Anda di halaman 1dari 12

Corona Virus

2019-2022

1
Historiografi Modern

Corona Virus
Indonesia
2019-2022

Edwin Ridho Cahaya Budi

2
Daftar Isi
I. Asal Mula Corona.....................................................................................................................4

II. Corona Virus.............................................................................................................................6

A. Gejala Virus Corona (COVID-19)..................................................................................6

B. Penyebaran Virus Corona (COVID-19)..........................................................................7

C. Varian Virus Corona (COVID-19)..................................................................................8

III. Pandemi Di Indonesia..............................................................................................................9

A. Kasus Pertama Virus Corona (COVID-19).....................................................................9

B. Dampak Virus Corona (COVID-19).............................................................................10

3
I. Asal Mula Corona
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) atau yang
lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari Coronavirus
yang menular ke manusia. Virus ini dapat menyerang siapa saja, mulai dari
lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak dan bayi, sampai ibu
hamil dan ibu menyusui.

Infeksi virus Corona yang disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019)
pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus
ini menular dengan sangat cepat dan menyebar ke hampir semua negara,
termasuk Indonesia.
Banyak bukti ditemukan bahwa Covid-19 berasal dari hewan yang terdapat di
Pasar Makanan Laut Huanan di Wuhan, China. Berdasarkan studi terbaru yang
dimuat di jurnal Zenodo, peneliti menganalisis berbagai data yang menunjukkan
kasus virus corona pertama kali berpusat di pasar tersebut. Para peneliti juga
melaporkan bahwa sampel dari area yang positif virus SARS-CoV-2 ini
berkaitan dengan penjualan hewan hidup.
Penularan Virus Pertama Terjadi Akhir November atau Awal Desember 2019,
Sebuah studi menunjukkan kemungkinan besar penularan virus Corona pertama
kali terjadi pada akhir November atau awal Desember 2019. Sementara galur
lainnya diperkirakan muncul beberapa minggu setelah infeksi pertama terjadi.
Peneliti dalam studi ini mengatakan bahwa pandemi Covid-19 hampir pasti
berasal dari hewan yang mungkin berada di pasar satwa liar,
"Studi-studi baru membawa bidang penelitian ini ke tingkat yang baru dan
merupakan bukti terkuat bahwa pandemi itu berasal dari hewan (atau

4
zoonosis)," kata seorang profesor dan kepala ekologi dan biologi evolusioner di
Universitas Arizona, Michael Worobey, Kamis (14/4/2022).
Dalam penjelasannya, Worobey mengatakan pola penyebaran virus ini dimulai
sejak akhir 2019. Namun, pola penyebarannya terus berubah sekitar Januari atau
Februari 2020 dengan menular ke komunitas lokal. Selain itu, studi ini juga
mencatat bahwa penularan virus Corona berpusat di Pasar Huanan, khususnya
pada mereka yang bekerja maupun mengunjungi pasar tersebut. Menurut
peneliti, temuan ini dibuktikan melalui pengujian pada permukaan di pasar
untuk menganalisis genetik virus. Hasilnya, ditemukan satu kandang termasuk
hewan peliharaan yang ada di dalamnya yang sudah terpapar virus.
Ketika para peneliti menguji pasar untuk mencari materi genetik virus, ada satu
kandang yang hasilnya menunjukan hasil positif, termasuk di dalam kandang di
mana seorang peneliti sebelumnya pernah melihat mamalia anjing rakun
dipelihara.
"Temuan ini hubungannya erat dengan virus pada hewan," kata Robert Garry,
seorang profesor mikrobiologi dan imunologi di Tulane Medical School.
Pandemi dimulai dengan dua garis keturunan virus utama yang disebut A dan B.
Kendati demikian, para peneliti meyakini ada lebih banyak bentuk virus yang
gagal terbentuk pada manusia. Virus kemungkinan besar dimulai dengan
setidaknya dua transmisi hewan, dengan anjing rakun atau mamalia lain yang
berfungsi sebagai inang perantara sebelum menyebar ke manusia

5
II. Corona Virus
Koronavirus atau coronavirus (istilah populer: virus korona, virus corona,
atau virus Corona) adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocoronavirinae
dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang
dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia (termasuk manusia).
Pada manusia, koronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang
umumnya ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti
SARS, MERS, dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan. Manifestasi klinis
yang muncul cukup beragam pada spesies lain: pada ayam, koronavirus
menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas, sedangkan pada sapi dan babi
menyebabkan diare. Belum ada vaksin atau obat antivirus untuk mencegah atau
mengobati infeksi koronavirus pada manusia.
Koronavirus merupakan virus beramplop dengan genom RNA utas tunggal plus
dan nukleokapsid berbentuk heliks simetris. Jumlah genom koronavirus berkisar
antara 27–34 kilo pasangan basa, terbesar di antara virus RNA yang diketahui.
Nama koronavirus berasal dari bahasa Latin corona yang artinya mahkota, yang
mengacu pada tampilan partikel virus (virion): mereka memiliki pinggiran yang
mengingatkan pada mahkota atau korona matahari.

Koronavirus ditemukan pada 1960-an. Virus yang paling awal ditemukan


adalah virus bronkitis infeksius pada ayam dan dua virus dari rongga hidung
manusia dengan flu biasa yang kemudian diberi nama human coronavirus 229E
dan human coronavirus OC43. Sejak saat itu, anggota koronavirus yang lain
mulai diidentifikasi, termasuk SARS-CoV pada 2003, HCoV NL63 pada 2004,
HKU1 pada 2005, MERS-CoV (sebelumnya dikenal sebagai 2012-nCoV) pada
2012, dan SARS-CoV-2 (sebelumnya dikenal sebagai 2019-nCoV) pada 2019;
sebagian besar dari virus-virus ini terkait dengan infeksi saluran pernapasan
yang serius.

A. Gejala Virus Corona (COVID-19)


Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu,
yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah
itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita COVID-19
dengan gejala berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan
berdarah, sesak napas, atau nyeri dada. Keluhan tersebut muncul ketika tubuh

6
bereaksi melawan virus Corona. Secara umum, ada tiga gejala umum yang bisa
menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:
 Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
 Batuk kering
 Sesak napas
Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus Corona
meskipun lebih jarang, yaitu:
 Diare
 Sakit kepala
 Konjungtivitis
 Hilangnya kemampuan mengecap rasa
 Hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia)
 Ruam di kulit
Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2
minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien yang terinfeksi
virus Corona bisa mengalami penurunan oksigen tanpa adanya gejala apa pun.
Kondisi ini disebut happy hypoxia.

B. Penyebaran Virus Corona (COVID-19)


Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh Coronavirus, yaitu
kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan.
Pada sebagian besar kasus, Coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan
ringan sampai sedang, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan
infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, MERS (Middle-East Respiratory
Syndrome) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia.
Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke
manusia.

Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:


 Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat
penderita COVID-19 batuk atau bersin

7
 Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dahulu
setelah menyentuh benda yang terkena droplet penderita COVID-19,
misalnya uang, gagang pintu, atau permukaan meja
 Melakukan kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19
Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya
atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang
memiliki penyakit tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya
lemah, misalnya penderita kanker.
Karena mudah menular, virus Corona juga berisiko tinggi menginfeksi para
tenaga medis yang merawat pasien COVID-19. Oleh sebab itu, para tenaga
medis dan orang-orang yang sering kontak dengan pasien COVID-19 perlu
menggunakan alat pelindung diri (APD).

C. Varian Virus Corona (COVID-19)


Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh WHO, terdapat beberapa varian SARS-
CoV-2 penyebab COVID-19. Berikut ini adalah jenis varian tersebut:
 Varian Alfa (B.1.1.7) yang pertama kali ditemukan di Inggris pada
September 2020.
 Varian Beta (B.1.351/B.1.351.2/B.1.351.3) yang pertama kali ditemukan
di Afrika Selatan pada Mei 2020.
 Varian Gamma (P.1/P.1.1/P.1.2) yang pertama kali ditemukan di Brazil
pada November 2020.
 Varian Delta (B.1.617.2/AY.1/AY.2/AY.3) yang pertama kali ditemukan
di India pada Oktober 2020.
 Varian Omicron (B.1.1.529) yang pertama kali ditemukan di beberapa
negara pada November 2021.

8
III. Pandemi Di Indonesia
Pandemi Covid-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi penyakit
koronavirus 2019 (Covid-19) yang sedang berlangsung di seluruh dunia.
Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2
(SARS-CoV-2). Pada tanggal 9 April, pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi
dengan DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai provinsi paling
terpapar SARS-CoV-2 di Indonesia.
Sampai tanggal 17 Agustus 2022, Indonesia telah melaporkan 6.297.484 kasus
positif menempati peringkat pertama terbanyak di Asia Tenggara. Dalam hal
angka kematian, Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak di Asia
dengan 157.296 kematian. Namun, angka kematian diperkirakan jauh lebih
tinggi dari data yang dilaporkan lantaran tidak dihitungnya kasus kematian
dengan gejala Covid-19 akut yang belum dikonfirmasi atau dites. Sementara itu,
diumumkan 6.087.056 orang telah sembuh, menyisakan 53.132 kasus yang
sedang dirawat. Pemerintah Indonesia telah menguji 69.311.793 orang dari total
269 juta penduduk, yang berarti hanya sekitar 256.517 orang per satu juta
penduduk.
Sebagai tanggapan terhadap pandemi, beberapa wilayah telah memberlakukan
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada tahun 2020. Kebijakan ini
diganti dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada
tahun 2021. Pada 13 Januari 2021, Presiden Joko Widodo menerima vaksin
Covid-19 di Istana Negara, sekaligus menandai mulainya program vaksinasi
Covid-19 di Indonesia.

A. Kasus Pertama Virus Corona (COVID-19)


Kasus positif yang pertama kali dikonfirmasi pada bulan Maret bukanlah orang
Indonesia pertama yang terinfeksi virus SARS-CoV-2. Pada bulan Januari,
seorang pembantu rumah tangga Indonesia di Singapura tertular virus dari
majikannya. Kematian pertama akibat Covid-19 di Indonesia terjadi pada 11
Maret 2020. Walaupun demikian, seorang karyawan Telkom meninggal dunia

9
pada 3 Maret dan baru dinyatakan positif Covid-19 pada 15 Maret, sekaligus
menulari istri dan anaknya

B. Dampak Virus Corona (COVID-19)

 Sosial ekonomi
Harga masker medis di Indonesia melonjak lebih dari enam kali lipat,
dengan harga eceran yang awalnya sekitar Rp30.000 menjadi Rp185.000
(beberapa sumber menyatakan lebih dari Rp800.000) per kotak di beberapa toko
setelah dua warga yang dinyatakan positif mengidap koronavirus. Pembelian
karena panik juga dilaporkan sejak pertengahan Februari sebelum kasus
pertama dikonfirmasi.
Masker dan penyanitasi tangan sulit didapatkan masyarakat dalam beberapa
jam setelah pemerintah mengumumkan adanya kasus Covid-19 di Indonesia.
Presiden Indonesia Joko Widodo pun memperingatkan orang-orang agar tidak
menimbun masker dan penyanitasi tangan. Kepolisian Republik Indonesia telah
menindak para tersangka penimbun.

 Kependidikan
Selama masa pandemi ini, Kemendikbud menerapkan belajar dari
rumah, di akhir Maret. Hasil riset yang dikeluarkan oleh ISEAS-Yusof Ishak
Institute membukakan bahwa ada ketimpangan dalam dunia pendidikan di
Indonesia selama masa pandemi Korona ini. 69 juta jiwa kehilangan akses
menuju pembelajaran dan pendidikan, sementara yang berasal dari keluarga
yang lebih mapan lebih mudah dalam proses belajar. Riset itu juga mendapati
fakta hanya 40% orang yang punya akses ke internet.
Dijelaskan dalam riset itu, sebenarnya ada cara-cara yang ditempuh guna
menyelenggarakan interaksi guru-murid. Pertama, menggunakan ponsel dan
aplikasi internet. Kedua, kunjungan guru ke rumah murid. Ketiga, penugasan
dari sekolah untuk selanjutnya dibawa ke rumah, dikerjakan, lalu dikumpulkan.
Keempat, guru tak secara langsung berhubungan dengan murid. Bisa lewat
program televisi atau radio.
Dalam hal ini, justru murid bisa saja tidak belajar secara keseluruhan.
Sehingga, minimnya listrik dan jaringan internet menjadi kendala utama dalam
pembelajaran jarak jauh di masa pandemi. Data Kemendikbud April 2020 juga
menunjukkan, 40.779 atau 18% sekolah dasar dan menengah tak memiliki akses
internet, sementara 7.552 atau sekitar 3% sekolah belum lagi memperoleh akses
10
kelistrikan. Dalam memecahkan masalah ini, ada inisiatif-inisiatif seperti
pembelajaran dengan menggunakan radio, bantuan ponsel, dan kuota internet,
sampai kepada kebijakan Kemendikbud menyubsidi kuota internet pada 27
Agustus 2020.

 Ekonomi
Menyusul tren penurunan harga saham di seluruh dunia, Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) melemah bahkan sebelum konfirmasi Covid-19
pertama di Indonesia.Menanggapi ekspektasi perlambatan ekonomi di Indonesia
akibat menurunnya kegiatan ekonomi Tiongkok, Bank Indonesia memangkas
suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% pada 20 Februari.
Pada 12 Maret, saat WHO mengumumkan pandemi, IHSG jatuh 4,2 persen
menjadi 4.937 ketika sesi Kamis dibuka, yang merupakan level yang tidak
pernah terjadi selama hampir empat tahun terakhir. Pada 13 Maret, perdagangan
saham dihentikan untuk pertama kalinya sejak 2008 karena pandemi.
Sementara itu, perdagangan Bursa Efek Indonesia telah mengalami penghentian
perdagangan (trading halt) sebanyak lima kali sejak diberlakukan terhitung 11
Maret 2020. Penghentian transaksi perdagangan terjadi masing-masing pada 12
Maret 2020 pada pukul 15:33 WIB, 13 Maret 2020 pukul 09:15:33 waktu JATS,
kemudian 17 Maret 2020 pukul 15:02 waktu JATS, dan 19 Maret 2020 pukul
09:37 JATS. Transaksi perdagangan kelima yang dihentikan terjadi pada 23
Maret 2020, pukul 14:52:09 waktu JATS.

 Penurunan pendapatan
Pemerintah telah menyusun kajian dampak ekonomi dan penurunan
penghasilan masyarakat di setiap provinsi berdasarkan skenario ringan, sedang,
hingga buruk. Skenario tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo dalam
rapat dengan para gubernur, bupati, dan wali kota seluruh Indonesia pada 24
Maret 2020. Skenario mengacu kepada daya tahan ekonomi setiap provinsi
maupun penurunan pendapatan para pelaku ekonomi. Dalam skenario sedang,
dampak koronavirus akan membuat pendapatan buruh di Nusa Tenggara Barat
turun sekitar 25% dan mampu bertahan hingga Juni-September 2020.
Di sektor UMKM, dampak penurunan pendapatan terbesar bakal terjadi di
Kalimantan Utara sebesar 36% dengan kemampuan daya tahan hingga Agustus-
Oktober 2020. Sementara itu, bagi pengemudi sopir angkutan umum dan ojek,
penurunan pendapatan terbesar akan terjadi di Sumatra Utara sebesar 44%. Bagi
petani dan nelayan, penurunan pendapatan terbesar bakal terjadi di Kalimantan

11
Barat sebesar 34% dengan kemampuan daya tahan sampai Oktober-November
2020.

12

Anda mungkin juga menyukai