Anda di halaman 1dari 41

Makalah

“Asuhan Keperawatan Anemia dan Hemofilia”

Disusun oleh

1. Muhammad Ikhwan siswanto


2. Riski akbar ramadhan
3. Yulia melda rianti
4. Nuraini

Program studi keperawatan

Jurusan keperawatan

Sekolah tinggi ilmu keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Tahun 2022
Kata pengantar
Penulis menucapkan puji syukur kepada tuhan yang maha esa karena
berkat karunia dan rahmat nya menjadi motivasi tertinggi penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis Menyusun makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan anemia


dan hemofilia” untuk memenuhi tugas tugas mata kuliah keperawatan dewasa
STIK Muhammadiyah Pontianak.

Penulis dalam menyelesaikan makalah ini sering mengalami berbagai


kesulitan tersebut penulis dibantu pihak-pihak terkait. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada pihak-
pihak yang telah memberikan saran dan petunjuk untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan tersebut. Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus itu, penulis
sampaikan kepada :

1. Usman M.Kep
2. Rekan-rekan mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak.

Penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini sehingga


menjadi sempurna. Semoga kritik dan saran yang diberikan akan
menyempurnakan makalah ini, sehingga bermanfaat untuk kita semua.

Pontianak, 17 Oktober 2022

Penyusun
Daftar isi

Kata pengantar.........................................................................................................2

Daftar isi...................................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

BAB III....................................................................................................................8

Daftar Pustaka..........................................................................................................9
BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang
Menurut Work Health Organization (WHO, 2016) mengatakan
bahwa anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam
darah lebih rendah daripada normal untuk kelompok orang menurut umur
dan jenis kelamin.
Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar
32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya
aktifitas fisik.
Hemofilia adalah gangguan pendarahan yang disebabkan oleh
defisiensi herediter dan faktor darah esensial untuk koagulasi
(Wong,2003).
Diperkirakan terdapat sekitar 400.000 penderita hemofilia di
seluruh dunia. Di Indonesia, sampai dengan akhir 2018 pasien hemofilia
tercatat sebanyak 2098 orang berdasarkan data Himpunan Masyarakat
Hemofilia Indonesia (HMHI), yang diperkirakan hanya 10% dari total
estimasi pasien, yaitu 20.000-25.000 kasus.

B. Rumusan masalah
Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien anemia dan
hemofilia?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien anemia
dan hemofilia.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian anemia
b. Untuk mengetahui anatomi fisiologi anemia
c. Untuk mengetahui etiologic anemia
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia
e. untuk mengetahui patofisiologi anemia
f. untuk mengetahui pathway anemia
g. untuk mengetahui klasifikasi anemia
h. untuk mengetahui penatalaksanaan anemia
i. untuk mengetahui komplikasi anemia
j. Untuk mengetahui pengertian hemofilia
k. Untuk mengetahui anatomi fisiologi hemofilia
l. Untuk mengetahui etiologic hemofilia
m. Untuk mengetahui tanda dan gejala hemofilia
n. untuk mengetahui patofisiologi hemofilia
o. untuk mengetahui pathway hemofilia
p. untuk mengetahui klasifikasi hemofilia
q. untuk mengetahui penatalaksanaan hemofilia
r. untuk mengetahui komplikasi hemofilia
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian anemia
Anemia adalah ketika jumlah darah merah yang berfungsi
membawa oksigin mengalami penurunan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis tubuh.Kebutuhan fisiologis spesifik bervariasi pada manusia dan
tergantung dari usia, jenis kelamin,dan tahap ketinggian tempat tinggal
dari permukaan laut ( Wijoyono 2018 ).
Anemia dalam bahasa Yunani : anaimia yang artinya Av-an (tidak
ada ) dan haima (darah).Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau hemoglobin (protein pembawa Oksigen) dalam darah merah
berada dibawah dibawah normal.sel darah merah mengandung hemoglobin
yang memungkinkan mereka mengangkut oksigin dari paru – paru dan
mengantarnya ke seluru bagian tubuh (Hadianah dan suprapto, 2014)
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah
salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk
mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh.
Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya.
Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan ototakan menyebabkan
gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam
melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat
besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu
gejala yang harus dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan
sesuai dengan penyebabnya.
Menurut Work Health Organization (WHO, 2016) mengatakan
bahwa anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam
darah lebih rendah daripada normal untuk kelompok orang menurut umur
dan jenis kelamin.
B. anatomi fisiologi anemia
Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan
tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm),
tidak dapat bergerak. Banyaknya kira–kira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2
juta).Warnanya kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu
zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di
dalamnya banyak mengandung oksigen. Eritrosit terbungkus dalam
membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan
flexible, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapilar (pembuluh
darah terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul
hemoglobin, sejenis pernafasan yang mengikat oksigen. Volume
hemoglobin mencapai sepertiga volume sel. Hemoglobin adalah protein
pigmen yang memberi warna merah pada darah. Setiap hemoglobin terdiri
dari protein yang disebut globin dan pigmen nonprotein yang disebut
heme. Setiap heme berikatan dengan rantai polipeptida yang mengandung
besi (Fe2+). Funsi utama hemoglobin adalah mengangkut oksigen dari
paru-paru membentuk oksihemoglobin.Fungsi sel darah merah adalah
mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan
tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan
melalui paru–paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan
oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut
oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hboksigen) jadi oksigen diangkut dari
seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di
jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb
tadi akan bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida
hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon dioksida) yang mana
karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru. Sel darah merah
(eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang merah, limpa dan hati.
Pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di
sumsum tulang. Pembentukannya diatur oleh suatu hormon glikoprotein
yang disebut dengan eritropoietin. Sel pertama yang diketahui sebagai
rangkaian pembentukan eritrosit disebut Proeritroblas. Dengan rangsangan
yang sesuai maka dari sel-sel tunas (stem cell) ini dapat dibentuk banyak
sekali sel. Proeritoblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel
baru dari generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab
dapat di cat dengan zat warna basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali
hemoglobin. Pada tahap berikutnya akan terbentuk cukup hemoglobin
yang disebut Polikromatofil eritroblas. Sesudah terjadi pembelahan
berikutnya maka akan terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin. Sel-sel ini
disebut Ortokromatik eritroblas dimana warnanya menjadi merah.
Akhirnya bila sitplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin
hingga mencapai konsentrasi kurang lebih 34%, nukleus akan memadat
sampai ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel. Sel-sel ini di sebut
retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu sampai
dua hari setelah di lepaskan dari sumsum tulang dan siap diedarkan dalam
sirkulasi darah, yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama kebih
kurang 114 - 115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari
eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang
mengandung zat besi (Fe) yang berguna untuk membuat eritrosit baru dan
hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam eritrisit yang berguna
untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida. Eritrosit yang telah tua akan
dimakan oleh sel-sel fagosit yang ada di dalam hati dan limpa. Di dalam
hati hemoglobin akan di ubah menjadi pigmen empedu (Bilirubin) yang
berwarna kehijauan.Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 – 15
gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0
mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari
asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan diit
seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa
berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah.
Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang
biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang melisis
eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit tergangu Sel darah merah
(eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan tidak mempunyai inti.
Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat bergerak.
Banyaknya kira–kira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2 juta). Warnanya kuning
kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak
mengandung oksigen. Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan
permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan flexible, sehingga
memungkinkan eritrosit menembus kapilar (pembuluh darah terkecil).
Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis
pernafasan yang mengikat oksigen.Volume hemoglobin mencapai
sepertiga volume sel. Hemoglobin adalah protein pigmen yang memberi
warna merah pada darah. Setiap hemoglobin terdiri dari protein yang
disebut globin dan pigmen non-protein yang disebut heme. Setiap heme
berikatan dengan rantai polipeptida yang mengandung besi (Fe2+). Funsi
utama hemoglobin adalah mengangaku oksigen dari paru-paru membentuk
oksihemoglobin. Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari
paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon
dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–paru.
Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin
yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin (Hb
+ oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai
oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan:
Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya.Hb tadi akan bersenyawa
dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb +
karbon dioksida Hb-karbon dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut
akan dikeluarkan di paru-paru. Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di
dalam sumsum tulang merah, limpa dan hati. Pembentukan eritrosit
disebut juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di sumsum tulang.
Pembentukannya diatur oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut
dengan eritropoietin. Sel pertama yang diketahui sebagai rangkaian
pembentukan eritrosit disebut Proeritroblas. Dengan rangsangan yang
sesuai maka dari sel-sel tunas (stem cell) ini dapat dibentuk banyak sekali
sel. Proeritoblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru dari
generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat di cat
dengan zat warna basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali
hemoglobin.Pada tahap berikutnya akan terbentuk cukup hemoglobin yang
disebut Polikromatofil eritroblas. Sesudah terjadi pembelahan berikutnya
maka akan terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin. Sel-sel ini disebut
Ortokromatik eritroblas dimana warnanya menjadi merah. Akhirnya bila
sitplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin hingga
mencapai konsentrasi kurang lebih 34%, nukleus akan memadat sampai
ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel.Sel-sel ini di sebut
retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu sampai
dua hari setelah di lepaskan dari sumsum tulang dan siap diedarkan dalam
sirkulasi darah, yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama kebih
kurang 114 - 115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari
eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang
mengandung zat besi (Fe) yang berguna untuk membuat eritrosit baru dan
hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam eritrisit yang berguna
untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida. Eritrosit yang telah tua akan
dimakan oleh sel-sel fagosit yang ada di dalam hati dan limpa. Di dalam
hati hemoglobin akan di ubah menjadi pigmen empedu (Bilirubin) yang
berwarna kehijauan. Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 –
15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki
13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri
dari asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan diit
seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa
berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah
merah.Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia,
yang biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang
melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit tergangu.
C. etiologi anemia
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,
folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi
rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah
menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat
besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-
menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus
buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya
dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan
vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi).
Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat
besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit
ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan
penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena
mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing
tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan
darah yang parah.

D. tanda dan gejala anemia


Menurut Baugman (2000) tanda dan gejala umum anemia :
1. Kelemahan, keletihan, malaise umum
2. pucat pada kulit dan membran mukosa
Sedangkan gejala yang spesifik pada kadar hemoglobin :
3. Sedikit taki kardia pada aktifitas (HB : 9-11 gr/dl)
4. Dispnea pada aktifitas (Hb di bawah 7 gr/dl)
5. Kelemahan (Hb di bawah 6 gr/dl)
6. Dispnea pada saat istirahat (Hb di bawah 3 gr (dl)
7. Gagal jantung hanya pada kadar Hb yang sangat rendah misalnya
2-25 gr/dl.
E. patofisiologi anemia
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin
kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu
dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.Anemia adalah
suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel
darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel
darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)Anemia
didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala
dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen
darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn
E, Doenges, Jakarta, 2002)
F. pathway anemia
G. klasifikasi anemia
Pembagian anemia menurut Mensjoer (2001) antara lain :
1. Anemia mikrositik besi
a. Anemia defisiensi besi
Anemia yang disebabkan oleh kekurangan intake zat
besi/absorbsi zat besi yang menurun yang dibutuhkan untuk
diproduksi hemaglobin dalam sel darah merah.
etiologi :
- Diet yang tidak mencukupi
- Absorbsi yang menurun
- Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan/lantasi
- Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi donor darah
- Hemoplobinuari
- Penyimpanan besi yang kurang seperti pada hemosiderosis
paru
manifestasi klinis :
1) Perubahan kulit
2) Mukosa yang progresif
3) Lidah, yang halus
4) Keilosis
Perubahan kulit dan mukosa yang progresif, seperti lidah
yang halus, keilesis dan didapatkan tanda-tanda malnutrisi
b. Anemia penyakit kronik
Anemia yang disebabkan karena penyakit kronik/penyakit
infeksi. Anemia ini dikenal dengan nama sidereponik anemia
endotherial siderosis.
etiologi :
- Di hubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti
infeksi ginjal, paru (bronkolektosis, abses, empiema dan
lain-lain).
- Inflamasi kronik sepeti ardidis rematoid
- Neoplasma seperti limfoma, nekrosis jaringan
manifestasi klinis :
- Penurunan hematokrit
- Penurunan kadar besi
2. Anemia maksrositik/meyaloblastik
Anemia ini adalah sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya
eritlomblas yang besar terjadi akibat gangguan maturasi anti sel
tersebut. Sel tersebut dinamakan meyaloblas (Sarwono, 2001).
a. Defisiensi vitamin B12 / pernisiosa
Defisiensi vitamin B12 / pernisiosa adalah kekurangan vitamin
B12 yang bisa disebabkan oleh faktor intrinsik.
etiologi :
- Kurangnya faktor intrinsik
- Absorpsi vit B12 menurun
manifestasi klinis : Anoreksia, diare dipepsia, lidah yang licin,
pucat dan agak ikterik
b. Depresiensi asam folat
Depresiensi asam folat Adalah anemia kekurangan asam folat
terutama terdapat dalam daging, susu dan daun-daunan yang
hijau.
etiologi :
- Neurologi
- Hilangnya daya ingat
- Gangguan kepribadian
manifestasi klinis : Gangguan metabolisme asam polat
3. Anemia karena perdarahan
a. pendarahan akut
Timbul renjatan bila pengelaran darah cukup banyak,
sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari
kemudian.
manifestasi klinis :
- Timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak
- Penurunan kadar HB baru terjadi beberapa hari kemudian
b. pendarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit-sedikit seingga tidak
diketahui pasien.
manifestasi klinis : kadar Hb menurun
4. anemia hemolitik
Terjadi karena penurunan sel darah merah (normal 120 hari/ baik
sementera atau terus menerus. Salah satu jenis anemia ini adalah
anemia hemolitik autoimun (Auto Imun Hemolitik Anemia ALHA)
dimana auto anti bod 196 ang dibentuk terkait pada membran sel
darah merah (SDM).
etiologi :
a. Intrinsik
- Kelainan membran seperti sferositosis hereditis,
hemoglobinuria makturnal pamosimal.
- Kelainan glikolisis
- Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa -6 fosfat
dehidrogenase (GEDP)

b. Ektrinsik
- Gangguan sistem imun
- Mikro angiopah
- Infeksi
- Luka bakar
- Hiperplanisme
manifestasi klinis :
- Hemolisis
- Ikterus
- Splenomegali
5. anemia aplastik
Terjadi karena ketidak seimbangan sum-sum tulang untuk
membentuk sel-sel darah.
etiologi :
Penyebabnya bisa kongenital (jarang) idiopatik (kemungkinan
autoimun) LES, kemoterapi, radioterapi, toksin seperti berzen,
foluen, inseklitisid. Obat-obatan seperti keramfenikol, sulfenomid
analgesik, anti epileptik (hidantoin), pasca hepatisis. (Arif Masjoer
2001)
Penyebab menurut Long (1996) antara lain :
1. Kehilangan darah ; akut atau kronis
2. Ketidak seimbangan produksi RBC : aplastic anemia
3. Peningkatan kerusakan RBC hemolesis
a. Turunan : gejala sisa spherocytis, anemia sel sickie,
thelasemia, kekurangan enzim.
b. Sangkitani, auto imune, drug reduced.
4. Kekurangan gizi
a. Kekurangan zat besi
b. Anemia mengarobiastik : kekurangan B12,
kekurangan asam folat
manifestasi klinis :
- Tampak pucat
- Lemah
- Demam
- Perpura
- Perdarahan.
H. penatalaksanaan anemia

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan


mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal:
a. Pada paisen dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi:
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik:
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.

I. komplikasi anemia
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. gagal jantung,
2. kejang.
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
Jenis etiologi Manifestasi
Anemia Klinis
Anemia mikrositik
besi
a. anemia Anemia yang disebabkan 1) Perubahan kulit

difisiensi oleh kekurangan intake zat 2) Mukosa yang

besi besi/absorbsi zat besi yang progresif


menurun yang dibutuhkan 3) Lidah, yang halus
untuk diproduksi 4) Keilosis
hemaglobin dalam sel darah
merah.

b. anemia Anemia yang disebabkan - Penurunan hematokrit


penyakit karena penyakit - Penurunan kadar besi
kronik kronik/penyakit infeksi.
Anemia ini dikenal dengan
nama sidereponik anemia
endotherial siderosis.
Anemia
meyaloblastik
a. defisiensi Defisiensi vitamin B12 / Anoreksia, diare dipepsia,

vitamin pernisiosa adalah lidah yang licin,

B12 kekurangan vitamin B12 pucat dan agak ikterik


yang bisa disebabkan oleh
faktor intrinsik.
b. depresiensi Depresiensi folat Gangguan
asam metabolisme

asam folat Adalah anemia kekurangan asam polat


asam folat terutama
terdapat dalam daging, susu
dan daun-daunan yang
hijau.
Anemia karena
pendarahan
a. pendarahan Timbul renjatan bila - Timbul renjatan bila

akut pengelaran darah cukup pengeluaran darah cukup


banyak, sedangkan banyak
penurunan kadar Hb baru - Penurunan kadar HB
terjadi beberapa hari baru terjadi beberapa hari
kemudian. kemudian
b. pendarahan Pengeluaran darah biasanya kadar Hb menurun
kronik sedikit-sedikit seingga tidak
diketahui pasien.
Anemia hemolitik Terjadi karena penurunan - Hemolisis
sel darah merah (normal - Ikterus
120 hari/ baik sementera - Splenomegali
atau terus menerus.
Anemia aplastic Terjadi karena ketidak - Hemolisis
seimbangan sum-sum - Ikterus
tulang untuk membentuk - Splenomegali
sel-sel darah.
J. pengertian hemofilia
Hemofilia berasal dari bahas Yunani Kuno, yang terdiri dari dua
kata yaitu haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih
sayang. Hemofilia adalah suatau penyakit yang diturunkan, yang artinya
diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan
( www.hemofilia.or.id ).
Hemofilia adalah gangguan pendarahan yang disebabkan oleh
defisiensi herediter dan faktor darah esensial untuk koagulasi
(Wong,2003).
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi kogenital paling sering
dan serius. Kelainan initerkait dengan defisiensi faktor VII, IX atau XI
yang ditemukan secara genetik ( Nelson, 1999 ).
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat
yang paling sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan
intermiten ( Price & Wilson, 2005 ).
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena anak
kekurangan faktor pembekuan VIII (Hemofilia A) atau faktor IX
(Hemofilia B).
Dengan demikian hemofilia adalah penyakit koagulasi terutama
kekurangan factor VII, IX, XI, yang bersifat herediter.

K. anatomi fisiologi hemofilia


Ciri-Ciri Fisik dan Kimia dari Trombosit
Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval dengan diameter 2
sampai 4 mikrometer. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari
megakarosit, yaitu sel yang sangat besar dalam susunan hemopoetik dalam
sumsum tulang yang memecah menjadi trombosit, baik dalam sumsum
tulang atau segera setelah memasuki darah, khususnya ketika mencoba
untuk memasuki kapiler paru. Megakariosit tidak meninggalkan sumsum
tulang untuk memasuki darah. Konsentrasi normal trombosit dalam darah
ialah antara150.000 dan 350.000 per mikroliter.
Trombosit mempunyai banyak ciri khas fungsional sebagai sebuah
sel,walaupun tidak mempunyai inti dan tidak dapat bereproduksi.
Didalam sitoplasmanya terdapat faktor-faktor aktif seperti :
a. Molekul aktin dan miosin, sama seperti yang terdapat dalam sel-sel
otot, juga protein kontraktil lainnya, yaitu tromboplastin, yang
dapat menyebabkan trombosit berkontraksi.
b. Sisa-sisa retikulum endoplasma dan aparatus golgi yang
mensintesis berbagai enzim dan menyimpan sejumlah besar ion
kalsium.
c. Mitokondria dan sistem enzim yang mamapu membentuk
adenosine trifosfat dan adenosin difosfat.
d. Sistem enzim yang mensintesis protaglandin, yang merupakan
hormon setempat yang menyebabkan berbagai jenis reaksi
pembuluh darah dan reaksi jaringan setempat lainnya.
e. Suatu protein penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin.
f. Faktor pertumbuhan yang dapat menyebabkan penggandaan dan
pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh
darah, fibroblas, sehingga dapat menimbulkan pertumbuhan sel-sel
untuk memperbaiki dinding pembuluh darah yang rusak.
Membran sel trombosit juga penting. Dipermukaannya terdapat
lapisan glikoprotein yang menyebabkan trombosit dapat menghindari
pelekatan pada endotel normal dan justru melekat pada daerah dinding
pembuluh yang luka.

L. etiologi hemofilia

1.    Faktor congenital


Bersifat resesif autosomal herediter. Kelainan timbul akibat sintesis
faktor pembekuan darah menurun. Gejalanya berupa mudahnya timbul
kebiruan pada kulit atau perdarahan spontan atau perdarahan yang
berlebihan setelah suatu trauma.
Pengobatan : dengan memberikan plasma normal atau konsetrat faktor
yang kurang atau bila perlu diberikan transfusi darah.
2.   Faktor didapat.
Biasanya disebabkan oleh defisiensi faktor II ( protombin ) yang
terdapat pada keadaan berikut :
Neonatus, karena fungsi hati belum sempurna sehingga pembekuan
faktor darah khususnya faktor II mengalami gangguan. Pengobatan :
umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan atau dapat diberikan.
M. Manifestasi klinis hemofilia

1.      Masa bayi ( untuk diagnosis ).


a.       Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi.
b.      Ekimosis sudkutan diatas tonjolan – tonjolan tulang (saat berumur
3 – 4 bulan ).
c.       Hematoma besar setelah infeksi.
d.      Perdarahan dari mukosa oral.
e.       Perdarahan jaringan lunak.
2.      Episode perdarahan ( selama rentang hidup ).
a.       Gejala awal, yaitu nyeri.
b.      Setelah nyeri, yaitu bengkak, hangat dan penurunan mobilitas.
3.      Sekuela jangka panjang.
Perdarahan berkepanjangan dalam otot dapat menyebabkan kompresi
saraf dan fibrosis otot.

N. patofisiologi hemofilia
Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi
pada jaringan yang letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang
dapat terjadi kerena gangguan pada tahap pertama, kedua dan ketiga, disini
hanya akan di bahas gangguan pada tahap pertama, dimana tahap pertama
tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme pembekuan yang
terdapat pada hemofili A dan B. Perdarahan mudah terjadi pada hemofilia,
dikarenakan adanya gangguan pembekuan, di awali ketika seseorang
berusia ± 3 bulan atau saat – saat akan mulai merangkak maka akan terjadi
perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-keluhan
berikutnya. Hemofilia juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan
berakibat fatal. Rasionalnya adalah ketika mengalami perdarahan, berarti
terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir
keseluruh tubuh) → darah keluar dari pembuluh. Pembuluh darah
mengerut/ mengecil → Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada
pembuluh→Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu,
mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna→darah
tidak berhenti mengalir keluar pembuluh → perdarahan (normalnya:
Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang - benang
fibrin) yang akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar
pembuluh)
O. pathway hemofilia
P. klasifikasi hemofilia

Hemofilia A dan B dapat di golongkan dalam 3 tingkatan, yaitu :

Klasifikasi Kadar Faktor VII dan Faktor IX


di dalam darah

Berat Kurang dari 1% dari jumlah


normalnya
Sedang
 1% - 5% dari jumlah normalnya
Ringan
 5% - 30% dari jumlah normalnya

Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor


VIII atau faktor IX kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya,
dapat mengalami beberapa kali perdarahan dalam sebulan. Kadang –
kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas.

Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan


dibandingkan hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas
tubuh yang terlalu berat, seperti olah raga yang berlebihan.

Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan.


Mereka mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu,
seperti operasi, cabut gigi atau mangalami luka yang serius. Wanita
hemofilia ringan mungkin akan pengalami perdarahan lebih pada saat
mengalami menstruasi.

Q. penatalaksanaan hemofilia

1.      Penatalaksanaan Medis.


a.    Diberikan infus kriopresipitas yang mengandung 8 sampai 100 unit
faktor VIII setiap kantongnya.
b.   Berikan AHF pada awal perdarahan untuk mengontrol Hematosis.
c.   Berikan analgetik dan kortikosteroid untuk dapat mengurangi nyeri
sendi dan kemerahan pada hemofilia ringan.
d.   Jika dalam darah terdapat antibodi, maka dosis plasma konsenratnya
dinaikan atau diberikan faktor pembekuan yang yang berbeda atau
obat
– obatan untuk mengurangi kadar antibodi.
2.      Penatalaksanaan Keperawatan.
a.       Memperhatikan perawatan gigi agar tidak mengalami pencabutan
gigi.
b.      Istirahatkan anggota tubuh dimana ada luka.
c.      Gunakan alat bantu seperti tongkat bila kaki mengalami
perdarahan.
d.      Kompreslah bagian tubuh yang terluka dan daerah sekitar dengan
es.
e.      Tekan dan ikat, sehingga bagian tubuh yang mengalami
perdarahan
tidak bergerak ( immobilisasi ).
f.       Letakkan bagian tubuh tersebut dalam posisi lebih tinggi dari
posisi
dada dan letakkan diatas benda yang lembut.

R. komplikasi hemofilia

1.      Timbulnya inhibitor.


Inhibitor adalah cara tubuh untuk melawan apa yang dilihatnya
sebagai benda asing yang masuk. Hal ini berarti segera setelah
konsetrat faktor diberikan tubuh akan melawan dan akan
menghilangnya. Suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan tubuh
melihat konsetrat faktor VIII atau faktor IX sebagai benda asing dan
menghancurkanya. Pada penderita hemofilia dengan inhibitor
terhadap konsetrat faktor, reaksi penolakkan mulai terjadi segera
setelah darah diinfuskan. Ini berarti konsetrat faktor dihancurkan
sebelum ia dapat menghentikan pendarahan.
2.      Kerusakan sendi akibat pendarahan berulang.
Kerusakan sendi adalah kerusakan yang disebabkan oleh perdarahan
berulang didalam dan disekitar rongga sendi. Kerusakan yang
menetap dapat di sebabkan oleh satu kali pendarahan yang berat
( Hemarthrosis ).
3.      Infeksi yang ditularkan oleh darah.
Komplikasi hemofilia yang paling serius adalah infeksi yang
ditularkan oleh darah.
BAB III
Asuhan keperawatan

A. asuhan keperawatan anemia


1. pengkajian

a. Identitas pasien, meliputi :

Nama, Usia : yang sering terkena anemia yaitu orang


dewasa. Jenis Kelamin : yang sering dominan terkena
Anemia adalah perempuan. Agama, Status
perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal Masuk,
No. RM, Diagnosa Medis.

Penanggung jawabmeliputi :

Nama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan


dengan pasien.

b. Alasan masuk

Klien mengeluh pusing, lemah, gemetaran, pucat, akral dingin.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Keletihan, kelemahan, pusing,gemetaran,


kemampuan beraktivitas menurun, nyeri pada luka.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian riwayat kesehatan dahulu yang mendukung


dengan melakukan serangkaian pertanyan, meliputi :

a) Apakah sebelumnya klien pernah mengalami


anemia.

b) Apakah meminum obat tertentu dalam waktu jangka


panjang.

c) Apakah pernah mengalami keganasan yang tersebar


seperti kanker payudara, leukemia, dan multiple
myeloma.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Pengkajian riwayat keluarga yang mendukung dengan


melakukan serangkaian pertanyaan, meliputi :

1) Apakah dalam keluarga ada yang mengalami anemia

2) Apakah dalam keluarga ada riwayat penyakit kronis atau


menahun ( diabetes, darah tinggi, kanker dll )

3) Apakah dalam keluarga mengkonsumsi obat – obatan


dalam waktu panjang.

2. Pemeriksaan fisik

Kesadaran : composmentis

GCS : 15 ( E : 4 V: 5 M: 6 )

TTV :TD : Biasanya menurun N : Biasanya meningkat


RR : biasanya cepat

S : biasanya meningkat Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Bagaimana lesimetrisan, warna rambut, kebersihan


kepala, rambut kering, mudah pupus, menitip, sakit
kepala, pusing.

b) Mata

Sclera tidak iklerik, konjungtiva anemis, pupil isokor

c) Telinga

Kesimetrisan telinga, dungsi pendengaran, kebersihan


pada telinga

d) Hidung

Kesimetrisan, fungsi penciuman, kebersihan, adanya


perdarahan pada hidung atau tidak.

e) Mulut

Keadaan mukosa mulut, bibir pucat, stomatitis

f) Leher

Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid/tidak,


adanya pembesaran kelenjar getah bening.

g) Thorax Paru –paru :

I : Pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, dispnea


( kesulitan bernafas ), nafas pendek, cepat lelah ketika
beraktivitas yang merupakan manifestasi berkurangnya
pengiriman oksigen.

P : taktil premitus simestris P : sonor

A : bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya.


h) Jantung

I : jantung berdebar – debar, Takhikardi dan bising


jantung yang menggambarkan suatu beban pada jantung
dan curah jantung mengalami peningkatan.

P : tidak teraba adanya massa P : pekak

A : bunyi jantung murmur sistolik.

i) Abdomen

I :Kesimetrisan, diare, hematemesis, muntah. A : suara


bising usus

P : terdapat bunyi timpani.

P : terabanya pembesaran hepar/tidak, terdapat nyeri


tekan tidak

j) Genetalia

Normal/abnormal

k) Integumen

Mukosa pucat, kering dan kulit keriput

l) Ekstremitas

Kelemahan dalam beraktivitas, terdapat pucat pada


membrane mukosa dan dasar kuku, kuku mudah patah

m) Punggung
Kesimetrisan punggung warna kulit dan kebersihan
punggung(Poerwati, 2011).

3. Diagnosa keperawatan

Secara tioritis diagnosa yang di temukan pada klien Anemia

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan


dengan penurunan konsentrasi Hemoglobin.

b. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan

c. Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan


pertahanan tubuh sekunder ( penurunan hemoglobin ).

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan


mengabsorsi nutrisi.

e. Defisit perawatan diri b/d Kelemahan(PPNI, 2017).

4. Intervensi keperwatan

Diagnosa keperawatan 1 : Ketidakefektifan perfusi jaringan


perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hemoglobin.

kriteria hasil : 1) mendemonstrasikan status sirkulasi yang


ditandai dengan

: tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan. 2)


Status sirkulasi tidak ada gangguan. 3) mempercepat
penyembuhan luka.

Intervensi ( SIKI Edisi1 cetakan II 2018 ) : 1) pemberian obat, 2)


pemantauan tanda- tanda vital 3) perawatan luka 4) pemantauan
hasil laboratorium 5) pengaturan posisi.

Diagnosa keperawatan 2 : Intoleransi Aktifitas berhubungan


dengan kelemahan

Kriteria hasil :1) kemudahan dalam melakukan aktivitas atau


ambulasi. 2) konsevasi energi.
Injtervensi :1) monitor Tanda Vital. 2) monitor intake/asupan
nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat. 3) edukasi
aktivitas/ istirahat. 4) pengaturan posisi senyaman mungkin.

Diagnosa keperawatan 3 : Resiko Infeksi berhubungan dengan


ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder ( penurunan
hemoglobin ).

Kriteria Hasil :1) mencegah infeksi dengan kontrol risiko. 2)


status imun

3) status nutrisi.

Intervensi :1) monitor Tanda Vital. 2) Perawatan luka. 3)


pemantauan nutrisi. 3) manajemen lingkungan. 4) pengatur posisi
nyaman. 5) kolaborasi pemberian terapi obat.

Diagnosa keperawatan 4 :Ketidakseimbangan Nutisi Kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis
psikologis atau ekonomi. SDKI

Kriteria Hasil : 1) berat badan seimbang 2) nafsu makan


meningkat

Intervensi : 1) Identifikasi status nutrisi 2) Identifikasi alergi dan


intoleransi makanan, 3) monitor asupan makanan 4) monitor
berat badan

5) monitor hasil pemeriksaan laboratorium 6) kolaborasi dengan


ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan.

Diagnosa keperawatan 5 :Defisit perawatan diri b/d Kelemahan

Kriteria hasil : 1) mobilitas fisik menurun 2) motivasi untuk


kebersihan diri 3) tingkat keletihan menurun

Intervensi : 1) bantu perawatan diri 2) bantu perawatan berhias 3)


bantu perawatan berpakaian, 4) bantu perawatan mandi (PPNI T.
P., 2019).

B. asuhan keperawatan hemofilia


1. pengkajian
Pada pengkajian anak dengan hemophilia dapat ditemukan adanya
pendarahan kambuhan yang dapat timbul setelah trauma baik ringan
maupun berat. Pada umumnya pendarahan di daerah persendian lutut,
siku, pergelangan kaki, bahu, dan pangkal paha ; sedangkan otot yang
paling sering terkena adalah flrksor lengan bawah. Khususnya pasa
bayi dapat terlihat adanya perdarahan yang berkepanjangan setelah
bayi dilakukan sirkumsisi, adanya hematoma setelah terjadinya
infeksi , sering pendarahan pada mukosa oral dan jaringan lunak,
sering awalnya disertai dengan nyeri kemudian setelah nyeri akan
menjadi bengkak, hangat, dan menurunnya mobilitas. Pada
pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai jumlah trombositnya
normal, masa protombinnya normal, masa tromboplastin parsialnya
meningkat.
a. Aktivitas
Gejala :Kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas.
Tanda :Kelemahan otot, somnolen
b. Sirkulasi
Gejala :Palpitasi
Tanda :Kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/
tanda perdarahan serebra
c. Eliminasi
Gejala :Hematuria
d. Integritas ego
Gejala :Persaan tak ada harapan, tak berdaya
Tanda :Depresi, menarik diri, ansietas, marah
e. Nutrisi
Gajala :Anoreksia, penurunan berat badan
f. Nyeri
Gejala :Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
Tanda :Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel
g. Keamanan
Gejala :Riwayat trauma ringan, perdarahan spontan.
Tanda :Hematom

2. diagnosa keperawatan
a. Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan dan sendi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan akibat
perdarahan ditandai dengan mukosa mulut kering,turgor kulit
lambat kembali.
c. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kelemahan pertahanan
sekunder akibat hemofilia ditandai dengan seringnya terjadi cedera
d. Risiko kerusakan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada sendi
dan jaringan lain.
e. Perubahan proses keluarga b.d anak menderita penyakit serius

3. intervensi keperawatan

DX I
Tujuan/Kriteria hasil: Pasien tidak menderita nyeri atau menurunkan
intensitas atau skala nyeri yang dapat diterima anak.
Intervensi
1)      Tanyakan pada klien/keluarga tengtang nyeri yang diderita.
2)      Observasi P, Q, R, S, T nyeri.
3)      Lakukan manajemen nyeri (distraksi, relaksasi)
4)      Evaluasi perubahan perilaku dan psikologi anak.
5)      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
DX II
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan,
mukosa mulut lembab, turgor kulit cepat kembali kurang dari 2 detik
Intervensi
1)      Awasi TTV
2)      Awasi intake dan output cairan
3)      Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak
4)      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan adekuat
Rasional
1)      Perubahan TTV kearah yang abnormal dapat menunjukan
terjadinya peningkatan kehilangan cairan akibat perdarahan / dehidrasi
2)      Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian
cairan dan membantu mengevaluasi status cairan
3)      Memberikan informasi tentang derajat hipovolemi dan
membantu menentukan intervensi
4)      Mempertahankan keseimbangan cairan akibat perdarahan
DX III
Tujuan/Kriteria hasil: Injuri dan komplikasi dapat dihindari/tidak
terjadi
Intervensi
1)      Pertahankan keamanan tempat tidur klien, pasang pengaman
pada tempat tidur
2)      Hindarkan dari cedera, ringan – berat
3)      Awasi setiap gerakan yang memungkinkan terjadinya cedera
4)      Anjurkan pada orangtua untuk segera membawa anak ke RS jika
terjadi injuri
5)      Jelaskan pada orang tua pentingnya menghindari cedera. 1.
Menurunkan resiko cidera / trauma
Rasional
1)      Jaringan rapuh dan gangguan mekanisme pembekuan
menigkatkan resiko perdarahan meskipun cidera /trauma ringan
2)      Paien hemofilia mempunyai resiko perdarhan spontan tak
terkontrol sehingga diperlukan pengawasan setiap gerakan yang
memungkinkan terjadinya cidera
3)      Identifikasi dini dan pengobatan dapat membatasi beratnya
komplikasi
4)      Orang tua dapat mengetahui mamfaat dari pencegahan cidera/
resiko perdarahan dan menghindari injuri dan komplikasi
DXIV
Tujuan/kriteria hasil : Menurunkan resiko kerusakan mobilitas fisik.
Intervensi :
1) Elevasi dan immobilisasikan sendi selama episode perdarahan.
2) Latihan pasif sendi dan otot.
3) Konsultasikan dengan ahli terapi fisik untuk program latihan.
4) Konsultasikandengan perawat kesehatan masyarakat dan terapi
fisik untuk supervisi ke rumah.
5) Kaji kebutuhan untuk manajemen nyeri.
6) Diskusikan diet yang sesuai.
7) Support untuk ke ortopedik dalm rehabilitasi sendi.
BAB IV
Penutup

A. kesimpulan
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin
adalah salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang
berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel
jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan
fungsinya.
Hemofilia adalah gangguan pendarahan yang disebabkan oleh
defisiensi herediter dan faktor darah esensial untuk koagulasi. Hemofilia
merupakan penyakit genetika.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak kesalah serta jauh dari kata sempurna.
Daftar Pustaka
PIPI MAYA KARTIKA, P. I. P. I., and MAYA KARTIKA. Asuhan keperawatan
pada klien Tn. A dengan anemia di ruangan interne pria RSAM Bukittinggi tahun
2016. Diss. Stikes Perintis Padang, 2016.

AINI, TIKA NURUL, et al. ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN


PADA NY. N UMUR 25 TAHUN DENGAN ANEMIA RINGAN DAN KEK DI
PUSKESMAS MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA. Diss. 2017.

Hemofilia, G., & ke Dokter, K. H. Mengenal Haemofili.

AR, N. M. R., & Suega, K. SEORANG PENDERITA HEMOFILIA RINGAN


DENGAN PERDARAHAN MASIF.

Herdata, H. N., & Perdana, P. Y. (2020). Terapi Update Hemofilia pada Anak.
Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 3(4), 18-25.

Anda mungkin juga menyukai