Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


“mengidentifikasi masalah keperawatan pada pasien dengan Anemia”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen pengampu :
Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep., S.Kep.Mat.

Disusun oleh Kelompok 9 :

Karil Dhea Virginia Tandi (P07220118090)


Lidya (P07220118092)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS C


POLTEKKES KEMEKES KALTIM
TAHUN AJARAN
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah subhanau wa ta’ala, Tuhan Yang
Maha Esa. Karena berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat waktu. Selain itu kami juga berterima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah KMB (Keperawatan Medikal Bedah) yang telah memberikan
tugas dan membimbing kami. Adapun penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul “Mengidentifikasi masalah
Keperawatan pada pasien Anemia”. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Maka kami berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan kita semua.

Balikpapan, 14 Juli 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang…………………………………………………4
B. Tujuan…………………………………………………………4
C. Sistematika penulisan………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian…………………………………………………………6
B. Review anatomi fisiologi anemia…………………………………7
C. Etiologi ………………………………………………………….12
D. Patofisiologi……………………………………………………..15
E. Patoflow diagram………………………………………………..16
F. Tanda dan gejala………………………………………………...17
G. Pemeriksaan penunjang…………………………………………18
H. Penatalaksanaan medis………………………………………….19
I. Komplikasi………………………………………………………21
J. Konsep dasar keperawatan………………………………………22
1. Pengkajian……………………………………………………22
2. Diagnose……………………………………………………..27
3. intervensi……………………………………………………..28
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anemia adalah penyakit yang dapat diderita oleh anak-anak, remaja
ataupun dewasa, bahkan ibu hamil. Penyakit ini terjadi akibat banyak factor,
diataranya adalah kekurangan zat besi, terjadinya perdarahan, adanya kelainan
hemolitik, kurangnya asam folat dan vitamin B12. Seseorang dapat diketahui
mengalami anemia jika ciri fisiknya menunjukkan adanya kulit yang pucat,
terlihat lesu, serta lelah. Selain pemeriksaan fisik, Anemia juga dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan di laboratorium, dari pemeriksaan tersebut
seseorang dikatakan mengalami Anemia jika terjadi penurunan kadar
Hemoglobin (Hb) dalam darah.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian Anemia
b. Mengetahui penyebab anemia
c. Mengetahui patofisiologi anemia
d. Mengetahui tanda dan gejala anemia
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari anemia

C. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan dari makalah ini adalah :

BAB I : Pendahuluan yang berisikan Latar belakang, tujuan penulisan dan


sistematika penulisan
BAB II : Pembahasan terdiri dari Pengertian Anemia, Review Anatomi dan
Fisiologi Anemia, Etiologi, Patofisioogi, Patoflow diagram, tanda dan gejala,

4
Pemeriksaan penunjang, Penatalaksanaan medis, Komplikasi, Konsep dasar
Keperawatan.
BAB III : Penutup berisikan Kesimpulan, dan Saran.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Anemia bukan merupakan suatu penyakit atau diagnosis, melainkan
sebuah pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh
dan perubahan patofisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang
mengandung hemoglobin untuk menyebarkan oksigen ke seluruh organ
tubuh. Dengan kondisi tersebut, penderita biasanya akan merasa letih dan
lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara optimal. (marianti,
2017)
Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah Anda
lebih rendah dari jumlah normal. Anemia juga bisa terjadi jika sel-sel darah
merah tidak mengandung cukup hemoglobin. Hemoglobin adalah protein
kaya zat besi yang memberikan warna merah darah. Protein ini membantu
sel-sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
(Samiadi, 2019)
Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah
merah (eritrosit) dan/atau Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada
dibawahnilai normal (kurangdarah).Nilai normal hemoglobin pada pria
dewasa 13- 17,5gr/dl pada wanita dewasa 12-15,5gr/dl. (inu, 2019)
Masyarakat lebih mengenal dengan istilah kurang darah, kurang darah
dan darah rendah sangat berbeda. Darah rendah adalah keadaan dimana
rendahnya tekanan darah dalam tubuh sedangkan kurang darah adalah
kurangnya sel darah merah dalam tubuh seperti yang sudah disebutkan
diatas

6
B. Review Anatomi dan fisiologi anemia
Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam
pembuluh darah yang berwarna merah. Warna merah itu keadaannya tidak
tetap tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 didalamnya. Darah yang
mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya CO2 dalam darah didapat
dengan jalan bernafas, dan zat ini sangat berguna saat pembakaran /
metabolism dalam tubuh. Darah selamanya beredar di dalam tubuh, oleh
karena adanya kerja atau pompa jantungdan selama darah berada dalam
pembuluh darah maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluardari
pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah
dengan jalan mencampurkan kedalam darah tersebut sedikitobat anti
pembekuan/sitras natrikus.
Keadaan ini sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk
transfusi darah.Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah
sebanyak ±1/3 dari berat badan dari berat badanatau kira-kira 4-5 liter.
Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung padaumur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.Tentang
viskositas/kekentalan darah lebih kental daripada air yaitu mempunyai BJ:
1,041-1,067 dengan temperatur 38℃ dan pH: 7,37-7,45.
Fungsi darah terdiri atas:
1. Sebagai alat pengangkut yaitu;
a. Membawa O2 /zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh.
b. Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-
paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan
dan dibagikankeseluruh jaringan/alat tubuh.
d. Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan
racun yang akanmembinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit,
antibodi/zat-zat antiracun.

7
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh

Bagian-bagian darah terdiri atas Air 91%, Protein 3% (Albumin,


Globulin, protombin, danfibrinogen), Mineral 0,9% (Natrium Klorida,
Natrium Bikarbonat, Garam Fosfat,Magnesium, Kalsium dan zat besi),
Bahan Organik 0,1% (glukosa, lemak, asam urat,kreatinin, kolestrol dan
asam amino).Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair
berwarna merah, tetapi apabiladilihat dibawah mikroskop maka nyatalah
bahwa dalam darah terdapat sel-sel darah,sedangkan cairan berwarna
kekuning-kuningan disebut plasma. Jadi darah terdiri dari 2 bagian yaitu:
sel-sel darah ada 3 macam (eritrosit, leukosit, trombosit) dan plasma darah.
a. Sel-sel darah :
1) Eritrosit (Sel Darah Merah)
Berbentuk seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai
inti. Ukurannya ±7,7 unit(0,007mm) diameter. Tidak dapat
bergerak. Banyaknya kira-kira 5juta dalam 1mili meter kubik.
(4½ juta). Warnanya kuning kemerah-merahan karena
didalamnya banyak mengandung O2.
Fungsinya adalah mengikat darah dari paru-paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari
jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru- paru.Pengikatan
O2 dan CO2 ini dikerjakan oleh Hemoglobin yang telah
bersenyawa dengan O2 desebut Oksihemoglobin (Hb + O2 ->
HbO2). jadi O2 diangkat dari seluruh tubuh sebagai
oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan
dilepaskan HbO2 -> Hb -> O2 dan seterusnya, Hb tadi akan
mengikat dan bersenyawa dengan CO2 dan disebut
karbondioksihemoglobin (Hb + CO2 -> HbCO2). Yang mana
CO2 akan dilepaskan di paru-paru.
Tempat pembuatan: sel darah merah di dalam tubuh dibuat
didalam sumsum tulang, limpa, dan hati. Yang kemudian akan
beredar di dalam tubuh selama 120 hari,setelah itu akan mati.

8
Hb yang keluar dari eritrosit akan mati terurai menjadi 2 zat
yaitu hematinsit yang baru dan Hemoglobin yaitu: suatu zat
yang terdapat di dalam eritrosityang berguna mengikat O2 dan
CO2.
Jumlah normal pada orang dewasa ± 11,5-15gramdalam
100cc darah. Normal Hb wanita 11,5mg% dan Hb laki-laki
13,0mg%.Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini
berkurang, demikian juga banyaknyahemoglobin dalam sel
darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan
inidisebut anemia, biasanya hal ini disebabkan oleh karena
perdarahan yang hebat,
hama penyakit yang menghanyutkan eritrosit dan tempat pemb
uatan eritrosit sendiri terganggu.

2) Leukosit (Sel Darah Putih)


Keadaan bentuk dan sifat-sifat dari leukosit berlainan
dengan eritrosit. Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat
bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia).
mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat
dibedakan menurut inti selnya,warnanya bening (tidak
berwarna), banyaknya dalam 1mm3 darah ±6.000-9.000.
Fungsi leukosit adalah :
a) Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan
bibit penyakit/bakteri yang masuk kedalam tubuh jaringan
RES (retikulum endoplasma/sistem retikulo endotel),
tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe
b) Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut/membawa zat
lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh
darah.Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh
darah juga terdapat di
seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyaki
t disebabkan oleh kemasukankuman/infeksi maka jumlah

9
leukosit yang ada di dalam darah akan lebih banyak
dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya
tinggal di dalam kelenjar limfe,sekarang beredar dalam
darah untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan
bibit penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah ≥
10.000mm3 disebut leukositosis dan jika jumlah
leukositosis dalam darah ≤ 6.000mm3 disebut
Leukositopenia

3) Trombosit (Sel Pembeku)


Merupakan benda-benda kecil yang mati serta bentuk dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong,
warnanya putih, banyaknya normal pada
orangdewasa 200.000-300.000mm3.
Fungsinya memegang peranan penting di dalam
pembekuan darah. Jika banyaknyakurang dari normal, maka
kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul
perdarahan yang terus menerus. Trombosit ≥ 300.000 disebut
Trombositosis. Trombosit yang ≤ 200.000 dosebut
Trombositopenia.
Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah
terdapat suatu zat yang turutmembantu terjadinya peristiwa
pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen.Fibrinogen
mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.Jika terjadi luka
maka darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan
zat yangdisebut trombokinase. Trombokinase ini akan
bertemu dengan protombin dengan pertolongan Ca2+ akan
menjadi trombin. Trombin akan bertemu pula dengan
fibrinyang merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan
yang tidak teratur letaknya, (Ayunda, 2016)

10
4) Plasma Darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening
ke kuning-kuningan.Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari
air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di
dalamnya. Untuk mendapatkan plasma darah kita harus
mencampurkan dulu sedikit sitras natrikus ke dalam
darah,supaya darah tidak membeku. sesudah itu campuran tadi
dipasang dengan suatu alat , dan dibiarkan beberapa lama, maka
akan kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau mengendap
dan bagian-bagian atasnya tinggal cairan bening yaitu plasma
darah yang di dalamnya terdapat serum darah.
Jika darah yang keluar dari tubuh dibiarkan membeku maka
bagian bawah bekuan tadi terdapat cairan yang juga berwarna
bening, yang disebut serum darah. Jadi serum merupakan
plasma tanpa fibrinogen yang di dapat dengan membekukan
darah.Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:
a) Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan
darah
b) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium
dll.) yang berguna dalam metabolism dan juga
mengadakan osmotik.
c) Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan
viskositas darah dan jugamenimbulkan tekanan osmotik
untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d) Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan
vitamin).
e) Hormon yaitu zat yang dihasilkan kelenjar tubuh.
f) Antibodi/Antitoksin.Darah terdiri dari plasma darah dan
sel-sel darah. Plasma darah sebagian besar terdiri dariair
dan zat-zat yang larut di dalamnya misalnya zat makanan,
hormon antibodi dll. Sel-selleukosit merupakan
pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit

11
C. Etiologi
Penyebab yang paling sering dijumpai pada kasus anemia diantaranya
kekurangan zat besi, perdarahan, persalinan, ulkus dan kekurangan vitamin
B12. Penyebab lainnya yaitu :
1. Perdarahan hebat
Perdarahan hebat merupakan penyebab tersering dari anemia,
jika kehilangan darah, tubuh dengan segera menarik cairan dari
jaringan diluar pembuluh darah sebagai usaha untuk menjaga agar
pembuluh darah tetap terisi. Akibatnya darah menjadi lebih encer
dan persentase sel darah merah berkurang. Pada akhirnya,
peningkatan pembentukan sel darah merah akan memperbaiki
anemia. Tetapi pada awalnya anemia bisa sangat berat, terutama
jika timbul dengan segera karena kehilangan darah yang tiba- tiba,
seperti yang terjadi pada: Kecelakaan; Pembedahan; Persalinan;
Pecahnya pembuluh darah. (Aguilar, 2014)

2. Perdarahan menahun (berulang-ulang atau terus menerus)


Perdarahan menahun biasanya terjadi pada berbagai bagian
tubuh:
a. Perdarahan hidung dan hemoroid : terlihat jelas perdarahan
yang terjadi
b. Perdarahan pada tukak lambung dan usus kecil atau
polip dan kanker usus besar: mungkin tidak terlihat
dengan jelas karena jumlah darahnya sedikit dan tidak tampak
sebagai darah yang merah di dalam tinja- jenis perdarahan ini
disebut perdarahan tersembunyi
c. Perdarahan pada tumor rinjal atau kandung kemih : diketahui
dengan munculnya darah di dala air kemih
d. Perdarahan menstruasi yang banyak (Aguilar, 2014)

12
3. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Anemia dapatterjadi karena berkurangnya kadar haemoglobin
dalam sel darah merah. Sel darah merah dibentuk di sumsum tulang
belakang, jika komponen pementukan sel darah merah berkurang
akan mengakibatkan turunnya produksi sel darah merah, pada
akhirnya penurunan jumlah sel darah merah berpengaruh terhadap
kadar haemoglobin, sehingga dapat terjadi anemia.

4. Kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12 dan vitamin C


Zat besi, asam folat, vitamin B12 adalah komponen
pembentukan sel darah merah di sumsum tulang belakang, jika
komponennya berkurang akan mengakibatkan produksi sel darah
merah berkurang pula, sehingga terjadi anemia.

5. Meningkatnya penghancuran sel darah merah


Sel darah merah akan dihancurkan setelah berusia 120 hari.
Pengahncuran sel darah merah bisa menyebabkan anemia jika
terjadi peningkatan, yaitu penghancuran sel darah merah terjadi
terlalu cepat atau sel darah yang dihancurkan adalah sel darah
merah yang sehat. Hal tersebut dapat menyebabkan anemia karena
terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah sel darah merah yang
di produksi dengan jumlah sel darah merah yang dihancurkan.

6. Pembesaran limpa
Salah satu fungsi limpa adalah menyaring darah tua atau darah
yang hampir mati lalu dihancurkan. Pembengkakan limpa
menyebabkan terjadinya penekanan pada organ sekitar limpa yang
menyebabkan penyaringan darah di limpa tidak maksimal. Semakin
besar ukuran limpa maka semakin besar jumlah sel darah merah

13
yang dihancurkan, sehingga pembengkakan pada limpa dapat
menyebabkan anemia. (adrian, 2017)

7. Kerusakan mekanik pada sel darah merah


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa limpa, hati
dan tulang menghancurkan darah yang sudah tua, darah yang akan
mati, dan darah yang rusak atau cacat. Jika darah yang rusak atau
cacat meningkat akan menyebabkan meningkatnya penghancuran
sel darah merah.

8. Reaksi auto imun terhadap sel darah merah


Imun bekerja dengan menghancurkan zat asing didalam tubuh,
pada kasus ini imun bekerja terlalu aktif sehinga ikut
menghancurkan sel darah merah yang sebenarnya bukan zat asing,
dan akhirnya menyebabkan anemia.

9. Hemoglobinuria nocturnal paroksismal


Merupakan penyakit langka pada sumsum tulang yang
menyebabkan kerusakan pada sel darah, biasanya menyebabkan sel
darah merah kaku dan mudah pecah, pecahnya sel darah merah
membuat haemoglobin keluar, haemoglobin keluar dari sel darah
merah menuju.

10. Penyakit sel sabit


Pada bentuk sel darah merah yang normal, sel akan berbentuk
bulat dan lentur didalam pembuluh darah. Namun pada penyakit sel
sabit ini, sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit, kaku dan
mudah melengket di pembuluh darah kecil. Lengketan sel darah
merah sabit tersebut membentuk sumbatan di pembuluh darah,
akibatnya pasokan oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi
berkurang sehingga menyebabkan anemia.

14
11. Thalassemia
Thalassemia (talasemia) adalah kelainan darah bawaan yang
mempengaruhi hemoglobin sehingga menjadi tidak normal.
Hemoglobin adalah molekul protein dalam sel darah merah yang
memberikan warna merah dan bertugas membawa oksigen ke
seluruh tubuh.
Akibat abnormalnya hemoglobin, maka sel darah merah
berumur lebih pendek, lebih mudah rusak sehingga bisa
terjadi anemia. Anemia adalah suatu kondisi di mana tubuh hanya
memiliki sel-sel darah merah yang sedikit alias di bawah normal.
(setiawan, 2019)

D. Patofisiologi
Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, paparan racun, inuasi tumor,
atau kebanyakan akibat penybab yang tidak diketahui. Sel darah merah
dapat hilang melalui terjadinya perdarahan atau hemolisis. Hemolisis dapat
tejadi akibat adanya kerusakan atau kecacatan selain itu juga dengan
beberapa factor dari luar. (kurniadi, 2012)

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya


kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit).

Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ


tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang,
akibatnya dapat menghambat kerja organ – organ penting, salah satunya
otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang,
maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, lambat
menangkap, jika sudah rusaktidak bisa diperbaiki. (rosyadi, 2015)

15
E. Patoflow diagram

16
F. Tanda dan gejala anemia
Gejala anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya
anemia. Gejala kurang darah muncul sebagai akibat berkurangnya pasokan
oksigen ke jaringan sehingga gejala anemia dapat muncul pada berbagai
sistem/organ di dalam tubuh. Gejala utamanya adalah pucat, lesu, lemah,
kram otot, sesak pada saat beraktifitas, jantung berdebar dan pusing. Pada
anemia berat atau anemia yang disebabkan oleh perdarahan akut, gejala
17
yang terjadi dapat lebih berat dan mengancam jiwa seperti penurunan
kesadaran, gangguan irama jantung, gagal jantung dan kematian. (SpPK,
2014)

Anemia dapat dikenali dari gejala-gejala berikut ini:

1. Badan terasa lemas dan cepat lelah.


2. Kulit terlihat pucat atau kekuningan.
3. Detak jantung tidak beraturan.
4. Napas pendek.
5. Pusing dan berkunang-kunang.
6. Nyeri dada.
7. Tangan dan kaki terasa dingin.
8. Sakit kepala.
9. Sulit Berkonsentrasi.
10. Insomnia.
11. Kaki kram.

Pada awalnya, gejala anemia sering kali tidak disadari oleh penderita.
Gejala anemia akan semakin terasa apabila kondisi yang diderita semakin
memburuk. Konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan jika seseorang
kerap merasakan lelah tanpa sebab yang jelas. (marianti, 2017)

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik, maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium pada
orang dengan gejala dan tanda anemia. Pemeriksaan laboratorium ini
berguna untuk menentukan ada atau tidaknya anemia
(menegakkan diagnosis anemia), mencari penyebab anemia dan untuk
memantau keberhasilan pengobatan (respon terapui) pada penderita
anemia.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :

18
1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
2. Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41%)
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak
(pada anemia aplastik)

Pada pemeriksaan fisik ditemui :

1. Keadaan umum : Pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala, demam,


dispnea, vertigo, sensitif terhadap dingin, berat badan menurun.
2. Kulit : Kulit kering, kuku rapuh.
3. Mata : Penglihatan kabur, perdarahan retina.
4. Telinga : Vertigo, tinitus.
5. Mulut : Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis.
6. Paru – paru : Dispneu.
7. Kardiovaskuler : Takikardi, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung.
8. Gastrointestinal : Anoreksia.
9. Muskuloskletal : Nyeri pinggang, nyeri sendi.
10. System persyarafan : Nyeri kepala, bingung, mental depresi, cemas

H. Penatalaksanaan medis
1. Medikamentosa
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat)
dosis 4-6 mg besielemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan
di antara waktu makan. Preparat besiini diberikan sampai 2-3 bulan
setelah kadar hemoglobin normal. Asam askorbat 100mg/15 mg besi
elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).

a. Pemberian preparat besi peroral


Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan
suksinat. Yang seringdipakai adalah ferrous sulfat karena harganya

19
lebih murah. Untuk bayi tersedia preparat besi berupa tetes (drop).
Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besiyang dipakai
adalah 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-
3dosis sehari. Preparat besi ini harus diberikan selama 2 bulan
setelah anemia pada penderita teratasi.
b. Pemberian preparat besi parenteral
Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa sakit
dan harganya mahal.Dapat menyebabkan limfadenopati regional
dan reaksi alergi. Kemampuan untuk menaikkan kadar Hb tidak
lebih baik dibanding peroral. Preparat yang seringdipakai adalah
dekstran besi. Larutan ini mengandung 50 mg besi. Dosis
dihitung berdasarkan : Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang
diinginkan (g/dl) x 2,5.
c. Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya
diberikan pada keadaananemia yang sangat berat atau yang disertai
infeksi yang dapat mempengaruhirespon terapi. Pemberian PRC
dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukupuntuk
menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu
respon terapi besi. Secara umum, untuk penderita anemia berat
dengan kadar Hb.

2. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti
perdarahan.

3. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi
tinggi yang bersumber darihewani (limfa,hati, daging) dan nabati
(bayam,kacang-kacangan). Prinsip penatalaksanaan anemia adalah
mengetahui factor penyebab dan mengatasinya serta memberikan terapi
penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85% penyebab anemia

20
dapat diketahui sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan tepat.
Pemberian preparat Fe dapatsecara peroral atau parentral. Pemberian
peroral lebih aman, murah dan samaefektifnya dengan pemberian
secara parenteral. Pemberian secara parenteral dilakukan pada
penderita yang tidak dapat memakan obat oleh karena terdapat
gangguan pencernaan

I. Komplikasi

Jika tidak diobati, anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi,


seperti:

a. Kelelahan berat.
Ketika anemia cukup parah, Anda mungkin begitu lelah sehingga
Anda tidak dapat menyelesaikan tugas sehari-hari. Anda mungkin
terlalu lelah untuk bekerja atau bermain.

b. Masalah jantung.
Anemia dapat menyebabkan denyut jantung yang cepat atau tidak
teratur – yang disebut aritmia. Jantung Anda harus memompa lebih
banyak darah untuk mengkompensasi kekurangan oksigen dalam darah
ketika Anda anemia. Hal ini bahkan dapat menyebabkan gagal jantung
kongestif.

c. Kematian.
Beberapa anemia yang diwariskan, seperti anemia sel sabit, bisa
serius dan menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.
Kehilangan banyak darah dengan cepat menyebabkan anemia berat dan
bisa berakibat fatal. (Samiadi, 2019)

d. Komplikasi dan gangguan kehamilan.


Wanita hamil yang kekurangan asam folat berisiko mengalami
gangguan kehamilan dan perkembangan janin. Selain itu, anemia juga

21
dapat menyebabkan sang ibu mengalami depresi pasca kelahiran
melahirkan dan gangguan pada bayi yang dilahirkan, seperti:
1) Kelahiran prematur sebelum minggu 37.
2) Berat badan di bawah normal.
3) Masalah pada kandungan zat besi dalam darah.
4) Hasil tes kemampuan mental yang kurang. (marianti, 2017)
5)

J. Konsep dasar keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itudiperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah klien sehingga dapatmemberikan arah terhadap
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien.
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, no. register, tanggalMRS, diagnosa
medis.
2) Keluhan utama.
Meliputi keluhan yang paling dirasakan pasien, pada kasus
anemia biasanya pasien mengeluhkan lemas, lesu dan pusing.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti
yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang
dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah
mengalami hal yang mencetus terjadinya anemia, Apakah

22
pasien dulu pernah mengalami perdarahan hebat. Dan
apakah pasien dulu pernah kekurangan makanan yang
mengandung asam folfat, Fe.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit
anemia merupakan salahsatu faktor predisposisi terjadinya
anemia, sering terjadi pada beberapaketurunan, dan anemia
defisiensi besi yang cenderung diturunkan secaragenetik.

b. Dasar data pengkajian pasien


1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala :
(1) Keletihan, kelemahan, malaise umum.
(2) Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk
bekerja
(3) Toleransi terhadap latihan ringan.
(4) Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
b) Tanda :
(1) Takikardia/takipnea, dispnea pada bekerja atau
istirahat
(2) Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik
pada sekitarnya
(3) Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
(4) Ataksia, tubuh tidak tegak
(5) Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan
tanda-tanda lain yangmenunjukkan keletihan
2) Sirkulasi
a) Gejala :
(1) Riwayat kehilangan darah kronis, mis, perdarahan GI
kronis, menstruasi berat(DB),angina, CHF (akibat
kerja jantung berlebihan)
(2) Riwayat endokarditis infektif kronis

23
(3) Palpitasi (takikardia kompensasi)
c) Tanda :
(1) TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan
tekanan nadi melebar,hipotensi postural
(2) Disritmia Abnormalitas EKG, misl. depresi segmen
ST dan pendataran atau depresigelombang T :
takikardia
(3) Bunyi jantung : Murmur sistolik (DB)
(4) Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membran
mukosa (konjungtiva, mulut,faring, bibir) dan dasar
kuku (Catatan : pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampaksebagai keabu-abuan); kulit seperti berlilin,
pucat (aplastik, AP) atau kuning lemonterang (PA)
(5) Sklera : Biru atau putih seperti mutiara (DB)
(6) Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke
perifer dan vasokonstriksikompensasi)
(7) Kuku : Mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB)
(8) Rambut : Kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban
secara prematur (AP)
2)
3) Integritas ego
a) Gejala :
(1) Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, missal : penolakan transfusi darah
d) Tanda :
(1) Depresi

4) Eliminasi
a) Gejala :
(1) Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
(2) Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB)

24
(3) Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
(4) Diare dan konstipasi
(5) Penurunan haluaran urine
b) Tanda :
(1) Detensi abdomen

6) Makanan/cairan
a) Gejala :
(1) Penurunan pemasukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi
(2) Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring)
(3) Mual/muntah dyspepsia, anoreksia
(4) Tidak pernah puas mengunyah atau jika untuk es, kotoran,
tepung jagung, cat tanahliat dan sebagainya
b) Tanda :
(1) Lidah tampak merah daging/halus, defisiensi asam folat
dan vitamin B12.
(2) Membrane mukosa kering dan pucat
(3) Turgor kulit : buruk, kering, tampak kusut/hilang
elastisitas
(4) Stomatitis dan glossitis (status defisiensi)
(5) Bibir : Selitis, mis. Inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah.
7) Higiena
a) Gejala :
(1) Sakit kepala berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,
ketidakmampuan berkonsentrasi.
b) Tanda :
(1) Kurang bertenaga, penampilan tidak rapih
8) Neurosensory
a) Gejala :

25
(1) Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada
mata.
(2) Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah, parestesia
tangan/kaki
(3) Sensasi menjadi dingin
b) Tanda :
(1) Pekarangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis
(2) Mental tak mampu berespon lambat dan dangkal
(3) Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP)
(4) Epistaksis perdarahan dari lubang-lubang (taplastik)
(5) Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan
posisi, tanda Romberg positif, paralisis (AP)
9) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala :
(1) Nyeri abdomen samar, sakit kepala (DB)
10) Pernafasan
a) Gejala :
(1) Riwayat TB, abses paru
(2) Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas
b) Tanda :
(1) Takipnea, ortopnea dan dispnea

11) Keamanan
a) Gejala :
(1) Riwayat pekerjaan terpapr bahan kimia, mis. Benzene,
insektisida, fenilbutazon, naftalen.
(2) Riwayat terpapar pada radiasi baik sebagai pengobatan
atau kecelakaan
(3) Riwayat kanker, terapi kanker
(4) Tidak toleran terhadap dingin dan atau panas
(5) Transfuse darah sebelumnya
(6) Gangguan penglihatan

26
(7) Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
b) Tanda :
(1) Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
(2) Limfadenopati umum
(3) Petekie dan ekimosis (aplastik)
12) Seksualitas
a) Gejala :
(1) Perubahan aliran menstruasi, mis. Menoragin atau
amenore (DB)
(2) Hilang libido (pria dan wanita)
(3) Impoten
b) Tanda :
(1) Serviks dan dinding vagina pucat

c. Pemeriksaan SADT
Sediaan apus darah tepi memperlihatkan sel-sel eritrosit
bersifat hipokrom,mikrositik,kadang ditemukan target cell dan
poikilosit berbentuk pensil/ pecil cell. Jumlah retikulosit rendah
sebanding dengan derajat anemia.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Anemis, tidak disertai ikterus.
2) Organomegali dan limphadenopati.
3) Stomatitis angularis, atrofi papil lidah.
4) Ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa
pembesaran jantung.

2. Diagnosa keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai oksigen dan kebutuhan
b. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologis.

27
c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen/nutrient ke sel
d. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
kerja jantung
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat; salah interpretasi informasi; tidak mengenal
sumber informasi.
f. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan pemasukan
diet; perubahan proses pencernaan; efek terapi obat.
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan
mencerna makanan / absorpsi nutrient yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah.

3. Intervensi
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai oksigen dan kebutuhan
1) Kaji kemampuan ADL pasien

2) Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan


dan kelemahan otot.

3) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas

4) Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi


suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.

5) Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien


istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan
pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa
memaksakan diri).

28
b. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologis.
1) Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan
warna, hangat local, eritema, ekskoriasi.
2) Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila
pasien tidak bergerak atau ditempat tidur.

3) Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi


penggunaan sabun.

4) Bantu untuk latihan rentang gerak.

5) Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang,


kasur tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal
sesuai indikasi. (kolaborasi)

c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen/nutrient ke sel.

1) Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna


kulit/membrane mukosa, dasar kuku.

2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi

3) Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas


perhatikan bunyi adventisius.

4) Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.


5) Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas.
Ukur suhu air mandi dengan thermometer
6) Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium.
Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah
sesuai indikasi
7) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

29
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat; salah interpretasi informasi; tidak mengenal
sumber informasi.

1) Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan


kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya
anemia.

2) Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic


3) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya
4) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan
kondisinya sekarang

5) Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet


makanan nya
6) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang
materi yang telah diberikan.

e. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan pemasukan


diet; perubahan proses pencernaan; efek terapi obat.
1) Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah
2) Auskultasi bunyi usus
3) Awasi intake dan output (makanan dan cairan
4) Dorong masukkan cairan 2500
5) 3000 ml/hari dalam toleransi jantung
6) Hindari makanan yang membentuk gas

7) Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan


kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan
perianal setiap defekasi bila terjadi diare.

8) Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi


serat dan bulk.

9) Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif


pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau

30
keefektifan. (kolaborasi).

10) Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat


Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat
mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan
mencerna makanan / absorpsi nutrient yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah.
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
2) Observasi dan catat masukkan makanan pasien

3) Timbang berat badan setiap hari

4) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau


makan diantara waktumakan

5) Obsvasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan


gejala lain yang berhubungan

6) Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum


dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk
penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di
encerkan bila mukosa oral luka
7) Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet
8) Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium
9) Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi

31
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah Anda
lebih rendah dari jumlah normal. Anemia juga bisa terjadi jika sel-sel darah
merah tidak mengandung cukup hemoglobin. Hemoglobin adalah protein kaya
zat besi yang memberikan warna merah darah. Protein ini membantu sel-sel
darah merah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
Masyarakat lebih mengenal dengan istilah kurang darah, kurang darah
dan darah rendah sangat berbeda. Darah rendah adalah keadaan dimana
rendahnya tekanan darah dalam tubuh sedangkan kurang darah adalah
kurangnya sel darah merah dalam tubuh seperti yang sudah disebutkan diatas

B. SARAN

Untuk lebih meningkatkan pemahaman dalam membaca makalah ini,


dibutuhkan konsentrasi dan kerja keras agar didapatkan ilmu pengetahuan yang
lebih.

32
DAFTAR PUSTAKA
adrian, d. k. (2017, november 18). pembengkakan limpa bisa jadi tanda penyakit serius ini
lho. Retrieved from www.alodokter.com:
https://www.alodokter.com/pembengkakan-limpa-bisa-jadi-tanda-penyakit-serius-
ini-lho

Aguilar, T. (2014, april 15). Anemia karena perdarahan hebat. Retrieved from
www.scribd.com: https://www.scribd.com/doc/218390768/Anemia-Karena-
Perdarahan-Hebat

Ayunda, A. (2016, agustus 28). bab ii anemia. Retrieved from www.academia.edu:


https://www.academia.edu/9997069/BAB_II_ANEMIA

inu, d. s. (2019, juli 6). anemia pengertian penyebab dan gejala anemia. Retrieved from
www.honestdoc.id: https://www.honestdocs.id/anemia-pengertian-penyebab-dan-
gejala-anemia

kurniadi, R. (2012, maret 14). Askep Anemia Nanda NIC NOC. Retrieved from
www.academia.edu:
https://www.academia.edu/28444149/ASKEP_ANEMIA_NANDA_NOC_NIC

marianti, d. (2017, mei 4). anemia. Retrieved from www.alodokter.com:


https://www.alodokter.com/anemia

rosyadi, H. (2015, oktober 6). askep anemia. Retrieved from satujam.com:


https://satujam.com/askep-anemia/

Samiadi, A. (2019, juni 24). anemia. Retrieved from hallosehat.com:


https://hellosehat.com/penyakit/anemia/

setiawan, d. v. (2019, maret 28). thalassemia. Retrieved from www.honestdocs.id:


https://www.honestdocs.id/thalasemia

SpPK, d. f. (2014, februari 12). Kenali jenis anemia. Retrieved from awalbros.com:
http://awalbros.com/patologi-klinik/kenali-jenis-anemia/

33

Anda mungkin juga menyukai