Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN DARAH”

DISUSUN OLEH :
Gusti Ayu Ratih Wulandari (211310843)

DOSEN PENGAMPU :
Didik Prasetya, S.Si.,M.Si

D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah yang berjudul “Pemeriksaan Hemoglobin Darah” Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada Didik Prasetya,S.Si.,M.Si, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah ini. Semoga
tugas yang telah diberikan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.

Akhir kata semoga paper ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Singaraja , 21 Oktober 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAULUAN..........................................................................................1
I.I Latar Belakang.................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................3


2.1 Pengertian Hemoglobin (Hb)..........................................................................3
2.2 Fungsi Hemoglobin (Hb)................................................................................4
2.3 Struktur Hemoglobin......................................................................................5
2.4 Pembentukan Hemoglobin.............................................................................6
2.5 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin Pada Wanita.........6
2.6 Metode Pemeriksaan Hemoglobin.................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................13


3.1 Kesimpulan...................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG


Hemoglobin merupakan protein berpigmen merah yang terdapat pada
eritrosit. Hemoglobin terdiri dari heme yang terdiri dari cincin porfirin sebagai
pengikat oksigen dan globin yaitu protein yang terdiri dari dua pasang rantai asam
amino yang disebut alfa dan non alfa (Bunn, 2011). Anggarini (2012)
menyebutkan bahwa kadar hemoglobin erat kaitannya dengan anemia (Erdina,
2016). Agar darah mampu mengikat oksigen diperlukan haemoglobin. Di dalam
mitochondria untuk pembentukan energi diperlukan serangkaian enzim yang
berperan dalam elektron transpor yang dikelompokkan dalam citochrom oksidase,
dalam hal ini besi berperan sebagai kofaktor. Bila kekurangan zat gizi maka
pembentukan energi kurang optimal dan selanjutnya mengakibatkan rendahnya
produktivitas (Muwakhidah. 2009). Salah satu dampak negatif yang disebabkan
oleh kekurangan zat gizi mikro adalah anemia. Anemia adalah suatu keadaan
dimana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal, akibat
kekurangan satu macam atau lebih zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan
darah (Gibson, 2005 dalam Ause, 2016). Menurut Wijayakusuma (2009) Dalam
masyarakat dikenal penyakit kurang darah yang biasa disebut dengan anemia.
Sebenarnya anemia bukanlah penyakit kurang darah. Definisi yang lebih tepat
adalah kurangnya (defisiensi) sel darah merah karena kadar hemoglobin yang
rendah dalam darah. Anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, terutama besi, vitamin B12, asam folat. Selebihnya merupakan
akibat berbagai kondisi seperti pendarahan, kelainan genetik penyakit kronik atau
keracunan (Hoffbran dkk, 2005). Penyebab langsung terjadinya anemia beraneka
ragam antara lain : defisiensi asupan gizi dari makanan (zat besi, asam folat,
protein, vitamin C)
Asupan zat gizi berperan dalam pembentukan sel darah merah. Asupan zat
gizi yang tidak mencukupi dapat mengganggu pembentukan sel darah merah.
Padahal umur sel darah merah di dalam darah harus selalu dipertahankan cukup
banyak. Terganggunya pembentukan sel darah merah bisa disebabkan makanan

1
yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi terutama zat-zat gizi penting seperti
besi, asam folat, vitamin B12, protein, vitamin C dan zat gizi penting lainnya.
Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam membantu
meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Absorpsi besi yang efektif dan
efisien memerlukan suasana asam dan adanya reduktor, seperti vitamin C. Sifat
yang dimiliki vitamin C adalah sebagai promotor terhadap absorpsi besi dengan
cara mereduksi besi ferri menjadi ferro (Arenda, 2015).

I.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Apakah pengertian dari hemoglobin , fungsi hemoglobin , serta prinsip
kerja hemoglobin di dalam darah”.

1.3 TUJUAN MASALAH


Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu hemoglobin serta fungsi hemoglobin dalam
darah
2. Untuk mengetahui prinsip kerja pemeriksaan hemoglobin dalam darah

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hemoglobin (Hb)


Hemoglobin merupakan zat warna yang terdapat dalam darah merah

yang berguna untuk mengangkut oksigen (O2) dan karbondioksida CO2

dalam tubuh (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Hemoglobin adalah ikatan antara

protein, besi dan zat warna. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah

Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen

pada darah merah (Supariasa, Bakri, & Ibnu, 2012). Hemoglobin merupakan

parameter yang digunakan secara luas untuk menentukan status anemia pada

skala luas. Batas normal kadar hemoglobin menurut kelompok umur dan jenis

kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1
Batas Normal Kadar Hemoglobin

Kelompok Jenis Kelamin Hemoglobin (mg/dL)


Anak 6 bulan – 6 tahun 11
6 tahun – 14 tahun 12
Dewasa Laki-laki ≥13
Perempuan ≥12
Wanita Hamil 11

3
2.2 Fungsi Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk membawa oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari
seluruh sel ke paru- paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan
sebagai menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot.
Sekitar 80% besi tubuh berada didalam hemoglobin. Menurut Almatsier
(2005), fungsi hemoglobin antara lain :
1) Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-
jaringan tubuh.
2) Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan

tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

3) Membawa karbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolism ke

paru- paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu

kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar

hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan

darah yang disebut anemia.

Reaksi yang membentuk ikatan antara hemoglobin dan oksigen

dapat ditulis sebagai berikut : Hb + O2 ↔ HbO2 Reaksi yang terjadi ini

dalam dua arah. Reaksi yang berlangsung dari arah ke kiri merupakan

suatu reaksi penguraian terutama terjadi di dalam berbagai jaringan.

Reaksi yang terjadi berlangsung dalam arah kanan yang merupakan reaksi

penggabungan terjadi di dalam alveolus paru – paru tempat

berlangsungnya pertukaran udara antara tubuh dengan lingkungan. Dapat

di simpulkan setelah terjadi proses itu yaitu hemoglobin (Hb) dalam

eritrosit mengikat oksigen (O2) di paru – paru dan melepaskannya di

jaringan untuk diserahkan dan digunakan oleh sel- sel (William dalam

4
Lihabi, 2017).

2.3 Struktur Hemoglobin

5
(Gambar Struktur Kimia Hemoglobin)

Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus

heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin tersusun

dari empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain.

Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains 2

beta-globilin chains, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau

sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta yang masih dalam kandungan atau

yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hbnya terbentuk

dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada

manusia dewasa, hemoglobin berupa tentramer (mengandung 4 subunit

protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang

terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan

berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih

16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar

6
64,000 Dalton (Nisa, 2017).

2.4 Pembentukan Hemoglobin

Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, yaitu sebuah biomolekul

yang dapat mengikat oksigen. Pada manusia sel darah merah di buat di

sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Selanjutnya

Sintesis heme 9 atau pembentukan awal hemoglobin terutama terjadi pada

mitokondria melalui suatu rangkaian reaksi biokimia yang bermula dengan

kondensasi glisin dan suknisil koenzim A, oleh kerja enzim kunci membatasi

kecepatan reaksi. Piridoksal fosfat yaitu (Vitamin B6) adalah suatu koenzim

untuk reaksi ini. Yang sudah dirangsang oleh eritroprotein, dan akhirnya

terjadi protoporfirin bergabung dengan rantai globin yang dibuat pada

poliribosom. Ada 4 rantai globin di miliki oleh suatu tentramer yang masing-

masing dengan gugus hemanya sendiri. Dalam suatu kantung menyusun satu

molekul hemoglobin. Eritroblas adalah permulaan terjadi sintesis

hemoglobin. Kemudian dalam stadium retikulosit meninggalkan sumsum

tulang dan masuk ke dalam aliran darah. Pembentukan haem terjadi secara

bertahap dan apabila Fe berkurang maka cadangan Fe dilepaskan, jika

kekurangan kadar hemoglobin atau hb dalam darah menurun akan terjadi

anemia (Nisa, 2017).

7
2.5 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin Pada Wanita
A. Kehilangan zat besi
1) Pendarahan
Pada kehilangan darah dalam tingkat kronis, penderita sering kali
tidak dapat mengabsorpsi cukup besi dari usus halus untuk
membentuk hemoglobin secepat darah yang hilang. Dengan
demikian, terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit
hemoglobin, sehingga menimbulkan keadaan anemia. Kehilangan
darah secara pelan- pelan didalam tubuh, seperti ulserasi, polip
kolon, dan kanker kolon juga dapat menyebabkan anemia (Briawan,
2014).
2) Menstruasi
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita
yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormone reproduksi
baik FSH-Estrogen atau LH- Progesteron. Periode ini penting dalam
hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan
antara usia remaja sampai menopause. Wanita yang mengalami
menstruasi setiap bulan berisiko menderita anemia (Briawan, 2014).
Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari,
walaupun hal ini tidak berlaku umum, tetapi tidak semua wanita
memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang-kadang siklus terjadi
setiap 21 hari hingga 30 hari. Salah satu faktor pemicu anemia
adalah kondisi siklus menstruasi yang tidak normal. Kehilangan
banyak darah saat menstruasi diduga dapat menyebabkan anemia
(Niken,2013).

B. Konsumsi Zat Gizi


1) Fe (zat besi)
Zat besi merupakan mineral yang sangat penting bagi tubuh,
meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit (Adriani &
Wirjatmadi, 2012). Sumsum tulang memerlukan zat besi untuk
memproduksi hemoglobin darah (Briawan, 2014). Zat besi
merupakan unsur yang sangat penting untuk membentuk

8
hemoglobin (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Untuk memenuhi
kebutuhan guna pembentukan hemoglobin, sebagian besar zat besi
yang berasal dari pemecahan sel darah merah akan dimanfaatkan
kembali baru kekurangannya harus dipenuhi dan diperoleh melalui
makanan. Asupan diet yang rendah zat besi, atau rendahnya
penyerapan zat besi di dalam usus karena gangguan usus atau
operasi usus juga dapat menyebabkan anemia (Briawan, 2014)

9
2) Protein
Protein adalah zat pembangun yang merupakan komponen penting
dalam siklus kehidupan manusia. Menurut Adriani & Wirjatmadi
(2012), makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi
terutama Fe nonheme adalah vitamin C serta sumber protein
hewani tertentu (daging dan ikan). Protein melalui bahan makanan
yang disebut meat factor seperti daging, ikan dan ayam, apabila
terdapat dalam makanan dapat meningkatkan absropsi zat besi
nonheme yang berasal dari serealia dan tumbuh- tumbuhan
(Adriani & Wirjatmadi, 2012). Protein juga berperan penting dalam
penyimpanan dan transportasi serta absorpsi zat besi. Oleh karena
itu, kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat
besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi dan mengalami
kekurangan kadar hemoglobin (Linder, 2009 dalam Rahmad,
2017). Menurut penelitian Mantika dan Mulyati, (2014),
menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan protein dengan
kadar hemoglobin tenaga kerja wanita.

C. Vegetarian

Kebanyakan orang yang mempunyai status zat besi rendah


disebabkan oleh kualitas konsumsi pangan yang rendah. Kelompok
yang termasuk berisiko ini adalah vegetarian, konsumsi pangan hewani
yang rendah, atau terbiasa melewatkan waktu makan (skip meal)
(Briawan, 2014).

D. Penyakit Kronis
Penyakit Kronis seperti AIDS, kanker, liver, dan inflamasi dapat

menyebabkan gangguan produksi sel darah merah. Gagal ginjal (atau

efek samping kemoterapi juga dapat menyebabkan anemia, karena ginjal

memproduksi hormone eritropoietin yang berfungsi menstimulasi

10
sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah. Beberapa orang

yang menderita reumatik arthritis juga dapat terkena anemia akibat

sumsum tulang belakang tidak dapat menggunakan eritropoietin dengan

efisien (Briawan, 2014).

E. Penyakit Infeksi (infeksi cacing)

Infeksi cacing tambang masih merupakan masalah kesehatan di

Indonesia, karena merupakan factor penyebab terpenting anemia

defisiensi besi. Akibat infeksi cacing ini dapat memberikan dampak

buruk bagi keadaan gizi dan anemia, sehingga hal ini dapat

menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, kemunduran kemampuan

belajar dan produktivitas kerja (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Penderita

anemia disebabkan oleh defisiensi besi dan 40% anemia defisiensi besi

di sertai dengan infeksi cacing tambang. Infeksi cacing terutama cacing

yang dapat menimbulkan anemia gizi besi yaitu menyebabkan

terjadinya pendarahan menahun. Apabila jumlah cacing semakin

meningkat maka kehilangan darah akan semakin tinggi, sehingga

mengganggu keseimbangan zat besi karena zat besi di keluarkan lebih

banyak dari zat gizi yang masuk.

2.6 Metode Pemeriksaan Hemoglobin


1) Metode Talquist
 Prinsip : warna darah yang menempel pada kertas saring talquist,
diandingkan dengan warna standar yang tersedia pada buku talquist.
Standar menunjukkan kadar Hb dalam prosentase. Kadar Hb 100%
setara dengan 15.8 gr/dl.

11
 Alat – alat : kapas alkohol 70%, blood lancet, kertas saring dan buku
talquist.
 Cara kerja : dilakukkan sterilisasi lokal dengan cara dioleskan kapas
alkohol 70%, kemudian dilakukan penusukkan perifer (dihapus tetesan
pertama yang keluar). Diteteskan darah pada kertas saring talquist satu
tetes, setelah kering, dicocokkan warnanya dengan standar warna yang
ada pada buku talquist, baca prosentasinya. Catatan : metode ini tidak
dianjurkan untuk digunakan karena akurasinya kurang dan tingkat
kesalahan ini antara 25-50%. Dan metode ini sudah jarang untuk
digunakan, kadang-kadang digunakan dalam keadaan darurat

2) Metode Sahli
 Prinsip dasar : hemoglobin diubah menjadi asam hematin kemudian
warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standart warna
pada alat hemoglobinometer. Dalam penetapan kadar hemoglobin,
metode sahli memberikan hasil 2% lebih rendah dari pada metode lain
(Dacie & Lewis 1996).
 Alat – alat : spuit, hemometer sahli, pipet pasteur dan kapas / tisu.
Bahan – bahan : alkohol, HCl 0,1N dan darah vena.
 Cara Kerja : disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,kemudian
tabung sahli di isi dengan HCl 0,1 N sampai tanda batas angka
2.Dioleskan kapas alkohol 70 % untuk mensterilisasi lokal dan di
lakukan penusukan pada vena.Dengan pipet sahli diambil darah
sebanyak 20 µL, kemudian di masukan segera di dalam tabung sahli
yang berisi HCl 0,1 N. Di campur sampai homogen (terbentuk warna
tengguli) dan di encerkan isi tabung dengan aquadest sampai dengan
menyamai warna standar. Lalu di baca hasilnya dengan
memperhatikan miniskus cairan pada angka skala

12
3) Metode Cyanmethemoglobin
 Prinsip dasar : Hemoglobin diubah menjadi cyanmethemoglobin dalam

larutan yang berisi larutan kalium ferisianida dan kalium sianida.

Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang nm atau filter

hijau. Larutan drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah menjadi

cyanmethemoglobin (L. Gandasoebrata, 2010).

Hb + K4Fe(CN)6 ---> MetHb

MetHb + KCN ---> HiCN (CyanMet Hb)

 Alat – alat : spektrofotometer / Fotometer dengan filter 540-550nm,

tabung reaksi, klinipet, tip, dispenser dan tabung reaksi. Reagen :

larutan drabkin : K3Fe(CN)6 200mg, KCN 50mg, KH2PO4 140mg, Non

ionic detergent 1ml, aquadest 1000ml pH 7,0 - 7,4 larutan

sianmethemoblobin standart. Cara Kerja : di masukkan 5ml larutan

drabkin ke dalam tabung, kemudian di pipet darah vena (EDTA)

dengan pipet otomatik 20mikron. Kelebihan darah yang menempel

dihapus dengan kertas pembersih / tissue dan di masukkan darah ke

dalam tabung reaksi yang berisi larutan drabkin. Pipet di bilas dengan

larutan drabkin tersebut. Di campur larutan dengan cara mengoyang

tabung secara perlahan hingga larutan homegen dan di biarkan selama

5 menit kemudian di baca dengan menggunakan fotometer /

spektrofotometer sebagai blanko dengan gunakan larutan drabkin.

Perhitungan : = Absorben sampel / Absoren standar x kadar Hb standar

= ........... gl %

Sumber kesalahan dalam metode ini antara lain :

13
- Terjadinya jendalan darah.

- Leukositosis berat mempengaruhi pengukuran lebih rendah dari

seharusnya.

- Tidak tepat memipet pada saat mengambil darah. d. Pemipetan

pereaksi yang tidak akurat

- Fotometer yang kurang baik

4) Hb meter (poket)
Alat terakhir ini, memungkinkan pemeriksaan secara mudah dan simple,
dan juga bisa dilakukan oleh siapapun. Karena alat ini tidak diutamakan
keahlian, dan sebagainya. Hanya cukup tau bagaimana cara memakainya,
dan nilai normal pada pemeriksaan Hb yang dilakukan.
(imadanalis.blogspot.com) Cara kerja : batere dimasukan dan mesin di
nyalakan. Di atur jam, tanggal dan tahun pada mesin. Di ambil chip warna
kuning di masukan ke dalam mesin untuk cek mesin. Jika layar muncul
"error" berarti mesin rusak. Jika layar muncul "OK" berarti mesin siap
digunakan. Setiap botol strip pada terdapat chip test. Untuk cek
hemoglobin, di masukan chip hemoglobin terlebih dahulu. Pada layar akan
muncul angka/kode sesuai pada botol strip. Setelah itu akan muncul
gambar tetes darah dan kedip-kedip. Di masukan jarum pada lancing/alat
tembak berbentuk pen dan atur kedalaman jarum. Pergunakan tisu alkohol
untuk membersihkan jari anda. Di tembakkan jarum pada jari dan tekan
supaya darah keluar. Darah di sentuh pada strip dan bukan di tetes diatas
strip. Sentuhkan pada bagian garis yang ada tanda panah. Darah akan
langsung meresap sampai ujung strip dan bunyi beep. Di tunggu sebentar,
hasil akan keluar beberapa detik pada layar. Di cabut jarumnya dari
lancing juga stripnya dan di buang

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat simpulkan bahwa hemoglobin dalam darah
berfungsi untuk membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh
dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru- paru untuk
dikeluarkan dari tubuh. . Pada manusia sel darah merah di buat di sumsum
tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Selanjutnya Sintesis
heme 9 atau pembentukan awal hemoglobin terutama terjadi pada mitokondria
melalui suatu rangkaian reaksi biokimia yang bermula dengan kondensasi
glisin dan suknisil koenzim A, oleh kerja enzim kunci membatasi kecepatan
reaksi. Dalam suatu kantung menyusun satu molekul hemoglobin. Eritroblas
adalah permulaan terjadi sintesis hemoglobin. Kemudian dalam stadium
retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah.
Pembentukan haem terjadi secara bertahap dan apabila Fe berkurang maka
cadangan Fe dilepaskan, jika kekurangan kadar hemoglobin atau hb dalam
darah menurun akan terjadi anemia.
Metode pemeriksaan yang biasa digunakan untuk pemeriksaan
hemoglobin yaitu : Metode Talquist , Metode Sahli, Metode
Cyanmethemoglobin , Hb meter (poket)

13
DAFTAR PUSTAKA

Adam, I. et al. (2012) ‘Comparison of HemoCue® hemoglobin-meter and


automated hematology analyzer in measurement of hemoglobin levels in
pregnant women at Khartoum hospital, Sudan’, Diagnostic Pathology.
BioMed Central Ltd, 7(1), p. 30. doi: 10.1186/1746-1596-7-30.

Febianty, N., Sugiarto, C. and Sadeli, L. (2013) ‘Perbaningan Pemeriksaan Kadar


Hemoglobin dengan Menggunakan Metode Sahli Dan Autoanalyzer Pada
Orang Normal’, pp. 3–6.

Mubarok, M. B. C. (2014) Hubuungan Kadar Hemoglobin (Hb) dan Tekanan


Darah dengan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea di RS Prikasih Jakarta
Selatan Pada Tahun 2013.
Norsiah, W. 2015 (2015) ‘Perbedaan Kadar Hemoglobin Metode
Sianmethemoglobin Dengan Dan Tanpa Sentrifugasi Pada SampeL
Leukositosis’, 1(April 2014), pp. 72–83. Available at:
http://ejurnalanaliskesehatan.web.id.
Notoatmodjo, S. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugraha, G. (2015a) Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. 1st
edn. Jakarta Timur: Trans Info Media.
Patrick Simanjuntak, Ningsih, T. R. and Mulyono, B. (2016) ‘PERBANDINGAN
Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Menggunakan Metode Poct Dengan
Alat Hematology Analyzer’.
Sacher, R. A. and McPherson, R. A. (2008) Tinjauan Klinis Hasil pemeriksaan
Laboratorium, edisi kesebelas. Edition 23, Perspectives of New Music.
Edition 23. United States: St. Louis, Missouri : Elsevier, 2017.
doi:10.1016/B978-1-4377-0974-2.00080-4.

14

Anda mungkin juga menyukai