ARFAH 005STYC18
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah Pendidikan Pancasila.
Makalah tentang Pancasila Sebagai Filsafat ini disusun untuk melengkapi tugas
Pendidikan Kewarganegaraan. Pengembangan dan penyusunan materi diberikan secara urut.
Penyajian materi didesain untuk memperkuat pemahaman konsep tentang Pancasila Sebagai
Filsafat dengan penjelasan yang cukup panjang.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi.
Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala tersebut dapat teratasi.
Penyusunan makalah ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari buku maupun
internet. Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa diharapkan penyusun demi
penyempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca dan bermanfaat bagi pendidik serta
rekan-rekan dalam mengembangkan ilmu pendidikan pancasila.
Penyusun
Kelompok 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...………… ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..…………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2) Granulosit
Granulosit terdiri atas limfosit dan monosit.
a) Limfosit
Limfosit memiliki nukleus be Sar bulat dengan menempati sebagai
besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi
dari 7 sampai dengan 15 mikron. Banyaknya 20-25 persen dan
fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam
jaringan tubuh.
Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan limfosit B.
1. Limfosit T. Limfosit T meninggalakan sumsum tulang dan
berkembang lama, kemudian bermigrasi menuju ke timus. Setelah
meninggalan timus, sel-sel ini beredar dalam darah sampai mereka
bertemu dengan antigen-antigen di mata meteka telah diprogram
untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh antigenya, sel-sel ini
menghsilkan bahan-banahn kimia yang menghancurkan
mikroorganisme dan memberitahu sel-sel darah putih lainnya bahwa
telah terjadi infeksi.
b) Monosit
Ukurannya lebih besar dari limfosit, protoplasmanya besar, warna biru
sedikit abu-abu, serta mempunyai bitnik-bintik sedikit kemerahan. Inti
selnya bulat atau panjang. Monosist dibentuk si dalam sumsum tulang,
masuk ke dalam sirkulasi dlam bentuk imatur dan menglami proses
pematangan menjadi makrofag setelah masuk jaringan. Fungsinya
sebagi fogosit, jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel
darah putih.
d. Jumlah sel darah putih
Pada orang dewasa, jumlah sel darah putih total 4,0-11,0 kali 10 yang terbagi
sebagai berikut:
Neutrophil 2,5-7,5 x 10
Eusinofil 0,04-0,44 x 10
Basophil 0-0,10 x 10
a. Struktur trombosit
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang
berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup selama 10 hari.
b. Jumlah trombosit
Jumlah trombosit antara 150 dan 400x 10/ liter ( 150.000 – 400.000/mililiter)
sekitar 30-40% terkonsetrasi di dalam limpa dan sisanya bersirkulasi dalam
darah.
c. Fungsi trombosit
Trombosit berperan penting dalam pembentukan tekanan darah . trombosit
dalam keadaan normal bersikulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Namun,
dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh darah , tersumbat
tertarik ke daerah tersebut sebagai respon terhadap kolagen yang terpanjang dan
lapisan subendotel pembuluh. Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan
mengeluarkan beberapa zat faerotonin dan histamine yang menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi pembuluh. Fungsi lain dari trombosit yaitu untuk
mengubah bentuk dan kualitas setelah berkaitan dengan pembuluh yang cedera.
Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersamaan membentuk
sumbatan trombosit yang secara aktif efektif menambal daerah yang terluka.
d. Pembatasan funsi trombosit
Penimbunan trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan aliran
darah ke jaringan atau sumbat menjadi sangat besar. Sehingga lepas dari tempat
semula dan mengalir ke hilir sebagai suatu mebolus dan menyumbat aliaran ke
hilir.
Guna mencegah suatu emboli, maka trombosit-trombosit tersebut meneluarkan
bahan-bahan yang membatasi luas penggumpalan mereka sendiri. Bahan utama
yang dikeluarkan oleh trombosit untuk membatasi pembekuan adalah
prostaggaldin tromboksan a2 dan prostasiklin 12. Trombosit a2 merangsang
pengeluaran trombosit dan menyebabkan vesokonstriksi lebih lanjut pada
pembuluh darah. Sedangkan prostaksilin 12 merangsang agengsi trombosit dan
pelebaran pembuluh sehngga semakin meningkatakan respons trombosit.
5. Plasma Darah
Plasma adalah bagian sarah yang encer tanpa sel darah. Warnanya bening
kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri atas air. Zat-zat yang
terdapat dalalm plasma darah adalah sebagai berikut:
Plasma diperoleh dengan memutar sel dara, plasma diberikan secara interval untuk :
1. Komponen darah
a. Plasma darah : bagian cair darah yang sebagaian terdiri atas air, elektrolit dan
protein darah.
b. Butur-butir darah yang terdiri atas tiga elemen berikut
1) Eritrosit
2) Leukosit
3) Trombosit
2. Hematopoiesis
Hematopoiesis merupakan proses pembentukkan darah. Tempat hematopoiesis pada
manusia berpindah-pindah sesuai dengan usianya.
d. Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas
pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang mtang dari sumsum tulang ke
darah tepi, sehingga sumsum talng dapat merespon kebutuhan tubuh dengan cepat
zat-zat yabg berpengaruh dalam mekanisme regulasi adalah sebgai berikut :
1) Sitokinin: ada dua jenis sitokini yaitu sitokinin yang merangsang
perumbuhan sel induk yang menekan pertumbuhan sel induk, dan keduanya
harus seimbang.
2) Jormon hemapoutik spesifik : hormone yang dibentuk diginjal khusus
merangasang pertumbuhan precursor eritrosit
3) Hormone non spesifik
3. Hemostasis
Apabila tubuh kita mengalami perdarahan akibat dari rudapaksa, maka secara
otomatis tubuh akan mengatasi perdarahan tersebut. Adapun perinsip dari hemostatis
adalah sebagai berikut.
Mengurangi Aliran Darah Yang Menuju Daerah Trauma
Cara untuk mengurangi darah yang menuju daerah trauma adalah sebagai berikut :
a. Vasokonstriksi
Pembuluh darah yang robek/terbuka akibat rudapaksa adalah merupakan
ransangan bagi pembuluh darah iti sendiri yang secara refleks akan mengalami
vasokonstriksi pada daerah robekan. Trombosit yang keluar dari pembuluh darah
karna adanya permukaan kasar dari daerah luka, maka akan pecah dan
mengeluarkan serotonin yang merupakan sebagai vasokonstriktor. Dengan
demikian, maka daerah pembuluh darah yang robek tadi akan semakin mengecil
atau menyempit, sehingga aliran darah pada daerah tersebut menjadi kecil sampai
terhenti.
b. Penekanan oleh edema
Jaringan yang terkena rudapaksa akan mengalami edema. Selanjutnya jaringan
yang edema tersebut akan menekan pembuluh darah. Dengan demikian, bisa
menambah sempitnya aliran darah yang menuju daerah.
Mengadakan Sumbatan/Menutup Lubang Perdarahan
Hal yang berperan dalam penyumbatan atau penutupan luka adalah thrombus, yaitu
bekuan darah di dalam pembuluh darah pada orang yang masih hidup. Trombosit
yang terkena permukaan kasar seperti pada pembuluh darah yang terluka akan pecah
dan menempel atau mengalami pengumpulan pada pembuluh darah membentuk
bekuan darah yang disebut dengan thrombus. Thrombus ini akan menymbat
lubang/luka pada pembuluh darah. Dengan demikian, darah yang mengalir pada
pembuluh darah tersebut akan berkurang bahkan sampai berhenti. Menurut jenisnya,
thrombus dibagi menjadi dua, yaitu: (1) thrombus putih yang tersusun oleh platelet
dan fibrin dengan kandungan eritrositnya yang relatif sedikit; (2) thrombus merah
yang tersusun oleh fibrin dan sel-sel darah merah.
4. Pembekuan Darah
Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah ditransformasi
menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah. Bekuan darah tersusun
terutama oleh sel-sel darah yang terperangkap dalam jarring-jaring fibrin. Fibrin
adalah suatu protein yang tidak larut dan berupa benang berbentuk semacam jarring-
jaring. Fibrin yang terbentuk berasal dari fibrinogen yang terdapat dalam plasma
dalam keadaan larut. Berubahnya fibrin dari fibrinogen ini karna adanya trombin,
yaitu suatu proteolitik enzim yang baru bisa bekerja apabila dalam keadaan aktif.
Menurut Howell. Proses pembekuan darah dibagi menjadi 3 stadium, yaitu sebagai
berikut.
a. Stadium I : pembentukan tromboplastin
b. Stadium II : perubahan dari protrombin menjadi thrombin
c. Stadium III : perubahan dari fibrinogen menjadi fibrin
Langkah-langkah Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Pembekuan Darah
Apabila jaringan mengalami cedera, jujur ekstrinsik akan diaktivasi dengan
pelepasan substansi yang dinamakan tromboplastin. Sesuai urutan reaksi, protombin
mengalami konversi menjadi trombin, yang pada gilirannya mengatalisir fibrinogen
menjadi fibrin. Kalsium merupakan ko-faktor yang diperlukan dalam berbagai reaksi
ini. Pembekuan darah melalui jalur intrinsic diaktivasi saat lapisan kolagen pembuluh
darah terpajan. Faktor pembekuan kemudian secara perurutan akan diaktifkan,
seperti jalur ekstrinsik, sampai pada akhirnya terbentuk fibrin.
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Sistem Hematologi
A. Pengkajian Umum System Hematologi
Pengkajian pada klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti,
sistematis, serta memahami dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi.
Hal ini perlu dilakukan agar kemungkinan adanya kesulitan dikarenakan gambaran klinis
atau tanda serta gejala yang hampir sama antara gangguan hematologi primer dan
sekunder dapat diminimalkan. Informasi dilakukan baik dari klien maupun keluarga
tentang riwayat penyakit dan kesehatan dapat dilakukan dengan anamnesis ataupun
pemeriksaan fisik.
Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan
atau klasifikasi data berdasarkan identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan,
keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan
keadaan khusus lainnya.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data keperawatan pada tahap pengkajian
adalah : Wawancara (interview), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik
(pshysical assessment) dan studi dokumentasi.
1. Wawancara
Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi
yang direncanakan. Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga
untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi
terapeutik. Macam-macam wawancara :
a. Auto anamnesa : wawancara dengan klien langsung
b. Allo anamnesa : wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
Teknik Pengumpulan Data Yang Kurang Efektif :
a. Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat /
keluhan / respon. misalnya : “Apakah Anda makan tiga kali sehari ?“
b. Pertanyaan terarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan. Misalnya :
“……………. Anda setuju bukan?”
c. Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
d. Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa klien
benar atau salah. Misalnya : “Anda tidak bermaksud seperti itu kan?”
2. Observasi
Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan, dan pada praktiknya kita
lebih sering menyebutnya dengan observasi. Observasi adalah mengamati perilaku
dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan
keperawatan klien.
Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi
klien melalui kepekaan alat panca indra.
Contoh kegiatan observasi misalnya : terlihat adanya kelainan fisik, adanya
perdarahan, ada bagian tubuh yang terbakar, bau alkohol, urin, feses, tekanan darah,
heart rate, batuk, menangis, ekspresi nyeri, dan lain-lain.
3. Pemeriksaan Fisik
Tahap ketiga dalam pengumpulan data adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik
dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat
keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional
klien. Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat
mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari atau tidak.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status
kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk
menentukan rencana tindakan keperawatan.
Ada 4teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
a. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat
dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi
pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris.
Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan
bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher,
kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain .
b. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-
jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data,
misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
2) Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
3) Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
4) Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
c. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan
tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi
jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk
menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru
pada pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung,
perkusi daerah hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong,
misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.dan timpani pada usus
d. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan
bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
1) Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya
pada klien pneumonia, TBC.
2) Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun
saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya
pada edema paru.
3) Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase
inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
4) leura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan
amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :
a. Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki.
Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal,
punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
b. ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan
umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan,
sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen,
sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan
sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.
c. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi
kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi :
persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola
eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan,
aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi stress,
nilai-pola keyakinan.
d. Doengoes (1993)
Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan
cairan, hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan,
seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan / pembelajaran.
1) Data demografi
a) Usia
Usia merupakan data dasar yang penting karena ada beberapa gangguan
hematologi yang menyebabkan klien tidak berusia panjang(6-7 tahun).
b) Golongan darah
Penting untuk dikaji karena untuk memperoleh kecocokan dengan donor
darah klien bila diperlukan tranfusi darah.
c) Tempat tinggal
Ada beberapa gangguan hematologi yang disebakan karena factor
lingkungan.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dilakukan untuk mengetahui adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan seperti gangguan yang dialami klien seperti
perdarahan dan anemia.
1. Masalah kesehatan klien sekarang
2. Tanda-tanda infeksi
3. Perdarahan
4. Warna kulit
5. Dispnea
6. Pica
7. Perut terasa penuh menunjukkan splenomegaly
8. Alkoholik
9. Neurologi
10. Pruritus
e) Riwayat kesehatan klien
Perawat melakukan pengkajian kondisi yang pernah dialami oleh klien
yang berhubungan dengan system hematologi seperti berikut ini:
1. Keganasan, kemoterapi
2. Risiko HIV
3. Hepatitis
4. Kehamilan
5. Thrombosis vena
f) Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung dan tenggorokan
(HEENT)
a. Konjunctiva anemis, mukosa pucat àanemia
b. Ikhterik/ jaundice àhemolisis, heperbilirubinemia
c. Petekie àtrombositopenia
d. Glositis àanemia defisiensi zat besi, anemia defisiensi vitamib B 12
e. Limfadenopatiàlimfoma
f. Edema
g. Kemerahan
h. Perdarahan
i. Ketidaknormalan lensa
j. Gangguan penglihatan
k. Kebutaan
2. Rambut
a. Tekstur Pertumbuhan
3. System integument/Kulit dan membran mukosa
a. Pucat –àanemia
b. Jaundice-àhiperbilirubinemia
c. Koilonisia(kuku seperti sendok)–à anemia defisiensi zat besi
d. Ekimosis dan petekie-à trombositopenia
e. Pengkajian system Sianosis
f. Joundice
g. Lesi yang sulit sembuh
h. Pigmentasi
i. Koreng pada tungkai
j. Kulit tangan dan kaki mengelupas
4. Kuku
a. Cembung
b. Datar
c. Mudah patah
d. Clubbiing
5. Mulut
a. Membran mukosa kemerahan
b. Luka
6. Lidah
a. Nyeri
b. Tekstur
c. Ada papil
d. Ada alur/garis
e. Warna
7. System kardiovaskuler
Takikardi S4–à anemia berat dengan gagal jantung
a. Aritmia
b. Murmur
c. Gagal jantung
d. Nyeri
e. Nafas pendek
f. Kelelahan
8. Pengkajian system respiratori
a. Sesak nafas
b. Perubahan suara nafas
9. Abdomen
a. Splenomegaliàpolisitemia, limfoma
b. Splenomegali
c. Hepatomegali
d. Adanya nyeri
e. Sirosis
10. Pengkajian system Gastrointestinal
a. Mual
b. Muntah
c. Kesulitan menelan
d. Anoreksia
e. Penurunan BB
11. System neurologi
Kehilangan sensasi getar (vibratio sense)àanemia megaloblastik
12. Pengkajian system neurology
a. Pusing
b. Kelemahan
c. Sulit tidur
d. Perubahan perilaku
e. Mati rasa/kaku
13. Pengkajian system musculoskeletal
a. ROM
b. Tulang
1) Nyeri Nyeri tulang/ terdernessà myeloma multiple
2) Kaku
3) Bengkak
4) Penipisan kortek tulang panjang
5) Penipisan tulang kartilago
6) Penebalan tulang kranial
c. Jaringan lunak
1) Edema
2) Abses
14. Pengkajian system genitourinaria
a. Hematuri
b. Inkontinensia
c. Menstruasi yang berlebihan
d. Nyeri/sakit
15. Evaluasi Pemeriksaan: Laboratorium, Diagnosa penunjang
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan secara valid melalui
persiapan klien, alat dan bahan, serta pemeriksanya sendiri.
Pemeriksaan laboratorium meliputi berikut
a. Pemeriksaan Hbàbila nilainya < 5 g/dlàindikasi dilakukan tranfusi
meski tidak ada gejala
b. Pemeriksaan Hct àbila nilaninya >70 % indikasi dilakukan
flebotomi segera
c. Hitung plateletàbila nilainya < 10.000.mm2 maka risiko terjadi
perdarahan spontan, bila nilainya < 50.000/mm2 maka risiko
perdarahan meningkat pada trauma dan pembedahan, bila >
2.000.000mm2 maka terdapat risiko thrombosis
d. Hitung neutrofilà bila nilainya <5oo.mm2 maka terdapat risiko
tinggi infeksi
e. Protrombine time (PT)àBila nilainya <1,5x control maka tidak ada
peningkatan risiko perdarahan, tetapi bila <2,5 x control dapat
terjadi risik perdarahan spontan.
Pada PTT àBila nilainya<1,5x control maka ada penigkatan risiko
perdarahan, bila 2,5 kontrol maka risiko tinggi adanya perdarahan
spontan.
f. Waktu perdarahanà bila nilainya >20 menit maka terdapat risiko
perdarahan spontan
g. Antitrombin IIIàBila nilainya <50% maka terdapat risiko terjadi
thrombosis spontan
B. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diagnosa Anemia
1. Pengkajian
Pengkajian data-data focus yang sering dialami/terjadi pada bayi dan balita yang
mengalami anemia terutama defisiensi.
a. Usia
Anak yang mengalami defisiensi Fe biasanya berusia antara 6-24 bulan dan pada
masa pubertas . Pada usia tersebut kebutuhan Fe cukup tinggi, karena digunakan
untuk pertumbuhan.
b. Pucat
1) Pada anemia pascaperdarahan, kehilangan darah sekitar 12-15% akan
menyebabkan pucat, dan juga takikardi. Kehilangan darah yang cepat dapat
menimbulkan reflek cardiovascular secara fisiologis.
2) Pucat pada anemi hemolistik terjadi karena penghancuran sel darah merah
sebelum waktunya. Secara normal, sel darah merah akan hancur dalam waktu
120 hari, untuk selanjutnya membentuk sel darah baru
3) Pada anemia aplastic, pucat terjadi karena terhentinya pembentukan sel darah
pada sumsum tulang. Hal ini terjadi karena sumsum tulang mengalami
kerusakan.
Warna pucat ini dilihat pada telapak tangan, dasar kuku, konjungtiva, dan mukosa
bibir. Cara sederhana adalah dengan membandingkan telapak tangan anak dengan
telapak tangan petugas atau orang tuanya.
c. Mudah lelah/lemah
Berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh mengakibatkan keterbatasan energy
yang dihasilkan oleh tubuh, sehingga anak kelihatan lesu, kurang bergairah, dan
mudah lelah.
d. Pusing kepala
Karena pasokan aliran darah ke otak berkurang.
e. Nadi cepat
f. Peningkatan denyut nadi
sering terjadi, terutama pada perdarahan yang mendadak karena merupakan
kompensasi dari reflek cardiovaskuler
g. Eliminasi urine
Adanya perdarahan yang hebat dapat mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal sehingga produksi urine menurun
h. Gangguan pada system saraf
Anemia defisiensi vitamin B12 dapat menimbulkan gangguan pada system saraf
sehingga timbul keluhan seperti kesemutan (gringgingen), ekstremitas lemah.
i. Gangguan saluran cerna
Pada anak yang anemia sering timbul keluhan nyeri perut, mual, muntah, dan
penurunan nafsu makan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi apada anak anemia adalah sebagai
berikut :
a. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan masukan zat besi, folat, B12 dan kurang pengetahuan menegenai
makanan yang kaya akan zat besi, folat, dan B12.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan oksigen
ke jaringan
c. Ansietas/takut berhubungan dengan prosedur diagnostic/transfuse
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I : Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan masukan zat besi, folat, B12 dan kurang pengetahuan menegenai
makanan yang kaya akan zat besi, folat, dan B12.
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Keluarga 1. Berikan konseling diet 1. untuk memastikan bahwa
menghubungkan pada pemberi perawatan anak mendapat suplai
riwayat diet dengan khusus yang adekuat dengan
memperjelas 2. Berikan ASI eksklusif memberi makanan yang
kepatuhan anak atau susu secukupnya kaya akan besi, folat dan
terhadap pengobatan pada anak sebagai B12
2. Anak diberikan makanan suplemen 2. agar pemenuhan adekuat
suplemen besi yang setelah makanan padat dan konsumsi susu yang
dibuktikan dengan 3. Ajarkan pada anak berlebih dapat
feses yang berwarna tentang pentingnya menurunkan masukan
hijau memakan makanan makanan padat yang
3. Anak minum obat yang mengandung besi. mengandung besi, folat,
dengan tepat 4. Berikan dosis dan B12
pemberian obat sesuai 3. untuk mendorong anak
dengan advice dokter agar patuh
5. Berikan jus buah atau 4. untuk absorpsi
preparat multivitamin maksimum
5. karena vitamin C
memudahkan absorpsi
6. Anjurkan keluarga 6. Bahan tersebut akan
untuk tidak memberikan menurunkan absorpsi besi
konsumsi obat bersama 7. dosis yang adekuat akan
susu atau antasida mengubah feses menjadi
7. Kaji karakteristik feses berwarna hijau gelap
4. Implementasi
Untuk mencapai keriteria hasil, yang pertama kali difokuskan dalam intervensi
keperawatan adalah pemberian edukasi untuk keluarga. Edukasi tersebut termasuk
bagaimana defisiensi anemia, bimbingan diet yang tepat menurut ahli medis dan
informasi yang berhubungan dengan suplemen oral yang diberikan untuk anak.
Edukasi ini dapat membantu keluarga untuk mendidik anak, membantu tenaga medis
mengatasi kebutuhan besi, folat dan B12, perfusi jaringan, dan toleransi aktivitas.
5. Evaluasi
Ikuti dan memantau keluarga yang seharusnya focus dalam evaluasi hasil setelah anak
dilakukan perawatan dan melihat kembali konsep pengajaran yang dibutuhkan.
BAB III
KESIMPULAN
Sistem hematologi tersusun atas darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus
limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Darah merupakan medium transpor tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat
badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orang tidak
sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah.
Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :
a. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein
darah.
b. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut ini
1) Eritrosit : sel darah merah (SDM-red blood cell)
2) Leukosit : sel darah putih (SDP-white blood cell)
3) Trombosit : butir pembeku darah-platelet
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Wiwik. Haribowo, Andi Sulistiyo. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
https://ismailboy23.wordpress.com/2013/10/27/pengkajian-sistem-hematologi/
https://www.academia.edu/27782154/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUHAN_KEPERAWA
TAN