FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan tutorial ini tentang “Modul Pucat”.
Akhir kata kami berharap semoga laporan tutorial “Modul Pucat” ini
dapat dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.
Kelompok 8C
A. SKENARIO 8
Anak laki-laki berusia empat tahun lima bulan diantar oleh ibunya ke
Unit Gawat Darurat rumah sakit dengan keluhan pucat yang dialami satu
minggu. Anamnesis didapatkan ada demam selama 2 minggu, ada riwayat
kontak dengan penderita TB yaitu kakeknya. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan: Tanda vital nadi 112 kali/menit, tekanan darah 100/60 mmHg,
Suhu 38oC, ada limfadenopati di regio coli dekstra, tidak ada
hepatosplenomegali. Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hb 7,3 g/dL
MCV 68 fl
MCH 23 pg
MCHC 25%
Leukosit 13.500/mm3
Trombosit 225.000/mm3
Retikulosit 0,4%
B. KATA SULIT
1) Limfadenopati : penyakit kelenjar getah bening, biasanya dengan
pembengkakan; disebut juga adenopathy. 1
2) MCH : (mean corpuscular hemoglobin) adalah perhitungan jumlah
hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah, yang didapatkan dari
rumus: MCH = [Hb (g/dL)/RBC (million/cmm)] pg. 1
3) MCV: (mean corpuscular volume) volume rerata eritrosit, secara
konvensional difunjukkan dalam mikrometer kubik atau femtoliter per sel
darah merah.1
4) MCHC: (mean corpuscular hemoglobin concentration) adalah
perhitungan rata-rata konsentrasi hemoglobin dalam satu sel darah
merah, yang didapatkan dari perhitungan: MCHC = [Hb (g/dL)/HCT
(5%)] g/dl/.1
5) Hepatosplenomegali: karakteristik kejadian tifoid abdominalis pada
anak.2
C. KALIMAT KUNCI
1) Anak laki laki berusia 4 tahun 5 bulan.
2) Keluhan: pucat selama seminggu.
3) Demam selama 2 minggu.
4) Riwayat: kontak penderita TB.
5) Tanda vital nadi 112 kali/menit, tekanan darah 100/60 mmHg, Suhu
38oC.
6) ada limfadenopati di regio coli dekstra.
7) tidak ada hepatosplenomegali.
8) Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hb 7,3 g/dL
MCV 68 fl
MCH 23 pg
MCHC 25%
Leukosit 13.500/mm3
Trombosit 225.000/mm3
Retikulosit 0,4%
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dapat menjelaskan konsep dasar imunologi.
2. Dapat menjelaskan patomekanisme terjadinya krusta.
3. Dapat menjelaskan tentang proses inflamasi yang terjadi pada
jaringan.
4. Dapat menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh.
5. Dapat menjelaskan klasifikasi hipersensitivitas.
6. Dapat menjelaskan perspektif Islam yang berhubungan dengan
skenario yang ada.
E. PERTANYAAN
1. Bagaimana patomekanisme pucat, demam, limfadenopati serta
hubungan antara ketiganya?
2. Jelaskan interpretasi hasil pemerikasaan lab dari pasien?
3. Apa jenis anemia yang mungkin dialami pasien?
4. Jelaskan metabolisme dan pembentukan sel darah merah!
5. Apa hubungan keluhan pasien dengan riwayat kontak penderita TB?
6. Bagaimana tatalaksana & pemerikasaan penunjang dari skenario?
7. Perspektif islam dalam skenario?
F. JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana patomekanisme pucat, demam, limfadenopati serta
hubungan antara ketiganya?
1) Patomekanisme pucat
Pucat adalah kondisi saat kecerahan warna kulit berubah
menjadi tidak normal. Kulit pucat kadang tampak pada seluruh tubuh,
tapi lebih sering terjadi pada salah satu bagian tubuh seperti muka
pucat, wajah pucat, atau bibir pucat.Pucat umumnya disebabkan
berkurangnya aliran darah, seperti saat tubuh pingsan atau shock.
Muka pucat dapat juga menjadi gejala kurang darah atau
berkurangnya sel darah merah/anemia.Ada kalanya pucat menjadi
reaksi dari emosi tertentu seperti ketakutan. Namun bisa juga
menjadi gejala gangguan kesehatan serius seperti infeksi pembuluh
darah, anemia parah, atau frostbite/radang dingin. Pucat dapat
muncul sebagai gejala tersendiri, tapi juga dapat disertai gejala lain
seperti pusing, demam, pingsan, napas sesak, detak jantung tidak
beraturan, hingga lemas.2
2) Patomekanisme demam
Demam adalah keadaan dimana temperatur rektal >38 ̊C. suhu
normal rektal pada anak berumur kurang dari 3 tahun sampai 38 C
̊ ,
suhu normal oral sampai 37,5 ̊C. Pada anak berumur lebih dari 3
tahun suhu oral normal sampai 37,2 ̊C , suhu rektal normal sampai
37,8 C
̊ . Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang
diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap
toksin bakteri, peradangan, dan rangsang pirogenik lain. Bila produksi
sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat
ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh secara
keseluruhan; tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka
sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik
tersebut sejauh ini belum diketahui. 24
Mekanisme demam sebagai respons terhadap rangsangan
pirogenik,maka monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer mengeluarkan
suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (IL-1, TNFα,
IL-6 dan interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi
hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus
mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di suhu
tubuh normal. Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik
patokan menjadi 38,9 0C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal
prademam sebesar 37 0C terlalu dingin, dan organ ini memicu
mekanisme-mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu
tubuh. Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa
peningkatan suhu tubuh berhubungan langsung dengan tingkat
sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang.
Rangsangan eksogen seperti eksotoksin dan endotoksin
Penyebab
Karakteristik
Diagnostik
● Infeksi Tuberkulosis
Dapat dilihat pada tabel diatas salah satu penyebab pasien yang
terkena limfadenopati dengan keluhan yang dialami yakni demam
terjadi akibat terinfeksi dari penyakit tuberkulosis yang dimana pasien
pernah kontak langsung bersama dengan pasien lain yang sudah
terkena penyakit tuberkulosis.4
2) MCV = 68 fl
Hal ini menunjukkan volume rata-rata sel darah merah dalam darah
pasien. Nilai normal MCV adalah 80-100 fl 2. Pasien memiliki MCV yang
rendah, yang menunjukkan mikrositosis (sel darah merah berukuran lebih
kecil dari normal).
3) MCH = 23 pg
Hal ini menunjukkan massa rata-rata hemoglobin dalam satu sel darah
merah pasien. Nilai normal MCH adalah 27-31 pg 3. Pasien memiliki MCH
yang rendah, yang menunjukkan hipokromia (sel darah merah
mengandung hemoglobin lebih sedikit dari normal).
4) MCHC = 25%
Hal ini menunjukkan konsentrasi rata-rata hemoglobin dalam satu sel
darah merah pasien. Nilai normal MCHC adalah 32-36% 4. Pasien memiliki
MCHC yang rendah, yang menunjukkan hipokromia (sel darah merah
mengandung hemoglobin lebih sedikit dari normal).
5) Leukosit = 13500/mm^3
Hal ini menunjukkan jumlah sel darah putih (yang bertugas melawan
infeksi) dalam darah pasien. Nilai normal leukosit adalah
4000-11000/mm^3. Pasien memiliki leukosit yang tinggi, yang
menunjukkan leukositosis (peningkatan jumlah sel darah putih).
4
Leukositosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi,
inflamasi, alergi, stres, trauma, atau penyakit darah.
6) Trombosit = 225000/mm^3
Hal ini menunjukkan jumlah trombosit (yang bertugas membantu
pembekuan darah) dalam darah pasien. Nilai normal trombosit adalah
150000-450000/mm^35. Pasien memiliki trombosit yang normal, yang
menunjukkan tidak ada gangguan pada fungsi pembekuan darah.
7) Retikulosit = 0.4%
Hal ini menunjukkan persentase sel darah merah muda (yang belum
matang) dalam darah pasien. Nilai normal retikulosit adalah 0.5-1.5% 6.
Pasien memiliki retikulosit yang rendah, yang menunjukkan
retikulositopenia (penurunan produksi sel darah merah di sumsum tulang).
Kesimpulan dari hasil pemeriksaan lab pasien adalah pasien mengalami anemia
mikrositik hipokromik, yaitu jenis anemia yang ditandai dengan sel darah merah
berukuran lebih kecil dan mengandung hemoglobin lebih sedikit dari normal.
Anemia mikrositik hipokromik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, tetapi yang
paling umum adalah defisiensi besi (kekurangan zat besi dalam tubuh). Defisiensi
besi dapat terjadi akibat asupan zat besi yang tidak cukup, penyerapan zat besi
yang terganggu, kehilangan darah kronis, atau penyakit kronis.
6
3. Apa jenis anemia yang mungkin dialami pasien?
Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga
jenis anemia:
a) Anemia normositik normokrom.
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan
akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada
sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan
perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak:
MCV 73 – 101 fl, MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan
ukuran eritrosit.
b) Anemia makrositik hiperkrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan
hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks
eritrosit pada anak MCV > 73 fl,MCH=>31pg,MCHC=> 35 %).
Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam
folat), serta anemia (penyakit hati, dan myelodisplasia)
c) Anemia mikrositik hipokrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan
mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks
eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %).
Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
Committed stem cells yang berbeda, bila dibiakkan dalam kultur, akan
menghasilkan koloni tipe sel darah yang spesifik. Suatu committed stem
cells yang menghasilkan eritrosit disebut colony forming unit -
erythrocyte (unit pembentuk koloni - eritrosit) dan singkatan CFU-E
digunakan untuk menandai jenis sel punca ini. Demikian pula, unit yang
membentuk koloni granulosit dan monosit ditandai dengan singkatan
CFU-GM, dan seterusnya.
Pertumbuhan dan reproduksi berbagai sel punca diatur oleh
bermacam-macam protein yang disebut penginduksi pertumbuhan.
Telah dikemukakan sedikitnya empat penginduksi pertumbuhan yang
utama dan masing masing memiliki karakteristik tersendiri. Salah
satunya adalah interleukin-3, yang memulai pertumbuhan dan
reproduksi hampir semua tipe committed stem cells yang berbeda,
sedangkan yang lain hanya menginduksi pertumbuhan pada tipe sel
yang spesifik.
Eritrosit matur adalah salah satu dari beberapa struktur seluler di tubuh
manusia yang dimulai sebagai sel berinti dan menjadi sel tidak berinti.
Perkembangan ini terjadi di sumsum tulang selama 5 hari karena setiap sel
prekursor melewati tiga divisi berturut-turut, menghasilkan sel darah merah
yang lebih kecil dan lebih padat. Beberapa perubahan eritrosit, yaitu: ukuran
sel mengecil, rasio nukleus : sitoplasma (N:S) berkurang, inti kromatin
menjadi lebih padat, dan warna sitoplasma diubah ketika hemoglobinisasi
menjadi lebih jelas. Di sumsum tulang, eritrosit pada berbagai tahap
pematangan tampaknya mengelompok di area spesifik, yaitu pulau
eritroblastik, mudah diidentifikasi pada aspirasi sumsum tulang dengan
petunjuk morfologis eritropoiesis, dimana inti sangat bulat dikombinasikan
dengan sitoplasma basofilik. Eritropoiesis pada dewasa terjadi di sumsum
tulang yang terletak di sternum dan krista iliaka, sedangkan eritropoiesis
pada anak-anak terjadi pada tulang panjang dan sternum.
b) Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis anemia defisiensi besi dapat ditegakkan bila cadangan
besi dan kadar hemoglobin dua standar deviasi di bawah normal
berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tes laboratorium yang dapat
Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi pada Anak
Usia 0 – 18 Tahun digunakan untuk diagnosis anemia defisiensi
besi antara lain darah perifer lengkap, apusan darah tepi,
retikulosit, ureum, kreatinin, serum iron, total iron binding capacity
(TIBC), transferrin saturation index, ferritin, serum soluble
transferrin receptor level (jarang digunakan), free erythrocyte
protoporphyrin
(jarang). Pada bayi kurang dari enam bulan, kadar hemoglobin
rendah disebabkan oleh adanya anemia fisiologis namun
tidak diharapkan berada pada nilai di bawah 9 mg/dL. WHO
mengklasifikasikan anemia menjadi anemia ringan, sedang, dan
berat. Saat jumlah hemoglobin dalam satu eritrosit berkurang,
eritrosit akan berukuran lebih kecil dan lebih pucat. Hal ini
bermanifestasi pada turunnya mean erythrocyte volume (MCV)
dan meancorpuscular hemoglobin (MCH). Pada apusan darah
tepi, eritrosit tampak mikrositik hipokrom. MCV dan MCH paralel
satu sama lain; yang artinya eritrosit yang mikrositik akan
hipokromik pula.
7. Perspektif islam dalam skenario?
Syihab dan dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, Ibnu
Mas’ud radhiallahu ‘anhu pernah berkata, “Demam adalah bagian
jatah seorang mukmin dari neraka.” Bahkan sakit demam pun juga
pernah dirasakan oleh Rasulullah sendiri, hingga panasnya dua kali
lipat panas dari demam manusia kebanyakan.
Abu Sa’id Al-Khudri RA berkata, “Aku pernah mengunjungi
Rasulullah yang saat itu sedang sakit. Kemudian Aku letakkan
tanganku di atas selimut Rasulullah, aku dapati panasnya (sangat
panas karena yang disentuh adalah selimutnya, bukan badannya).
Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, betapa beratnya demam ini!’ Lalu
Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya kami para nabi, diberi ujian
yang sangat berat, sehingga pahala kami dilipat gandakan.’ Abu Said
pun bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling
berat ujiannya?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Para nabi, kemudian
orang saleh. Sungguh ada di antara mereka yang diuji dengan
kemiskinan, sehingga harta yang dimiliki tinggal baju yang dia
gunakan. Sungguh para nabi dan orang saleh itu, lebih bangga
dengan ujian yang dideritanya, melebihi kegembiraan kalian ketika
mendapat rezeki.’ (HR. Al-Baihaqi).
Oleh karena itu, dengan melihat dari hadis tersebut, kita sebaiknya
tidak mencela penyakit demam yang kita atau orang lain rasakan,
karena sesungguhnya demam dapat menjadi perantara untuk
menghilangkan dosa-dosa manusia.(22)
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, WA. 2015. Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 29. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
2. Refrensi: Arika, N. S. (2022). Gambaran Karakteristik Tifoid Abdominalis pada Anak di
Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia periode Januari 2019-Januari
2022 (Doctoral dissertation, Universitas Kristen Indonesia).\
3.