Disusun oleh
Jurusan keperawatan
Tahun 2022
Kata pengantar
Penulis menucapkan puji syukur kepada tuhan yang maha esa karena
berkat karunia dan rahmat nya menjadi motivasi tertinggi penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
1. Usman M.Kep
2. Rekan-rekan mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak.
Penyusun
Daftar isi
Kata pengantar.........................................................................................................2
Daftar isi...................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................8
Daftar Pustaka..........................................................................................................9
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Menurut Work Health Organization (WHO, 2016) mengatakan
bahwa anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam
darah lebih rendah daripada normal untuk kelompok orang menurut umur
dan jenis kelamin.
Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar
32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya
aktifitas fisik.
Hemofilia adalah gangguan pendarahan yang disebabkan oleh
defisiensi herediter dan faktor darah esensial untuk koagulasi
(Wong,2003).
Diperkirakan terdapat sekitar 400.000 penderita hemofilia di
seluruh dunia. Di Indonesia, sampai dengan akhir 2018 pasien hemofilia
tercatat sebanyak 2098 orang berdasarkan data Himpunan Masyarakat
Hemofilia Indonesia (HMHI), yang diperkirakan hanya 10% dari total
estimasi pasien, yaitu 20.000-25.000 kasus.
B. Rumusan masalah
Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien anemia dan
hemofilia?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien anemia
dan hemofilia.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian anemia
b. Untuk mengetahui anatomi fisiologi anemia
c. Untuk mengetahui etiologic anemia
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia
e. untuk mengetahui patofisiologi anemia
f. untuk mengetahui pathway anemia
g. untuk mengetahui klasifikasi anemia
h. untuk mengetahui penatalaksanaan anemia
i. untuk mengetahui komplikasi anemia
j. Untuk mengetahui pengertian hemofilia
k. Untuk mengetahui anatomi fisiologi hemofilia
l. Untuk mengetahui etiologic hemofilia
m. Untuk mengetahui tanda dan gejala hemofilia
n. untuk mengetahui patofisiologi hemofilia
o. untuk mengetahui pathway hemofilia
p. untuk mengetahui klasifikasi hemofilia
q. untuk mengetahui penatalaksanaan hemofilia
r. untuk mengetahui komplikasi hemofilia
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian anemia
Anemia adalah ketika jumlah darah merah yang berfungsi
membawa oksigin mengalami penurunan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis tubuh.Kebutuhan fisiologis spesifik bervariasi pada manusia dan
tergantung dari usia, jenis kelamin,dan tahap ketinggian tempat tinggal
dari permukaan laut ( Wijoyono 2018 ).
Anemia dalam bahasa Yunani : anaimia yang artinya Av-an (tidak
ada ) dan haima (darah).Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau hemoglobin (protein pembawa Oksigen) dalam darah merah
berada dibawah dibawah normal.sel darah merah mengandung hemoglobin
yang memungkinkan mereka mengangkut oksigin dari paru – paru dan
mengantarnya ke seluru bagian tubuh (Hadianah dan suprapto, 2014)
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah
salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk
mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh.
Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya.
Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan ototakan menyebabkan
gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam
melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat
besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu
gejala yang harus dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan
sesuai dengan penyebabnya.
Menurut Work Health Organization (WHO, 2016) mengatakan
bahwa anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam
darah lebih rendah daripada normal untuk kelompok orang menurut umur
dan jenis kelamin.
B. anatomi fisiologi anemia
Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan
tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm),
tidak dapat bergerak. Banyaknya kira–kira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2
juta).Warnanya kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu
zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di
dalamnya banyak mengandung oksigen. Eritrosit terbungkus dalam
membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan
flexible, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapilar (pembuluh
darah terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul
hemoglobin, sejenis pernafasan yang mengikat oksigen. Volume
hemoglobin mencapai sepertiga volume sel. Hemoglobin adalah protein
pigmen yang memberi warna merah pada darah. Setiap hemoglobin terdiri
dari protein yang disebut globin dan pigmen nonprotein yang disebut
heme. Setiap heme berikatan dengan rantai polipeptida yang mengandung
besi (Fe2+). Funsi utama hemoglobin adalah mengangkut oksigen dari
paru-paru membentuk oksihemoglobin.Fungsi sel darah merah adalah
mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan
tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan
melalui paru–paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan
oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut
oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hboksigen) jadi oksigen diangkut dari
seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di
jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb
tadi akan bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida
hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon dioksida) yang mana
karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru. Sel darah merah
(eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang merah, limpa dan hati.
Pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di
sumsum tulang. Pembentukannya diatur oleh suatu hormon glikoprotein
yang disebut dengan eritropoietin. Sel pertama yang diketahui sebagai
rangkaian pembentukan eritrosit disebut Proeritroblas. Dengan rangsangan
yang sesuai maka dari sel-sel tunas (stem cell) ini dapat dibentuk banyak
sekali sel. Proeritoblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel
baru dari generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab
dapat di cat dengan zat warna basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali
hemoglobin. Pada tahap berikutnya akan terbentuk cukup hemoglobin
yang disebut Polikromatofil eritroblas. Sesudah terjadi pembelahan
berikutnya maka akan terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin. Sel-sel ini
disebut Ortokromatik eritroblas dimana warnanya menjadi merah.
Akhirnya bila sitplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin
hingga mencapai konsentrasi kurang lebih 34%, nukleus akan memadat
sampai ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel. Sel-sel ini di sebut
retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu sampai
dua hari setelah di lepaskan dari sumsum tulang dan siap diedarkan dalam
sirkulasi darah, yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama kebih
kurang 114 - 115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari
eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang
mengandung zat besi (Fe) yang berguna untuk membuat eritrosit baru dan
hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam eritrisit yang berguna
untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida. Eritrosit yang telah tua akan
dimakan oleh sel-sel fagosit yang ada di dalam hati dan limpa. Di dalam
hati hemoglobin akan di ubah menjadi pigmen empedu (Bilirubin) yang
berwarna kehijauan.Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 – 15
gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0
mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari
asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan diit
seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa
berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah.
Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang
biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang melisis
eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit tergangu Sel darah merah
(eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan tidak mempunyai inti.
Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat bergerak.
Banyaknya kira–kira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2 juta). Warnanya kuning
kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak
mengandung oksigen. Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan
permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan flexible, sehingga
memungkinkan eritrosit menembus kapilar (pembuluh darah terkecil).
Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis
pernafasan yang mengikat oksigen.Volume hemoglobin mencapai
sepertiga volume sel. Hemoglobin adalah protein pigmen yang memberi
warna merah pada darah. Setiap hemoglobin terdiri dari protein yang
disebut globin dan pigmen non-protein yang disebut heme. Setiap heme
berikatan dengan rantai polipeptida yang mengandung besi (Fe2+). Funsi
utama hemoglobin adalah mengangaku oksigen dari paru-paru membentuk
oksihemoglobin. Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari
paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon
dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–paru.
Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin
yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin (Hb
+ oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai
oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan:
Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya.Hb tadi akan bersenyawa
dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb +
karbon dioksida Hb-karbon dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut
akan dikeluarkan di paru-paru. Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di
dalam sumsum tulang merah, limpa dan hati. Pembentukan eritrosit
disebut juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di sumsum tulang.
Pembentukannya diatur oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut
dengan eritropoietin. Sel pertama yang diketahui sebagai rangkaian
pembentukan eritrosit disebut Proeritroblas. Dengan rangsangan yang
sesuai maka dari sel-sel tunas (stem cell) ini dapat dibentuk banyak sekali
sel. Proeritoblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru dari
generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat di cat
dengan zat warna basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali
hemoglobin.Pada tahap berikutnya akan terbentuk cukup hemoglobin yang
disebut Polikromatofil eritroblas. Sesudah terjadi pembelahan berikutnya
maka akan terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin. Sel-sel ini disebut
Ortokromatik eritroblas dimana warnanya menjadi merah. Akhirnya bila
sitplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin hingga
mencapai konsentrasi kurang lebih 34%, nukleus akan memadat sampai
ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel.Sel-sel ini di sebut
retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu sampai
dua hari setelah di lepaskan dari sumsum tulang dan siap diedarkan dalam
sirkulasi darah, yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama kebih
kurang 114 - 115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari
eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang
mengandung zat besi (Fe) yang berguna untuk membuat eritrosit baru dan
hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam eritrisit yang berguna
untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida. Eritrosit yang telah tua akan
dimakan oleh sel-sel fagosit yang ada di dalam hati dan limpa. Di dalam
hati hemoglobin akan di ubah menjadi pigmen empedu (Bilirubin) yang
berwarna kehijauan. Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 –
15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki
13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri
dari asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan diit
seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa
berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah
merah.Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia,
yang biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang
melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit tergangu.
C. etiologi anemia
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,
folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi
rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah
menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat
besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-
menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus
buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya
dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan
vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi).
Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat
besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit
ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan
penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena
mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing
tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan
darah yang parah.
b. Ektrinsik
- Gangguan sistem imun
- Mikro angiopah
- Infeksi
- Luka bakar
- Hiperplanisme
manifestasi klinis :
- Hemolisis
- Ikterus
- Splenomegali
5. anemia aplastik
Terjadi karena ketidak seimbangan sum-sum tulang untuk
membentuk sel-sel darah.
etiologi :
Penyebabnya bisa kongenital (jarang) idiopatik (kemungkinan
autoimun) LES, kemoterapi, radioterapi, toksin seperti berzen,
foluen, inseklitisid. Obat-obatan seperti keramfenikol, sulfenomid
analgesik, anti epileptik (hidantoin), pasca hepatisis. (Arif Masjoer
2001)
Penyebab menurut Long (1996) antara lain :
1. Kehilangan darah ; akut atau kronis
2. Ketidak seimbangan produksi RBC : aplastic anemia
3. Peningkatan kerusakan RBC hemolesis
a. Turunan : gejala sisa spherocytis, anemia sel sickie,
thelasemia, kekurangan enzim.
b. Sangkitani, auto imune, drug reduced.
4. Kekurangan gizi
a. Kekurangan zat besi
b. Anemia mengarobiastik : kekurangan B12,
kekurangan asam folat
manifestasi klinis :
- Tampak pucat
- Lemah
- Demam
- Perpura
- Perdarahan.
H. penatalaksanaan anemia
I. komplikasi anemia
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. gagal jantung,
2. kejang.
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
Jenis etiologi Manifestasi
Anemia Klinis
Anemia mikrositik
besi
a. anemia Anemia yang disebabkan 1) Perubahan kulit
L. etiologi hemofilia
N. patofisiologi hemofilia
Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi
pada jaringan yang letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang
dapat terjadi kerena gangguan pada tahap pertama, kedua dan ketiga, disini
hanya akan di bahas gangguan pada tahap pertama, dimana tahap pertama
tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme pembekuan yang
terdapat pada hemofili A dan B. Perdarahan mudah terjadi pada hemofilia,
dikarenakan adanya gangguan pembekuan, di awali ketika seseorang
berusia ± 3 bulan atau saat – saat akan mulai merangkak maka akan terjadi
perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-keluhan
berikutnya. Hemofilia juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan
berakibat fatal. Rasionalnya adalah ketika mengalami perdarahan, berarti
terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir
keseluruh tubuh) → darah keluar dari pembuluh. Pembuluh darah
mengerut/ mengecil → Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada
pembuluh→Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu,
mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna→darah
tidak berhenti mengalir keluar pembuluh → perdarahan (normalnya:
Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang - benang
fibrin) yang akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar
pembuluh)
O. pathway hemofilia
P. klasifikasi hemofilia
Q. penatalaksanaan hemofilia
R. komplikasi hemofilia
Penanggung jawabmeliputi :
b. Alasan masuk
c. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : composmentis
GCS : 15 ( E : 4 V: 5 M: 6 )
a) Kepala
b) Mata
c) Telinga
d) Hidung
e) Mulut
f) Leher
i) Abdomen
j) Genetalia
Normal/abnormal
k) Integumen
l) Ekstremitas
m) Punggung
Kesimetrisan punggung warna kulit dan kebersihan
punggung(Poerwati, 2011).
3. Diagnosa keperawatan
4. Intervensi keperwatan
3) status nutrisi.
2. diagnosa keperawatan
a. Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan dan sendi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan akibat
perdarahan ditandai dengan mukosa mulut kering,turgor kulit
lambat kembali.
c. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kelemahan pertahanan
sekunder akibat hemofilia ditandai dengan seringnya terjadi cedera
d. Risiko kerusakan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada sendi
dan jaringan lain.
e. Perubahan proses keluarga b.d anak menderita penyakit serius
3. intervensi keperawatan
DX I
Tujuan/Kriteria hasil: Pasien tidak menderita nyeri atau menurunkan
intensitas atau skala nyeri yang dapat diterima anak.
Intervensi
1) Tanyakan pada klien/keluarga tengtang nyeri yang diderita.
2) Observasi P, Q, R, S, T nyeri.
3) Lakukan manajemen nyeri (distraksi, relaksasi)
4) Evaluasi perubahan perilaku dan psikologi anak.
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
DX II
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan,
mukosa mulut lembab, turgor kulit cepat kembali kurang dari 2 detik
Intervensi
1) Awasi TTV
2) Awasi intake dan output cairan
3) Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak
4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan adekuat
Rasional
1) Perubahan TTV kearah yang abnormal dapat menunjukan
terjadinya peningkatan kehilangan cairan akibat perdarahan / dehidrasi
2) Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian
cairan dan membantu mengevaluasi status cairan
3) Memberikan informasi tentang derajat hipovolemi dan
membantu menentukan intervensi
4) Mempertahankan keseimbangan cairan akibat perdarahan
DX III
Tujuan/Kriteria hasil: Injuri dan komplikasi dapat dihindari/tidak
terjadi
Intervensi
1) Pertahankan keamanan tempat tidur klien, pasang pengaman
pada tempat tidur
2) Hindarkan dari cedera, ringan – berat
3) Awasi setiap gerakan yang memungkinkan terjadinya cedera
4) Anjurkan pada orangtua untuk segera membawa anak ke RS jika
terjadi injuri
5) Jelaskan pada orang tua pentingnya menghindari cedera. 1.
Menurunkan resiko cidera / trauma
Rasional
1) Jaringan rapuh dan gangguan mekanisme pembekuan
menigkatkan resiko perdarahan meskipun cidera /trauma ringan
2) Paien hemofilia mempunyai resiko perdarhan spontan tak
terkontrol sehingga diperlukan pengawasan setiap gerakan yang
memungkinkan terjadinya cidera
3) Identifikasi dini dan pengobatan dapat membatasi beratnya
komplikasi
4) Orang tua dapat mengetahui mamfaat dari pencegahan cidera/
resiko perdarahan dan menghindari injuri dan komplikasi
DXIV
Tujuan/kriteria hasil : Menurunkan resiko kerusakan mobilitas fisik.
Intervensi :
1) Elevasi dan immobilisasikan sendi selama episode perdarahan.
2) Latihan pasif sendi dan otot.
3) Konsultasikan dengan ahli terapi fisik untuk program latihan.
4) Konsultasikandengan perawat kesehatan masyarakat dan terapi
fisik untuk supervisi ke rumah.
5) Kaji kebutuhan untuk manajemen nyeri.
6) Diskusikan diet yang sesuai.
7) Support untuk ke ortopedik dalm rehabilitasi sendi.
BAB IV
Penutup
A. kesimpulan
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin
adalah salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang
berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel
jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan
fungsinya.
Hemofilia adalah gangguan pendarahan yang disebabkan oleh
defisiensi herediter dan faktor darah esensial untuk koagulasi. Hemofilia
merupakan penyakit genetika.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak kesalah serta jauh dari kata sempurna.
Daftar Pustaka
PIPI MAYA KARTIKA, P. I. P. I., and MAYA KARTIKA. Asuhan keperawatan
pada klien Tn. A dengan anemia di ruangan interne pria RSAM Bukittinggi tahun
2016. Diss. Stikes Perintis Padang, 2016.
Herdata, H. N., & Perdana, P. Y. (2020). Terapi Update Hemofilia pada Anak.
Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 3(4), 18-25.