk apapun harus diakhiri
dan mendukung perjuangan bangsa yang masih terjajah.
5. Masalah perdamaian dunia : mendukung negara yang memenuhi syarat untuk
menjadi anggota PBB dan mengimbau semua pihak membatasi dan mengontrol
persenjataan.
6. Mengusahakan Perdamaian Dunia dan Kerjasama Dunia: mengusulkan supaya
negara-negara yang telah memenuhi syarat-syarat Piagam PBB diterima menjadi
anggotanya seperti : Jepang, Srilangka, Kambodja, Laos, Vietnam, Yordania, Libia,
dan Nepal, mengusulkan supaya diadakan larangan atas pembuatan, percobaan,
dan penggunaan senjata atom, mengusulkan diadakan pengurangan persenjataan,
14
mengusulkan diadakan kerjasama semua negara-negara di seluruh dunia atas dasar
menghormati hak-hak manusia, dan seterusnya.

Hasil Keputusan Konferensi Asia-Afrika

1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas yang


terdapat dalam piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa-bangsa.
3. Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan semua
bangsabangsa besar maupun kecil.
4. Tidak melakukan intervensi atau campur-tangan dalam soal-soal dalam negeri
negara lain.
5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara
sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan piagam PBB.
6. a. Tidak mempergunakan peraturan dan pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus dan salah satu dan negara-negara besar.
Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan
kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik semua
negara.
8. Menyelesaikan segala perselisihan-perselisihan internasional dengan jalan
damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hakim
ataupun lain-lain cara damai lagi menurut pilihan pihak-pihak yang
bersangkutan, yang sesuai dengan piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.
10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

C. Peran Indonesia dalam Organisasi Gerakan Non Blok

15
Gerakan Non Blok atau GNB atau Non Aligned Movement (NAM) adalah
sebuah gerakan yang dipelopori oleh negara-negara dunia ketiga yang memiliki
anggota lebih dari 100 negara serta berusaha untuk menjalankan kebijakan luar
negerinya dengan cara tidak memihak maupun tidak menganggap negaranya memiliki
aliansi dengan Blok Barat maupun Blok Timur.

GNB didirikan pada 1 September 1961 yang dipelopori oleh beberapa tokoh,
seperti Soekarno dari Indonesia, Gamal Abdul Nasser dari Mesir, Jawaharlal Nehru
dari India, Kwame Nkrumah dari Ghana serta Joseph Broz Tito dari Yugoslavia.
Negara Blok Barat dengan jumlah lebih banyak yaitu delapan negara yang terdiri dari
Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Prancis, Belgia, Belanda, Kanada, Luxemburg dan
Norwegia. Sedangkan negara Blok Timur hanya terdiri dari empat negara, di
antaranya ialah Cekoslovakia, Jerman Timur, Rumania serta Uni Soviet.

Untuk mempertahankan kedudukan tiap blok, Blok Barat pun membentuk


North Atlantic Treaty Organization atau NATO, sedangkan Blok Timur membentuk
Pakta Warsawa.Tidak hanya itu saja, kedua blok pun terus mencari sekutu untuk
menambah pertahanannya di Asia, Afrika hingga Amerika. Meskipun saat ini kedua
blok sudah tidak lagi berperang, akan tetapi perbedaan antara kedua kubu ini terus
menjadi bahan permasalahan dalam kehidupan internasional.

Oleh karena itu, menanggapi keadaan yang sewaktu-waktu menjadi panas,


negara yang baru mendapatkan kemerdekaan di kawasan Asia Afrik pun akhirnya
melakukan diskusi melalui Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diadakan di daerah
Bandung, Jawa Barat. Menurut situs Kemlu RI, Konferensi Asia Afrika tersebut
memiliki hubungan erta dengan GNB. pada pertemuan negara anggota KAA di
Indonesia pada tahun 1955, kemudian lahirlah kesepakatan yang bernama Dasasila
Bandung, dalam kesepakatan tersebut, berisi mengenai prinsip penyelenggaraan kerja
sama internasional.

Setelah itu tepat pada 1 hingga 6 September tahun 1961, diadakan kembali
Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT I yang diadakan di Boegorg, Yugoslavia.
Konferensi tersebut, dihadiri oleh 25 negara termasuk Indonesia. Melalui konferensi
tersebut, lahirlah organisasi negara yang netral atau GNB. oleh karena itu, GNB
akhirnya ditetapkan secara resmi berdiri pada tanggal 1 September 1961.

Beberapa negara yang terlibat dalam GNB serta ikut menghadiri KTT I di
antaranya ialaha, Aljazair, Afghanistan, Arab Saudi, Sri Lanka, Burma, Kongo,
Kamboja, Kuba, Ethiopia, Cyprus, Ghansa, India, Guinea, Indonesia, Lebanon, Irak,
Maroko, Mali, Sudan, Somalia, Tunisia, RPA, Yugoslavia, Yaman dan Nepal.

16
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi I tersebut, negara pendiri GNB bersepakata
untuk mendirikan gerakan, bukan sebuah organisasi untuk menghindarkan diri dari
segala implikasi birokratis dalam membangun upaya kerja di antara tiap negara GNB.
KTT I pun menegaskan bahwa GNB tidak akan diarahkan pada peran pasif dalam
politik internasional. Akan tetapi, untuk memformulasikan posisi negara sendiri
dengan cara independen yang dapat merefleksikan segala kepentingan negara
anggota.

GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri di Indonesia. Hal
tersebut dikarenakan sejak awal mula terbentuknya GNB, Indonesia memiliki peran
yang sentral, KAA pun menjadi bukti peran dan kontribusi Indonesia dalam
mempelopori berdirinya Gerakan Non Blok tersebut. Secara khusus, presiden
Soekarno pun diakui sebagai tokoh penggagas sekaligus pendiri dari GNB. Indonesia
menilai bahwa GNB memiliki peran yang cukup penting, sebab prinsip serta tujuan
GNB ialah untuk melakukan refleksi dari perjuangan serta tujuan bangsa Indonesia,
seperti yang telah tertuang dalam UUD 1945.

Sebelum resmi berdiri, ide mengenai GNB sebenarnya telah ada sejak lima tahun
sebelumnya, yaitu pada Konferensi Asia Afrika dan pembicaraan mengenai GNB pun
dilanjutkan pada KTT I. pada dasarnya, GNB memiliki lima prinsip, di antaranya ialah
sebagai berikut.

1. Saling menghormati integritas teritorial serta kedaulatan.


2. Perjanjian non agresi.
3. Tidak melakukan intervensi urusan dalam negeri dari negara lain.
4. Kesetaraan serta keuntungan bersama.
5. Menjaga perdamaian.
Tujuan dari Gerakan Non Blok

Tujuan utama dari Gerakan Non Blok atau GNB ialah untuk mendukung hak
untuk dapat menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan serta integritas
nasional dari negara-negara anggota. Selain tujuan utama dari GNB tersebut, ada pula
beberapa tujuan lain dari GNB, berikut penjelasannya.

1. Pertentangan terhadap apartheid.


2. Tidak memihak pada pakta militer multilateral.
3. Berjuang untuk menentang segala bentuk serta manifestasi para imperialisme.
4. Memperjuangkan serta menentang kolonialisme, neokolonialisme, pendudukan,
rasisme serta dominasi dari asing.
5. Pelucutan senjata.
6. Tidak mencampuri urusan dalam negeri dari negara lain serta hidup berdampingan
dengan damai.

17
7. Menolak penggunaan maupun ancaman kekuatan dalam hubungan internasional.
8. Membangun ekonomi sosial serta restrukturisasi sistem perekonomian secara
internasional.
9. Melakukan kerja sama internasional sesuai dengan persamaan hak.
Mengembangkan solidaritas antar negara berkembang guna mencapai kemakmuran,
kemerdekaan serta kebersamaan.
10 Meredakan ketegangan dunia, karena munculnya perseteruan antara dua blok yaitu
Blok Barat dan Blok Timur.
Itulah sebelas tujuan dari GNB, meskipun memiliki tujuan yang jelas, akan tetapi
GNB sempat kehilangan kredibilitasnya di akhir tahun 1960 an, karena terpecahnya
negara-negara anggota yang memutuskan untuk bergabung dengan blok lain. Gerakan
Non Blok sepenuhnya terpecah di akhir tahun 1979, ketika terjadi invasi Soviet pada
negara Afghanistan.

Peran Indonesia dalam GNB

Sebagai negara pelopor pembentukan GNB, apa peran Indonesia dalam GNB?
Indonesia dapat dikatakan memiliki peran yang cukup penting dalam proses terciptanya
GNB serta aktivitas dari gerakan tersebut. Mulai dari langkah Indonesia sebagai negara
yang baru merdeka serta keinginan Indonesia untuk meredakan ketegangan dunia karena
hadirnya perang dingin, hingga upaya Indonesia dalam melakukan pemeliharaan
perdamaian internasional. Selain sebagai salah satu negara pelopor serta pendiri dari
GNB, Indonesia pun memiliki peran yang cukup besar dan penting dalam gerakan
tersebut, di antara peran Indonesia dalam GNB ialah sebagai berikut.

1. Indonesia Sebagai Pelopor GNB


Presiden Soekarno pun memiliki peran sebagai tokoh dari pendiri GNB bersama dengan
tokoh-tokoh dunia lainnya.

2. Menjadi Tuan Rumah dari KAA serta KTT


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa awal mula tercetusnya ide untuk
membentuk GNB ialah berasal dari Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Jawa Barat.
Pada saat itu, ada beberapa negara yang memilih untuk memihak dua blok, serta
menyatakan keinginan untuk bersikap netral terhadap kehadiran dua blok tersebut.
Selain KAA, Indonesia pun pernah menjadi tuan rumah untuk KTT GNB yang ke 10
yang diadakan di Jakarta pada tahun 1992 tepatnya pada 1-6 September.

3. Indonesia sebagai Negara Pemimpin GNB


Tidak hanya menjadi tuan rumah saja, Indonesia pun pernah menjadi pemimpin dari
Gerakan Non Blok. ketika KTT GNB yang ke 10, Presiden Soekarno ditunjuk sebagai
Ketua dari GNB.

18
4. Indonesia Memiliki Prinsip yang Sama Seperti GNB
Semenjak Indonesia merdeka, Indonesia menentang berbagai macam kejahatan
internasional, terutama penjajahan.
Perdamaian tersebut dijunjung serta diaplikasikan dalam politik luar negeri bebas aktif di
Indonesia. Politik tersebut ternyata sejalan dengan prinsip yang dibentuk oleh GNB.

5. Indonesia Menjadi Ketua Sekaligus Penyelenggara dari KTT GNB yang ke 10


KTT GNB yang ke 10 berlangsung pada 1-7 September tahun 1992 dan diadakan di
Jakarta serta Bogor.
Selain itu, Indonesia pun menjadi perintis dibukanya kembali dialog antara utara serta
selatan, yakni dialog yang dapat memperkuat hubungan di antara negara berkembang
yaitu pihak selatan terhadap negara-negara maju yaitu pihak utara.

6. Indonesia Menjadi Jajaran Negara Pengundang Pertama dalam KTT GNB


Indonesia adalah salah satu negara yang termasuk negara pengundang pada KTT GNB
yang pertama. Hal ini dikarenakan Indonesia adalah salah satu pendiri dari GNB serta
memiliki peran yang cukup besar dalam mengundang sekaligus mengajak negara lainnya
untuk bergabung dalam KTT.

7. Indonesia Berperan dalam Meredakan Konflik Internasional


Indonesia memiliki peran dalam meredakan ketegangan yang pernah terjadi di kawasan
bekas Yugoslavia pada tahun 1991.

8. Membantu Penyelesaian Masalah Utang Luar Negeri Negara Berkembang


Melalui kedudukan yang dimiliki oleh Indonesia dalam GNB, Indonesia berupaya dalam
menyelesaikan masalah utang luar negeri yang dialami oleh negara berkembang dan
miskin secara terpadu, berkesinambungan serta secara komprehensif.

9. Mendirikan Pusat Kerjasama Teknik Selatan GNB


Indonesia bekerja sama dengan Brunei Darussalam, bersama-sama mendirikan Pusat
Kerjasama Teknik Selatan GNB yang ada di Jakarta guna memperkuat hubungan antar
negara anggota GNB. program tersebut memiliki fokus untuk mengentaskan kemiskinan,
memajukan usaha kecil serta menengah sekaligus menerapkan teknologi informasi serta
komunikasi.

10. Aktif Mengupayakan Perdamaian Dunia


Indonesia secara aktif mengupayakan perdamaian dunia. Dalam KTT 10 GNB, lahirlah
Jakarta Message atau Pesan Jakarta. Sejumlah pokok dari Pesan Jakarta di antara lain
ialah mendukung Palestina, meminta diskriminasi rasial yang terjadi di Afrika Selatan
diakhiri serta menolah adanya penggunaan senjata nuklir.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organisasi internasional dapat diartikan sebagai organisasi beberapa negara yang
berkedudukan sebagai subyek hukum internasional dan mempunyai kapasitas untuk
membuat perjanjian internasional.
Ada beberapa macam Organisasi Internasional dan peran Indonesia didalamnya, antara
lain :
Gerakan Non Blok (GNB)
Peranan Indonesia dalam Gerakan Non Blok Ikut memprakarsai berdirinya
Gerakan Non Blok dengan menandatangani Deklarasi Beograd sebagai hasil Konferensi
Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok I pada tanggal 1-6 September 1961
Konferensi Asia Afrika (KAA)
Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi
Pancanegara II yang berlangsung tanggal 28-29 Desember 1954 di Bogor (Jawa Barat).
Konferensi ini sebagai pendahuluan dari KAA
ASEAN
Indonesia berusaha membantu pihak-pihak yang bersengketa untuk mencari
penyelesaian dalam masalah Indocina. Indonesia berpendapat bahwa penyelesaian
Indocina secara keseluruhan dan Vietnam khususnya sangat penting dalam menciptakan
stabilitas di kawasan Asia Tenggara.

B. Saran
Adapun saran yang bisa penulis berikan :
1. Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap bisa
meluruskannya.
2. Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur yang berkenaan dengan
pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih menyempurnakan kembali
pembahasan materi dalam makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kusmayadi, Y. (2018). Pengaruh Konferensi Asia Afrika (KAA) Tahun 1955 Terhadap
Kemerdekaan Negara-Negara di Benua Afrika. JURNAL AGASTYA VOL 08 NO 01
JANUARI 2018, 08, 15-34.
https://www.gramedia.com/literasi/bentuk-kerja-sama-asean/
https://www.gramedia.com/literasi/organisasi-internasional/
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Internasional
Dw, Boweet, Hukum Organisasi Internasional 1995, hal 13-15
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, 1990, hal 10
Ade Maman Suherma, 2003, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional
dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Purwokerto, hal 61-62

21

Anda mungkin juga menyukai