Anda di halaman 1dari 4

1.

Ada pendapat Anda bahwa terjadinya virus Comvid 19 merupakan rekayasa yang dibuat oleh
manusia. Terjadi kebocoran dan pencurian dari laboratorium yang berkepentingan. Ternyata hal ini
ada kemungkinan faktor X yang mengacaukan peradaban dunia karena kebabalasn. Bahkan ada
rekayasa pabrik obat yang memiliki anti virusnya yang disetujui oleh negara adidaya terhadap ijin
produksi. Ini melanggar baik etika bisnis dan gcg, bahkan konsumen. Bagaimana Anda menanggapi
hal ini. Berikan dengan jawaban ILMIAH dan DATA dalam menjawab

Ada pendapat bahwa terjadinya virus vovid-19 adalah rekayasa yang dibuat oleh manusia. Hal itu
terjadi karena adanya kebocoran dan pencurian dari laboratorium yang berkemtingan . Seperti
yang dilansir oleh TEMPO.CO Senin, 30 Maret 2020 yang berjudu “Benarkah Virus Corona
Wuhan adalah Senjata Biologis Cina yang Bocor?”. Merebaknya virus Corona yang bermula di
Wuhan, Cina, menjadi perhatian dunia dalam sepekan terakhir. Di tengah upaya para ahli untuk
memastikan asal-usul virus serta usaha para tenaga medis untuk menyembuhkan pasien, beredar
sejumlah informasi di media sosial yang mengaitkan virus 2019 Novel Coronavirus atau 2019-
nCoV itu dengan senjata biologis Cina.Menurut berbagai klaim yang menyebar, virus Corona
tersebut merupakan virus buatan pemerintah Cina yang disimpan di markas militer di Wuhan.
Rencananya, virus itu akan disebarkan ke seluruh dunia demi menarik uang dari hasil penjualan
vaksin. Setelah dianalisa dan dilakukan kajian, diduga virus Corona sengaja dibuat pemerintah
China sebagai senjata biologis yang mematikan. Ada dugaan terjadi kebocoran penyimpanannya
di markas militer di Wuhan. Yang menjadi pertanyaan, kenapa hanya di Kota Wuhan korban
pada berjatuhan seketika sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kebocoran virus Corona
mencemari udara kota Wuhan dan yang sempat menghirup jatuh dan mati seketika," demikian
sebagian narasi yang ditulis grup Kumpulan Orang Jawa Timur. Informasi mengenai virus
Corona adalah senjata biologis Cina berasal dari Dany Shoham. Shoham memberikan informasi
tersebut kepada Washington Times.Shohamyang merupakan ahli perang biologis Israel itu
mengatakan bahwa ada laboratorium di Wuhan yang terkait dengan program senjata biologis
rahasia Cina. Berita dari Washington Times. Diketahui Wuhan memiliki dua laboratorium yang
terhubung dengan program bio-warfare. Dany Shoham, mantan perwira intelijen militer Israel
yang telah mempelajari perang bio Cina, mengatakan bahwa institut ini terkait dengan program
senjata biologi rahasia Beijing. "Laboratorium tertentu di institut ini mungkin telah terlibat,
dalam hal penelitian dan pengembangan dalam senjata biologis China, setidaknya secara jaminan,
namun bukan sebagai fasilitas utama," Shoham mengatakan kepada The Washington Times,
Jumat (24/1). Shoham menyebut, pengerjaan senjata biologis dilakukan sebagai bagian dari
penelitian sipil-militer ganda dan sangat rahasia. Shoham adalah seorang doktor dalam bidang
mikrobiologi medis. Dia adalah analis senior intelijen militer Israel untuk perang biologi dan
kimia di Timur Tengah dan di seluruh dunia, dengan pangkat letnan kolonel. China sendiri selalu
membantah memiliki senjata biologis ofensif. Namun, Departemen Luar Negeri, dalam sebuah
laporan tahun lalu, mengatakan mereka mencurigai China telah terlibat dalam pekerjaan perang
biologis terselubung. Pihak berwenang China sejauh ini mengatakan bahwa asal-usul virus
corona, yang telah membunuh banyak orang dan menginfeksi ratusan di pusat Provinsi Hubei,
tidak diketahui asal usulnya.

Namun, di balik ini ada dugaan bahwa faktor x yang mengacukan peradaban dunia. Salah satu
data yang di lansir oleh CNN Indonesia pada kamis, 12-03-2020 07:47 WIB yang berjudul
“Pakar: Corona Harus Ditakuti, Bisa Jadi Senjata Biologi”. Berita tersebut memuat, pengamat
militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie menegaskan semua pihak harus khawatir
dengan virus corona yang menyebabkan SARS-CoV-2. Menurutnya, SARS-CoV-2
diduga senjata biologi. "Kalau saya melihatnya, corona ini harus kita anggap sebagai senjata
pemusnah masal. Apapun yang berbau biologi di mata saya sekarang, itu lebih mengerikan
daripada yang berbau nuklir," ujar Connie di Jakarta, Selasa (10/3). Connie membeberkan
laporan Chemical, Biological, Radiological & Nuclear (CBRN) Defence Market pada 2017
menjadi salah satu dasar dirinya melihat SARS-CoV-2 sebagai senjata biologi. Dasar kedua
Connie menilai SARS-CoV-2 sebagai senjata biologi, Connie menyebut dari pernyataan mantan
perwira intelijen Central Intelligence Agency (CIA) Philip Giraldi yang mengatakan bahwa
SARS-CoV-2 bukan terjadi secara alami melalui mutasi genetika. Giraldi menyebut virus
mematikan itu sengaja diproduksi di laboratorium oleh Amerika Serikat bekerjasama dengan
Israel. AS sengaja membuat virus itu untuk menghancurkan China dan Iran yang merupakan
musuh terbesarnya."Jadi dia nyatakan Covid-19 (SARS-CoV-2) ini buatan," ujar Connie. Meski
berpotensi sebagai senjata biologi, Connie menyampaikan fakta bahwa virus corona sudah ada
sejak lama. Berdasarkan laporan penelitian Institut Pertanian Bogor tahun 2013-2016, dia berkata
terdapat virus corona alfa, beta, delta, dan gama. Khusus untuk Beta dan Gama berbahaya bagi
manusia.Lebih dari itu, Connie menyampaikan bahwa tahun 2020 ada era yang sangat rentan
bioteknologi. Dia menyebut Indonesia sangat rentan jika tidak ambil bagian untuk
mengembangkan teknologi biologi.

Menurut saya terkait adanya dapat dikatakan sebagai konspirasi bahwa Covid-19 merupakan
senjata amerika serikan yang dicuri oleh tiongkok dan bocor di laboratorium Wuhan sehingga
menjadikan pandemik global di seluruh negara itu belum dapat dikatakan sebagai fakta atau data
yang akurat karena belum banyak bukti yang menunjukan itu merupakan senjata biologis china
yang bocor. Adapun itu merupakan pendapat yang berdasarkan logika dari seorang analis senior
intelejen militer Israel yang notabenanya bukan merupakan seorang ilmuwan yang mengetahui
secara pasti tentang bagaimana virus itu terbentuk. Namun, beberapa ilmuwan yang meneliti
virus ini mengungkapkan virus Corona bukan rekayasa genetik. Penelitian menunjukkan bahwa
covid-19 bukanlah virus laboratorium atau virus yang dimanipulasi secara sengaja. Dalam
kesimpulannya, peneliti menyebut mempercayai tidak ada berbagai jenis skenario berbasis
laboratorium yang masuk akal atas munculnya covid-19. Para peneliti menyimpulkan bahwa
covid-19 bukanlah ciptaan manusia karena bukan bagian backbone (rangkaian DNA) virus yang
telah digunakan sebelumnya dalam rekayasa. Kemungkinan covid-19 muncul, sambung peneliti,
dari penyatuan kembali elemen (rekombinasi) virus yang ditemukan pada kelelawar dan virus
lain yang kemungkinan berasal dari trenggiling. Para ilmuwan juga menemukan bahwa protein
lonjakan telah berevolusi untuk secara efektif menargetkan fitur di luar sel manusia. Protein
lonjakan sangat efektif untuk mengikat sel manusia, pada kenyataannya, para ilmuwan
menyimpulkan itu adalah hasil seleksi alam dan bukan produk rekayasa genetika. Bukti evolusi
alami ini didukung oleh data pada tulang punggung serangga, keseluruhan struktur
molekulnya.Para ilmuwan juga menemukan bahwa tulang punggung dari virus corona baru
berbeda secara substansial dari virus corona yang sudah dikenal dan sebagian besar menyerupai
virus terkait yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling.Kedua fitur virus ini, mutasi pada
bagian RBD dari protein lonjakan dan tulang punggung yang berbeda, mengesampingkan
manipulasi laboratorium sebagai potensi asal untuk SARS-CoV-2. Lalu, menurut saya karena ini
belum jelas dikarenakan banyak berita yang simpang siur. Virus korona atau covid-19 itu dapat
ditimbulkan oleh Kelelawar jadi 'tersangka' pemicu Corona COVID-19. Hasil riset
mengindikasikan, hewan itu berperan sebagai reservoir virus corona baru atau SARS-CoV-2,
sebelum akhirnya menular ke manusia, menyebar sampai ke 181 negara hingga memicu
pandemi global. Namun, menurut para ahli zoologi dan pakar penyakit, bukan salah kelelawar
memicu wabah. Tudingan layak diarahkan pada manusia. mengapa penyakit dalam tubuh
kelelawar bisa hingga ke manusia. Menurut artikel yang saya baca dapat saya analisis salah satu
penyebab kelelawar dapat menularkan pantogen itu dalah 'limpahan zoonotik' (zoonotic spillover)
alias transfer.Penyebab mendasar zoonotic spillover dari kelelawar atau spesies liar lainnya,
hampir selalu bahkan dapat dipastikan mengarah ke perilaku manusia. Aktivitas manusia yang
menjadi pemicunya yang memburu dan merusak habitatnya sehingga ketika kelelawar
mengalami tekanan atau stres. Stres memungkinkan infeksi meningkat dan akhirnya dilepaskan.
Seperti ketika seseorang sedang stres dan terpapar virus radang dingin, ia akan mengalami radang
dingin. Hal serupa juga bisa terjadi pada kelelawar.Terkait COVID-19, episentrum wabah diduga
bermula dari sebuah pasar di Wuhan, Provinsi Hubei, di mana hewan-hewan liar dijajakan
sebagai binatang peliharaan atau bahan makanan, percampuran spesies juga virus bisa terjadi.
Ketika hewan-hewan itu dikirim atau dikurung di pasar, dekat dengan hewan lain juga manusia,
ada kemungkinan virus-virus dilepaskan dalam jumlah besar. Adanya tuduhan terhadap negara
china yang memiliki senjata biologis membuat orang banyak bespekulasi bahwa telah terjadi
kebocoran senjata tersebut. Namun, jika itu buatan pastinya ada serum yang disiapkan.
Seharusnya, jika senjata itu benar ada maka antibodi artificial pasti dibuat oleh pembuatnya agar
tidak terkena si pemakainya. Kendati begitu, tak memungkiri bahwa China merupakan negara
tertutup yang menyimpan segudang rahasia.Tak ayal hal ini memancing spekulasi dari banyak
orang mengenai isu karena China negara tertutup dan pasti menyimpan banyak rahasia sehingga
spekulasinya berkembang makin liar.

Terkait rekayasa pabrik obat yang memiliki antivirus yang disetujui di negara adidaya terhadap izin
produksi, ketika pandemik global melanda negara Virus Corona yang menjadi pandemi dunia
membuat berbagai negara melakukan penelitian untuk menemukan vaksinnya. Setelah Israel yang
beberapa waktu lalu diberitakan telah menemukan antivrus Corona, kini giliran Amerka Seeikat yang
mengumumkan kabar baik. Dilansir dari BBC, negeri paman Sam itu telah menemukan vaksin untuk
virus yang menginfeksi organ pernapasan tersebut. Penelitian terhadap vaksin ini sudah sampai pada
tahap uji coba kepada manusia. Vaksin tersebut memiliki kode mRNA-1273 dan diharapkan mampu
membentuk sistem imun pada tubuh untuk menangkal dampak mematikan virus corona. Penelitian ini
didanai oleh Institut Kesehatan Nasional setempat dan direkayasa oleh sebuah perusahaan
bioteknologi bernama Moderna Therapeutics yang berbasis di Massachussets.Moderna merupakan
perusahaan bioteknologi Amerika Serikat yang berbasis Cambridge, Massachusetts. Dengan
menggandeng National Institutes of Health (NIH), Moderna telah menjajal vaksin untuk coronavirus
bernama mRNA-1273 yang dikembangkan dari studi atas wabah severe acute respiratory syndrome
(SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS).

Mengenai adanya rekayasa pabrik obat yang memiliki anti virus yang disetujui oleh negara Amerika
terhadap izin produksi. Pada rekayasa pabrik obat tersebut kita tidak dapat menyimpulkan secara akurat
mengapa ada rekayasa pabrik obat yang memiliki anti virus yang secara tiba-tiba dietujui negara Amerika
untuk diproduksi. Menurut saya, ada beberapa spekulasi terkait rekayasa obat tersebut yang dilakukan
oleh beberapa perusahaan dengan tujuan berhasil membuat vaksin covid-19. Di samping itu rekayasa
pabrik obat ini dapat melanggar etika dalam berbisnis, ketentuan oleh GCG, dan konsumen. Dengan
adanya rekayasa pabrik obat yang disahkan tanpa memandang adanya dampak negatif yang akan
ditimbulkan oleh rekayasa tersebut atau dapat diakatakan legal-legal saja tanpa memperhatikan Good
Corporate Governance akan membuat persaingan internasional yang sengit dalam perdagangan dan
pemasaran produk tersebut. Persaingan tersebut dapat menimbulkan ketidakadilan bagi negara
berkembang karena belum memiliki teknologi yang maju. Kesenjangan teknologi yang sangat jauh
tersebut disebabkan karena bioteknologi moderen sangat mahal sehingga sulit dikembangkan oleh
negara berkembang. Selain itu dengan adanya rekayasa obat yang dilakukan oleh pabrik obat dapat
menyebabkan adanya kemungkinan kecil dalam suatu perusahaan dalam memainkan harga atau price
fixing. Dikarenakan rekayasa obat tersebut dilegalkan oleh Amerika berdampak pada harga yang
ditetapkan oleh pemerintahan disuatu negara tersebut. Kemungkinan Negara tersebut memanfaatkan
Covid-19 menjadi sumber pendapatan nasional dengan mengambil untung yang cukup besar yang
menyimpang dari prinsip yang ditentukan GCG. Berdasarkan teori sosiologi Donald Cressey, perusahaan
dapat melakukan kecurangan atau tindak kriminal melalui tiga komponen yang disebut “fraud triangle”
atau “segitiga penipuan”, yaitu tekanan dan insentif, peluang, dan rasionalisasi. Selain itu terkait rupiah
yang melemah menyebabkan harga barang yang kita menjadi naik sehingga pengeluaran negara yang
banyak sedangkan di Indonesia sendiri pendapatan nasional berkurang dengan pesat akibat banyaknya
sektor di Indonesia yang mengalami penutupan sementara. Peningkatkan penawaran dengan harga yang
tinggi menyebabkan konsumen-konsumen harus bersedia mengeluarkan budget untuk mendaptkan
rekayasa produk tersebut dengan guna mengatasi Covid-19 . Selain itu, Hal pertama yang wajib
dilakukan oleh pabrik rekayasa saat menunggu hasil dari uji keamanan jangka panjang bahwa produk
tersebut aman digunakan bagi manusia , apabila suatu rekayasa produk di izinkan, namun belum tau
adanya dampak berkepanjangan terkait itu sama saja melanggar prinsip kehati-hatian dalam bisnis.

Menurut saya, kita dapat mengatasi adanya dampak akibat rekayasa pabrik obat tersebut yang dapat
menghancurkan perekonomian . Langkah pertama, yaitu dengan mendukung kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Kebijakan tersebut, seperti melakukan social distancing dengan
menghindari adanya keramaian dan saling menjaga jarak minimal radius satu meter dari orang lain.
Selanjutnya, yaitu dengan selalu menjaga kebersihan diri. Ketiga, mengurangi kebiasaan impor
karena itu membuat rupiah makin melemah. Lalu, melakukan pemberhentian panic buying karena itu
menyebabkan perekonomian yang makin parah di Indonesia. Perlunya pemantauan WHO terkait
adanya rekayasa pabrik obat ini juga perlu ditekankan. Untuk itu, menurut saya kerja sama
multilateral dalam membuat vaksin ini diperlukan . Selain dari fungsi awal, yaitu membat vaksin
secara legal dan teratur sesuai dengan etika bisnis, kerja sama multilateral dapat mempererat
hubungan antar negara-negara sehingga Covid-19 dapat teratasi tanpa harus adanya rekayasa pabrik
obat yang dibuat.

Anda mungkin juga menyukai