Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERADABAN ISLAM PERIODE MAKKAH(610-622 M)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah peradaban islam yang
diampu oleh :

Bapak. Dr. H. Masduki Duryat M.Pd.I

Disusun oleh :

Riza nurul awali

Lulus Alfata

Sifa nadiyya

Syifa nur febriyani

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang.Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah sejarah peradaban islam.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
bekerjasama dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu,dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga tugas makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Cirebon,1 Oktober 2019

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... I

DAFTAR ISI .......................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1. Latar Belakang .............................................................. 1


2. Perumusan Masalah ..................................................... 1
3. Tujuan ............................................................................ 2

BAB II ISI PEMBAHASAN

4. Peradaban Arab sebelum Islam ................................... 3


5. Dakwah Nabi Muhammad SAW ................................. 5
6. Pembentukan sistem sosial di Makkah ....................... 10

BAB III PENUTUP

7. Kesimpulan .................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13

II
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Masa sebelum islam,bangsa arab dikenal dengan zaman jahiliyah yang mana
pada zaman tersebut masih berkedudukan sebagai bangsa yang tidak mengenal
tauhid yang membuat moralitas kaum tersebut minim.Pada masa pra-
islam,masyarakat arab memiliki kebiasaan buruk yang menjadi sorotan dan
menganut berbagai agama,adat istiadat bahkan aturan-aturan yang menyimpang
sehingga dikenal dengan zaman jahiliyah atau zaman kebodohan.
Khususnya bagi masyarakat Badui yang berada dalam lingkungan miskin
pengetahuan.Situasi tersebut penuh dengan kegelapan dan kebodohan,sehingga
mengakibatkan mereka sesat jalan,tidak mempunyai nilai
kemanusiaan,memusnahkan kekayaan dengan perjudian,membangkitkan
peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan dan lain sebagainya.Hal
ini memuat bahwa masyarakat arab tidak memiliki peradaban.
Maka dari itu,lahirnya islam kepada zaman mereka sangat penting untuk
dikaji.Hal ini demikian tidak ada satupun peristiwa di dunia ini yang terlepas dari
konteks historis dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya.Artinya antara satu
peristiwa dengan peristiwa lainnya mempunyai hubungan yang erat dalam aspek
kehidupan yang bernilai moral.
2. PERUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Peradaban Arab sebelum Islam?
2. Bagaimana Dakwah Makkah Nabi Muhammad SAW?
3. Bagaimana pembentukan sistem sosial di Makkah?

1
3. TUJUAN
Adapun tujuan yang dapat diambil dari materi ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan tentang peradaban Arab sebelum Islam.
2. Memaparkan bagaimana dakwah yang dibawakan oleh Nabi
Muhammad SAW.
3. Mengetahui pembentukan sistem sosial di Makkah.

2
BAB II
ISI PEMBAHASAN

4. PERADABAN ARAB SEBELUM ISLAM


Pada masa sebelum kedatangan Islam di Arab dikenal dengan zaman
jahiliyah. Periode jahiliyah ini dalam Islam, adalah masa yang tidak mengenal
agama tauhid yang membuat moralitas mereka menjadi minim.
Pada saat itu, masyarakat Arab memiliki kebiasaan buruk seperti minum
minuman keras, berjudi, berzina, dan menyembah berhala.
Bangsa Arab ini telah menganut berbagai macam agama, akhlak, adat istiadat,
dan aturan sebelum Islam datang. Agama Islam bertemu dengan agama jahiliyah.
Pada saat agama Islam ini datang, membawa pembaharuan di berbagai bidang
termasuk akhlak, hukum, serta aturan hidup. Kedua kepercayaan ini saling
berbenturan dalam waktu yang cukup lama.
SEJARAH BANGSA ARAB
Agama orang Arab sebelum Islam adalah Paganisme, Yahudi, dan Kristen.
Pagan ini merupakan agama mayoritas mereka. Ratusan berhala berbagai bentuk
ditempatkan di sekitar Kakbah. Agama pagan ini bahkan sudah ada sejak sebelum
Nabi Ibrahim.
Nenek moyang bangsa Arab awalnya memeluk agama Nabi Ibrahim, namun
ajaran ini akhirnya pudar. Mereka lalu membuat patung berhala dari batu, yang
menjadi sarana untuk berhubungan dengan Tuhan.
Semangat keagamaan yang amat kuat mendorong bangsa Arab untuk
melawan dan memerangi agama Islam saat Islam datang. Namun ibadah dan
praktik keagamaan sering tidak dilaksanakan oleh Arab Badui.
Mereka terlalu mencintai kehidupan bebas sehingga mereka pun ingin bebas
dari aturan agama. Agama dianggap sebagai pengikat kebebasannya, oleh
karenanya mereka sering menyelewengkan aturannya.
Di antara mereka ada yang menyembah bintang-bintang, pohon, batu-batuan,
binatang, bahkan menyembah raja mereka. Ini terjadi karena mereka sulit untuk
memercayai Tuhan yang abstrak.

3
Setelah terputus dengan nabi Ibrahim sebagai juru penerang, mereka kembali
menyembah berhala. Berhala-berhala itu terbuat dari batu dan didirikan di
Kakbah. Agama Nabi Ibrahim bercampur aduk dengan kepercayaan menyembah
berhala ini.
Hal yang membuat bangsa Arab menyembah berhala adalah karena setiap
orang yang meninggalkan kota Mekah, selalu mengambil batu dari tanah sekitar
Kakbah. Setelah itu mereka merasa dirinya lebih terhormat. Sementara Kakbah
tetap memiliki kedudukan yang tinggi.
SENI DAN BUDAYA SEBELUM ISLAM DATANG
Bahasa Arab penuh dengan syair dan kosa kata yang indah. Mereka senang
berkumpul mengelilingi para penyair yang sangat dihormati untuk mendengarkan
syair-syairnya.
Di samping sebagai penyair, orang Arab Jahiliyah sangat mahir berpidato
dengan bahasa yang indah. Seperti para penyair, para ahli pidato pada masa itu
memiliki derajat yang tinggi.
Negeri Yaman adalah tempat berkembangnya kebudayaan yang sangat
penting di Jazirah Arab sebelum Islam datang. Bangsa Arab ini memang termasuk
bangsa yang bercita rasa seni yang tinggi.
Tidak semua negeri di Jazirah Arab memiliki kebudayaan Islam. Negeri Iran
yang tumbuh dengan budaya Persia, sangat berbeda dengan kebudayaan orang
Arab pada umumnya. Demikian juga Mesir dengan kebudayaan zaman
Fir’aunnya.
Di wilayah Jazirah Arab yang memiliki budaya Arab adalah Timur Tengah
serta sebagian negara Afrika Utara seperti Tunisia, Maroko, Aljazair, dan Libia.
Setelah Islam datang semua kebudayaan di Jazirah Arab mulai saling
memengaruhi satu sama lain, sehingga terjadi akulturasi dan asimilasi.
Bisa dikatakan peradaban mereka sudah maju, sehingga bahasa Arab pun
menjadi populer layaknya bahasa Eropa saat ini. Bahasa Arab ini sangat
berkontribusi terhadap penyebaran agama Islam di seluruh dunia.

4
KONDISI SOSIAL EKONOMI BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM
DATANG
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat dipengaruhi oleh posisi
geografisnya. Sebagian besar wilayah Arab merupakan daerah yang gersang dan
tandus, kecuali wilayah Yaman yang terkenal subur dan lokasinya strategis
sebagai lalu lintas perdagangan.
Di bagian tengah jazirah Arab karena merupakan pegunungan yang tandus,
Arab Badui berpindah-pindah dari satu lembah ke lembah lain di pedalaman.
Mereka adalah para peternak yang mencari rumput untuk ternak.
Dapat disimpulkan keadaan sosial dan kebudayaan bangsa Arab sebelum
islam diantaranya:
a. Orang-orang Arab sebelum kedatangan islam adalah orang-orang yang
menyekutukan Allah (musyrikin),yaitu mereka menyembah patung-patung
dan menganggap patung-patung itu suci.
b. Kebiasaan mereka ialah membunuh anak laki-laki mereka karena takut
kemiskinan dan kelaparan.
c. Mereka menguburkan anak-anak perempuan mereka hidup-hidup karena
takut malu dan celaan.
5. DAKWAH MAKKAH NABI MUHAMMAD
Ketika umur Nabi saw 40 tahun, Jibril turun membawa wahyu ketika Nabi
SAW berada di gua Hira’. Setelah itu Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi
selama 3 tahun. Empat orang pertama yang menerima dakwah Nabi adalah
adalah Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar , Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin
Haritsah. Kemudian berdakwah secara terang-terangan. Beliau mengumpulkan
kerabat dan keluarganya dan menyampaikan kepada mereka tentang kebenaran
Islam, akan tetapi paman Beliau, Abu Lahab menolaknya dengan keras.
Sebelum datang Islam, Orang Arab menyembah berhala, membunuh anak
laki-laki, mengubur hidup-hidup anak perempuan, saling membunuh, berzina,
suka minuman keras, tidak menghormati tetangga.Ketika Rasulullah
SAW mengajak mereka menyembah Allah swt, maka berbaliklah rasa cinta dan
hormat mereka kepada Nabi menjadi kemarahan.

5
Paman Nabi,Abu Thalib melindungi dakwah beliau.Ketika kaum Quraisy
melihat hal itu,mereka menyakiti Nabi,mengejek,menghina,merendahkan,namun
Nabi tetap sabar dan selalu memaafkan.Lalu gangguan dan siksaan itu ditujukan
kepada para sahabat Nabi yang rata-rata adalah orang-orang miskin dan budak.
Karena siksaan ini, Nabi memerintahkan kaum Muslimin hijrah ke Habasyah
(Ethiopia). Berhijrahlah 10 laki-laki dan 5 perempuan, mereka tinggal di sana
selama 3 bulan, inilah hijrah pertama dalam Islam.
Setelah menjadi Nabi, Muhammad SAW tinggal di Mekkah sampai tahun ke
13 kenabian. Tahun ke-tujuh kenabian kaum Quraisy memboikot Nabi dan
keluarganya. Mereka memutuskan hubungan dagang dengan keluarga nabi, dan
mengasingkan mereka ke lembah. Selama 3 tahun di lembah gunung, makan
seadanya, bahkan sampai makan daun.
Setelah bebas, datanglah utusan dari Najran kepada Nabi SAW menyatakan
masuk islam. Di tahun itu pula wafat Istri tercinta Beliau Khadijah, dan paman
Beliau Abu Thalib.
Tahun kesebelas kenabian, Allah SWT memuliakan Beliau dengan Isra’ dan
Mi’raj, di tahun yang sama juga Nabi SAW keluar dari kabilah ke kabilah untuk
menyiarkan Islam. Akhirnya Berimanlah diantara mereka 6 orang dari Madinah.
Tahun 12 kenabian, datanglah 12 orang laki-laki dari Madinah, mereka
beriman dan kemudian kembali lagi ke Madinah dan tersebarlah Islam di sana. Di
tahun 13 kenabian, datang kepada Nabi 73 laki-laki dan 2 perempuan dari
Madinah mereka beriman dan kembali ke Madinah untuk mensyiarkan Islam di
sana.
Di tahun yang sama Nabi SAW memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke
Madinah. Ketika kaum Quraisy mendengar hal ini, mereka berencana membunuh
Nabi biar islam tidak tersebar, lalu Allah SWT perintahkan Beliau untuk ikut
berhijrah.
Sebelum Hijrah rumah beliau sudah dikepung kaum Quraisy, kemudian Allah
menyelamatkan Nabi dengan membuat mereka tertidur sehingga Nabi keluar
rumah dengan mudah.

6
Kemudian Nabi bersama Abu Bakar pergi ke gua Hira’ untuk bersembunyi
selama tiga malam. Di hari ketiga paginya mereka berjalan menuju
Quba’. Nabi SAW tinggal di sini selama 22 malam, dan mendirikan masjid
pertama di situ. Kemudian Nabi pergi ke Madinah, Kaum Anshor atau penduduk
madinah menyambut nabi dengan bahagia. Di Madinah nabi menjadi Imam
sekaligus pemimpin mereka.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang
luhur tersebut sebagai berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun.Pada masa
dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk
masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya
sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang
telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah
binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian),
Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah
dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar
Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman
(pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata
beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
a) Abdul Amar dari Bani Zuhrah
b) Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
c) Utsman bin Affan
d) Zubair bin Awam
e) Sa’ad bin Abu Waqqas
f) Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-
sembunyi, yang namanya sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal
Awwalun(pemeluk Islam generasi awal).

7
2. Dakwah secara terang-terangan. Dakwah secara terang-terangan ini
dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi
perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu
tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.Tahap-tahap dakwah
Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:

a. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri


jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam.
b. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama
yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di
Bukit Shafa. Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah
menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu:
Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab.
Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian,
sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).Rasulullah SAW
menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota
Mekah.
Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam
antara lain:
a) Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
b) Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
c) Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).

Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan
Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang,
dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu
Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.Pertemuan umat Islam Yatsrib
dengan RasulullahSAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari
kenabian dan menghasilkanBai’atul Aqabah. IsiBai’atul Aqabahtersebut
merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwamereka akan melindungi dan
membela RasulullahSAW.

8
Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya
agar berhijrah ke Yatsrib.Tiga Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah
Rasulullah SAWProf. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam,
telah menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah
SAW, yakni:

a. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan


dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka
mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka
juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah
SAW (Islam) melarangnya.
b. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya
kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat,
karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
c. Kaum kafir Quraisy menolak ajaran Islam karena mereka merasa berat
meninggalkan agama dan tradisi hidup bermasyarakat warisan leluhur
mereka
d. Kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah
Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.

Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah


Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:
a. Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah,
Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah,
disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas
perikemanusiaan.
b. Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar
permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir
Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya.

9
6. PEMBENTUKAN SISTEM SOSIAL DI MAKKAH
Dari sudut pandang sosiologis, menarik untuk mengetahui struktur sosial
dalam masyarakat arab. Dalam hal ini, kita juga harus membedakan antara
penduduk nomad dan penduduk kota. Bangsa badui tinggal di tenda-tenda dan
perkemahan mereka ada di gurun-gurun. Struktur dasar masyarakat badui adalah
organisasi suku. Anggota satu keluarga tinggal di satu tenda, kumpulan tenda-
tenda (perkemahan) disebut hayy, dan kumpulan hayy membentuk satu suku, yang
dalam bahasa dinamakan qawm. Kumpulan suku-suku yang menjadi satu disebut
dengan qabilah. Semua anggota suku mengaggap diri mereka menjadi satu
anggota keluarga dan memilih pimpinan mereka datang, disebut syaikh. Mereka
memakai satu istilah khusus, yang dinamakan Bani sebutan yang dipakai sebagai
nama depan mereka. Nama asal beberapa suku ini adalah feminin, dan dari fakta
ini beberapa sarjana menyimpulkan bahwa sistem matrilinial masih ada di arab
sebelum datangnya islam. Namun pendapat ini kurang tepat. Yang benar adalah
nama-nama itu menunjukkan adanya jejak-jejak sistem matrilinial dimasa lampau.
Maxim Rodinson tidak sependapat dengan pendapat Montgomery Watt yang
mengatakan bahwa adanya nama-nama itu menunjukkan bahwa masyarakat arab,
yang dulunya matrilnal, pada masa Nabi berubah menjadi sistem patrilinial
sehingga berada dalam tahap transisi yang berhubungan dengan perkembangan
umum ke arah individualisme. “yang benar,” kara Rodinson, ”bahwa dalam
daerah tertentu seperti madinah, sistem ini ada bersama-sama dengan beberapa
kebiasaan poliandri, dan dengan adanya pengakuan akan peran pokok perempuan
(beberapa sumber menunjukkan bahwa pada masa lampau terdapat ratu-ratu arab),
bahkan dalam beberapa kasus pewarisan harta kekayaan melalui jalur ibu.
Kaum nomad ini selalu berpindah dan tidak menetap di satu tempat. Mereka
berpindah dari tempat satu ketempat lain guna mencari air dan rumput untuk
binatang mereka, juga untuk melakukan penyerbuan ke suku lain. Oleh karena itu,
mereka tidak mengenal konsep kepemilikan tanah. Bahkan di Madinah pun, yang
merupakan oasis subur, pertanian belum pada tingkat yang mengarah pada
kepemilikan tanah secara individu. Tanah-tanah yang bisa ditanami dimiliki
secara bersama-sama. Begitu juga di Makkah, hampir tidak ada yang dinamakan

10
kepemilikan tanah, meskipun rumah yang dimiliki oleh para keluarga penduduk
makkah. Meskipun terdapat beberapa perjanjian antara mereka, namun tidak ada
hukum baku tentang kepelikan kekayaan. Beberapa kaum yang terpandang di
Makkah memang mempunyai bangunan di sekitar oasis Thaif. Namun bangunan
ini lebih berfungsi sebagai tempat singgah dimusim panas karena iklimnya lebih
baik. Para pedagang Mekkah membangun vila-vila untuk liburan di musim panas.
Bani Thaqif tinggal di Thaif, dan mereka makan sereal, sementara orang-orang
Mekkah lainya memenuhi kebutuhan makan dengan kurma dan susu. Dengan
fakta tidak ada pemilikan tanah secara perorangan untuk pertanian, maka melihat
islam secara awal dalam setting feodal adalah salah.
Untuk struktur keluarga diwilayah urban, terutama suku Mekkah mengalami
perpecahan dan proses individualisasi mulai berlangsung. Masyarakat suku mulai
memudar suku-suku pecah, atau dalam kelompok keluarga yang lebih kecil,
karena berkembangnya hubungan baru yang didasarkan pada harta atau kekayaan,
meskipun kesetiaan berdasarkan suku atau kelompok diperlukan untuk menjaga
ketertiban dan melaksanakan hukum suku. Dengan demikian, proses antagonistik
tidak berlangsung dalam masyarakat, di satu sisi kesetiaan dan kesukuan sangat
diperlukan karena tidak ada hukum lain yang mengatur kehidupan, namun di sisi
lain terjadi perpecahan struktur kesukuan. Pembacaan yang cermat terhadap
sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa masyarakat Mekkah, pada abad ke-6
SM.Satu ayat dalam Al Qur’an menunjukkan hal tersebut, “Tidak ada larangan
bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit,
dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan dirumahmu sendiri (sedang mereka
makan bersamamu, begitu juga) di rumah bapak-bapakmu, di rumah saudara
bapakmu yang perempuan, di rumah saudaramu yang perempuan, di rumah
saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara ibumu yang laki-laki, di
rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau
dirumah yang kamu miliki kuncinya atau dirumah kawan-kawanmu. Tidak ada
larangan bagimu makan bersama-sama atau sendirian...”(QS.24: 61). Ayat itu
menunjukkan bahwa masyarakat Mekkah pada masa Nabi mulai tinggal dalam
unit keluarga yang lebih kecil. Dari ayat diatas juga nampak bahwa anak-anak,

11
setelah tumbuh dewasa, hidup terpisah atau membentuk keluarga sendiri, dan
anak-anak perempuan tinggal bersama setelah mereka menikah.

BAB III

PENUTUP
7. KESIMPULAN
Peradaban Arab sebelum datangnya islam sangatlah tidak beraturan.Mereka
ada pada zaman jahiliyah atau zaman kebodohan.Moralitas penduduk pada masa
itu sangatlah minim,baik dari segi akhlak,hukum,adat istiadat serta aturan
hidunya.Mereka banyak menganut agama dan memiliki kebiasaan jelek seperti
berjudi,minum minuman keras dan lainnya.Dengan datangnya islam,banyak sekali
pembaharuan untuk merubah moralitas mereka menjadi lebih beraturan.Penduduk
pada masa itu masih nomaden atau berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat
lainnya seperti orang Badui.
Strategi dakwah yang dilakukan nabi Muhammad melalui dua tahapan,yaitu
dakwah secara sembunyi-sembunyi dan dakwah secara terang-terangan.
Dari sudut pandang sosiologis, struktur sosial dalam masyarakat arab. Di sini
terdapat penduduk nomaden dan penduduk kota , Kumpulan suku-suku yang
menjadi satu disebut dengan qabilah. anggota keluarga dan memilih pimpinan
mereka datang, disebut syaikh. Mereka memakai satu istilah khusus, yang
dinamakan Bani sebutan yang dipakai sebagai nama depan mereka.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.islamfuture.net/peradaban-bangsa-arab-sebelum-islam/
https://www.academia.edu/9116796/MAKALAH_SEJARAH_PERADABAN_IS
LAM_KEADAAN_BANGSA_ARAB_SEBELUM_ISLAM
http://fuadhasanspi.blogspot.com/2014/06/makalah-peradaban-islam-
rasulullah.html
https://suaramuslim.net/dakwah-rasulallah-di-makkah/

13

Anda mungkin juga menyukai