Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HEMATOLOGI

ANEMIA MEGALOBLASTIK

Disusun Oleh :
Nutri Farda Nur (P07134116044)
Ratna Saputri Mahsun (P07134116046)
Rifki Khalidi Asyhaer (P07134116048)
Titin Febrianti (P07134116053)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN ANALIS KESEHATAN MATARAM
2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hematologi III dan juga untuk

khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga

bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.

Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih

banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon

kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah

Hematologi yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Waalaikumussalam Wr.WB

Mataram , 8 September 2018

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
B. Tujuan ………………………………………………………………………. 2
C. Rumusan Masalah …………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………… 3
A. Definisi …………………………………………………………………….... 3
B. Gejala Klinis ………………………………………………………………… 4
C. Pemeriksaan Laboratorium …………………………………………………. 5
D. Terapi Pengobatan …………………………………………………………... 6
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………. 8
A. Kesimpulan ………………………………………………………………….. 8
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah (eritrosit)
dan/atau Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada dibawah nilai normal. Hemoglobin
adalah bagian utama dari sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen. Jika seseorang
kekurangan sel darah merah, atau hemoglobin yang normal, maka sel-sel dalam tubuh tidak
akan mendapatkan oksigen yang cukup, akibatnya timbullah gejala anemia.
Gejala anemia seperti lemah dan lesu terjadi karena organ-organ tidak mendapatkan
apa yang mereka butuhkan untuk berfungsi dengan baik, yaitu oksigen. Dalam masyarakat kita
anemia dikenal dengan istilah kurang darah. Kurang darah (anemia) ini berbeda dengan darah
rendah. Darah rendah merupakan rendahnya tekanan darah. Sedangkan anemia adalah
kurangnya sel darah merah atau hemoglobin seperti telah disebutkan di atas.
Bila anemia terjadi dalam waktu yang lama, konsentrasi Hb ada dalam jumlah yang
sangat rendah sebelum gejalanya muncul. Gejala-gejala tersebut berupa :
a. Asimtomatik : terutama bila anemia terjadi dalam waktu yang lama.
b. Latergi : penurunan kesadaran dan pemusatan perhatian serta kesiagaan.
c. Nafas pendek atau sesak, teutama saat beraktifitas.
d. Kepala terasa ringan.
e. Palpitasi : detak jantung lebih cepat dari normal dengan frekuensi dan irama
yang tidak teratur.
Anemia dibagi menjadi beberapa klasifikasi antara lain :
1. Klasifikasi anemia akibat gangguan eritropoisis
a. Anemia Defisiensi Besi
b. Anemia Megaloblastik
c. Anemia Aplastik
d. Anemia Mieloptisik
2. Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel
a. Anemia Mikrositik
b. Anemia Normositik
c. Anemia Makrositik
Salah satu jenis anemia yaitu anemia megaloblastik yaitu defisiensi folat atau vitamin
B12 yang mengakibatkan gangguan pada sistesis timidin dan defek pada replikasi DNA, efek
yang timbul adalah pembesaran prekursor sel darah (megaloblast) di sumsum tulang,
hematopoiesis yang tidak efektif, dan pansitopenia.

1
B. Tujuan

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anemia megaloblastik beserta gejala klinis,
pemeriksaan laboratorium, dan cara pengobatannya.

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan anemia megaloblastik ?


2. Apa saja gejala klinis yang ditimbulkan oleh penderita anemia megaloblastik ?
3. Apa saja pemeriksaan laboratorium pada penderita anemia megaloblastik ?
4. Bagaimana cara pengobatan pada penderita anemia megaloblastik ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Anemia megaloblastik adalah salah satu jenis anemia yang terjadi saat sel darah
merah memiliki ukuran yang lebih besar dari normal. Ia tidak mengalami pembelahan dan
tidak berkembang secara sempurna, sehingga berakibat pada penurunan jumlah sel darah
merah. Sama seperti anemia pada umumnya, sel darah merah yang berukuran besar dan
tidak matang menyebabkan distribusi hemoglobin dan oksigen mengalami penurunan.
Penurunan jumlah sel darah merah terjadi ketika sel darah merah yang berukuran besar
tidak dapat memasuki pembuluh darah setelah diproduksi di sumsum tulang.

Defisiensi nutrisi akibat pola makan yang tidak seimbang diduga merupakan
penyebab anemia megaloblastik. Namun defisiensi zat besi bukanlah penyebab utama,
melainkan defisiensi vitamin B12 dan folat yang menyebabkan sel darah merah tidak
berkembang dengan sempurna.

Pembesaran sel darah merah berasal dari kecacatan pada DNA dan menghambat
sel darah mengalami maturasi sempurna. Hal ini merupakan dampak langsung dari
defisiensi vitamin B12 dan folat pada fungsi sumsum tulang sebagai penghasil darah.
Akibatnya sel darah membesar berbentuk oval dengan DNA yang tidak sempurna.

Penyebab utama anemia megaloblastik adalah defisiensi nutrisi seperti vitamin B12
dan folat. Namun hal ini dapat dipicu kondisi lainnya, seperti:

a. Kurangnya Asupan Vitamin B12


Jumlah asupan B12 kurang dari 5-7 µg/hari dapat disebabkan karena tidak
menyertakan daging merah, ikan, telur dan susu dalam menu makanan, seperti dalam
pola makan vegetarian.

b. Kurang Asupan Folat


Kadar kurang dari 0,4 mg/ hari disebabkan tidak menyertakan daging merah dan
sayuran hijau, buah, dan berbagai produk olahan hewani. Asupan folat juga dapat
berkurang jika cara memasak sayuran hijau menggunakan air yang terlalu banyak dan
suhu yang terlalu tinggi sehingga merusak kandungan folat.

c. Malabsorbsi Vitamin B12


Meskipun mudah diserap dan dipenuhi, defisiensi vitamin B12 diapat disebabkan
berkurangnya protein dalam lambung yang membantu, penyerapan vitamin B12.
Selain itu adanya kondisi autoimun, infeksi bakteri, dan cacing parasit akan
menurunkan kadar vitamin B12 yang diserap. Secara lebih spesifik anemia

3
megaloblastik akibat defisensi vitamin B12 dikenal sebagai anemia pernisiosa.

d. Malabsorbsi Folat
Beberapa kondisi konsumsi alkohol berlebih dan kehamilan menyebabkan tubuh
menyerap folat lebih sedikit dari biasanya.

e. Kondisi Medis Lainnya


Penyebab lain pemicu anemia megaloblastik, di antaranya:

 Leukimia
 Infeksi HIV
 Sindroma Myelodyspslatic
 Myelofibrosis
 Penggunaan obat anti-kejang epilepsi, dilantin
 Penggunaan obat kemoterapi

B. Gejala Klinis

Gejala klinis anemia megaloblastik, antara lain :

 Pada Defisiensi Kobalami : Gangguan Neurologis


 Pada gangguan gastrointestinal dapat timul gejala : kehilangan nafsu makan, penurunan
berat badan, mual dan sembelit
 Pasien Mungkin diikuti sariawan dan sakit pada lidah
 Tanda-Tanda Anemia : Seperti anemia pada umumnya, penderita anemia megaloblastik
mengalami rasa lemas atau kurang bertenaga. Gejala anemia megaloblastik juga dapat
bervariasi bagi setiap orang, seperti:

 Sesak napas
 Mati rasa di setiap ujung tubuh
 Lidah terasa licin dan/atau membengkak
 Diare
 Mual
 Keram otot
 Kulit terlihat pucat
 Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan secara singkat
 Jantung berdebar
 Tangan dan kaki bergetar

 Gangguan Neurologis : parastesi tangan dan kaki, kehilangan memori selanjutnya jika
keadaan memberat dapat mempengaruhi gaya berjalan, kebutaan akibat atropi N.Optikus
dan Gangguan Kejiwaan

4
C. Pemeriksaan Laboratorium

1. Adapun pemeriksaan laboratorium pada pasien penderita anemia megaloblastik antara lain:

 Darah : anemia, gambaran eritrosit normokrom makrositer dan makroovalosit,


leukosit PMN besar dan hipersegmentasi, trombosit dapat rendah, MCV ↑, MCHC
normal.
 Defisiensi vitamin B12 (kadar vitamin B12 serum < 100pg/mL)
 Defisiensi asam folat (kadar asam folat serum < 3 ng/mL)
 Sumsum tulang : semua prekusor sel hematopoetik membesar (giant metamyelosit)
dengan hiperplasia eritroid.

2. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Darah Rutin
 Pemeriksaan Defisiensi As. Folat
 Pemeriksaan Defisiensi Kobalamin
 Pemeriksaan Serum Besi
 LDH dan Bilirubin Indirect
 Histopatologi

3. Diagnosis

Temuan makrositosis yang bermakna (volume korpuskula rerata (MCV) > 110 fL)
mengisyaratkan adanya anemia megaloblastik. Penyebab lain makrositosis adalah
hemolisis, penyakit hati, alkoholisme, hipotiroidisme dan anemia aplastik. Apusan darah
memperlihatkan anisitosis mencolok dan poikilositosis, disertai makrovalosit, yaitu,
eritrosit yang mengalami hemoglobinisasi penuh, besar, oval dan khas untuk anemia
megaloblastik. Beberapa stippling basofilik ditemui, dan kadang – kadang ditemukan pula
sel darah merah yang berinti. Pada turunan sel darah putih, neutrofil memperlihatkan
hipersegmentasi nucleus. Temuan ini sangat khas sehingga ditemukan sebuah sel dengan
nucleus enam lobus atau lebih mengharuskan kita harus mencurigai adanya anemia
megaloblastik. Sumsum tulang tampak hiperseluler dengan penurunan rasio
myeloid/ertitroid dan peningkatan besi. Anemia megaloblastik ditandai oleh eritropoesis
yang tidak efektif.
Pada evaluasi pasien anemia megaloblastik, perlu ditentukan apakah terdapat
defidiensi vitamin spesifik dengan mengukur kadar kobalamin dan folat serum. Rentang
normal kobalamin dalam serum adalah 200 sampai 900 pg/mL, nilai yang lebih rendah dari
pada 100 pg/mL mengindikasikan defisiensi bermakna klinis. Bila defisiensi kobalamin
telah dipastikan, maka patogenesisnya dapat diketahui dengan melakukan uji schheling.

5
Diagnosis Banding

 Anemia Defisiensi Besi


 Makrositosis
 Anemia Penyakit Kronis

D. Terapi Pengobatan

1. Umum :

Makanan gizi seimbang


Hindari makanan yang mengandung gluten
Atasi faktor predisposisi

2. Khusus :

a. Defisiensi asam folat :


 Asam folat 0,5 – 1 mg/hr po. Respons perubahan hematologis dapat diharapkan
dalam 72 jam, terapi dilanjutkan selama 3-4 minggu sampai didapatkan respons
hematologis yang jelas. Lama pengobatan tergantung penyebabnya (dapat
beberapa bulan).
 Pada malabsorbsi, pengobatan asam folat diberikan sampai malabsorbsi teratasi,
atau dapat dicoba dengan pemberian awal 50 mg/hr selama 7-14 hari.
 Pada kebutuhan ↑ (anemia hemolitik kronik) -> pengobatan dengan asam folat
seumur hidup.
 As. Folat (1-5 mg) secara oral dan diberikan secara paerenteral dengan dosis yang
sama
 Terapi Folat 1 mg/hari harus diberikan selama periode kehhamilan.

b. Defisiensi vitamin B12 :


 Dosis awal optimal 25-100 ug/hr selama 2-3 minggu. Dosis pemeliharaan 200-
1000 ug im setiap bulan.
 Pada gangguan absorbsi dapat diberikan 1000 ug im 2 x seminggu.
 Respon berupa retikulositosis dapat diharapkan pada hari ke 3 – 4 pengobatan.

c. Transfusi Darah
 Transfusi darah PRC 10 – 15 ml/kgBB bila ada tanda gagal jantung yang
mengancam
 Bila ada infeksi harus segera diatasi, karena selama ada infeksi, sumsum tulang
sering tidak memberikan respons dengan pemberian hematinik.

6
d. Kobalamin 1000 mcg parenteral selama 2 Minggu, dengan gangguan neurologis 1000
mcg setiap hari selama 2 minggu, kemudian selama 2 minggu sampai 6 bulan dan
1000 mcg kobalamin untuk pasien dengan hemoflia.

e. Sindroma Blind-loop ditangani dengan antibiotik.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia Megaloblastik adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh gangguan sintesis
DNA. Sel terutama yang terkena adalah sel yang pertukarannya cepat, terutama sel prekursor
hematopoetik dan sel epitel gastro-intestinal.
Gejala anemia megaloblastik dapat dilihat seperti sesak napas, mati rasa disetiap ujung tubuh,
lidah terasa licin dan atau membengkak, diare, mual, keram otot, kulit terlihat pucat,
kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan secara singkat, jantung berdebar, tangan
dan kaki bergetar.

Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan antara lain seperti


pemeriksaan darah rutn, pemeriksaan defisisensi asam folat, pemeriksaan defisiensi
kobalamin, pemeriksaan serum besi, LDH dan bilirubin indirect serta histopatologi.

Terapi pengobatan anemia Megaloblastik dibagi menjadi dua yaitu umum dan khusus.
Terapi umum seperti makanan gizi seimbang, hindari makanan yang mengandung gluten, dan
atasi faktor prediposisi. Sedangkan terapi khusus meliputi defisiensi asam folat, defisiensi
vitamin B12, transfusi darah, Kobalamin 1000 mcg parenteral selama 2 Minggu, dengan
gangguan neurologis 1000 mcg setiap hari selama 2 minggu, kemudian selama 2 minggu
sampai 6 bulan dan 1000 mcg kobalamin untuk pasien dengan hemoflia. Serta sindroma Blind-
loop ditangani dengan antibiotik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Zaetun,Siti. 2016. Teori Ringkas Keganasan Hematologi. Jurusan Analis Kesehatan Mataram,
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

Jurnal Kedokteran, 2011. Anemia Megaloblastik. http://koass-


note.blogspot.com/2011/01/anemia-megaloblastik.html diakses pada 8 september 2018.

Herdata, Heru Noviat. Anemia Megaloblastik.


https://ebookfkunsyiah.wordpress.com/2008/09/16/anemia-megaloblastik/ diakses pada 8
September 2018.

Al Fajar,Kemal. Anemia Megaloblastik, kelainan darah yang bisa memicu kanker lambung.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/fakta-tentang-anemia-megaloblastik/ diakses
pada 8 Srptember 2018.

Muhlisin, Ahmad. Penyakit Anemia-Pengertian, Penyebab, dan Gejala.


https://mediskus.com/penyakit/anemia-pengertian-penyebab-dan-gejala-anemia diakses pada
8 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai