Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

KOMUNIKASI, PROMKES, DAN EPIDEMIOLOGI


“CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)”

DISUSUN OLEH :
Gusti Ayu Ratih Wulandari (211310843)

DOSEN PENGAMPU :
Sri Indayani, S.KM.,M.Kes

D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
A. PENDAHULUAN
Virus Corona adalah bagian dari keluarga virus yang menyebabkan
penyakit pada hewan ataupun juga pada manusia. Di Indonesia, masih
melawan Virus Corona hingga saat ini, begitupun juga di negara-negara lain.
Jumlah kasus Virus Corona terus bertambah dengan beberapa melaporkan
kesembuhan, tapi tidak sedikit yang meninggal. Usaha penanganan dan
pencegahan terus dilakukan demi melawan COVID-19 dengan gejala mirip
Flu.
Kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius
pada Desember 2019.Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak
ditemukan di pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga
dibawa kelelawar dan hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi
penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan hewan,
tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga menjadi
penyakit radang paru.
Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang
menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi
seperti ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus. Dengan latar belakang
tersebut, Virus Corona bukan kali ini saja memuat warga dunia panik.
Memiliki gejala yang sama-sama mirip Flu, Virus Corona berkembang cepat
hingga mengakibatkan infeks yang lebih parah dan gagal organ.

B. CORONAVIRUS / COVID 19

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan


tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan
serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha
coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus.

Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering


pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200m.5 Semua virus ordo Nidovirales
memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki
genom RNA sangat panjang.12 Struktur coronavirus membentuk struktur
seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau
spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan
merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam
penempelan dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan
reseptornya di sel inang).

Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat


diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu
56℃ selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik,
formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam
menonaktifkan virus. Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan 5
bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit
pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan
seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus
zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak
hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vector untuk
penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang
merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada
kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute respiratory
syndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS).2,5,13,16
Namun pada kasus SARS, saat itu host intermediet (masked palm civet atau
luwak) justru ditemukan terlebih dahulu dan awalnya disangka sebagai host
alamiah. Barulah pada penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa luwak
hanyalah sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda (horseshoe bars)
sebagai host alamiahnya. Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke
manusia dan dari manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi
droplet, rute feses dan oral. Berdasarkan penemuan, terdapat tujuh tipe
Coronavirus yang dapat menginfeksi manusia saat ini yaitu dua
alphacoronavirus (229E dan NL63) dan empat betacoronavirus, yakni OC43,
HKU1, Middle East respiratory syndrome-associated coronavirus (MERS-
CoV), dan severe acute respiratory syndrome-associated coronavirus
(SARSCoV). Yang ketujuh adalah Coronavirus tipe baru yang menjadi
penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus 2019 (2019-
nCoV). Isolat 229E dan OC43 ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63
dan HKU1 diidentifikasi mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan
dengan penyakit akut laringotrakeitis (croup). Virus SARS-CoV-2 merupakan
Coronavirus, jenis baru yang menyebabkan epidemi, dilaporkan pertama kali
di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019.1 Analisis isolat dari
saluran respirasi bawah pasien tersebut menunjukkan penemuan Coronavirus
tipe baru, yang diberi nama oleh WHO COVID-19. Pada tanggal 11 Februari
2020, WHO memberi nama penyakitnya menjadi Coronavirus Disease 2019
(COVID-19).3 6 Coronavirus tipe baru ini merupakan tipe ketujuh yang
diketahui di manusia. SARS-CoV-2 diklasifikasikan pada genus
betaCoronavirus.5,18 Pada 10 Januari 2020, sekuensing pertama genom
SARS-CoV-2 teridentifikasi dengan 5 subsekuens dari sekuens genom virus
dirilis. Sekuens genom dari Coronavirus baru (SARS-CoV-2) diketahui
hampir mirip dengan SARS-CoV dan MERS-CoV. Secara pohon evolusi
sama dengan SARS-CoV dan MERSCoV tetapi tidak tepat sama. Kejadian
luar biasa di Wuhan mirip dengan kejadian luar biasa SARS di Guangdong
pada tahun 2002. Keduanya terjadi di musim dingin. Apabila dibandingkan
dengan SARS, Pneumoni COVID-19 cenderung lebih rendah dari segi angka
kematian. Angka kematian SARS mencapai 10% dan MERS 37%.5 Namun,
saat ini tingkat infektivitas virus pneumoni COVID-19 ini diketahui
setidaknya setara atau lebih tinggi dari SARS-CoV. Hal ini ditunjukkan oleh
R0-nya, dimana penelitian terbaru menunjukkan R0 dari virus pneumoni
SARSCoV- 2 ini adalah 4,08. Sebagai perbandingan, R0 dari SARS-CoV
adalah 2,0. Coronavirus jenis baru ini bersifat letal namun tingkat kematian
masih belum pasti, serta saat ini masih dapat dicegah dan dikontrol.

C. CARA PENYEBARAN CORONA VIRUS

Penyebab Corona virus merupakan virus single stranded RNA yang


berasal dari kelompok Coronaviridae. Dinamakan coronavirus karena
permukaannya yang berbentuk seperti mahkota (crown/corona). Virus lain
yang termasuk dalam kelompok yang serupa adalah virus yang menyebabkan
Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS-CoV) beberapa tahun silam namun, virus
corona dari Wuhan ini merupakan virus baru yang belum pernah
teridentifikasi pada manusia sebelumnya. Karena itu, virus ini juga disebut
sebagai 2019 Novel Coronavirus atau 2019-nCoV. Virus corona umumnya
ditemukan pada hewan –seperti unta, ular, hewan ternak, kucing, dan
kelelawar. Manusia dapat tertular virus apabila terdapat riwayat kontak
dengan hewan tersebut, misalnya pada peternak atau pedagang di pasar
hewan. Namun, adanya ledakan jumlah kasus di Wuhan, China menunjukkan
bahwa corona virus dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Virus bisa
ditularkan lewat droplet, yaitu partikel air yang berukuran sangat kecil dan
biasanya keluar saat batuk atau bersin. Apabila droplet tersebut terhirup atau
mengenai lapisan kornea mata, seseorang berisiko untuk tertular penyakit ini.
Meski semua orang dapat terinfeksi virus corona, mereka yang lanjut usia,
memiliki penyakit kronis, dan memiliki daya tahan tubuh rendah lebih rentan
mengalami infeksi ini serta komplikasinya.

COVID-19 adalah penyakit baru, banyak aspek mengenai bagaimana


penyebarannya sedang diteliti. Penyakit ini menyebar selama kontak dekat,
seringkali oleh tetesan kecil yang dihasilkan selama batuk, bersin, atau
berbicara. Tetesan ditularkan, dan menyebabkan infeksi baru, ketika dihirup
oleh orang-orang dalam kontak dekat (1 hingga 2 meter, 3 hingga 6
kaki). Mereka diproduksi selama bernafas, namun karena mereka relatif berat,
mereka biasanya jatuh ke tanah atau permukaan. Berbicara dengan suara keras
melepaskan lebih banyak tetesan dari pada pembicaraan normal.  Sebuah
penelitian di Singapura menemukan bahwa batuk yang tidak tertutup dapat
menyebabkan tetesan mencapai 4,5 meter (15 kaki).  Sebuah artikel yang
diterbitkan pada bulan Maret 2020 berpendapat bahwa saran tentang jarak
tetesan mungkin didasarkan pada penelitian tahun 1930-an yang mengabaikan
efek dari udara yang dihembuskan lembab yang hangat di sekitar tetesan dan
bahwa batuk atau bersin yang tidak terbuka dapat berjalan hingga 8,2 meter
(27 kaki). Setelah tetesan jatuh ke lantai atau permukaan, mereka masih dapat
menginfeksi orang lain, jika mereka menyentuh permukaan yang
terkontaminasi dan kemudian mata, hidung atau mulut mereka dengan tangan
yang tidak dicuci.  Pada permukaan, jumlah virus aktif berkurang dari waktu
ke waktu hingga tidak lagi menyebabkan infeksi.  Namun, secara
eksperimental, virus dapat bertahan di berbagai permukaan selama beberapa
waktu, (misalnya tembaga atau kardus selama beberapa jam, dan plastik atau
baja selama beberapa hari).  Permukaan mudah didekontaminasi dengan
desinfektan rumah tangga yang membunuh virus di luar tubuh manusia atau di
tangan.  Khususnya, bagaimanapun desinfektan atau pemutih tidak boleh
ditelan atau disuntikkan sebagai tindakan perawatan atau pencegahan, karena
ini berbahaya atau berpotensi fatal.  Dahak dan air liur membawa sejumlah
besar virus. Beberapa prosedur medis dapat menyebabkan virus
ditransmisikan lebih mudah dari biasanya untuk tetesan kecil seperti itu, yang
dikenal sebagai transmisi udara .
Virus ini paling menular selama tiga hari pertama setelah timbulnya gejala,
meskipun penyebaran diketahui terjadi hingga dua hari sebelum gejala muncul
(penularan secara asimptomatik) dan pada tahap selanjutnya dari
penyakit. Beberapa orang telah terinfeksi dan pulih tanpa menunjukkan gejala,
tetapi ketidakpastian tetap dalam hal penularan tanpa gejala. Meskipun
COVID-19 bukan infeksi menular seksual , dicium, hubungan intim, dan rute
oral feses diduga menularkan virus.

D. GEJALA COVID-19

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala


flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita
dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak
bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul
ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona. Secara umum, ada 3 gejala
umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:

 Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)


 Batuk
 Sesak napas

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2


minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Demam adalah gejala yang
paling umum, meskipun beberapa orang yang lebih tua dan mereka yang
memiliki masalah kesehatan lainnya mengalami demam di kemudian
hari.  Dalam satu penelitian, 44% orang mengalami demam ketika mereka
datang ke rumah sakit, sementara 89% mengalami demam di beberapa titik
selama dirawat di rumah sakit.  Gejala umum lainnya
termasuk batuk , kehilangan nafsu makan , kelelahan , sesak napas , produksi
dahak , dan nyeri otot dan sendi .  Gejala seperti mual , muntah ,
dan diare telah diamati dalam berbagai persentase.  Gejala yang kurang
umum termasuk bersin, pilek, atau sakit tenggorokan. Beberapa kasus di
China awalnya hanya disertai sesak dada dan jantung berdebar . Penurunan
indra penciuman atau gangguan dalam rasa dapat terjadi.  Kehilangan
bau adalah gejala yang muncul pada 30% kasus yang dikonfirmasi di Korea
Selatan. Seperti yang umum dengan infeksi, ada penundaan antara saat
seseorang pertama kali terinfeksi dan saat ia mengalami gejala. Ini disebut
masa inkubasi . Masa inkubasi COVID-19 biasanya lima sampai enam hari
tetapi dapat berkisar dari dua hingga 14 hari,  meskipun 97,5% orang yang
mengalami gejala akan melakukannya dalam 11,5 hari infeksi. Sebagian kecil
kasus tidak mengembangkan gejala yang terlihat pada titik waktu
tertentu. Pembawa tanpa gejala ini cenderung tidak diuji, dan perannya dalam
transmisi belum sepenuhnya diketahui. Namun, bukti awal menunjukkan
bahwa mereka dapat berkontribusi pada penyebaran penyakit.  Pada bulan
Maret 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC)
melaporkan bahwa 20% dari kasus yang dikonfirmasi tetap tanpa gejala
selama tinggal di rumah sakit. 

E. ALASAN MENGAPA COVID-19 MENJADI PANDEMI

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan Virus


Corona COVID-19 sebagai pandemi pada Rabu (11/03/2020). Ini disebabkan
karena terjadi setelah wabah mirip SARS itu menjangkiti semakin banyak
orang di mana pada Kamis pagi angkanya mencapai 126.063 kasus. Dengan
total korban tewas sebanyak 4.616 orang dan sembuh sebanyak 67.071 orang,
meburut Worldometers.

WHO menekankan bahwa penggunaan istilah pandemi tidak berarti ada


anjuran yang berubah. Semua negara tetap diminta untuk mendeteksi,
mengetes, merawat, mengisolasi, melacak, dan mengawasi pergerakan
masyarakatnya.“Perubahan istilah tidak mengubah apapun secara praktis
mengingat beberapa pekan sebelumnya dunia telah diingatkan untuk
mempersiapkan diri menghadapi potensi pandemi,” kata Dr. Nathalie
MacDermott King’s Colege London. “Namun penggunaan istilah ini
menyoroti pentingnya negara-negara di seluruh dunia untuk bekerja secara
kooperatif dan terbuka satu sama lain dan bersatu sebagai front persatuan
dalam upaya untuk mengendalikan situasi ini.”

F. AWAL MULA PENYEBARAN COVID-19

Berawal dari kasus lokal, Covid-19 menyebar ke seluruh dunia silih


berganti dengan cara penularan yang disebut kasus impor dari luar wilayah
asal atau transmisi lokal antarpenduduk. Sejauh ini, berbagai peristiwa yang
pertama kali terjadi berkaitan dengan Covid-19 agaknya belum memberikan
gambaran utuh tentang virus ini.
Kesimpulan sejauh ini, analisis para ahli menduga bahwa Covid-19 lebih
kuat bertahan hidup di daerah bersuhu rendah dan kering walaupun virus ini
juga mewabah di negara-negara dengan kondisi suhu dan kelembaban udara
yang sebaliknya. Virus ini juga lebih rentan menyebabkan kematian pada
penduduk usia lanjut. Namun, ada juga penduduk di kelompok usia ini yang
berhasil sembuh dan seorang bayi juga meninggal karena Covid-19.
Rangkaian peristiwa pertama juga menunjukkan upaya para ahli untuk
menemukan antivirus ini secepat mungkin. Sejauh ini, upaya tersebut belum
memberikan hasil sesuai harapan. Menilik ke belakang, rentetan awal
munculnya Covid-19 sudah tidak asing di telinga masyarakat dunia. China
tercatat sebagai negara yang pertama kali melaporkan kasus Covid-19 di
dunia. Untuk pertama kalinya, China melaporkan adanya penyakit baru ini
pada 31 Desember 2019. Pada pengujung tahun 2019 itu, kantor Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) di China mendapatkan pemberitahuan tentang
adanya sejenis pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui. Infeksi
pernapasan akut yang menyerang paru-paru itu terdeteksi di kota Wuhan,
Provinsi Hubei, China. Menurut pihak berwenang, beberapa pasien adalah
pedagang yang beroperasi di Pasar Ikan Huanan. Seiring waktu, penelusuran
menyebutkan, kasus Covid-19 sudah muncul sebelumnya. Merujuk
pada laporan WHO ke-37 tentang situasi Covid-19, 26 Februari 2020, kasus
Covid-19 pertama yang dikonfirmasi di China adalah pada 8 Desember.
Hanya saja, informasi tersebut juga bergantung pada inisiatif negara-negara
yang memberikan informasi penyakit kepada badan kesehatan global tersebut.
Adapun sebuah laporan yang diterbitkan dalam laman jurnal medis The
Lancet oleh dokter China dari Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan, yang
merawat beberapa pasien yang paling awal, menyebutkan tanggal infeksi
pertama yang diketahui pada 1 Desember 2019. Informasi awal mula
munculnya Covid-19 masih terus berjalan ke belakang. Pada 16 Desember,
dokter di Rumah Sakit Pusat Wuhan mengirim sampel dari pasien lain dengan
demam persisten untuk pengujian laboratorium. Hasil-hasil itu menunjukkan
virus menyerupai sindrom penapasan akut parah (severe acute respiratory
syndrome/SARS).

G. PENGOBATAN COVID-19
Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan
mencegah penyebaran virus, yaitu:
 Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan
dan karatina di rumah sakit rujukan
 Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan
sesuai kondisi penderita
 Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi
mandiri dan istirahat yang cukup
 Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih
untuk menjaga kadar cairan tubuh

H. KOMPLIKASI COVID-19

Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa
komplikasi berikut ini:

 Pneumonia (infeksi paru-paru)
 Infeksi sekunder pada organ lain
 Gagal ginjal
 Acute cardiac injury
 Acute respiratory distress syndrome
 Kematian

Pada beberapa orang, penyakit ini dapat berkembang


menjadi pneumonia , kegagalan multi-organ , dan kematian . Manifestasi
neurologis termasuk kejang , stroke , ensefalitis , dan sindrom Guillain-
Barré .  Komplikasi yang berhubungan dengan kardiovaskular mungkin
termasuk gagal jantung , aktivitas listrik yang tidak teratur , pembekuan
darah , dan peradangan jantung . COVID-19 dapat mempengaruhi paru-paru
yang menyebabkan pneumonia . Pada mereka yang paling parah terkena
dampaknya, COVID-19 dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom
gangguan pernapasan akut (ARDS) yang menyebabkan kegagalan
pernapasan, syok septik , atau kegagalan multi-organ. Komplikasi yang terkait
dengan COVID-19 termasuk sepsis , pembekuan abnormal , dan kerusakan
pada jantung, ginjal, dan hati. Abnormalitas pembekuan, khususnya
peningkatan waktu protrombin , telah dijelaskan pada 6% dari mereka yang
dirawat di rumah sakit dengan COVID-19, sementara fungsi ginjal abnormal
terlihat pada 4% dari kelompok ini.  Sekitar 20-30% orang yang hadir dengan
COVID-19 menunjukkan peningkatan enzim hati ( transaminase ). Cedera hati
seperti yang ditunjukkan oleh penanda darah kerusakan hati sering terlihat
pada kasus yang parah. 

I. METODE PEMERIKSAAN COVID-19

A) Manifestasi Klinis

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau


berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk
dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat,
fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran
napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada
kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok
septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau
disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien,
gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam
kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat
muncul jika terinfeksi. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika
terinfeksi :

1) Tidak berkomplikasi Kondisi ini merupakan kondisi teringan.


Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala
utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai
dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala,
dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan
lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala
menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa
kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif
ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala
komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
2) Pneumonia ringan Gejala utama dapat muncul seperti demam,
batuk, dan sesak. Namun tidak ada tanda pneumonia berat.
Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan
batuk atau susah bernapas. atau tampak sesak disertai napas
cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.
Definisi takipnea pada anak :

 < 2 bulan : ≥ 60x/menit


 2-11 bulan : ≥ 50x/menit
 1-5 tahun : ≥ 40x/menit.

3) Pneumonia berat Pada pasien dewasa

 Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga


infeksi saluran napas.
 Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas:
>30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi
oksigen pasien < 90%.
 Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Onset:
baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu
setelah diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnya
ARDS berdasarkan kondisi hipoksemia. Hipoksemia
didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO₂) dibagi
fraksi oksigen inspirasi (FIO₂) kurang dari< 300 mmHg

Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan


toraks seperti foto toraks, CT Scan toraks atau USG
paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat ditemukan:
opasitas bilateral, tidak menjelaskan oleh karena efusi,
lobar atau kolaps paru atau nodul. Sumber dari edema
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh gagal jantung
atau kelebihan cairan, dibutuhkan pemeriksaan objektif
lain seperti ekokardiografi untuk mengeksklusi
penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak ada
faktor risiko. Penting dilakukan analisis gas darah untuk
melihat tekanan oksigen darah dalam menentukan
tingkat keparahan ARDS serta terapi.

4) Sepsis

Definisi syok Sepsis merupakan suatu kondisi respons


disregulasi tubuh terhadap suspek infeksi atau infeksi yang
terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi organ
perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi napas
cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin berkurang,
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau
tekanan darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti
laboratorium koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi
laktat atau hiperbilirubinemia.

5) Syok septik Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten


setelah resusitasi volum adekuat sehingga diperlukan
vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan
serum laktat > 2 mmol/L.26 1.3

B) Pemeriksaan Umum Corona Virus

1) Pemeriksaan fisis

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau


beratnya manifestasi klinis.

 Tingkat kesadaran : kompos mentis atau penurunan


kesadaran
 Tanda vital : frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas
meningkat, tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh
meningkat.
 Saturasi oksigen dapat normal atau turun.

- Dapat disertai retraksi otot pernapasan


- Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat
tidak simetris statis dan dinamis, fremitus raba
mengeras, redup pada daerah 9 konsolidasi, suara
napas bronkovesikuler atau bronkial dan ronki kasar.
2) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya :


 Pemeriksaan radiologi : Foto toraks, CT-scan toraks,
USG toraks. Pada pencitraan dapat menunjukkan:
opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau
kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass. Pada
stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil dengan
perubahan intertisial yang jelas menunjukkan di perifer
paru dan kemudian berkembang menjadi bayangan
multiple ground-glass dan infiltrate di kedua paru. Pada
kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan
“white-lung” dan efusi pleura (jarang).

 Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah

- Saluran napas atas dengan swab


tenggorok(nasofaring dan orofaring).
- Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus,
BAL, bila menggunakan endotrakeal tube dapat
berupa aspirat endotrakeal).
Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2, (sequencing
bila tersedia). Ketika melakukan pengambilan spesimen
gunakan APD yang tepat. Ketika mengambil sampel dari
saluran napas atas, gunakan swab viral (Dacron steril atau
rayon bukan kapas) dan media transport virus. Jangan sampel
dari tonsil atau hidung. Pada pasien dengan curiga infeksi
COVID-19 terutama pneumonia atau sakit berat, sampel
tunggal saluran napas atas tidak cukup untuk eksklusi
diagnosis dan tambahan saluran napas atas dan bawah
direkomendasikan. Klinisi dapat hanya mengambil sampel
saluran napas bawah jika langsung tersedia seperti pasien
dengan intubasi. Jangan menginduksi sputum karena
meningkatkan risiko transmisi aerosol.

Kedua sampel (saluran napas atas dan bawah) dapat


diperiksakan jenis patogen lain. Bila tidak terdapat RT-PCR
dilakukan pemeriksaan serologi. Pada kasus terkonfirmasi
infeksi COVID-19, ulangi pengambilan sampel dari saluran
napas atas dan bawah untuk petunjuk klirens dari virus.
Frekuensi pemeriksaan 2- 4 hari sampai 2 kali hasil negative
dari kedua sampel serta secara klinis perbaikan, setidaknya 24
jam. Jika sampel diperlukan untuk keperluan pencegahan
infeksi dan transmisi, specimen dapat diambil sesering
mungkin yaitu harian.

3) Bronkoskopi
4) Pungsi pleura sesuai kondisi
5) Pemeriksaan kimia darah

Darah perifer lengkap

- Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung


jenis limfosit menurun.
- Pada kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.
- Analisis gas darah 11
- Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan
otot meningkat)
- Fungsi ginjal
- Gula darah sewaktu
- Elektrolit
- Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus
berat, Ddimer meningkat.
- Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
- Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
6) Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran
napas (sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah.
Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi
antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan
menunggu hasil kultur darah)
7) Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan
penularan).

3) Diagnosis banding

 Pneumonia bacterial

Gejala umum yang muncul diantaranya batuk, batuk


berdahak, atau memberat seperti muncul dahak purulen,
dahak berdarah, dengan atau tanpa adanya nyeri dada. Pada
umumnya tidak bersifat infeksius, dan bukan penyakit
infeksius.

 SARS/MERS Jenis virus baru ini memiliki kemiripan


dengan virus SARS dan MERS namun analisis genetik
menunjukkan serupa tetapi tidak sama. Virus jenis baru ini
sudah mengalami evolusi. Studi menunjukkan virus baru ini
kemampuan penyebaran dan patogenisitasnya lebih rendah
daripada SARS.
 Pneumonia Jamur
 Edema paru kardiogenik (gagal jantung)

J. METODE PEMERIKSAAN PCR

Metode PCR (dilakukan dalam BSC 2a dalam ruangan dengan tekanan


negatif/Biological Safety Level 2)

1. Tahapan yang harus dilakukan adalah persiapan spesimen, ekstraksi


RNA, sintesis cDNA dan amplifikasi menggunakan one step reverse
transcriptase PCR.
2. Masing-masing langkah pada pemeriksaan PCR dilakukan berdasarkan
cara kerja dari reagen yang digunakan.
3. Target gen SARS-Cov-2 yang digunakan berbeda-beda berdasarkan
reagen yang tersedia dan sebelumnya sudah diadakan optimalisasi kondisi
PCR sebelum mengerjakan spesimen pasien.
4. Di Indonesia Balitbangkes menggunakan target gen N1, N2 dan RnP
(Ribonuclease P) sebagai gen kontrol internal. Beberapa BTKL di
Indonesia menggunakan target gen yang direkomendasikan oleh
Balitbangkes, atau menggunakan target gen sesuai dengan reagen yang
direkomendasikan oleh Balitbangkes.

Interpretasi Hasil PCR


K. PENCEGAHAN COVID-19

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus


Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah
dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi
virus ini, yaitu:

 Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari


orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan
mendesak.
 Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian,
termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan.
 Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar
rumah atau di tempat umum.
 Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
 Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
 Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif
terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau
pilek.
 Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian
buang tisu ke tempat sampah.
 Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,
termasuk kebersihan rumah.
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang
dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa
langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:

 Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk


sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan
kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
 Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
 Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi
dulu pihak rumah sakit untuk menjemput.
 Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda
sampai Anda benar-benar sembuh.
 Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang
sedang sakit.
 Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
 Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau
sedang bersama orang lain.
 Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu
segera buang tisu ke tempat sampah.

Kondisi-kondisi yang memerlukan penanganan langsung oleh dokter di


rumah sakit, seperti melahirkan, operasi, cuci darah, atau vaksinasi anak, perlu
ditangani secara berbeda dengan beberapa penyesuaian selama pandemi
COVID-19. Tujuannya adalah untuk mencegah penularan virus Corona
selama Anda berada di rumah sakit. Konsultasikan dengan dokter
mengenai tindakan terbaik yang perlu dilakukan.

KESIMPULAN
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARSCoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan
gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi
COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk
dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. Pemeriksaan laboratorium yang valid menjadi salah satu
indicator penting dalam penentuan perjalanan klinis pasien, pemeriksaan
tersebut melliputi pemeriksaan fisis, pemeriksaan diagnosis pembanding dan
lain sebagainya, namun untuk deteksi awal biasanya dilakukan pemeriksaan
Antibody dan Antigen rapid test, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan TCM
atau PCR untuk pemeriksaan lebih lanjut (konfirmasi positif).

SARAN

Saran Pemeriksaan laboratorium hendaknya mendapat perhatian khusus untuk


mendeteksi keberadaan penyakit COVID-19 ini, dalam setiap pemeriksaan
laboratorium juga hendaknya tetap memerhatikan protokol pemeriksaan guna
mencegah terjadinya penularan lebih lanjut. Sebelum melakukan pemeriksaan
agar hendaknya melakukan pemeriksaan kesediaan alat dan lain sebagainya
DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Y. (2020). Memahami Karakter Virus dan Penyakit Covi-19.


https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/03/14/memahami-karakter-
virusdan-penyakit-korona-Covid-19/. Diakses tanggal 1 Juni 2020.

Covid.kemkes.go.id. Status Harian Covid-19 di Indonesia.


https://Covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-virus/.
Diakses pada 25 April 2020 – 12 Juli 2020.

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Coronavirus Disease (Covid-19i). Juli 2020.

PDPI. 2020. Pneumonia Covid-19 Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia.

PDS PatKLin. 2020. Panduan Tatalaksana Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler


(TCM) dan Polymerase Chain Reaction (PCR) Sars-Cov-2.

Anda mungkin juga menyukai