Anda di halaman 1dari 16

PERADABAN ARAB PRA ISLAM: KEPERCAYAAN, SOSIAL,

EKONOMI DAN POLITIK

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah kebudayaan islam
tingkat SD/MI yang diampu oleh Fahim Khasani, M.A

Oleh :

Silmiyatin Nufus (220101110172)

Dinda Fathia Salsabila (220101110178)

Mahdina Fera Farikha (220101110109)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

September, 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Peradaban Arab Pra Islam:
Kepercayaan, Sosial, Ekonomi dan Politik.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Kajian Sejarah Kebudayaan Islam Tingkat SD/MI pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam yang diampu oleh Bapak Fahim Khasani

Dalam penulisan makalah ini, Kami sebagai penulis menyadari bahwa masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kami juga berterimakasih kepada pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan pada penulis khususnya serta mendapatkan ridho Allah
SWT.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Malang, 6 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. Latar Belakang ..................................................................................................1
2. Rumusan Masalah .............................................................................................1
3. Tujuan ................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2
A. Peradaban Arab Pra Islam
1. Kepercayaan Masyarakat Arab Pra Islam .............................................2
2. Keadaan sosial ekonomi Masyarakat Pra islam ....................................4
3. Ekonomi Masyarakat Arab Pra islam ....................................................5
4. Politik Masyarakat Arab Pra Islam .......................................................6
B. Peradaban Arab pra Islam Tingkat SD/MI ..................................................8
1. Kepercayaan Masyarakat Arab Pra Islam SD/MI ..................................8
2. Keadaan sosial ekonomi Masyarakat Pra islam SD/MI ........................9
3. Ekonomi Masyarakat Arab Pra islam SD/MI.......................................10
4. Politik Masyarakat Arab Pra Islam SD/MI .......................................... 11
BAB III .................................................................................................................12
PENUTUP .............................................................................................................12
A. Kesimpulan ......................................................................................................12
B. Saran .................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jauh sebelum islam datang Arab pra-islam telah dikenal lebih dulu bahkan
tentang peradaban yang mapan karena islam lahir di tengah-tengah kehidupan
masyarakat Arab sebab Nabi Muhammad lahir di Mekkah dan menyiarkan
agama islam kepada penduduk Arab. Masyarakat Arab sebelum islam biasanya
dijuluki dengan sebutan jahiliyah. Dikatakan demikian dengan julukan
Jahiliyah (bodoh) dikarenakan tradisi atau kebiasaan masyarakat Arab pra islam
melawan kebenaran meski telah mengetahuinya sehingga karakter moral dan
perilaku mereka sangat buruk seperti berjudi, dan minum-minuman keras.
Kepercayaan masyarakat Arab sebelum adanya Islam mayoritas adalah
menyembah berhala atau patung-patung yang mereka buat sendiri dan di
letakkan di sekitar ka’bah. Kepercayaan masyarakat Arab mulai menyimpang
setelah wafatnya Nabi Ismail, ajaran-ajaran tauhid yang di ajarkan oleh Nabi
Ibrahim sudah mulai hilang dan tergantikan oleh kepercayaan yang salah dan
syirik. Adapun beberapa ajaran yang tersisa dari agama Ibrahim juga telah
melakukan penyimpangan, perubahan, dan pergantian. Di satu musim, mereka
berhaji hanya sekadar untuk membanggakan dan menyombongkan diri atas
derajar yang mereka miliki. Akidah agama Ibrahim diselewengkan dari sifat
kehanifannya dan menggantinya dengan akidah yang berbau klenik dan mitos.
Sebagian orang Arab menganut agama Nasrani dan sebagian yang lain
menganut agama Yahudi. Akan tetapi mayoritas dari mereka menyembah
patung dan berhala.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kepercayaan masyarakat Arab Pra Islam?
2. Bagaimana keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab Pra Islam?
3. Bagaimana politik masyarakat Arab Pra Islam?
4. Bagaimana kepercayaan, sosial, ekonomi, dan politik Arab Pra Islam
tingkat SD/MI?
3. Tujuan
1. Mengetahui kepercayaan masyarakat Arab Pra Islam
2. Mengetahiu keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab Pra Islam
3. Mengetahui politik masyarakat Arab Pra Islam
4. Mengetahui kepercayaan, sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Arab
Pra Islam tingkat SD/MI

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peradaban Arab Pra Islam: Kepercayaan, Sosial, Ekonomi, Politik
1. Kepercayaan Masyarakat Arab Pra Islam
Sebelum datangnya agama Islam ada banyak agama di Arab, termasuk
Yahudi dan Kristen. Bahkan pada masa jahiliyah masyarakat arab mayoritas
penyembah berhala. mulanya masyarakat arab di mekkah adalah penganut
agama tauhid yang dibawa oleh nabi Ibrahim As. Kemudian di lanjutkan oleh
putranya Nabi Ismail As. Namun, setelah Nabi Ismail As wafat, masyarakat
mekkah banyak yang lalai kepada ajaran yang telah diajarkan Nabi Ismail dan
mulai pindah menyembah selain Allah. Proses perpindahan kepercayaan
tersebut berawal dari Amir bin Luhay seorang pembesar suku Khuza’ah.1 Dia
adalah orang yang sangat bijak dan sering menyedekahkan hartanya dan selalu
suka terhadap urusan keagamaan, sehinggan seluruh orang menghormati dan
mencintainya. Pada suatu ketika, dia melakukan perjalanan ke Syam. Dia
melihat penduduk Syam melakukan ibadah dengan menyembah berhala. Dia
pun tertarik untuk mempelajari dan mempraktikkannya di Mekkah dia
membawa berhala dan diletakkan di ka’bah yang di beri nama Hubal. Ada
ratusan berhala dengan berbagai bentuk di sekitar kakbah. Mekkah merupakan
tempat ka’bah yang menjadi pusat kegiatan keagamaan pada saat itu yang
sangat terkenal ke seluruh penjuru serta menjadi jalur perdagangan
internasional. Sebab, lokasinya sangat strategis yang terletak dipersimpangan
antara Yaman dan Suriah.2

Sebelum mengenal agama Islam, masyarakat Arab banyak yamg


menyembah berhala, mereka beranggapan bahwa patung adalah Tuhan yang
patut disembah. Mereka menyembah patung yang terbat dari batu, kayu, emas
maupun perak. Yakni tergantung dari kekayaan yang mereka miliki.
Kepercayaan tersebut berasal dari nenek moyang mereka secara turun menurun.
Patung tersebut mereka letakkan di sekitar ka’bah untuk disembah. Dari sekian
banyak berhala ada empat berhala yang dianggap sebagai pemimpin dari
berhala-berhala yang lain. Empat berhala tersebut adalah Latta, `Uzza, Manat
dan Hubal. Hubal merupakan berhala yang terbuat dari batu akik berwarna
merah dan berbentuk manusia. Hubal, dewa mereka yang terbesar diletakkan di
Kabah, kemudian Latta, berhala yang paling tua, berhala `Uzza, serta Manat.
Patung-patung tersebut tersebut sangat dihormati dan ditakuti masyarakat Arab

1
H.M. Nasron HK et al., “Arab Pra-Islam, Sistem Ppolitik Kemasyarakatan Dan Sistem Kepercayaan
Dan Kebudayaan,” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents 135, no. 4 (2016): 1–
23.
2
Gusniarti Nasution et al., “Situasi Sosial Keagamaan Masyarakat Arab Pra Islam,” TSAQIFA
NUSANTARA: Jurnal Pembelajaran Dan Isu-Isu Sosial 1, no. 1 (2022): 85,
https://doi.org/10.24014/tsaqifa.v1i1.16541.

2
karena mereka meyakini patung-patung tersebut dapat memberikan manfaat
dan mala petaka.3

Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang


lebih kecil bertebaran di setiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena
terbesar dari kemusyrikan bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap
dirinya berada pada agama Ibrahim.
Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka
lakukan, seperti :
1. Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit di
hadapannya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdo’a untuk
memenuhi kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu
bisa memberikan syafaat di sisi Allah dan mewujudkan apa yang mereka
kehendaki.
2. Mereka menunaikan Haji dan Thawaf di sekeliling berhala, merunduk dan
bersujud di hadapannya.
3. Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut
namanya.4
Disamping kepercayaan terhadap penyembahan berhala, ada
kepercayaan lain yang berkembang di Makkah, yakni Menyembah Malaikat.
Sebagian masyarakat Arab menyembah dan menuhankan malaikat. Bahkan
sebagian beranggapan malaikat adalah putri Tuhan. Menyembah Jin, Ruh, atau
hantu. Sebagian masyarakat Arab menyembah jin, hantu, dan ruh leluhur.
Masyarakat Arab mengadakan sesajian berupa kurban binatang sebagai bahan
sajian agar mereka terhindar dari bahaya dan bencana. Mereka juga percaya
kepada perkataan Peramal, Orang Pintar atau Ahli Nujum. Di kalangan mereka
ada yang percaya dengan ramalan nasib sial dengan sesuatu. Bahkan di antara
mereka ada yang percaya bahwa orang yang mati terbunuh, jiwanya tidak
tentram sebelum dendamnya terbalaskan.
Kebiasaan masyarakat arab tersebut adalah syirik dan penyembahan
terhadap berhala telah menjadi kebiasaan ssehari-hari. Begitulah kepercayaan
dan kebiasaan mayoritas bangsa arab masa itu. Sekalipun sebelum itu sudah ada
agama Yahudi, Masehi, Majusi dan Shabi’ah yang masuk ke dalam masyarakat
Arab, namun hanya pada sebagian kecil penduduk Arab, karena kemusyrikan
dan penyesatan aqidah terlalu berkembang pesat.5
Orang-orang musyrik mengakui masih kepada agama Nabi Ibrahim,
namun kerekan sangat jauh dari syariat dan perintah Nabi Ibrahim. Mereka
mengabaikan tuntunan-tuntunan tentang akhlak mulia dan kedurhakaan tak

3
Abdul Gani Jamora Nasution et al., “Narasi Tentang Kehidupan Masyarakat Arab Seblum Islam
Dalam Buku SKI Tingkat MI,” MUDABBIR ( Journal Research and Edication Studies) 2, no. 2 (2022):
122–34.
4
M.Ag. Dr. Siti Zubaidah, Buku SPI, Sejarah Peradaban Islam, vol. 1, 2016.
5
Dr. Siti Zubaidah.

3
terhitung banyaknya seiring berjalannya waktu, mereka berubah menjadi
penyembah berhala dengan tradisi dan kebiasaan yang menggambarkan
berbagai kufarat dalam kehidupan.
Selain itu, orang-orang Yahudi sangat sombong dan angkuh. Mereka
menjadikan pimpinan-[impinan mereka sebagai sesembahan. Pimpinan tersebut
yang membuat hukum dan menghisap rakyat sesuka hatinya. Ambisi mereka
hanya tertuju pada kekayaan dan kedudukan, sekalipun berakibat terhadap
musnahnya agama dan menyebarnya kekufuran serta pengabaian terhadap
ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka. Sedangkan agama
Nasrani diubah kepada paganisme yang sangat susah dipahami dan
mencampuradukkan di antara Allah dan Manusia. Walaupun ada bangsa Arab
yang memeluk agama ini, namun tidak ada pengaruh yang besar. Sebab, ajaran-
ajarannya jauh dari model kehidupan yang mereka jalani, dan tidakmungkin
mereka tinggalkan.6
Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, masih ada sisa dari
agama Ibrahim dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti
pengagungan terhadap ka’bah, thawaf di sekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di
Arafah dan Muzdalifah. Memang ada hal-hal baru dalam pelaksanaannya.
2. Kondisi sosial Masyarakat arab pra islam
Orang orang arab memiliki karakter yang baik seperti pemberani,fisik
dan daya ingat yang kuat, hormat pada harga diri dan martabat, menganut pada
kebebasan,ahli syair dan masih banyak lagi, namun itu semua tertutup oleh
perilaku buruknya. Mereka mempunyai kebiasaan buruk sepeti minum
alcohol,berzina, berjudi, merampok, mengadu Nasib dan lain lain. Bahkan
mereka memberlakukan perbudakan dan menaruh kedudukan para Wanita
dengan sangat rendah, bahkan seorang Wanita dipandang seperti Binatang yang
tidak memiliki harga diri dan kehormatan.

Selain itu kebiasaan buruk mereka adalah menyembah berhala,dewa,


malaikat,jin, benda benda langit, hidup boros bahkan berfoya foya dan mabuk
mabukan. Mereka juga memberlakukan nikah secara mut’ah,nikah dua
Perempuan yang bersaudara dan lain lain. Bahkan talak menjadi hal yang
mudah bagi mereka, mereka bisa menjatuhkan talak dengan senaknya dan
sewaktu waktu bisa rujuk lagi. Banyak perampokan dan peperangan yang
disebabkan oleh hal hal yang sepele, mereka tidak segan membunuh manusia
untuk membela golongan mereka sendiri. Kondisi keilmuan Masyarakat arab
saat itu mereka bukanlah orang yang ahli ktab maupun berwawasan luas seperti
bangsa bangsa lain, mereka disebut kaum jahiliyah, yang artinya bodoh7.

6
Jurnal Pendidikan Islam, “Peradaban Masyarakat Arab Pra Islam,” Al-Ulum: Jurnal Pendidikan
Islam 2, no. 1 (2021): 85–98, https://doi.org/10.56114/al-ulum.v2i1.124.
7
Khairul amri,sosiohitoris Masyarakat arab pra islam,vol 2.no.1, 2022. Hal.5

4
Namun dibalik sikap sikap buruk bangsa arab mereka memiliki sifat
yang amat dermawan, bahkan mereka rela mengorbankan apapun yang
dimilikinya untuk orang yang sedang bertamu kerumahnya meskipun mereka
tidak memiliki apa apa. Orang orang arab juga merupakan orang yang menepati
janjinya, bagi mereka janji adalah hutang yang harus dilunasi. Tekad mereka
sangat besar, apabila melakukan sesuatu mereka akan bersungguh sungguh dan
berusaha agar bisa mencapai tekadnya. Dengan sifatnya yang Tangguh itu
mereka bukanlah orang yang gampang dipengaruhi dan goyah, mereka sangat
teguh pendirian dan dapat dipercaya, bahkan mayoritas dari mereka suka
berkata jujur dan benar8.

3. Kondisi Ekonomi arab masa Pra islam


Jika dilihat dari kondisi geografis wilayah arab merupakan wilayah yang
daratannya di dominasi oleh sahara yang luas. Hal tersebut menjadi penyebab
Arab hanya memiliki sedikit wilayah perkebunan, hanya di daerah pinggiran
arab seperti syam dan yaman. Orang orang arab seperti suku Badui memelihara
hewan ternaknya dan menempati beberapa wilayah mata air yang tersebar di
beberapa wilayah arab. Orang orang tersebut tinggal secara nomaden untuk
mencari wilayah yang memiliki padang rumput untuk Binatang ternaknya.
Orang orang arab tidak memiliki minat di bidang industry, bahkan mereka
memberikannya untuk orang luar arab dan para bangsawan. Perekonomian yang
paling maju di wilayah Arab adalah pertanian dan perdagangan. Bahkan
perdagangan merupakan hal yang sangat penting dalam perekonomian Arab
saat itu.

Kawasan arab merupakan Kawasan yang strategis untuk jalur


perdagangan terutama di wilayah Makkah. Mekkah tidak hanya menjadi pusat
perdagangan local saja, namun sudah menjadi jalur perdagangan dunia
internasional karena posisinya yang strategis, posisinya terhubung antara Syam,
Yaman, Persia, Mesir dan Abbessinia. Keberhasilan bangsa arab dalam bidang
ekonomi dapat tercapai karena seorang tokoh besar Bernama Hasyim, ia masih
memiliki hubungan darah dengan Rasulullah, Hasyim merupakan kakek buyut
Nabi Muhammad SAW 9. Mekkah merupakan jalur persimpangan antara Afrika
dan Asia timur namun keamanannya tidak terjamin kecuali saat datangnya
bulan suci dan saat itu pasar pasar arab dibuka Kembali10. Kebanyakan orang
yang masuk kedunia bisnis adalah orang orang dari daerah perkotaan terutama
daerah mekkah. Bahkan pada saat itu bangsa Arab sudah melakukan kegiatan
perdangan seperti ekspor dan impor, 200 tahun sebelum islam datang pedagang
arab dan yaman melakukan Kerjasama bisnis di daerah Asia Selatan ( India),
Pantai Afrika, Persia dan Asia Tengah. Dalam Kerjasama itu mereka tidak hanya
8
Alfiah khairani. MENGENAL KEADAAN ALAM, KEADAAN SOSIAL, DAN KEBUDAYAAN
MASYARAKAT ARAB SEBELUM ISLAM DI BUKU SKI DI MI, vol.4.no.01.2023
9
Machfud Syaefudin, ddk. Dinamika Peradaban Islam, (Yogyakarta: CV Pustaka Ilmu Grup, 2015),
hlm. 8.
10
Azmar hidayat, peradaban Masyarakat Arab pra islam, vol.2, no. 1. 2021, hal. 94-95

5
mendapatkan keuntungan material yang besar namun juga meningkatkan ilmu
pengetahuan,kecerdasan, dan kebijaksanaan pada suku Quraisy 11. Tidak heran
apabila Bangsa quraisy merupakan kabilah terbesar dan paling pandai di bidang
bisnis saat itu, baik dalam hal syirkah dan mudharabah yang bisa membawa
mereka pada kejayaannya12. Mereka memiliki dua musim dalam perjalanannya
berbisnis, pada musim dingin mereka melakukan perjalanan ke yaman,
sedangkan pada musim panas mereka menuju ke negeri Syam13. Barang barang
yang diekspor antara lain dupa, kemenyan, kayu gaharu, minyak wangi, kulit
Binatang,buah kismis dan Anggur. Namun selain itu mereka juga mengirimkan
para budak budak untuk diperjual belikan.

Di wilayah Mekkah terdapat pasar yang sangat terkenal Bernama


Ukazh, majinnah dan Dzul Majaz. Saat islam datang pasar pasar tersebut masih
tetap popular sampai waktu yang lama hingga akhirnya punah. Pasar pasar itu
juga digunakan untuk tempat berkumpulnya para penyair dan sastrawan.bahkan
pernah dijadikan untuk tempat perlombaan kebudayaan Arab. Oleh karena itu
pasar tersebut memiliki peran penting dalam bidang Bahasa dan Satra. Kota itu
juga menjadi pusat peradaban Mulai dari politik, ekonomi dan budaya. Para
pedagang juga menjual komoditasnya kepada para konglomerat, karena barang
barang tersebut juga mahal apalagi barang impor dengan pajak.

Alat pembayaran yang digunakan pada masa itu meniru dari mata uang
romawi dan Persia, yaitu emas, perak maupun logam mulia. Sedangkan mata
uang yang digunakan pada zaman jahiliyah saat itu adalah dirham dan dinar
yang terbuat dari perak. Sebelum datangnya islam bangsa arab mempunyai
tradisi dalam bisnisnya yaitu dengan menggunakan cara riba. Cara ini bermula
dari bangsa Yahudi, yang kemudian merambat ke seluruh golongan mulai dari
golongan atas sampai bawah menggunkan cara ini dalam bisnisnnya, bahkan
mereka menetapkan riba dengan jumlah yang paling tinggi untuk mendapatkan
keuntungan.

4. Peradaban Politik di Arab Pra Islam


Dahulu, semenanjung Arab adalah gurun yang tersambung dari barat ke
sahara Afrika sampai Asia, Iran tengah, dan Gurun Gobi di China. Yang
merupakan daerah dengan cuaca yang panas dan kering disebabkan uap air laut
seperti laut Hindia, Arab dan Laut Merah yang tidak dapat menyejukan daratan
yang berbatu dan luas tersebut. Akan tetapi, semenanjung Arab juga memiliki
daerah yang subur dan berpenghuni banyak yakni di daerah Sabit karena
semenanjung Arab beriklim topografis, jadi tidak sepenuhnya daerah disitu
kering.
11
Jaya miharja, sistem aktivitas ekonomi (bisnis) Masyarakat arab pra-islam, vol.3 no.1., 2010, hal
48-51
12
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi; Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, cet. I (Jakarta:
Pustaka Asatruss, 2005), hal. 12
13
Khairul amri,sosiohistoris Masyarakat arab pra islam, vol 2. No.1, jurnal Mumtaz, 2022, hal.4-5

6
Sebelum Islam hadir, kondisi bangsa arab pra Islam atau biasa disebut
arab Jahiliyah terbawa oleh kekaisaran Persia dan Byzantium baik dalam bidang
perang maupun keindahan bahasa. Tatanan sosial di Arab memiliki pengaruh
dalam bidang politik, yang terbagi menjadi 3 yakni suku Hadari, Badawi, dan
Adnan. Penduduk Hadari (menetap) berada diwilayah Yaman yang maju dalam
bidang ekonomi-pertaniannyakarena daerahnya yang subur. Sistem politik pada
penduduk Hadari dipimpin oleh seorang Qoil, mereka melakukan suatu
perebutan wilayah oleh Qoil yang kuat. Lambat laun, muncul sebuah kerajaan
yang bernama Saba’ dan mencapai kejayaannya di abad ke-8 SM dan dikenal
sebagai kerajaan yang suka hidup damai dan tidak mau menyerang wilayah lain.

Kerajaan Saba’ ini populer karena adanya Ratu Bilqis yang dikisahkan
dalam Qs. An-Naml: 20-24, yang kedua kepopuleran kerajaan ini disebabkan
adanya pembangunan Bendungan Ma’rib yang bertujuan memenuhi keperluan
air di masyarakat. Sehingga dengan adanya itu daerah-daerah disana menjadi
subur, para petani Yaman yang biasanya bercocok tanam satu tahun sekali, bisa
menanam sampai 2 atau 3 kali dalam satu tahun karena adanya Bendungan
tersebut. (Mubarok, 2020) Selain itu juga muncul kerajaan Himyar(2SM-6M)
yang merupakan pecahan dari penduduk Saba’ dan mengalami keruntuhan
karena terjadinya perebutan kekuasaan oleh Habsyah yang membantu kaum
Nasrani dalam menyebarkan agama Kristen di Arab.

Sedangkan penduduk Badawi yakni penduduk yang hidupnya


berpindah-pindah karena dipengaruhi oleh keadaan alam yang terletak didaerah
yang jarang sekali turun hujan yakni Hijaz, penduduk ini hidup secara
berkelompok dengan cara mendirikan tenda-tenda yang bisa dibongkar pasang
diwilayah yang ditempatinya tersebut guna mencukupi kebutuhan hidup
mereka. Karena keterpaksaan dalam berpindah-pindah ini pula tidak jarang
diantara satu kelompok dengan kelompok lain terjadi suatu perebutan daerah
yang dihuni, tak jarang dari penduduk Badawi melakukan suatu peperangan
dalam mempertahankan daerah yang nyaman ditempati itu.

Secara umum penduduk Badawi terlahir sebagai masyarakat yang


demokrat. Selain itu juga, penduduk Badawi mempunyai kefanatikan atau
dalam bersosial dan berpolitik sehingga dengan adanya sikap tersebut membuat
banyak keributan karena menganggap bahwa perang adalah solusi terbaik
walaupun masalah yang terjadi muncul karena hal yang tak seharusnya
diributkan jika diluar suku yang dianut tersebut. Akan tetapi jika didalam suatu
suku yang dianut, penduduk Badawi lebih mengutamakan persatuan dan
kekeluargaan. Dalam berpolitik penduduk arab Badawi dikenal gampang
terbawa oleh pemerintahan disekitarnya seperti Romawi dan Persia hal ini
terjadi karena penduduk suku tersebut tidak memiliki ideologi dalam berpolitik,
krisisnya moral, sistem pemerintahan yang tidak ideal, dan tidak adanya tokoh
besar dalam membimbing kehidupan mereka.

7
Pada masa ini kelompok atau kabilah dijadikan sebagai bentuk sosial-
politik yang namanya diambil dari suatu peristiwa atau keturunan dari garis
bapak/ibu. Kepemimpinan dalam suatu kabilah dalam Kependudukan Badawi
dipegang oleh Syaikh yang dipatuhi dan ditunduki atas kepemimpinannya
dalam meneyelesaikan masalah dan mengatur perdamaian dan peperangan antar
kelompok. Seorang Syaikh dipilih oleh penduduknya dengan cara
bermusyawarah dan melalui berbagai pertimbangan yakni memiliki akhlak
karimah, cerdas, berwibawa, dan berjiwa berani serta karena kemuliaannya.
Syaikh juga membentuk suatu perangkat yang ada didalam majelis dengan
tujuan membantu tugasnya dalam mengemban amanat. Kata syaikh ini
dirujukan pada kedudukan yang setara.14

Sedangkan sistem politik pada Kaum Adnan yang treletak diwilayah


Yaman utara fokus terhadap tercukupinya makanan dan tempat hunian karena
kondisi politiknya terkesan apa adanya seperti perang syair-syair dan perang
fisik jika menuntut balas atau dendam. Adapun kabilah di Hijaz yang terkenal
dengan kesolidannya yakni Kabilah Quraisy yang bertugas dalam menjaga
berhala dan mengatur ibadah peziarah di Ka’bah secara turun-temurun karena
merupakan keturunan langsung dari Fihr bin Malik bin Maad. Bani Quraisy
terdiri dari 10 keluarga yang dimana menurut kesepakatan dari suatu majelis
keluarga-keluarga tersebut memegang jabatan dalam suatu majelis tersebut.15

Bangsa arab Jahiliyah tidak mengenal aspek politik yang paling penting
secara utuh dalam sistem pemerintahan dan materi. Namun, kesolidaritasan
yang dimiliki bangsa arab Jahiliyah dalam bidang politik adalah ketika
terjadinya penyerangan kota Makkah oleh kerajaan Habasyah dibawah
kepemimpinan Raja Abrahah, mereka bersatu dalam pembelaan terhadap
agama dan dengan adanya peristiwa tersebut bangsa arab Jahiliyah menjadi
sadar bahwa kekuatan politik mampu menyatukan negara arab.

B. Peradaban Arab Pra Islam: Kepercayaan, Sosial, Ekonomi, Politik


Tingkat SD/MI
1. Kepercayaan Masyarakat Arab Pra Islam Tingkat SD/MI
Sebelum mengenal agama Islam, masyarakat Arab banyak yang
menyembah berhala (patung). Bagi sebagian masyarakat Arab beranggapan
bahwa patung adalah Tuhan yang patut disembah. Mereka menyembah patung
yang terbuat dari kayu, batu, emas, maupun perak. Patung atau berhala yang
mereka anggap sebagai Tuhan itu mereka letakkan di Ka‟bah dan sekitarnya
untuk disembah. Mereka setiap tahun mengadakan perlombaan membuat
patung untuk ditempatkan pada dinding Ka‟bah.

14
Nurhamim, “Tsaqofah; Jurnal Agama Dan Budaya 93,” Tsaqofah; Jurnal Agama Dan Budaya 14,
no. 2 (1961): 93–117.
15
Ahmad Agis Mubarok, “Sejarah Sosial-Politik Arab: Dari Hegemoni Romawi-Persia Hingga
Kebangkitan Arab Islam,” NALAR: Jurnal Peradaban Dan Pemikiran Islam 4, no. 1 (2020): 64–76,
https://doi.org/10.23971/njppi.v4i1.1879.

8
Patung-patung itu tidak disembah sebelum orang-orang saleh itu mati
dan ilmunya telah hilang. Dari situlah, penyembahan terhadap berhala-berhala
mulai. Dari sekian banyak berhala ada empat berhala yang dianggap sebagai
pemimpin dari berhala-berhala yang lain. Empat berhala tersebut adalah Latta,
`Uzza, Manat dan Hubal. Hubal merupakan berhala yang terbuat dari batu akik
berwarna merah dan berbentuk manusia. Hubal, dewa mereka yang terbesar
diletakkan di Ka‟bah, kemudian Latta, berhala yang paling tua, berhala `Uzza,
serta Manat. Masyarakat Arab sangat meyakini patung-patung tersebut dapat
memberikan manfaat dan dapat pula mendatangkan bahaya bila tidak disembah.
Sehingga masyarakat Arab sangat menghormati dan takut kepada patung-
patung tersebut. Mereka menyembah berhala-berhala itu sebagai perantara
kepada Tuhan. Untuk mendekatkan diri kepada dewa atau Tuhan-Tuhan itu,
mereka rela berkorban dengan menyajikan binatang ternak. Bahkan pernah
pada suatu ketika mereka mempersembahkan manusia sebagai korban kepada
dewa-dewa dan Tuhan mereka. Kepada patung-patung tersebut maereka
mengadu nasib, persoalan, atau permasalahan yang mereka hadapi.

Dari keempat patung tersebut, Hubaladalah patung yang paling besar.


Oleh karena itu, ia dianggap sebagai pemimpin para patung. Disamping
kepercayaan terhadap penyembahan berhala, ada kepercayaan lain yang
berkembang di Makkah, yakni Menyembah Malaikat. Sebagian masyarakat
Arab menyembah dan menuhankan malaikat. Bahkan sebagian beranggapan
malaikat adalah putri Tuhan. Menyembah Jin, Ruh, atau hantu. Sebagian
masyarakat Arab menyembah jin, hantu, dan ruh leluhur. Masyarakat Arab
mengadakan sesajian berupa kurban binatang sebagai bahan sajian agar mereka
terhindar dari bahaya dan bencana.

2. Kondisi Sosial Masyarakat Arab Pra Islam Tingkat SD/MI


Orang orang arab disebut kaum jahiliyah karena perilaku dan moral
mereka rusak. Ada beberapa suku yang tidak berperi kemanusiaan dan
melakukan perbuatan keji. Orang orang merendahkan kedudukan manusia dan
dengan gampangnya membunuh bayi Perempuan yang baru lahir, hal ini sudah
menjadi adat istiadat mereka karena bagi mereka bayi Perempuan adalah aib,
biasanya mereka juga menanam bayi Perempuan secar hidup hidup, para Wanita
direndahkan dan diperjualbelikan. Mereka suka mengonsumsi khamr dan
mabuk mabukan, minum khamr adalah hal yang biasa mereka lakukan apabila
sedang berkumpul, mereka juga suka berjudi mencuri bahkan merampok dan
memaksakan keinganannya apaun caranya akan mereka tempuh. Permainan
favorit mereka saat itu adalah berjudi dan taruhan.

Orang orang arab saat itu amat menyukai peperangan, peperangan antar
suku adalah hal yang lumrah terjadi saat itu, bahkan masalah sepele mereka
selesaikan dengan berperang. Sistem perbudakan yang ada saat itu sangat
kejam, para majikan bebas memperlakukan para budaknya seperti hal nya

9
barang dagangan yang bisa diperjual belikan atau dibunuh sesuka hati mereka,
budak tidak memiliki kebebasan hidup yang layak dan manusiawi.

3. Kondisi ekonomi Arab Pra Islam Tingkat SD/MI


Pada masa pra-Islam (sebelum munculnya Islam), kondisi ekonomi
masyarakat Arab sangat beragam. Masyarakat Arab terbagi menjadi beberapa
kelompok suku yang hidup sebagai penggembala, pedagang, atau pertanian.
Beberapa pribadi kaya memiliki kekuasaan politik dan ekonomi yang besar,
sementara banyak lainnya hidup dalam kemiskinan. Diantara kondisi sosial
ekonomi tersebut adalah:
a. Pertanian
Wilayah Arab di dominasi oleh padang pasir yang luas ,oleh karena itu
kondisinya sangat gersang dan panas, hingga sedikit daerah yang subur,
biasanya daerah yang subur terletak di daerah yang dekat dengan mata air.
Orang orang yang dekat dengan daerah tersebut kebanyakan memiliki
pencaharian sebagai petani sayur dan buah. Sebagian besar masyarakat
Arab pra-Islam hidup sebagai petani, mereka menanam tanaman seperti
kurma, jelai, dan anggur. Pertanian oasis di daerah gurun sangat penting
bagi kelangsungan hidup mereka. Karena mereka mengandalkan hasil
pertanian untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari.16
b. Beternak
Di gurun pasir, suku-suku Arab penggembala hidup dengan
menggembalakan ternak, terutama unta, kambing dan domba. Mereka hidup
secara nomaden (berpindah-pindah) untuk mencari padang rumput bagi
gembala mereka. Hewan hewan yang banyak dipelihara di Arab seperti
kuda, unta dan domba. Unta merupakan hewan yang sangat penting di Arab
karena unta merupakan alat transportasi di padang pasir dan juga alat tukar
di Arab. Sedangkan kuda lebih sering digunakan untuk berperang atau
penyerangan karena jalannya lebih cepat.
c. Pedagang
Kota-kota seperti Mekkah dan Yathrib (kemudian menjadi Madinah)
menjadi pusat perdagangan di wilayah Arab. Karena kondisi geografis Arab
yang terletak di persimpangan rute perdagangan penting antara Timur
Tengah, Afrika, dan Asia membuat perdagangan karavan menjadi salah satu
sumber ekonomi yang utama. Mereka mengirimkan barang-barang seperti
rempah-rempah, sutra, dan barang-barang mewah melalui karavan. Bangsa
Arab menjadi pengendali jalur-jalur perdagangan penting sehingga
memperoleh kekayaan melalui aktivitas ini.

16
Abdul Gani Jamora Nasution, NARASI TENTANG KEHIDUPAN MASYARAKAT ARAB SEBELUM
ISLAM DALAM BUKU SKI TINGKAT MI, Vol 2.no.2, 2022, hal 128-130

10
4. Politik Arab Pra Islam Tingkat SD/MI
Kondisi politik bangsa Arab sebelum datangnya Islam (Jahiliyah/belum
mengetahui tatanan masyarakat yang teratur) terdiri dari beberapa suku atau
bisa disebut sebagai klan/kabilah karena belum dibentuknya sistem
pemerintahan, kabilah-kabilah ini diketuai oleh seorang Syaikh yang berasal
dari orang yang dermawan dan kaya serta memiliki sifat yang rajin, sabar, adil,
pemaaf, dan bijak agar tidak ada perselisihan diantara penduduknya. Syaikh
dipilih oleh penduduk yang tua-tua dan banyak memberikan saran terhadap
penyelesaian masalah serta berasal dari keluarga yang memiliki pengaruh dalam
masyarakat.
Dengan adanya banyak suku tersebut banyak terjadi perpecahan dan
banyak peperangan karena tidak adanya rasa persatuan dan kekeluargaan antar
suku, tiap suku atau kabilah didalamnya saling bersaing, memperolok dan
menindas antar suku yang lain dengan tujuan melindungi suku masing-masing.
Konflik yang dihadapi antar suku ini berasal dari masalah antar individu dan
berkembang menjadi masalah bersama. Dalam mencapai suatu ketentraman
antar suku, tidak diterapkan suatu perjanjian atau ganti denda dikarenakan
adanya rasa gengsi dan merasa dihinakan dengan alasan darah dibalas dengan
darah.
Ciri-ciri yang terkenal pada penduduk arab yakni senang dengan
peperangan (ayyam al-Arab) yang sudah menjadi kebiasaan turun-temurun.
Karena bangsa arab Jahiliyah meyakini bahwa balas dendam adalah tuntutan
dalam kehidupannya bahkan menjadikannya sebagai hukum. Sedangkan
permintaan damai sendiri harus dilewati setelah terjadinya suatu peperangan.
Sistem politik dimasa arab Jahiliyah juga belum dibentuk suatu aturan
dan norma yang mengatur segala bentuk tindakan yang dilakukan masyarakat
sehingga konsekuensi bagi pelanggar hukum adalah dikucilkan dan dibenci oleh
masyarakat. Banyak juga masyarakat pada masa ini yang mengabadikan suatu
peristiwa baik pada masa kekalahan atau kemenangan yang terjadi kepada anak-
cucunya dengan cara menceritakannya melalui syair-syair yang ditulis atau
dibukukan dan dibacakan pada setiap peluang yang ada.17

17
Mardinal Tarigan et al., “Peradaban Islam : Peradaban Arab Pra Islam,” Journal on Education 05,
no. 04 (2023): 12821–32.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum datangnya agama Islam ada banyak agama di Arab
termasuk Yahudi dan Kristen bahkan pada masa jahiliyah masyarakat Arab
mayoritas menyembah berhala. Setelah meninggalnya nabi Ismail
masyarakat Mekkah banyak yang lalai dan meninggalkan ajaran yang telah
diajarkan oleh nabi Ismail dan menyembah kepada selain Allah. Orang-
orang Arab memiliki karakter yang baik seperti pemberani memiliki daya
ingat dan fisik yang kuat menjunjung tinggi martabatnya dan lain-lain
namun kebiasaan baik tersebut ditutupi oleh keburukan yang dimiliki oleh
orang-orang Arab seperti minum arak berzina berjudi merampok dan lain-
lain bahkan mereka memperdayakan budak dan merendahkan kedudukan
para wanita. Sedangkan kondisi ekonomi Arab saat itu mayoritas dari
mereka menjadi petani dan pedagang, kawasan Arab merupakan kawasan
yang sangat strategis untuk jalur perdagangan terutama di wilayah Mekkah
bahkan Mekah menjadi jalur perdagangan dunia internasional Karena
posisinya yang sangat strategis Karena posisinya terhubung antara Syam,
Yaman, Persia ,Mesir, dan Abbasinia. Sebelum datangnya Islam kondisi
bangsa Arab dibawa oleh kekaisaran Persia dan Bizantium baik dalam
bidang perang maupun bahasa tatanan sosial di Arab memiliki pengaruh
dalam bidang politik yang terbagi menjadi tiga yaitu suku hadari ,Badawi
dan Adnan. Bahasa Arab jahiliyah tidak mengenal aspek politik yang paling
penting secara utuh dalam sistem pemerintahan dan materi tetapi mereka
menjunjung tinggi ke solidaritas dalam bidang politik terutama saat
terjadinya perang.

B. Saran
Pada dasarnya,kritik dan saran bertujuan untuk memberikan solusi
dalam perbaikan makalah,alangkah baiknya jika para pembaca memberikan
saran mengenai kekurangan-kekurangan yang ada di makalah ini.Karena
kami dalam penyusunan makalah masih jauh dari kata sempurna dan ada
beberapa sistematika penulisan yang kurang tepat,semoga ini dapat
dijadikan pelajaran kedepannya untuk bisa menyusun karya terbaik.

12
Daftar Pustaka
Dr. Siti Zubaidah, M.Ag. Buku SPI. Sejarah Peradaban Islam. Vol. 1, 2016.
HK, H.M. Nasron, Yusilafita Anisa, Dentha Andriyanti Mawarni, and Nurul
Pangesty. “Arab Pra-Islam, Sistem Ppolitik Kemasyarakatan Dan Sistem
Kepercayaan Dan Kebudayaan.” Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents 135, no. 4 (2016): 1–23.
Islam, Jurnal Pendidikan. “Peradaban Masyarakat Arab Pra Islam.” Al-Ulum:
Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 1 (2021): 85–98. https://doi.org/10.56114/al-
ulum.v2i1.124.
Mubarok, Ahmad Agis. “Sejarah Sosial-Politik Arab: Dari Hegemoni Romawi-
Persia Hingga Kebangkitan Arab Islam.” NALAR: Jurnal Peradaban Dan
Pemikiran Islam 4, no. 1 (2020): 64–76.
https://doi.org/10.23971/njppi.v4i1.1879.
Nasution, Abdul Gani Jamora, Adinda Rahmah Rangkuti, Manna Wassalwa, and
Siti Amsarina Pangaribuan. “Narasi Tentang Kehidupan Masyarakat Arab
Seblum Islam Dalam Buku SKI Tingkat MI.” MUDABBIR ( Journal
Research and Edication Studies) 2, no. 2 (2022): 122–34.
Nasution, Gusniarti, Nabila Jannati, Violeta Inayah Pama, and Eniwati Khaidir.
“Situasi Sosial Keagamaan Masyarakat Arab Pra Islam.” TSAQIFA
NUSANTARA: Jurnal Pembelajaran Dan Isu-Isu Sosial 1, no. 1 (2022): 85.
https://doi.org/10.24014/tsaqifa.v1i1.16541.
Nurhamim. “Tsaqofah; Jurnal Agama Dan Budaya 93.” Tsaqofah; Jurnal Agama
Dan Budaya 14, no. 2 (1961): 93–117.
Tarigan, Mardinal, Ayu Lestari, Khaiyirah Rahmadhani Lubis, Mita Fitria,
Universitas Islam Negeri, Sumatera Utara, Jl William, et al. “Peradaban
Islam : Peradaban Arab Pra Islam.” Journal on Education 05, no. 04 (2023):
12821–32.

13

Anda mungkin juga menyukai