Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KONSEP ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI

DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM HEMATOLOGI

DOSEN PEMBIMBING: ERNAWATI, Ners, M.Kep

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

ANGGI HAPSARI PUTRI 001STYC18

ANISSA MUZRIAH 002STYC18

ARFAH 005STYC18

DIANA NOVITA 009STYC18

DWI DARMAYANTI 012STYC18

EFA FORIA PRASTI DINA H. 013STYC18

GUNAWAN FEBRIANTO 021STYC18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah Pendidikan Pancasila.

Makalah tentang Pancasila Sebagai Filsafat ini disusun untuk melengkapi tugas
Pendidikan Kewarganegaraan. Pengembangan dan penyusunan materi diberikan secara urut.
Penyajian materi didesain untuk memperkuat pemahaman konsep tentang Pancasila Sebagai
Filsafat dengan penjelasan yang cukup panjang.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi.
Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala tersebut dapat teratasi.

Penyusunan makalah ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari buku maupun
internet. Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa diharapkan penyusun demi
penyempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca dan bermanfaat bagi pendidik serta
rekan-rekan dalam mengembangkan ilmu pendidikan pancasila.

Mataram, September 2019

Penyusun
Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….……… i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...………… ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...…………… 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………...…………… 1

1.3 Tujuan Masalah……………………………………………………………...…………… 1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..…………...

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Hematologi………………………..……………………….


A. Anatomi Sistem Hematologi……………………………………………………………
B. Fisiologi Sistem Hematologi……………………………………………………………
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Sistem Hematologi…………………………………………...
A. Pengkajian Umum Sitem Hematologi…………………………………………………...
B. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diagnosa Anemia………………………….

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PEMBAHASAN

1.1. Latar Belakang


Darah manusia adalah cairan di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengangkut oksigen
yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan
nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon
dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah
tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin,
protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam
pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-
paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen
melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena
pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah
aorta. Darah membawa oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut
pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava
superior dan vena cava inferior.
Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia
asing ke hati untuk diuraikan dan dibawa ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.
2.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi Dan Fisiologi Sistem Hematologi ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Sistem Hematologi ?
2.3. Tujuan
Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem hematologi dan asuhan keperawatan pada
sistem hematologi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Hematologi


A. Anatomi Sistem Hematologi
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
a. Struktur Eritrosit
Sel darah merah (eritrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter
sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar
sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara membrane dan inti sel. Warnanya
kuning kemerah-merahan, karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin.
Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan ribosom, serta tidak
dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau
pembentukan protein.
Komponen eritrosit adalah sebagai berikut :
1) Membran eritrosit
2) Sistem enzim : enzim G6PD (Glucose 6-Phospatedehydrogenase)
3) Hemoglobin, komponennya terdiri atas :
a) Heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi
b) Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah merah.
Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen, satu gram hemoglobin akan
bergabung dengan 1,34 ml oksigen.
Oksihemoglobin merupakan hemoglobin yang berkombinasi/berkaitan dengan
oksigen.
Tugas akhir hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan ion hydrogen serta
membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin.
b. Produksi sel darah merah (Eritropoesis)
Dalam keadaan normal, eritropoesis pada orang dewasa terutama terjadi di
dalam susmsum tulang, dimana sistem eritrosit menempati 20%-30% bagian
jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah. Sel induk multipotensial
ini mampu berdifernsiasi menjadi sel darah sistem eritrosit, myeloid, dan
mengakariosibila yang dirangsang oleh eritropoeitin. Sel induk multipotensial akan
berdiferensiasi menjadi sel induk unipotensial. Sel induk unipotensial tidak mampu
berdiferensiasi lebih lanjut, sehingga sel induk unipotensial tidak mampu
berdiferensiasi lanjut, sehingga sel induk unipotensial seri eritrosit hanya akan
berdiferensiasi menjadi sel pronormoblas. Sel pronolmoblas akan membentuk
DNA yang diperlukan untuk tiga sampai dengan empat kali fase mitosis. Melalui
empat kali mitosis dari tiap sel pronoblas akan terbentuk 16 eritrosit. Eritrosit
matang kemudian udilepaskan dalam sirkulasi. Pada produksi eritrosit normal
sumsum tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam folat, piridoksin (vitamin
B6), kobal, asam amino, dan tembaga.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa perubahan morfologi sel yang
terjadi selama proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat
dikelompokkan ke dalama 3 kelompok, yaitu sebagai berikut:
1) Ukuran sel semakin kecil akibat mengecilnya inti sel
2) Inti sel menjadi makin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan
eritroblas asidosis
3) Dalam sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA
dari dalam sitoplasma sel
c. Lama hidup
Eritrosit hidup selama 74-154 hari. Pada usia ini sistem enzim mereka gagal,
memebran sel berhenti berfungsi dengan adekuat, dan sel ini dihancurkan oleh sel
sistem retikulo endothelial.
d. Jumlah eritrosit
Jumlah eritrosit pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah.
Normal Hb wanita 11,5 mg % dan Hb laki-laki 13,0 mg%
e. Sifat-sifat sel darah merah
Sel darah merah biasanya digambarkan berdasarkan ukuran dan jumlah
hemoglobin yang terdapat di dalam sel seperti berikut ini :
1) Normositik = sel yang ukurannya normal
2) Normokromik = sel dengan jumlah hemoglobin yang normal
3) Mikrositik = sel yang ukurannya terlalu kecil
4) Makrositik = sel yang ukurannya terllau besar
5) Hipokromik = Sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit
6) Hiperkromik = Sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak
Dalam keadaan moral, bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah, sifat ini
memungkinkan sel tersebut masuk mikrosirkulasi kapiler tanpa kerusakan.
Apabila apabila sel darah merah sulit berubah bentuknya kaku. Maka sel tersebut
tidak dapat bertahan selama peredarannya dalam airkulasi.
f. Antigan sel darah merah
Sel darah merah memiliki bermacam-macam antigen spesifik yang terdapat di
membram selnya dan tidak ditemukan di sel lain. Antigen-antigen itu adalah
A,B,O, dan Rh.
1) Antigen A,B, dan O
Seseorang memiliki dua alel ‘gen’ yang masing-masing mengode antigen A
atau B atau tidak memiliki keduannya yang diberi nam O. Antigen A dan B
bersifat ko-dominan, orang yang memiliki antigen A dan B akan memiliki
golongan darah AB, sedangkan orang yang memiliki dua antigen A ‘AA’ atau
satu A dan satu O ‘AO’ akan memiliki darah A. Orang yang memiliki dua
antigen B “BB’ atau satu B dan satu O “BO’ akan memiliki darah B. Orang
yang tidak memiliki kedua antigen “OO’ akan memiliki darah O.
2) Antigen Rh
Antigen Rh merupakan kelompok antigen utama lainnya pada sel darah merah
yang juga diwariskan sebagai gen-gen dari masig-masing orang tua. Antigen
Rh utama disebut faktor Rh ‘Rh=’, orang yang memiliki antigen Rh dianggap
positif Rh ‘Rh=’ sedangkan orang yang tidak memiliki antigen Rh dianggap Rh
negatif ‘Rh-‘.
g. Penghancuran sel darah merah
Proses penghancuran eritrosit terjadi karna proses penuaan ‘senescence” dan
proses patologis “hemolisis”
Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-
komponen hemoglobin menjadi dua komponen sbb.
1) Komponen protein, yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan
dapat digunakan kembali
2) Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu;
a) Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang
b) Bilirubin yang akan diekskresikan melalui hati dan empedu.

2. Sel Darah Putih (Leukosit)


Bahasan mengenal sel darah putih yang akan dibahas mencakup struktur leukosit,
fungsi sel darah putih, jenis-jenis sel darah putih, dan jumlah darah putih
a. Struktur leukosit
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki
palsu ‘pseudopodia’, meskipun bermacam-macam inti sel, sehingga ia dapat
dibedakan menurut inti selnya serta warnanya bening ‘tidak berwarna”
Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis-jeniss
dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T
dan B: monosit dan makrofag; serta golongan yang bergranula, yaitu eosinofil,
basofil, dan neutrofil.
b. Fungsi sel darah putih
Fungsi dari sel darah putih adalah sebagai berikut;
1) Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES ‘sistem retikulo
endotel’.
2) Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/ membawa zat lemak dari dinding
usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.

c. Jenis-jenis sel darah putih


Sel darah putih terdiri atau beberapa jenis sel darah sebagai berikut.
1) Agranulosit
Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki diameter sekitar
10-12 mikron. Berdasarkan pewarnaan granula, granulosit terbagi menjadi
tiga kelompok sebagai berikut ini.
a) Neutrofil ; granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang
terangkai, kadang seperti terpisah-pisah. Protoplasmanya banyak
berbintik-bintik halus/granula, serta banyaknya sekitar 60-70 persen

b) Eosinofil; granula berwarna merah dengan pewarnaan asam, ukuran dan


bentuknya hampir sama dengan neutrofil, tetapi granula dalam
sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 24 persen.
c) Basofil; granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih
kecil dari pada eosinofil, tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur,
di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula yang besar,
banyaknya kira-kira 0,5 persen di sumsum merah.

Neutrofil, eosinofil, dan basofil berfungsi sebagai fagosit untuk


mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel. Selain
itu, basofil bekerja sebagai sel mast dan mengeluarkan peptida vasoaktif.

2) Granulosit
Granulosit terdiri atas limfosit dan monosit.
a) Limfosit
Limfosit memiliki nukleus be Sar bulat dengan menempati sebagai
besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi
dari 7 sampai dengan 15 mikron. Banyaknya 20-25 persen dan
fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam
jaringan tubuh.
Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan limfosit B.
1. Limfosit T. Limfosit T meninggalakan sumsum tulang dan
berkembang lama, kemudian bermigrasi menuju ke timus. Setelah
meninggalan timus, sel-sel ini beredar dalam darah sampai mereka
bertemu dengan antigen-antigen di mata meteka telah diprogram
untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh antigenya, sel-sel ini
menghsilkan bahan-banahn kimia yang menghancurkan
mikroorganisme dan memberitahu sel-sel darah putih lainnya bahwa
telah terjadi infeksi.

2. Limfosit B. Terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam


darah sampai menjumpai antigen di mana mereka telah diprogram
untuk mengenalnya. Pada tahap ini, limfosit B mengalami
pematangan lebih lanjut dan menjadi sel plasma serta menghasilkan
antibodi.

b) Monosit
Ukurannya lebih besar dari limfosit, protoplasmanya besar, warna biru
sedikit abu-abu, serta mempunyai bitnik-bintik sedikit kemerahan. Inti
selnya bulat atau panjang. Monosist dibentuk si dalam sumsum tulang,
masuk ke dalam sirkulasi dlam bentuk imatur dan menglami proses
pematangan menjadi makrofag setelah masuk jaringan. Fungsinya
sebagi fogosit, jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel
darah putih.
d. Jumlah sel darah putih
Pada orang dewasa, jumlah sel darah putih total 4,0-11,0 kali 10 yang terbagi
sebagai berikut:
Neutrophil 2,5-7,5 x 10
Eusinofil 0,04-0,44 x 10
Basophil 0-0,10 x 10

4. Koping Darah (Trombosit)

Trombosit yang akan di bahas menckaup struktur trombosit, jumlah trombosit,


fungsi trombosit dan pembahasan fungsi trombosit.

a. Struktur trombosit
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang
berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup selama 10 hari.
b. Jumlah trombosit
Jumlah trombosit antara 150 dan 400x 10/ liter ( 150.000 – 400.000/mililiter)
sekitar 30-40% terkonsetrasi di dalam limpa dan sisanya bersirkulasi dalam
darah.
c. Fungsi trombosit
Trombosit berperan penting dalam pembentukan tekanan darah . trombosit
dalam keadaan normal bersikulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Namun,
dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh darah , tersumbat
tertarik ke daerah tersebut sebagai respon terhadap kolagen yang terpanjang dan
lapisan subendotel pembuluh. Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan
mengeluarkan beberapa zat faerotonin dan histamine yang menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi pembuluh. Fungsi lain dari trombosit yaitu untuk
mengubah bentuk dan kualitas setelah berkaitan dengan pembuluh yang cedera.
Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersamaan membentuk
sumbatan trombosit yang secara aktif efektif menambal daerah yang terluka.
d. Pembatasan funsi trombosit
Penimbunan trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan aliran
darah ke jaringan atau sumbat menjadi sangat besar. Sehingga lepas dari tempat
semula dan mengalir ke hilir sebagai suatu mebolus dan menyumbat aliaran ke
hilir.
Guna mencegah suatu emboli, maka trombosit-trombosit tersebut meneluarkan
bahan-bahan yang membatasi luas penggumpalan mereka sendiri. Bahan utama
yang dikeluarkan oleh trombosit untuk membatasi pembekuan adalah
prostaggaldin tromboksan a2 dan prostasiklin 12. Trombosit a2 merangsang
pengeluaran trombosit dan menyebabkan vesokonstriksi lebih lanjut pada
pembuluh darah. Sedangkan prostaksilin 12 merangsang agengsi trombosit dan
pelebaran pembuluh sehngga semakin meningkatakan respons trombosit.

5. Plasma Darah

Plasma adalah bagian sarah yang encer tanpa sel darah. Warnanya bening
kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri atas air. Zat-zat yang
terdapat dalalm plasma darah adalah sebagai berikut:

a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah


b. Garam0garam mineral ( garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang
berguna dalam metabolism dan juga mengadakan osmotic
c. Protein darah (albumin, globulin) meningakatkan viskositas darah juga
menimbulkan tekanan osmotic utnuk emmelihara keseimbangan cairan dalam
tubuh.
d. Zat makanan (asam amoino, glukosa, lemak mineral, dan vitamin )
e. Hormone yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
f. Antibody.

Plasma diperoleh dengan memutar sel dara, plasma diberikan secara interval untuk :

a. Mengembalikan volume darah


b. Menyediakan substansi yang hilang dari darah klien. Misalnya factor pembekuan
darah I,VIII, dan XI utnuk klien yang tidak mendapatkannya.
6. Limpa
a. Struktur limpa
limpa merupakan organ ungu lunank kurang lebih berukuran satu kepalan
tangan. Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen di bawah kostae. Limpa
memiliki permukaan luar konveks yang berhadapan dengan diagfragma dan
permukaan medial yang konkad serta behadapan dengan lambung. Fleksura
linealisme kolon, dan ginjl kiri.
Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan
limpa) dan pulpa merah (jaringan ikat sel eritrosit, sel leukosit) suplai darah oleh
arteri linealis yang keluar dari arteri coeliaca.
b. Fungsi limpa
Fungsi limpa adalah :
1) Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin )
2) Destruksi sel eritrosit tua
3) Penyimpanan zat bezi dari sel-sel yang di hancurkan
4) Produksi bilirubin dari aritrosit
5) Pembentukan limfosit dalam folikel limpa
6) Pembentukan imunoglobin
7) Pembangunan partikekl asing dari darah
c. Sistem retikulo endnotelial
Sistem retikulo endothelial (RES) terdiri atas sjumlah sel-sel berstruktur sama
dan dengan funsi yang serupa terdapat pada berbagai organ dan jaringan.
Sel retikulo endothelial terdapat pada limpa, hepar, timus kelenar limfe,sumsum
tulang belakang, dan didning pembuluh darah.
Fungsi utama sel retikulo endothelial adalah pembuangan partikel benda asing,
destruksi sel eritrosit tua, dan destruktif tua, dan destruksi sel-sel lain.

B. Fisiologi Sistem Hematologi


Dalam keadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah, sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai berikut
1) Sebagai alat pengangkut yangmeliputi hal-hal berikut ini :
a. Mengangkut gas karbondioksida (CO2) dari jaringan perifer kemudian dikelurkan
melalui paru-paru untuk didistribusikan ke jaringan yang memerlukan.
b. Mengangkat sisa-sisa atau ampas dari hasil metabolism jaringan berupa urea,
kreatinin dan asam urat.
c. Mengangkut sari makanan yang diserap melalui ussu utnuk disebarkan ke seluruh
jaringan tubuh.
d. Mengankut hasil-hasil metabolism jaringan.
2) Mengatur keseimangan cairan tubuh
3) Mengatur panas tubuh
4) Berperan serta dalam mengatur PH cairan tubuh
5) Mempertahnkan tubuh dari seragam penyakit infeksi
6) Mencegah perdarahan.

1. Komponen darah

Darah terdiri atas dua komponen utama, yaitu sebagai berikut:

a. Plasma darah : bagian cair darah yang sebagaian terdiri atas air, elektrolit dan
protein darah.
b. Butur-butir darah yang terdiri atas tiga elemen berikut
1) Eritrosit
2) Leukosit
3) Trombosit

2. Hematopoiesis
Hematopoiesis merupakan proses pembentukkan darah. Tempat hematopoiesis pada
manusia berpindah-pindah sesuai dengan usianya.

a. Yolk sac : usia 0-3 bulan intrautari


b. Hati dan lien : usia 3-6 bulan intrauteri
c. Sumsum tulang : usia 4 bulan intrauterine sampai dewasa.
Pada orang dewasa,dalam keadaan fisiologis, semua hematopoiesis terjajdi pada
sumsum tulang. Dalam keadaan patologis, hematopoiesis terjadi di luar sumsum
tulang. Terutama di lien yang disebut sebagai hematopoiesis ekstaramedular. Untuk
kelangsungan hematopoiesis diperlukan beberapa hal berikut ini:

a. Sel induk hematopoiestik ( hematopoietis stem cell)


Sel induk hematopoiestik ialah selsel yang alann berkembang menjadi sel –sel
darah, termasuk sel darah merah (eritrosit ), sel darah putih (leukosit) butir
pembeku (trombosit) dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibrolast.
Sel induk yang paling primitive disebut sebagai pluripotent stem cell yang
mempunyai sifat mampu memperbahrui diri sendiri, sehingga tidak pernah habis
meskipun terus membelah., mampu memperbanyak diri dan mampu
mematangkan diri menjadi selsel dengan fungsi tertentu.
b. Lingkungan mikro
Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel
induk tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi hal-hal
berikut ini.
1) Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang
2) Sel sel stroma (sel endotel , sel lemak fibroblast, makrofag dan sel retikulum)
3) Matriks eksraseluler (fibronekttin, hemonekin)
4) Lingkungan mikro sangat penting dalam hematopoiesis karena berufngsi
untuk melakukan hal-hal berikut ini.
5) Menyediakan nutrisi dan bahan hematopoiesis yang dibawa oleh peredaran
darah mikro dalam sumsum tulang
6) Komunikasi antarsel
7) Menghasilkan zat yang mengatur hematopoiesis.
c. Bahan-bahan pembentuk darah
Bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah sebagai berikut :
1) Asam folak dan vitamin B12 bahan pokok pembentukan inti sel
2) Besi diperlukan untuk pembentukan hemoglobin
3) Cobalt magnesium, Cu dan Zn
4) Vitamin c dan b kompleks.

d. Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas
pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang mtang dari sumsum tulang ke
darah tepi, sehingga sumsum talng dapat merespon kebutuhan tubuh dengan cepat
zat-zat yabg berpengaruh dalam mekanisme regulasi adalah sebgai berikut :
1) Sitokinin: ada dua jenis sitokini yaitu sitokinin yang merangsang
perumbuhan sel induk yang menekan pertumbuhan sel induk, dan keduanya
harus seimbang.
2) Jormon hemapoutik spesifik : hormone yang dibentuk diginjal khusus
merangasang pertumbuhan precursor eritrosit
3) Hormone non spesifik

a) Androgen : menstimulasi eritroopoesis


b) Estrogen
c) Glukokortikoid
d) Hormone tiroid
e) Growth hormone

3. Hemostasis
Apabila tubuh kita mengalami perdarahan akibat dari rudapaksa, maka secara
otomatis tubuh akan mengatasi perdarahan tersebut. Adapun perinsip dari hemostatis
adalah sebagai berikut.
Mengurangi Aliran Darah Yang Menuju Daerah Trauma
Cara untuk mengurangi darah yang menuju daerah trauma adalah sebagai berikut :
a. Vasokonstriksi
Pembuluh darah yang robek/terbuka akibat rudapaksa adalah merupakan
ransangan bagi pembuluh darah iti sendiri yang secara refleks akan mengalami
vasokonstriksi pada daerah robekan. Trombosit yang keluar dari pembuluh darah
karna adanya permukaan kasar dari daerah luka, maka akan pecah dan
mengeluarkan serotonin yang merupakan sebagai vasokonstriktor. Dengan
demikian, maka daerah pembuluh darah yang robek tadi akan semakin mengecil
atau menyempit, sehingga aliran darah pada daerah tersebut menjadi kecil sampai
terhenti.
b. Penekanan oleh edema
Jaringan yang terkena rudapaksa akan mengalami edema. Selanjutnya jaringan
yang edema tersebut akan menekan pembuluh darah. Dengan demikian, bisa
menambah sempitnya aliran darah yang menuju daerah.
Mengadakan Sumbatan/Menutup Lubang Perdarahan
Hal yang berperan dalam penyumbatan atau penutupan luka adalah thrombus, yaitu
bekuan darah di dalam pembuluh darah pada orang yang masih hidup. Trombosit
yang terkena permukaan kasar seperti pada pembuluh darah yang terluka akan pecah
dan menempel atau mengalami pengumpulan pada pembuluh darah membentuk
bekuan darah yang disebut dengan thrombus. Thrombus ini akan menymbat
lubang/luka pada pembuluh darah. Dengan demikian, darah yang mengalir pada
pembuluh darah tersebut akan berkurang bahkan sampai berhenti. Menurut jenisnya,
thrombus dibagi menjadi dua, yaitu: (1) thrombus putih yang tersusun oleh platelet
dan fibrin dengan kandungan eritrositnya yang relatif sedikit; (2) thrombus merah
yang tersusun oleh fibrin dan sel-sel darah merah.
4. Pembekuan Darah
Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah ditransformasi
menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah. Bekuan darah tersusun
terutama oleh sel-sel darah yang terperangkap dalam jarring-jaring fibrin. Fibrin
adalah suatu protein yang tidak larut dan berupa benang berbentuk semacam jarring-
jaring. Fibrin yang terbentuk berasal dari fibrinogen yang terdapat dalam plasma
dalam keadaan larut. Berubahnya fibrin dari fibrinogen ini karna adanya trombin,
yaitu suatu proteolitik enzim yang baru bisa bekerja apabila dalam keadaan aktif.
Menurut Howell. Proses pembekuan darah dibagi menjadi 3 stadium, yaitu sebagai
berikut.
a. Stadium I : pembentukan tromboplastin
b. Stadium II : perubahan dari protrombin menjadi thrombin
c. Stadium III : perubahan dari fibrinogen menjadi fibrin
Langkah-langkah Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Pembekuan Darah
Apabila jaringan mengalami cedera, jujur ekstrinsik akan diaktivasi dengan
pelepasan substansi yang dinamakan tromboplastin. Sesuai urutan reaksi, protombin
mengalami konversi menjadi trombin, yang pada gilirannya mengatalisir fibrinogen
menjadi fibrin. Kalsium merupakan ko-faktor yang diperlukan dalam berbagai reaksi
ini. Pembekuan darah melalui jalur intrinsic diaktivasi saat lapisan kolagen pembuluh
darah terpajan. Faktor pembekuan kemudian secara perurutan akan diaktifkan,
seperti jalur ekstrinsik, sampai pada akhirnya terbentuk fibrin.
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Sistem Hematologi
A. Pengkajian Umum System Hematologi
Pengkajian pada klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti,
sistematis, serta memahami dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi.
Hal ini perlu dilakukan agar kemungkinan adanya kesulitan dikarenakan gambaran klinis
atau tanda serta gejala yang hampir sama antara gangguan hematologi primer dan
sekunder dapat diminimalkan. Informasi dilakukan baik dari klien maupun keluarga
tentang riwayat penyakit dan kesehatan dapat dilakukan dengan anamnesis ataupun
pemeriksaan fisik.
Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan
atau klasifikasi data berdasarkan identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan,
keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan
keadaan khusus lainnya.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data keperawatan pada tahap pengkajian
adalah : Wawancara (interview), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik
(pshysical assessment) dan studi dokumentasi.
1. Wawancara
Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi
yang direncanakan. Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga
untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi
terapeutik. Macam-macam wawancara :
a. Auto anamnesa : wawancara dengan klien langsung
b. Allo anamnesa : wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
Teknik Pengumpulan Data Yang Kurang Efektif :
a. Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat /
keluhan / respon. misalnya : “Apakah Anda makan tiga kali sehari ?“
b. Pertanyaan terarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan. Misalnya :
“……………. Anda setuju bukan?”
c. Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
d. Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa klien
benar atau salah. Misalnya : “Anda tidak bermaksud seperti itu kan?”
2. Observasi
Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan, dan pada praktiknya kita
lebih sering menyebutnya dengan observasi. Observasi adalah mengamati perilaku
dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan
keperawatan klien.
Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi
klien melalui kepekaan alat panca indra.
Contoh kegiatan observasi misalnya : terlihat adanya kelainan fisik, adanya
perdarahan, ada bagian tubuh yang terbakar, bau alkohol, urin, feses, tekanan darah,
heart rate, batuk, menangis, ekspresi nyeri, dan lain-lain.
3. Pemeriksaan Fisik
Tahap ketiga dalam pengumpulan data adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik
dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat
keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional
klien. Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat
mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari atau tidak.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status
kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk
menentukan rencana tindakan keperawatan.
Ada 4teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
a. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat
dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi
pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris.
Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan
bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher,
kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain .
b. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-
jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data,
misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
2) Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
3) Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
4) Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
c. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan
tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi
jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk
menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru
pada pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung,
perkusi daerah hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong,
misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.dan timpani pada usus
d. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan
bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
1) Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya
pada klien pneumonia, TBC.
2) Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun
saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya
pada edema paru.
3) Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase
inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
4) leura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan
amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :
a. Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki.
Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal,
punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
b. ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan
umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan,
sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen,
sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan
sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.
c. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi
kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi :
persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola
eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan,
aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi stress,
nilai-pola keyakinan.
d. Doengoes (1993)
Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan
cairan, hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan,
seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan / pembelajaran.
1) Data demografi
a) Usia
Usia merupakan data dasar yang penting karena ada beberapa gangguan
hematologi yang menyebabkan klien tidak berusia panjang(6-7 tahun).
b) Golongan darah
Penting untuk dikaji karena untuk memperoleh kecocokan dengan donor
darah klien bila diperlukan tranfusi darah.
c) Tempat tinggal
Ada beberapa gangguan hematologi yang disebakan karena factor
lingkungan.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dilakukan untuk mengetahui adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan seperti gangguan yang dialami klien seperti
perdarahan dan anemia.
1. Masalah kesehatan klien sekarang
2. Tanda-tanda infeksi
3. Perdarahan
4. Warna kulit
5. Dispnea
6. Pica
7. Perut terasa penuh menunjukkan splenomegaly
8. Alkoholik
9. Neurologi
10. Pruritus
e) Riwayat kesehatan klien
Perawat melakukan pengkajian kondisi yang pernah dialami oleh klien
yang berhubungan dengan system hematologi seperti berikut ini:
1. Keganasan, kemoterapi
2. Risiko HIV
3. Hepatitis
4. Kehamilan
5. Thrombosis vena
f) Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung dan tenggorokan
(HEENT)
a. Konjunctiva anemis, mukosa pucat àanemia
b. Ikhterik/ jaundice àhemolisis, heperbilirubinemia
c. Petekie àtrombositopenia
d. Glositis àanemia defisiensi zat besi, anemia defisiensi vitamib B 12
e. Limfadenopatiàlimfoma
f. Edema
g. Kemerahan
h. Perdarahan
i. Ketidaknormalan lensa
j. Gangguan penglihatan
k. Kebutaan
2. Rambut
a. Tekstur Pertumbuhan
3. System integument/Kulit dan membran mukosa
a. Pucat –àanemia
b. Jaundice-àhiperbilirubinemia
c. Koilonisia(kuku seperti sendok)–à anemia defisiensi zat besi
d. Ekimosis dan petekie-à trombositopenia
e. Pengkajian system Sianosis
f. Joundice
g. Lesi yang sulit sembuh
h. Pigmentasi
i. Koreng pada tungkai
j. Kulit tangan dan kaki mengelupas
4. Kuku
a. Cembung
b. Datar
c. Mudah patah
d. Clubbiing
5. Mulut
a. Membran mukosa kemerahan
b. Luka
6. Lidah
a. Nyeri
b. Tekstur
c. Ada papil
d. Ada alur/garis
e. Warna
7. System kardiovaskuler
Takikardi S4–à anemia berat dengan gagal jantung
a. Aritmia
b. Murmur
c. Gagal jantung
d. Nyeri
e. Nafas pendek
f. Kelelahan
8. Pengkajian system respiratori
a. Sesak nafas
b. Perubahan suara nafas
9. Abdomen
a. Splenomegaliàpolisitemia, limfoma
b. Splenomegali
c. Hepatomegali
d. Adanya nyeri
e. Sirosis
10. Pengkajian system Gastrointestinal
a. Mual
b. Muntah
c. Kesulitan menelan
d. Anoreksia
e. Penurunan BB
11. System neurologi
Kehilangan sensasi getar (vibratio sense)àanemia megaloblastik
12. Pengkajian system neurology
a. Pusing
b. Kelemahan
c. Sulit tidur
d. Perubahan perilaku
e. Mati rasa/kaku
13. Pengkajian system musculoskeletal
a. ROM
b. Tulang
1) Nyeri Nyeri tulang/ terdernessà myeloma multiple
2) Kaku
3) Bengkak
4) Penipisan kortek tulang panjang
5) Penipisan tulang kartilago
6) Penebalan tulang kranial
c. Jaringan lunak
1) Edema
2) Abses
14. Pengkajian system genitourinaria
a. Hematuri
b. Inkontinensia
c. Menstruasi yang berlebihan
d. Nyeri/sakit
15. Evaluasi Pemeriksaan: Laboratorium, Diagnosa penunjang
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan secara valid melalui
persiapan klien, alat dan bahan, serta pemeriksanya sendiri.
Pemeriksaan laboratorium meliputi berikut
a. Pemeriksaan Hbàbila nilainya < 5 g/dlàindikasi dilakukan tranfusi
meski tidak ada gejala
b. Pemeriksaan Hct àbila nilaninya >70 % indikasi dilakukan
flebotomi segera
c. Hitung plateletàbila nilainya < 10.000.mm2 maka risiko terjadi
perdarahan spontan, bila nilainya < 50.000/mm2 maka risiko
perdarahan meningkat pada trauma dan pembedahan, bila >
2.000.000mm2 maka terdapat risiko thrombosis
d. Hitung neutrofilà bila nilainya <5oo.mm2 maka terdapat risiko
tinggi infeksi
e. Protrombine time (PT)àBila nilainya <1,5x control maka tidak ada
peningkatan risiko perdarahan, tetapi bila <2,5 x control dapat
terjadi risik perdarahan spontan.
Pada PTT àBila nilainya<1,5x control maka ada penigkatan risiko
perdarahan, bila 2,5 kontrol maka risiko tinggi adanya perdarahan
spontan.
f. Waktu perdarahanà bila nilainya >20 menit maka terdapat risiko
perdarahan spontan
g. Antitrombin IIIàBila nilainya <50% maka terdapat risiko terjadi
thrombosis spontan
B. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diagnosa Anemia
1. Pengkajian
Pengkajian data-data focus yang sering dialami/terjadi pada bayi dan balita yang
mengalami anemia terutama defisiensi.
a. Usia
Anak yang mengalami defisiensi Fe biasanya berusia antara 6-24 bulan dan pada
masa pubertas . Pada usia tersebut kebutuhan Fe cukup tinggi, karena digunakan
untuk pertumbuhan.
b. Pucat
1) Pada anemia pascaperdarahan, kehilangan darah sekitar 12-15% akan
menyebabkan pucat, dan juga takikardi. Kehilangan darah yang cepat dapat
menimbulkan reflek cardiovascular secara fisiologis.
2) Pucat pada anemi hemolistik terjadi karena penghancuran sel darah merah
sebelum waktunya. Secara normal, sel darah merah akan hancur dalam waktu
120 hari, untuk selanjutnya membentuk sel darah baru
3) Pada anemia aplastic, pucat terjadi karena terhentinya pembentukan sel darah
pada sumsum tulang. Hal ini terjadi karena sumsum tulang mengalami
kerusakan.
Warna pucat ini dilihat pada telapak tangan, dasar kuku, konjungtiva, dan mukosa
bibir. Cara sederhana adalah dengan membandingkan telapak tangan anak dengan
telapak tangan petugas atau orang tuanya.
c. Mudah lelah/lemah
Berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh mengakibatkan keterbatasan energy
yang dihasilkan oleh tubuh, sehingga anak kelihatan lesu, kurang bergairah, dan
mudah lelah.
d. Pusing kepala
Karena pasokan aliran darah ke otak berkurang.
e. Nadi cepat
f. Peningkatan denyut nadi
sering terjadi, terutama pada perdarahan yang mendadak karena merupakan
kompensasi dari reflek cardiovaskuler
g. Eliminasi urine
Adanya perdarahan yang hebat dapat mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal sehingga produksi urine menurun
h. Gangguan pada system saraf
Anemia defisiensi vitamin B12 dapat menimbulkan gangguan pada system saraf
sehingga timbul keluhan seperti kesemutan (gringgingen), ekstremitas lemah.
i. Gangguan saluran cerna
Pada anak yang anemia sering timbul keluhan nyeri perut, mual, muntah, dan
penurunan nafsu makan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi apada anak anemia adalah sebagai
berikut :
a. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan masukan zat besi, folat, B12 dan kurang pengetahuan menegenai
makanan yang kaya akan zat besi, folat, dan B12.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan oksigen
ke jaringan
c. Ansietas/takut berhubungan dengan prosedur diagnostic/transfuse
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I : Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan masukan zat besi, folat, B12 dan kurang pengetahuan menegenai
makanan yang kaya akan zat besi, folat, dan B12.

Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Keluarga 1. Berikan konseling diet 1. untuk memastikan bahwa
menghubungkan pada pemberi perawatan anak mendapat suplai
riwayat diet dengan khusus yang adekuat dengan
memperjelas 2. Berikan ASI eksklusif memberi makanan yang
kepatuhan anak atau susu secukupnya kaya akan besi, folat dan
terhadap pengobatan pada anak sebagai B12
2. Anak diberikan makanan suplemen 2. agar pemenuhan adekuat
suplemen besi yang setelah makanan padat dan konsumsi susu yang
dibuktikan dengan 3. Ajarkan pada anak berlebih dapat
feses yang berwarna tentang pentingnya menurunkan masukan
hijau memakan makanan makanan padat yang
3. Anak minum obat yang mengandung besi. mengandung besi, folat,
dengan tepat 4. Berikan dosis dan B12
pemberian obat sesuai 3. untuk mendorong anak
dengan advice dokter agar patuh
5. Berikan jus buah atau 4. untuk absorpsi
preparat multivitamin maksimum
5. karena vitamin C
memudahkan absorpsi
6. Anjurkan keluarga 6. Bahan tersebut akan
untuk tidak memberikan menurunkan absorpsi besi
konsumsi obat bersama 7. dosis yang adekuat akan
susu atau antasida mengubah feses menjadi
7. Kaji karakteristik feses berwarna hijau gelap

b. Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


penurunan oksigen ke jaringan

Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Anak bermain dan 1. Observasi adanya tanda 1. untuk merencanakan


istirahat dengan tenang kerja fisik (takikardi, takipnea, istirahat yang tepat
dan melakukan aktivitas nafas pendek, pusing, 2. untuk mencegah kelelahan
yang sesuai dengan perubahan warna kulit) pada anak serta untuk
kemampuan 2. Antisipasi dan bantu dalam mencegah anak dari rasa
2. Anak tidak aktivitas kehidupan sehari-hari bosan dan menarik diri
menunjukkan adanya diluar batas toleransi anak dan 3. untuk pertukaran udara
kelemahan atau beri aktivitas bermain yang optimal dan untuk
keletihan pengalihan yang meningkatkan meningkatkan oksigen ke
3. Anak menunjukkan istirahat dan tenang jaringan
pernafasan, frekuensi, 3. Pertahankan posisi semi
dan kedalaman normal, fowler dan berikan oksigen
bernafas dengan mudah

c. Diagnosa 3 : Ansietas/takut berhubungan dengan prosedur diagnostic/transfuse

Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Anak dan keluarga 1. Menyiapkan anak 1. Untuk menghilangkan
menunjukkan ansietas untuk guna ansietas/ rasa takut
yang minimal dilakukan prosedur 2. Untuk meningkatkan
2. Anak dan keluarga diagnostic. pemahaman terhadap
menunjukkan 2. Jelaskan tujuan gangguan, tes
pemahaman tentang pemberian diagnostic, dan
gangguan, tes diagnostic, komponen darah pengobatan.
dan pengobatan pada anak

4. Implementasi

Untuk mencapai keriteria hasil, yang pertama kali difokuskan dalam intervensi
keperawatan adalah pemberian edukasi untuk keluarga. Edukasi tersebut termasuk
bagaimana defisiensi anemia, bimbingan diet yang tepat menurut ahli medis dan
informasi yang berhubungan dengan suplemen oral yang diberikan untuk anak.
Edukasi ini dapat membantu keluarga untuk mendidik anak, membantu tenaga medis
mengatasi kebutuhan besi, folat dan B12, perfusi jaringan, dan toleransi aktivitas.

5. Evaluasi
Ikuti dan memantau keluarga yang seharusnya focus dalam evaluasi hasil setelah anak
dilakukan perawatan dan melihat kembali konsep pengajaran yang dibutuhkan.
BAB III

KESIMPULAN

Sistem hematologi tersusun atas darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus
limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Darah merupakan medium transpor tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat
badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orang tidak
sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah.
Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :
a. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein
darah.
b. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut ini
1) Eritrosit : sel darah merah (SDM-red blood cell)
2) Leukosit : sel darah putih (SDP-white blood cell)
3) Trombosit : butir pembeku darah-platelet
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Wiwik. Haribowo, Andi Sulistiyo. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

https://ismailboy23.wordpress.com/2013/10/27/pengkajian-sistem-hematologi/

https://www.academia.edu/27782154/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUHAN_KEPERAWA
TAN

Anda mungkin juga menyukai