Anda di halaman 1dari 23

The Loyalist Prince of the Emirates: Analisa Pengaruh Mohammed bin

Zayed (MbZ) dalam keputusan Intervensi Militer Uni Emirat Arab di


Yaman Tahun 2015

Paper ini ditulis untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah Analisis
Konflik dan Perdamaian
Dosen pengampu: Anak Agung Ayu Intan Prameswari, S.I.P., M.Si.

OLEH:

Ida Ayu Ngurah Intan Marlina (1912521001)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Permasalahan............................................................................................3
1.3 Batasan Penelitian.....................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian......................................................................................................4
1.5 Sistematika Pembahasan...........................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
2.1 Tinjauan Pustaka......................................................................................................6
2.2 Kerangka Konseptual..............................................................................................10
2.2.1 Karakter Pribadi Pemimpin..............................................................................10
BAB III............................................................................................................................11
3.1 Kebijakan Luar Negeri Uni Emirat Arab di Yaman Tahun 2015............................11
3.2 Uni Emirat Arab di bawah Kepemimpinan Mohammed bin Zayed (MbZ).............12
3.3 Karakter Pribadi Mohammed bin Zayed (MbZ).....................................................13
3.3.1 Beliefs Mohammed bin Zayed (MbZ).............................................................14
3.3.2 Motives Mohammed bin Zayed (MbZ)............................................................15
3.3.3 Decision style Mohammed bin Zayed (MbZ)...................................................16
3.3.4 Interpersonal Style Mohammed bin Zayed (MbZ)...........................................16
BAB IV............................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................19
4.2 Saran.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, perhatian akademisi mengarah kembali ke keamanan

tradisional dan perang setelah terjadinya invasi Ukraina oleh Rusia. Invasi Rusia

terhadap Ukraina menjadi bahan diskusi di berbagai forum bahkan hingga

mengarah kepada kemungkinan terjadinya perang dunia ketiga. Namun,

sesungguhnya perang bukan merupakan pemandangan yang asing di dunia,

utamanya di kawasan Timur Tengah. Salah satu perang terbesar yang terjadi di

Timur Tengah adalah perang sipil Yaman yang telah berlangsung selama lebih

dari satu dekade dengan melibatkan beberapa kelompok militan internal dan

negara. Perang sipil Yaman dimulai pada tahun 2011 sebagai pengaruh dari

gelombang gerakan revolusioner Arab Spring. Terjadi gerakan protes terhadap

rezim Ali Abdullah Saleh yang didukung oleh Islah, partai utama islam sunni di

Yaman yang berafiliasi dengan organisasi Muslim Brotherhood. Pertempuran

antara rezim Saleh dan Islah berakibat pada pemindahan kekuasaan pemerintah

Yaman dari tangan Saleh ke wakil presidennya, Abd Rabbu Mansour Hadi atas

ketentuan perjanjian transisi yang ditengahi oleh organisasi GCC (Gulf

Cooperation Council) dan pula oleh PBB. Namun, pemindahan kekuasaan

tersebut mendatangkan pihak baru kembali ke dalam konflik, yakni Al-Qaeda

in Arab Peninsula (AQAP) yang percaya bahwa Hadi terkait dengan Amerika

Serikat. Ketidakstabilan politik akibat upaya penggulingan Hadi memberikan

celah bagi pihak lain untuk terlibat. Perang sipil terjadi ketika sebuah kelompok

pemberontak bernama Houthi yang beraliran syiah berupaya untuk merebut

kekuasaan kekuasaan
1
dari rezim Hadi pada tahun 2014. Houthi disebutkan memiliki hubungan dekat

dengan Iran. Houthi berhasil menguasai ibu kota sehingga Presiden Hadi meminta

bantuan dari Arab Saudi dan negara-negara GCC. Pada tahun 2015, koalisi yang

dipimpin oleh Arab Saudi menyetujui permintaan Hadi dan menjalankan operasi

militer ke Yaman untuk memulihkan kekuasaan pemerintah Yaman (Salisbury,

2020: 31-32).

Sebagian besar perhatian jatuh kepada Arab Saudi sebagai pemimpin

koalisi dalam intervensi militer di Yaman. Namun, di medan perang koalisi

tersebut dipimpin oleh Uni Emirat Arab sebagai mitra koalisi utama Arab Saudi.

Sekilas keputusan Uni Emirat Arab mengambil peran dominan dalam intervensi

militer Yaman terlihat mengejutkan mengingat wilayah dan populasi Uni Emirat

Arab yang jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara tetangganya. Kebijakan

luar negeri Uni Emirat Arab setelah kemerdekaannya pun cenderung berfokus

untuk mencapai keamanan dengan melakukan bandwagoning. Namun, setelah

peralihan kekuasaan ke tangan Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MbZ), Uni

Emirat Arab mulai mengambil berbagai inisiatif di kawasan Timur Tengah, seperti

mendukung kudeta untuk menjatuhkan rezim demokratis dan Muslim Brotherhood

di Mesir dan Libya (Shahrour, 2020: 3-8).

Pengambilan kebijakan suatu negara dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Walker dan Schafer (dalam Mintz & DeRouen, 2010: 18) menyebutkan

bahwa pemimpin negara dapat memengaruhi pengambilan kebijakan luar negeri

suatu negara dengan bertindak berdasarkan persepsi pribadinya terhadap situasi

politik dunia. Margaret G. Hermann (1980: 7-8) juga mengemukakan pandangan

serupa melalui konsep karakteristik pribadi pemimpin yang menjelaskan bahwa

2
terdapat empat jenis karakteristik pribadi yang dapat memengaruhi pembuatan

keputusan politik. Melihat terdapat perubahan kecenderungan kebijakan luar

negeri Uni Emirat Arab di bawah kepemimpinan Mohhammed bin Zayed

membuat penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh karakter pribadi Mohammed

bin Zayed dalam pengambilan keputusan Uni Emirat Arab untuk bergabung dalam

invasi di Yaman tahun 2015.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas maka perumusan

masalah dalam paper ini adalah “Bagaimana pengaruh Mohammed bin

Zayed terhadap keputusan Uni Emirat Arab untuk bergabung dalam

intervensi militer di Yaman Tahun 2015?”

1.3 Batasan Penelitian

Pembatasan masalah dalam suatu penelitian bertujuan untuk

menghindari adanya penyimpangan maupun pelebaran pokok permasalahan,

sehingga penelitian akan lebih terarah. Ruang lingkup pembahasan paper ini,

yakni sebagai berikut.

1. Paper ini menggunakan level analisis individu dengan fokus

analisis Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MbZ) sebagai

pemimpin Uni Emirat Arab.

2. Paper ini membahas pengaruh Mohammed bin Zayed Al Nahyan

(MbZ) dalam menentukan kebijakan luar negeri terhadap situasi

perang sipil di Yaman pada tahun 2015.

3
1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini jika dikaitkan dengan rumusan masalah

diatas adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui intervensi militer Uni Emirat Arab di Yaman

2. Untuk mengetahui pengaruh Mohammed bin Zayed Al Nahyan

(MbZ) dalam kebijakan luar negeri Uni Emirat Arab.

3. Untuk menjelaskan pengaruh karakter pribadi MbZ terhadap pengambilan

keputusannya di ranah politik.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

a. Menambah bahan pustaka bagi akademisi Hubungan Internasional

selanjutnya yang berkaitan dengan intervensi militer Uni Emirat Arab dan

perang sipil Yaman.

b. Sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan secara ilmiah dan menambah

pengetahuan maupun referensi bagi khalayak yang membacanya.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan bertujuan untuk mempermudah pemahaman dan

penelaahan penelitian. Dalam paper yang terdiri atas empat bab ini, secara garis

besar dapat dijelaskan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang materinya

berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan

permasalahan, batasan penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian,

4
dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN KONSEPTUAL

Dalam bab ini menguraikan konsep karakter pribadi

pemimpin yang digunakan dalam menganalisis pengaruh

Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MbZ) dalam

pengambilan kebijakan luar negeri Uni Emirat Arab.

BAB III PEMBAHASAN

Dalam bab ini menguraikan tentang kebijakan luar negeri

yang diambil Uni Emirat Arab terkait situasi perang sipil

di Yaman pada tahun 2015, melihat korelasi antara

kebijakan tersebut dengan kecenderungan kebijakan-

kebijakan MbZ selama memimpin UEA, dan

menjelaskan pengaruh karakter pribadi MbZ terhadap

keputusannya di ranah politik.

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini akan dipaparkan kembali jawaban-jawaban

singkat atas rumusan masalah yang diajukan di bab

pendahuluan serta pemberian saran untuk penelitian

sleanjutnya

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Dalam menyusun paper yang berjudul “The Loyalist Prince of the

Emirates: Analisa Pengaruh Mohammed bin Zayed (MbZ) dalam keputusan

Intervensi Militer Uni Emirat Arab di Yaman Tahun 2015” ini, penulis

mengumpulkan literatur-literatur dengan pembahasan yang serupa.

Pembahasan sekilas dari literatur-literatur tersebut diharapkan dapat menjadi

referensi dan bahan pembanding untuk memberikan gambaran yang lebih

jelas mengenai pembahasan dalam paper ini.

Literatur pertama adalah sebuah research paper karya Peter Salisbury

dengan judul “Risk Perception and Appetite in UAE Foreign and National

Security Policy”. Research paper yang diterbitkan oleh Catham House pada

tahun 2020 ini merupakan hasil dari penelitian mengenai kebijakan keamanan

nasional dan luar negeri dari Uni Emirat Arab melalui wawancara dengan

pejabat Uni Emirat Arab, pejabat kawasan, dan pembuat kebijakan di Barat.

Penelitian selesai dilakukan pada tahun 2019 dengan petunjuk mengenai

ambisi Uni Emirat Arab untuk memegang peranan penting dalam membentuk

politik kawasan bersama dengan Saudi Arabia. Research paper sebagai hasil

dari penelitian tersebut berupaya untuk memberikan gambaran umum

mengenai perubahan kebijakan luar negeri Uni Emirat Arab di bawah

kepemimpinan Mohammed bin Zayed (MbZ) setelah Arab Spring di tahun

2011. Selain itu, research paper ini juga membahas mengenai strategi Uni

Emirat Arab secara

6
menyeluruh dan kecenderungan inisiatifnya di masa depan. Persamaan

research paper tersebut dan paper penulis adalah keduanya membahas

mengenai Uni Emirat Arab di bawah kepemimpinan Mohammed bin Zayed.

Namun, research paper berupaya menjelaskan mengenai keberadaan

perubahan dalam kebijakan luar negeri Uni Emirat Arab secara umum dan

prediksi kebijakan luar negerinya di masa depan berkaca dari perubahan

sebelumnya. Sementara itu, paper penulis berupaya mengidentifikasi

pengaruh dari Mohammed bin Zayed (MbZ) selaku pemimpin Uni Emirat

Arab dalam keputusan Uni Emirat Arab untuk bergabung dalam intervensi

militer di Yaman. Paper penulis menggunakan bagian perubahan kebijakan

luar negeri Uni Emirat Arab di bawah kepemimpinan MbZ dari research

paper sebagai salah satu argumen keberadaan pengaruh MbZ dalam politik

luar negeri Uni Emirat Arab.

Pustaka kedua yang digunakan sebagai pembanding adalah sebuah

paper berjudul “The evolution of Emirati foreign policy (1971-2020): The

unexpected rise of a small state with boundless ambitions” karya Karam

Shahrour pada tahun 2020. Paper ini secara umum berargumen bahwa

kebijakan luar negeri Uni Emirat Arab telah mengalami perubahan dari yang

sebelumnya identik dengan kelembutan, ke-Araban, dan bandwagoning

menjadi asertif dan lebih mandiri. Paper ini berupaya dalam mengidentifikasi

faktor-faktor yang memengaruhi perubahan tersebut. Faktor-faktor tersebut

antara lain konsentrasi kekuatan Abu Dhabi, berkuasanya Mohammed bin

Zayed, dan konflik-konflik di kawasan yang disebabkan oleh Arab Spring.

Selain itu, paper ini juga mempertanyakan mengenai keberlanjutan dari

7
kebijakan luar negeri Uni Emirat Arab dengan menganalisis kemunduran-

kemunduran yang dialaminya dan hambatan kekuatan Uni Emirat Arab dari

segi wilayah. Paper ini secara jelas membandingkan Uni Emirat Arab di

bawah kepemimpinan Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan dengan

Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MbZ). Persamaan pustaka kedua tersebut

dengan paper penulis adalah keduanya membahas mengenai pengaruh

Mohammed bin Zayed (MbZ) terhadap perubahan kebijakan luar negeri Uni

Emirat Arab. Namun, pustaka kedua ini tidak membahas mengenai pengaruh

pandangan atau kepribadian MbZ terhadap kebijakan Uni Emirat Arab untuk

melakukan intervensi di Yaman. Selain itu, pengaruh pandangan MbZ

terhadap hanya dibahas sebagai salah satu faktor dari perubahan kebijakan

Uni Emirat Arab. Sementara itu, paper penulis secara spesifik berupaya untuk

mengidentifikasi pengaruh MbZ sebagai individu dengan posisi pemimpin

Uni Emirat Arab dalam memengaruhi kebijakannya untuk bergabung dengan

koalisi yang dipimpin Saudi Arabia dalam intervensi militer di Yaman pada

tahun 2015. Penulis menjadikan bagian pembahasan mengenai pandangan

MbZ sebagai pemimpin Uni Emirat Arab dalam pustaka kedua sebagai

referensi untuk bagian pembahasan dalam paper penulis.

Literatur terakhir adalah sebuah artikel jurnal karya Thomas Juneau

dengan judul “The UAE and the War in Yemen: From Surge to

Recalibration” Artikel ini membahas mengenai sebab dan akibat dari

kebijakan Uni Emirat Arab di Yaman, mengidentifikasi perubahan dalam

kebijakan luar negeri Uni Emirat Arab, faktor yang memengaruhinya, dan

kemungkinan peluangnya di masa depan. Persamaan artikel ini dengan

paper penulis adalah keduanya

8
membahas mengenai kebijakan luar negeri Uni Emirat Arab dalam kasus

perang sipil Yaman. Namun, artikel ini hanya membahas Mohammed bin

Zayed (MbZ) sebagai salah satu faktor yang memengaruhi kebijakan luar

negeri Uni Emirat Arab terhadap Yaman. Faktanya, artikel ini cenderung

membahas dalam dasar dari kebijakan tersebut dalam perspektif negara dan

dalam periode tahun 2015 hingga 2019. Sementara itu, paper penulis berupaya

melihat pengaruh MbZ sebagai individu dalam keputusan bergabungnya Uni

Emirat Arab dengan koalisi yang dipimpin Saudi Arabia untuk melakukan

intervensi militer di Yaman pada tahun 2015. Penulis menggunakan bagian

pandangan MbZ terhadap Saudi Arabia dan Yaman sebagai referensi bagian

pembahasan dalam paper penulis.

2.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep Karakteristik

Pribadi Pemimpin untuk dalam menjawab rumusan permasalahan yang

sedang diteliti.

2.2.1 Karakteristik Pribadi Pemimpin

Margaret G. Hermann (1980: 7-8) mengemukakan bahwa

terdapat empat jenis karakteristik pribadi yang dinilai oleh para

jurnalis dan akademisi mampu memengaruhi pembuatan keputusan

politik. Keempat karakteristik pribadi tersebut, yakni beliefs, motives,

decision style, dan interpersonal style. Beliefs merujuk kepada cara

pandang pemimpin negara terhadap lingkungan sekitarnya.

Nasionalisme juga termasuk ke dalam kategori ini. Sementara itu,

motives merupakan

9
kebutuhan pribadi pemimpin negara. Winter dan Stewart (dalam

Hermann, 1980: 9) menyebutkan dua kebutuhan utama yang

memengaruhi jenis kebijakan luar negeri yang diajukan pemimpin

negara kepada pemerintahannya. Dua kebutuhan utama tersebut adalah

kebutuhan terhadap kekuatan dan kebutuhan terhadap afiliasi.

Selanjutnya, decision style adalah kecenderungan metode yang

digunakan pemimpin negara dalam mengambil keputusan. Terdapat

empat komponen dalam decision style, yakni keterbukaan terhadap

informasi baru, kecenderungan terhadap tingkatan resiko tertentu,

kompleksitas dalam menyusun dan memproses informasi, serta

kemampuan dalam mentoleransi ambiguitas. Terakhir, interpersonal

style berhubungan dengan cara khas seorang pembuat kebijakan ketika

berhubungan dengan pembuat kebijakan lainnya. Hermann

menyebutkan mengenai variabel dalam mengidentifikasi interpersonal

style para pembuat kebijakan, yakni kecurigaan atau ketidakpercayaan

terhadap orang lain. Berdasarkan variabel tersebut disebutkan pula

jenis interpersonal style para pemimpin negara yang paling sering

ditemui, yakni paranoid dan Machiavellian. Paranoid terkait dengan

kecurigaan berlebihan dan Machiavellian menunjukkan tindakan tidak

bermoral dan perilaku manipulatif. Kedua jenis interpersonal style

tersebut diasosiasikan dengan tipe pemimpin yang memiliki

"kepribadian berperang", seperti Stalin dan Hitler (Hermann, 1980: 9-

10).

1
BAB III

PEMBAHASAN

4.1. Kebijakan Luar Negeri Uni Emirat Arab di Yaman Tahun 2015

Di tahun 2015, Uni Emirat Arab memutuskan untuk bergabung dengan

koalisi yang dipimpin oleh Saudi Arabia untuk melakukan intervensi militer

di Yaman. Intervensi militer tersebut bertujuan untuk mengembalikan

kekuasaan Yaman ke tangan pemerintah yang sah dan menggulingkan

kelompok Houthi. Selain Houthi, UEA berupaya untuk melemahkan cabang

lokal dari Muslim Brotherhood di Yaman, yakni Islah. UEA kemudian

mendorong keluarnya Qatar dari koalisi intervensi militer Saudi Arabia

dikarenakan kedekatan Qatar dengan Islah. Di lapangan, prioritas utama UEA

adalah untuk menguasai pelabuhan di pantai selatan dan barat Yaman.

Kontrol terhadap akses ke pelabuhan tersebut dipercaya akan mendukung

operasi militer di Yaman. UEA telah mendirikan pangkalan atau fasilitas di

pulau-pulau di perairan Soqotra di Teluk Aden, perairan Perim dekat Selat

Bab al-Mandeb), dan di Assab, Eritrea. (Juneau, 2020: 189-191).

Strategi UEA di tahun 2015 adalah mendukung kelompok-kelompok

pencari kemerdekaan di Selatan. Kelompok-kelompok tersebut secara alami

menentang Islah dengan alasan historis dan turut bergabung melawan Houthi

setelah mendapat serangan. UEA tidak mendukung kemerdekaan kelompok-

kelompok tersebut secara resmi tetapi menjalin hubungan baik dengan mereka

sebagai pihak yang berpotensi menjadi negara baru (Juneau, 2020: 192).

Keaktifan UEA dalam intervensi militer di Yaman dengan mengkombinasikan

hard power dan soft power tersebut menunjukkan perubahan kebijakan luar

1
negeri UEA dari “konsumen keamanan” menjadi “produsen keamanan”

(Shahrour, 2020: 9).

4.2. Uni Emirat Arab di bawah Kepemimpinan Mohammed bin Zayed

(MbZ)

Di bawah kepemimpinan Mohammed bin Zayed (MbZ), tindakan

UEA menjadi lebih asertif dan militeristik. MbZ adalah pangeran mahkota

Emirat dan dipandang sebagai pemimpin de facto UEA sejak kakak tirinya

yang menjabat sebagai pemimpin UEA mengalami struk di tahun 2014.

Namun, MbZ sesungguhnya telah memengaruhi politik UEA jauh sebelum

itu. Sejak menjabat sebagai Kepala Staf Pasukan Bersenjata UEA di tahun

1993, ia telah memengaruhi kemajuan UEA di bidang keamanan melalui

modernisasi pasukan bersenjata, peningkatan jumlah senjata skala besar,

menjalin pakta pertahanan dengan Barat dan Rusia, mempromosikan

profesionalisasi militer UEA, dan pengembangan program produksi senjata

domestik. Setelah menjadi pangeran mahkota di tahun 2004, MbZ menjadi

sosok berpengaruh dalam bidang pengawasan keamanan dan perumusan

kebijakan luar negeri UEA (Salisbury, 2020: 10-11).

Sedari tahun 2014, kekuatan Uni Emirat Arab semakin tersentralisasi

sebab MbZ memegang beberapa posisi penting dalam pemerintahan di Uni

Emirat Arab. MbZ bertindak sebagai chief executive officer dari pemerintah

federal Abu Dhabi dan UEA, direktur Otoritas Investasi Abu Dhabi, direktur

program offset UEA (program investasi kontraktor pertahanan asing di UEA),

direktur dewan pendidikan Abu Dhabi, wakil panglima tertinggi militer UEA,

dan pemimpin pengawal kepresidenan UEA (Salisbury, 2020: 12). Di bawah

1
kepemimpinan MbZ secara de facto, UEA menjadi lebih otoriter dan berfokus

pada keamanan. Pemerintahan MbZ memperkenalkan kebijakan wajib militer

untuk mendorong peningkatan kualitas pertahanan UEA (Shahrour, 2020: 6).

Para pembangkan dipenjarakan dan dicabut kewarganegaraannya. UEA juga

terlibat dalam operasi militer di Somalia, Kosovo, dan Afghanistan. Muslim

Brotherood dan al-Islah lokal kemudian dimasukkan ke dalam daftar

organisasi teroris dan ancaman bagi UEA (Salisbury, 2020: 14). Di bawah

pemerintahan MbZ, UEA semakin dekat dengan Saudi Arabia dan

melanjutkan berbagai tindakannya dalam menentang Iran. Salah satu tindakan

tersebut adalah bergabung dalam intervensi militer Saudi Arabia di Yaman

untuk mengembalikan pemerintahan Yaman dan menggulingkan kelompok

militan Houthi yang didukung Iran. Selain melawan Iran, UEA juga berperan

aktif dalam pertarungan melawan Muslim Brotherhood di Libya. MbZ

berharap Saudi Arabia ke depannya juga akan membantu UEA dalam

menekan kelompok ekstrimis Muslim Brotherhood (Shahrour, 2020: 7-9).

4.3.Karakter Pribadi Mohammed bin Zayed (MbZ)

Dalam menganalisa karakter pribadi Mohammed bin Zayed (MbZ),

perlu diberikan gambaran mengenai latar belakang MbZ. MbZ merupakan

putra ketiga dari Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan dan putra pertama

Fatima yang dikenal dengan sebutan “ibu negara”. MbZ telah dipersiapkan

untuk memegang posisi penguasa oleh kedua orang tuanya sejak dini. Ia

ditunjuk sebagai Kepala Staf Pasukan Bersenjata UEA. Posisi tersebut telah

ditempati oleh para pemimpin UEA sebelum resmi berkuasa. Selama berada

dalam posisi tersebut, MbZ telah memimpin pengembangan UEA di

bidang keamanan,

1
yakni peningkatan persenjataan dan kekuatan militer. Ia percaya bahwa

pengembangan di bidang keamanan tersebut akan meningkatkan kekuatan

bertahan UEA dari Iran dan Muslim Brotherhood yang ia persepsikan sebagai

ancaman bagi UEA. Pengaruh MbZ dalam bidang keamanan membuatnya

mendapat sebutan sebagai penasihat keamanan utama ayahnya dan dipandang

sebagai pemimpin yang kompeten. Bersama dengan empat saudara

kandungnya yang dikenal dengan sebutan “Bani Fatima” yang berarti anak-

anak Fatima, MbZ memperluas pengaruhnya dalam badan-badan utama

negara terutama yang terkait dengan perumusan kebijakan luar negeri dan

pengawasan keamanan. MbZ menjadi sosok berpengaruh tidak hanya di Abu

Dhabi melainkan juga seluruh federasi. Sebelum meninggal, ayahnya

menunjuk MbZ sebagai pangeran mahkota yang akan menggantikan Khalifa,

kakak tirinya. MbZ juga memperluas pengaruhnya di luar UEA melalui

hubungan baik dengan pangeran mahkota Arab Saudi, Mohammed bin

Salman (MbS). Setelah kakak tirinya jatuh sakit, ia menjadi pemimpin Abu

Dhabi secara de facto dan sosok paling berpengaruh di Uni Emirat Arab

(Salisbury, 2020: 13-27).

4.3.1 Beliefs Mohammed bin Zayed (MbZ)

Beliefs MbZ adalah ia sangat menghargai kesetiaan, patriotisme,

dan nasionalisme. Cara pandang ini dipengaruhi oleh latar belakang MbZ

sebagai bagian dari keluarga kerajaan Emirat. Sebagaimana yang telah

disebutkan sebelumnya, MbZ merupakan anak dari Fatima, istri favorit

ayahnya, Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan. Ia mendapatkan pendidikan

yang baik dan dipersiapkan untuk memegang posisi penting dalam

pemerintahan UEA. Pada tahun 1993, ia ditunjuk sebagai Kepala Staf

1
Pasukan Bersenjata UEA yang umumnya diberikan kepada para pemimpin

UEA sebelum resmi memerintah. Maka dari itu, tidak mengherankan jika

MbZ sangat mencintai negaranya. Kesetiaan MbZ ditunjukkan dengan

mendorong perkembangan UEA di bidang persenjataan untuk

meningkatkan kekuatan bertahan UEA. Beberapa inisiatif yang

dikemukakan oleh MbZ adalah modernisasi kekuatan bersenjata,

profesionalisasi militer, dan pengembangan senjata domestik. Ia tidak ragu

untuk mendukung orang dengan pandangan yang sama sepertinya ataupun

yang memiliki kemampuan dalam memajukan UEA. Sebaliknya, ia

menaruh kecurigaan besar kepada kaum religius yang lebih setia kepada

agamanya dibandingkan negaranya (Salisbury, 2020: 10-14).

4.3.2 Motives Mohammed bin Zayed (MbZ)

Penulis mengidentifikasi kebutuhan terhadap afiliasi sebagai

motives MbZ. Salah satu pejabat UEA mengemukakan bahwa tindakan

negara mereka di bawah kepemimpinan MbZ tidak bertujuan untuk

mencari kekuatan melainkan merupakan tanggapan terhadap

perkembangan pengaruh pihak yang dianggap sebagai ancaman baginya.

Metode bertahan yang dipilih MbZ adalah dengan mencari afiliasi. MbZ

memiliki hubungan erat dengan Mohammed bin Salman (MbS) selaku

pemimpin Arab Saudi sebab keduanya memiliki persamaan peran sebagai

pangeran mahkota. Salah satu pejabat UEA menyebutkan bahwa keduanya

berkomunikasi secara reguler dan MbZ dinilai memiliki pengaruh

terhadap perubahan pandangan MbS terhadap Muslim Brotherhood

(Salisbury, 2020: 17). MbZ menilai bahwa UEA belum cukup kuat

untuk mengambil peran sebagai

1
pemimpin dan posisi terbaik UEA adalah memaksimalkan pengaruhnya

bersama di samping Arab Saudi. Maka dari itu, MbZ mendukung

reformasi MbS terutama di bidang ekonomi dan juga intervensi militer

Saudi Arabia di Yaman (Juneau, 2020: 185).

4.3.3 Decision style Mohammed bin Zayed (MbZ)

Decision style MbZ adalah pembuatan keputusan melalui lingkaran

kecil penasihat terpercaya. Anggota kelompok kecil tersebut yang terdiri

dari orang-orang terpercaya MbZ yang bekerja sebagai diplomat, peneliti

dan analis di kementerian UEA, konstelasi konsultan, think thank, dan

pusat penelitian UEA, serta empat saudara kandung MbZ. Anggota

kelompok tersebut akan memberikan opsi kebijakan dari sudut pandang

masing- masing untuk suatu kasus sehingga MbZ mendapatkan gambaran

menyeluruh mengenai keputusan yang akan diambil. Para pejabat dan

diplomat UEA menyebutkan bahwa kelompok tersebut memiliki jumlah

anggota sekitar 10 hingga 20 orang dan mereka akan berdebat dengan

MbZ hingga larut malam untuk membantu MbZ memformulasikan

kebijakan terbaik. Keputusan akhir tetap berada di tangan MbZ (Salisbury,

2020: 21- 22).

4.3.4 Interpersonal Style Mohammed bin Zayed (MbZ)

Interpersonal style Mohammed bin Zayed (MbZ) terlihat jelas

ketika menyangkut Iran dan Ikhwan. MbZ menganggap keduanya sebagai

ancaman bagi eksistensi dirinya sebagai keluarga kerajaan Emirat dan

stabilitas kekuasaannya di Uni Emirat Arab. Salah satu senior diplomat

Barat mendeskripsikan MbZ sebagai seseorang yang sangat terobsesi

1
dengan ide bahwa Iran akan menyerang UEA. Kecurigaan berlebihan

MbZ terhadap tindakan Iran didasari oleh pengalaman pribadinya

mengamati berbagai konfrontasi antara UEA dan Iran sepanjang

hidupnya. MbZ berusia 10 tahun ketika Iran merebut Abu Musa dan

pulau-pulau Tunb beberapa hari sebelum pendirian resmi UEA. Ketika ia

berusia 18 tahun, terjadi pemberontakan melawan raja-raja Arab yang

terkait dengan keberadaan ekspatriat Iran di UEA. Di usia 26 tahun, ia

menyaksikan kerusakan platform minyak Abu Dhabi akibat serangan

rudal Iran (Salisbury, 2020: 13).

Selain tindakan Iran sebagai negara, MbZ juga menaruh

kecurigaan tinggi terhadap besar populasi orang Iran dan Syiah di UEA

yang dapat berpaling menyerang negara. MbZ percaya bahwa tradisi

Syiah mengindikasikan bahwa kesetiaan mereka cenderung berada pada

agamanya dibandingkan negaranya. Kecurigaan MbZ diperparah dengan

terjadinya gerakan protes yang dipimpin oleh kelompok politik Syiah pada

tahun 2011 di Bahrain. Selain Iran, MbZ juga menganggap para Ikhwan

atau Muslim Brotherhood sebagai ancaman terhadap keamanan domestik

UEA dan kawasan dalam jangka panjang. Kecurigaan MbZ tersebut

mendorongnya melakukan serangkaian tindakan untuk menekan

kelompok- kelompok yang terkait dengan Muslim Brotherhood. MbZ

melakukan penangkapan anggota aktivis mahasiswa yang terkait dengan

Islah dan melakukan advokasi pendidikan sekular khas Barat untuk

menangkal ekstrimisme hingga ke akarnya. Salah satu pejabat UEA

menyebutkan bahwa setelah peristiwa penangkapan tersebut, MbZ

berupaya untuk

1
menyelaraskan antara pendekatan internal dengan pendekatan

internasional UEA dengan memerangi Muslim Brotherhood di tingkat

kawasan pula (Salisbury, 2020: 14-16). Kecurigaan tinggi Mohammed bin

Zayed (MbZ) terhadap Iran dan Muslim Brotherhood mengindikasikan

bahwa ia adalah pemimpin dengan interpersonal style paranoid.

1
BAB IV

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Uni Emirat Arab memutuskan untuk bergabung dalam intervensi

militer yang dipimpin oleh Saudi Arabia di Yaman pada tahun 2015. Tidak

hanya sekedar bergabung, UEA berperan aktif dalam memerangi kelompok-

kelompok militan yang merebut kekuasaan Yaman dari pemerintahan yang

sah. Kelompok-kelompok tersebut antara lain adalah Houthi dan Islah.

Mohammed bin Zayed (MbZ) sebagai pemimpin UEA yang memutuskan

untuk bergabung dalam intervensi militer tersebut menjadi sorotan.

Ditemukan keselarasan antara kecenderungan kebijakan UEA di bawah

kepemimpinan MbZ dengan kebijakan luar negeri yang diambil UEA di

Yaman.

Menggunakan konsep karakter pribadi pemimpin, ditemukan bahwa

kebijakan asertif yang diambil UEA di bawah kepemimpinan MbZ dan

tindakan MbZ selama memerintah dipengaruhi oleh karakter pribadinya. MbZ

memiliki karakter nasionalisme tinggi, kebutuhan terhadap afiliasi,

kompleksitas tinggi dalam pengambilan keputusan, dan kecurigaan tinggi

terhadap orang lain. Karakter nasionalisme tinggi tersebut memengaruhi

tindakan MbZ dalam operasi militer di Yaman yang berfokus dalam

memerangi Muslim Brotherhood yang dipersepsikan sebagai ancaman bagi

negaranya. Kebutuhan terhadap afiliasi menjelaskan tindakan MbZ dalam

mendukung Saudi Arabia pada intervensi militer di Yaman. Kompleksitas

tinggi dalam pengambilan keputusan menunjukkan menjelaskan kombinasi

penggunaan hard power dan soft power yang digunakan UEA dalam

operasi militer di
1
Yaman. Terakhir, kecurigaan tinggi membuat MbZ menjelaskan kebijakan

UEA yang berfokus pada keamanan di bawah kepemimpinan MbZ.

5.2. Saran

Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar dapat

menganalisis kebijakan luar negeri Uni Emirat Arab terhadap situasi perang

sipil di Yaman pada tahun 2019. Keputusan Uni Emirat Arab di bawah

kepemimpinan MbZ pada tahun itu memutuskan untuk meninjau kembali

tingkat keterlibatan UEA dalam intervensi militer di Yaman.

2
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Mintz, A & DeRouen, K. (2010). Understanding Foreign Policy Decision
Making. New York: Cambridge University Press.
Jurnal
Juneau, T. (2020). The UAE and the War in Yemen: From Surge to Recalibration.
Survival, 62(4), 183-208.
Hermann, M.G. (1980). Explaining Foreign Policy Behavior Using the Personal
Characteristics of Political Leaders. International Studies Quarterly, 24(1),
7-46.
Paper Penelitian
Salisbury, P. (2020). Risk Perception and Appetite in UAE Foreign and
National Security Policy. Catham House. Diakses tanggal 27 Maret
2022, dari https://www.chathamhouse.org/sites/default/files/2020-07-
01-risk-in-uae-salisbury.pdf
Shahrour, K. (2020). The evolution of Emirati foreign policy (1971-2020):
The unexpected rise of a small state with boundless ambitions.
Sciences Po Kuwait Program. Diakses tanggal 27
Maret 2022, dari
https://www.sciencespo.fr/kuwait-program/wp-
content/uploads/2021/02/Shahrour-Karam-The-evolution-of-Emirati-
foreign-policy-1971-2020.pdf.

Anda mungkin juga menyukai