Anda di halaman 1dari 82

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DEWASA

DENGAN ANEMIA

OLEH:

ROSALIA DALIMA PADUT

CLARA C. O. XIMENES

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehaditrat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan berkat-Nya, kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Komunitas
Dewasa dengan Anemia.

Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini, kami menyadari bahwa


masih terdapat banyak kekurangan, hal ini karena terbatasnya kemampuan kami,
baik dalam pengumpulan materi tentang anemia maupun dari pengetahuan dan
pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun,
akan kami terima dengan senang hati.

Kami sangat berharap semoga Asuhan Keperawatan sederhana ini dapat


berguna bagi pengetahuan kami sendiri maupun bagi para pembaca.

Ruteng, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................3
A. Definisi .......................................................................................................3
B. Klasifikasi ..................................................................................................3
C. Etiologi ..................................................................................................... 4
D. Patofisiologi .............................................................................................. 6
E. Manifestasi Klinis ........................................................................................9
F. Komplikasi ..................................................................................................9
G. Penatalaksanaan ....................................................................................... 10
H. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................ 12
BAB III PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS ........................................14
A. Pengkajian ...................................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 16
C. Intervensi keperawatan .............................................................................. 16
D. Implementasi................................................................................................18
E. Evaluasi .......................................................................................................19
BAB VI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DEWASA ANEMIA ..22
A. Pengkajian ...................................................................................................22
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................52
C. Intervensi Keperawatan ...............................................................................55
D. Implementasi ................................................................................................67
E. Evaluasi ........................................................................................................73
BAB V PENUTUP..................................................................................................79
A. Kesimpulan ..................................................................................................79
B. Saran ............................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................80

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh


dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara
maju. Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi
terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. World Health Organization (WHO)
menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di
abad modern ini.

Menurut data WHO dalam Worldwide Prevalence of Anemia


menunjukkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita
anemia sebanyak 1,62 miliar orang. Sejalan dengan data Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, menyatakan bahwa prevalensi anemia
gizi pada remaja putri usia 10-18 tahun ialah sebesar 57,1%. Sedangkan
menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia
sebesar 21,7%, dengan proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di
pedesaan serta 18,4% laki-laki dan 23,9% perempuan. Berdasarkan
kelompok umur, penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan
sebesar 18,4% pada kelompok umur 15-24 tahun.

Berdasarkan data tersebut di atas dapat kita ketahui bahwasannya


anemia masih menjadi penyakit yang kerap kali menyerang dan juga
mematikan tentunya. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan preventif
maupun kuratif yang harus diterapkan oleh masyarakat agar aman dari
penyakit ini. Peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan dalam memberikan
edukasi maupun tindakan dalam menangani pasien anemia

1
B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep teori tentang anemia.

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas dewasa pada


penderita anemia

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya sel darah
merah dan kadar haemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia
bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan
suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia
terjadi apabila terjadi kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkat
oksigen ke jaringan.
Terdapat berbagai macam anemia, sebagian akibat produksi sel
darah merah tidak mencukup,dan sebagian lagi akibat sel darah merah
premature atau penghancuran sel darh merah yang berlebihan. Faktor
penyebab lainnya meliputi kehilanagn darah, kekurangan nutrisi, faktor
keturunan, dan penyakit kronis .Anemia kekurangan besi adalah anemia
yang terbanyak diseluruh dunia.

B. Klasifikasi
Klasifikasi anemia menurut faktor morfologi :
a. Anemia hipokromik mikrositer : MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg
Sel darah merah memiliki ukuran sel yang kecil dan pewarnaan yang
berkurang atau kadar hemoglobin yang kurang (penurunan MCV dan
penurunan MCH).
Anemia defisiensi besi
1. Thalasemia major
2. Anemia akibat penyakit kronik
3. Anemia sideroblastik
b. Anemia normokromik normositer : MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
Sel darah merah memiliki ukuran dan bentuk normal serta
mengandung jumlah hemoglobin dalam batas normal.

3
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia aplastik
3. Anemia hemolitik didapat
4. Anemia akibat penyakit kronik
5. Anemia pada gagal ginjal kronik
6. Anemia pada sindrom mielodisplastik
7. Anemia leukemia akut
c. Anemia normokromik makrositer : MCV > 95 fl
Sel darah merah memiliki ukuran yang ukuran yang lebih besar dari
pada normal tetapi tetapi kandungan hemoglobin dalam batas normal
(MCH meningkat dan MCV normal).
1. Bentuk megaloblastik
 Anemia defisiensi asam folat
 Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
2. Bentuk non-megaloblastik
 Anemia pada penyakit hati kronik
 Anemia pada hipotiroidisme
 Anemia pada sindrom mielodisplastik

C. Etiologi
a. Anemia mikrositik hipokrom
Anemia defisiensi besi
Adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai
bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
 Disebabkan karena:
- Diet yang tidak mencukupi
- Absorbsi yang menurun
- Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan/lantasi
- Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi dan donor darah
- Hemoglobinuaria
- Penyimpanan besi yang kurang seperti pada hemosiderosis paru

4
b. Anemia makrositik
Defisiensi vitamin B12 / pernisiosa
- Absorbsi vitamin B12 menurun
Defisiensi asam folat
- Gangguan metabolisme asam folat
Anemia karena perdarahan
 Karena adanya pengeluaran darah yang sedikit-
sedikit/ cukup banyak yang baik diketahui
Anemia hemolitik
a. Intrinsik
Kelainan membran seperti sferositosis hereditis, hemoglobinuria
makturnal pamosimal.
Kelainan glikolisis
Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa -6 fosfat dehydrogenase
(GEDP)
b. Ektrinsik
Gangguan sistem imun
Infeksi
Luka bakar
Anemia aplastic
Terjadi karena ketidakseimbangan sumsum tulang untuk membentuk sel-
sel dararh. Penyebabnya bisa kongenital (jarang), idiopatik (kemungkinan
autoimun) LES, kemoterapi, radioterapi, toksin seperti berzen, foluen,
insektisid. Obat-obatan seperti kloramfenikol, sulfenomid analgesic, anti
epileptic (hidantoin), pasca hepatisis.

Penyebab anemia antara lain :


1. Perdarahan
2. Kekurangan gizi seperti zat besi, vitamin b12, dan asam folat
3. Kelainan darah
4. Ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah merah

5
D. Patofisiologi
Sel darah merah (eritrosit) tidak memiliki inti sel, mitokondria,
atau ribosom. Sel darah merah tidak dapat bereproduksi atau melakukan
fosforilasi oksidatif sel atau sintesis protein. Sel darah merah mengandung
protein haemoglobin, yang mengangkut sebagian besar oksigen dari paru
ke sel-sel diseluruh tubuh. Hemoglobin menempati sebagian besar ruang
intrasel eritosit. Sel darah merah dapat diproduksi di dalam sum-sum
tulang yang berespon terhadap faktor pertumbuhan hemopoietik, terutama
eritropoietin, dan memerlukan zat besi, asam folat serta vitamin B 12 untuk
melakukan sintesis. Pada saat sel darah merah hampir matang, sel akan
dilepas keluar dari sumsum tulang, dan mencapai fase matang di dalam
aliran darah, dengan masa hidup sekitar 120 hari. Selanjutnya, sel inti akan
mengalami disintegrasi dan mati. Sel darah merah yang mati diganti sel-
sel yang baru yang dihasilkan dari sumsum tulang. Jika sel darah merah
yang mati dalam jumlah berlebih, sel darah merah yang belum matang
akan lepas dalam jumlah yang lebih banyak dari normal, akibatnya
meningkatkan kadar retikulosit yang bersirkulasi yang dikenali sebagai
salah satu jenis anemia. Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah
merah terjadi jika jumlah besi tidak adekuat atau tidak dapat diakses, atau
kekurangan asam folat, vitamin B12, atau globulin. Produksi sel darah
merah juga dapat tidak mencukupi jika mengalami penyakit sumsum
tulang lainnya. Defisiensi eritropoetin, yang terjadi pada gagl ginjal, juga
dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah merah. Anemia akibat
gangguan pembentukan sel darah merah berukuran terlalu kecil
(mikrositik) atau terlalu besar (makrositik), dan kandungan haemoglobin
yang secara abnormal rendah (hipokromik).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(missal berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksis, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak

6
diketahi. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat
defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
normal atau akibat beberapa faktor di luar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi)
terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial,
terutama dalam hati dalam limpa. Sebagai hasil samping proses ini,
bilirubin yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direflesikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau
kurang, kadar di atas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah , mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka haemoglobin
akan muncul pada plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas heptoglobin (plasma protein pengikat untuk
haemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misal apabila jumlahnya
lebih dari sekitar 100mg/dl), haemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan ke dalam urine (hemoglobinuria). Jadi ada atau
tidak adanya hmoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan
informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada
pasien dengan hemolisis dan dapat mengharapkan petunjuk untuk
mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar,
- Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah
- Derajat proferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan
cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsi
- Ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan homoglobinemia.
Anemia yang terkait dengan kehilangan darah dapat menjadi akut dan
kronis, anemia akut adalah mempunyai peredaran RBC dalam jumlah

7
besar. Pada orang dewasa dapat kehilangan darah sebanyak 500 ml (di luar
jumlah yang 6000 ml) tanpa berakibat yang seluas, tetapi bisa kehilangan
sebanyak 1000 ml atau lebih maka dapat menyebabkan konsentrasi akut.
Macam gejalanya tergantung pada hilangnya darah dan pada tingkat akibat
hipoxiannya (kurangnya oksigen pada jaringan), bila jumlah RBC-nya
menurun maka sedikit oksigen yang bisa dikirim ke jaringan . Kehilangan
volume darah sebanyak 30% atau lebih akan menimbulkan gejala seperti
diaphoresis, gelisah, tachycardia, tersengal-sengal dan shock.
Respon kompensasi tubuh terhadap hypoxia antara lain:
1. Tingkat out cardial dan pernafasan akan memperbanyak jumlah
oksigen yang dikirim ke jaringan.
2. Tingkat pelepasan oksigen oleh haemoglobin
3. Tambahkan volum plasma dengan cara pengeluarkan cairan dari
jaringan
4. Distribusi ulang darah ke orang-orang vital
Vasokonstriksi pengganti darah pada organ-organ vital adalah
bergantung yang bertanggung jawab terhadap beberapa tanda gejala
anemia, misalnya kepulatan/kedinginan, atau lembab berlebihan. Cerebral
hypoxia menimbulkan gejala gangguan mental mengantuk, sakit kepala,
pusing, dan finitus (telinga berdengung). Penyebab paling umum anemia
kekurangan zat besi terhadap kehilangan darah adalah merupakan anemia
kronis ke dua, tubuh memiliki daya adaptasi yang luar biasa dan dapat
mengatur dengan sangat baik terhadap pengurangan RBC dan Hb, dengan
membentuk kondisi secara perlahan. Seseorang bisa saja tidak
menampakan gejala walaupun jumlah total RBC-nya telah turun. Hampir
separuh dari tingkat normal atau tingkat Hb-nya di bawah 7 gram/ml, bila
jumlah kehilangannya darah berlanjut secara perlahan maka sumsum
kurang tidak dapat mengimbangi dengan cara meningkatkan produksi
RBC-nya. Bila penyebab kehilangan darah kronis tidak diketahui dan tidak
segera ditanggulangi, maka lambat laun sumsum tulang tidak dapat
mengimbangi kehilangan tersebut, dan gejala anemia pun akan segera

8
muncul, akibat dari hipoksia kronis dapat juga terjadi gejala
gastrointestinal (anorexia, nausea, constipasi, atau diarhea, dan stomatitis).

E. Manifestasi Klinis
Selain anemia itu sendiri, faktor turut memengaruhi perkembangan gejala
yang terkait dengan anemia : terbentuknya anemia, durasi anemia (yaitu :
kronistasnya), kebutuhan metabolik pasien, penyakit lain atau disabilitas
yang menyertai anemia (misalnya : penyakit jantung atau paru ) dan
komplikasi atau manifestasi kondisi penyerta yang menimbulkan anemia.
Semakin cepat anemia terbentuk berat gejalanya. Gejala yang menonjol
dari anemia yaitu :
- Dispnea, nyeri dada, otot atau kram,takikardia.
- Kelemahan keletihan, malaise umum
- Pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva,mukosa oral)
- Ikterik (anemia mengaloblastik)
- Lidah halus dan berwarna merah (anemia difesiensi besi )
- Lidah luka seperti daging merah (anemia mengaloblastik )
- Keilosis angular (ulserasi pada tepi/sudut mulut)
- Kuku rapuh,melengkung/membumbung,terbentuk cekung dan pika
(secara tidak lazim lapar tepung,tanah, es) pada pasien anemia
defisiensi besi.

F. Komplikasi
Komplikasi umum anemia meliputi gagal jantung, parestesia, dan kejang.
Pada setiap tingkat anemia, pasien dengan penyakit jantung cenderung
lebih besar kemungkinannya mengalami angina atau gejala gagal jantung
kongestif dari pada seseorang yang tidak mempunyai penyakit jantung.
Komplikasi sehubungan dengan sejenis anemia tertentu disertakan
bersama penjelasaan yang terpisah.

9
G. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan medis
1. Anemia Defisiensi Besi
Mengatasi penyebab pendarahan kronik, misalnya pada
ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai.
Pemberian Fe:
 Fero sulfat 3x3,25 mg secara oral dalam keadaan perut kosong,
dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan
bertahap pada pasien yang tidak kuat dapat diberikan bersama
makanan.
 Fero Glukonat 3x200 mg secara oral sehabis makan. Bila
terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau
gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral,
dapat diberikan secara parenteral dengan dosis 250 mg Fe (3
mg/kg BB).
 Iron Dextran mengandung Fe 50 mg/, diberikan secara intra
muscular mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2
hari sampai dosis total sesuai perhitungan dapat pula diberikan
intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila
dalam 3-5 menit menimbulkan reaksi boleh diberikan 250-500
mg.
2. Anemia Penyakit Kronik
Terapi terutama ditunjukkan pada penyakit dasarnya. Pada anemia
yang mengancam nyawa, dapat diberikan transfuse darah merah
seperlunya. Pengobatan dengan sumplementasi besi tidak
diindikasikan kecuali untuk mengatasi anemia pada artritis rheumatoid.
Pemberian kobalt dan eritropoetin dikatakan dapat memperbaiki
anemia pada penyakit kronik.
3. Anemia Makrositik
 Defisiensi Vitamin B12/Pernisiosa

10
Pemberian Vitamin B12 1000 mg/hari IM selama 5-7 hari
1x/bulan
 Defisiensi asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat
dilakukan pula dengan pemberian sumplementasi asam folat
oral 1 mg/hari.
4. Anemi karena Perdarahan
1) Perdarahan Akut
 Mengatasi perdarahan
 Mengatasi renjatan dengan transfusi darah atau pemberian
cairan perinfus.
2) Perdarahan Kronik
 Mengobati sebab perdarahan
 Pemberian preparat Fe
5. Anemia hemolitik
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya.
Bila karena reaksi toksik imunologik yang dapat diberikan adalah
kortikosteroid (prednisone, prednisolone), kalau perlu dilakukan
splenektomi apabila keduanya tidak berhasil dapat diberikan obat-obat
glostatik, seperti klorobusil dan siklophosfamit.
6. Anemia Aplastik
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan
etiologi dari anemia.
 Transfusi darah, sebaiknyaa diberikan packed red cell. Bila
diperlukan trombosit, berikan darah segar/platelet concencrate.
 Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotic, dan hygiene yang
baik perlu untuk mencegah timbulnya infeksi.
 Kortikosteroid dosis rendah mungkin bermanfaat pada
perdarahan akibat trombositopenia berat.

11
 Androgen, seperti pluokrimesteron, testosterone,
metandrostenolon dan nondrolon. Efek samping yang mungkin
terjadi virilisasi, retensi air dan garam, perubahan hati dan
amenore.

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999 :
572)
 Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV
(volume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular
rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB),
peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt) : 3,9 juta per mikro liter pada
wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria
 Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
 Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat
(respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
 Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
 LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
 Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
 Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
 SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial)
mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000 – 10.000 permokro liter
 Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau
tinggi (hemolitik)

12
Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000 – 400.000 per mikro
liter darah
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin.
Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat
(AP, hemolitik).
 Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
 Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
 TBC serum : meningkat (DB)
 Feritin serum : meningkat (DB)
 Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
 LDH serum : menurun (DB)
 Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
 Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
 Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI
 Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorik bebas (AP).
 Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum
dengan penurunan sel darah (aplastik).

13
BAB III
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
1. Core/ inti komunitas
a. Histori
Histori merupakan suatu gambaran terkait sejarah yang berkaitan dengan
kondisi perkembangan suatu wilayah tertentu yang mencakup semua
komponen yang terdapat dalam wilayah tersebut termasuk di dalamnya
adalah perbatasan wilayah.
b. Demographic
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau penduduk dan
grafein yang berarti menulia. Jadi, demografi adalah tulisan-tulisan atau
karangan-karangan mengenai penduduk.(Mubarak Wahit dan Nurul
Chayatin 2009).
Menurut A. Guillard (1985), demografi adalah elements de statistique
humaine on demographic compares. Defenisi demografi antara lain.
1) Demografi merupakan studi ilmiah yang menyangkut masalah
kependudukan, terutama dalam kaitannya dengan jumlah, struktur dan
perkembangan suatu penduduk.
2) Demografi merupakan studi statistik dan matematis tentang besar,
komposisi, dan distribusi penduduk, serta peruban-perubahannya
sepanjang masa melalui komponen demografi, yaitu kelahiran,
kematian, perkawinan, dan mobilitas sosial.
3) Demografi merupakan studi tentang jumlah, penyebaran teritorial dan
komponen penduduk, serta perubahan-perubahan dan sebab-sebabnya.
c. Ethnicitic
Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok
tertentu (kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu
yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya

14
kepada generasi berikutnya. Etnik berbeda dengan ras. Ras merupakan
sistim pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik visik,
pegmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh, dan bentuk
kepala. Sedangkan budaya merupakan keyakinan dan perilaku yang
diturunkan atau yang diajarkan manusia kepada generasi berikutnya.
(Efendi ferry dan Makhfudli ,2009).
d. Values and beliefs
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenal
apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai budaya adalah
sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya baik atau
buruk. Sedangkan, norma budaya adalah aturan sosial atau patokan
perilaku yang dianggap pantas. Norma budaya merupakan sesuatu kaidah
yang memiliki sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Nilai
dan norma yang diyakini oleh individu tampak di dalam masyarakat
sebagai gaya hidup sehari-hari. (Efendi ferry dan Makhfudli ,2009).

2. Subsistem
a. Lingkungan Fisik
Perumahan : rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi, dan
kepadatan.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan
atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi
c. Ekonomi
Tingkat social ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai
dengan upah minimum regional (UMR), dibawah UMR atau diatas UMR
sehingga upaya kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya
anjuaran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
d. Transportasi dan Keamanan
Keamanan dan keselamatan lingkungan tempat tinggal : apakah tidak
menimbulkan stress.

15
e. Politik dan pemerintahan
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan : apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan
diberbagai bidang termasuk kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dimanfaatkan di komuitas tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya
televisi, radio, koran atau leaf let yang diberikan kepada komunitas.
g. Education
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meingkatkan
pengetahuan?
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan
komunitas untuk megurangi stress. ( R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010 ).

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari,
maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang
mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang imbul pada masyarakat
tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disusun diagnose keperawatan
komunitas dimana terdiri dari : masalah kesehatan, karakteristik populasi, dan
karakteristik lingkungan. ( R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010 ).

C. Rencana Keperawatan
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan
apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan
adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang
telah ditetapkan sesuai dengan diagnose keperawatan. Dalam menentukan tahap

16
berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada 2 faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat
masalah dan sumber atau potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang
tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara
untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk
menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok
kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh
masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri
dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan
kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperan serta dalam
pembangunan kesehatan di wilayahya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
d. Tahap formasi dan kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap ahkir
Dengan melakukan supervise atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi
serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja
kesehatan lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh
dengan tahapan sebagai berikut :

17
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium
4) Bekerja dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan
atau komunitas bila stressor dari lingkungan.
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

D. Implementasi
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawat yang dihadapi. Hal-hal yang yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksaan kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat
adalah:
a. Melaksanakan kerja sama lintas program dan linytas sektoral dengan instansi
terkait
b. Mengikut sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat dan
kelompok dan kelompok masyarakat dalam menghatasi masalah kesehatannya.
c. Memanfaatkan potensi dan sumbar daya yang ada di masyarakat
Level pencagahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas terdiri
atas:
1) Pencegahan primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan
diaplikasikannya kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit
2) Pencegahan sekunder
Pencagahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat
untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit
dan tingkatb keparahan.

18
3) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidak mampuan
sambil stabil atau menetap, atau tidak dapat diperbaiki sama sekali.
Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya penghambat proses
penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang
optoimal dari ketidak mampuannya.

E. Evaluasi
Evaluasi di dilakukan atas respons komunitas terhadap program kesehatan.
Hal-hal yang dievaluasi adalah masukan (input),pelaksanaan (proses),dan akhir
akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula .Ada 4 deminsi yang perlu
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian ,yaitu :Daya guna ,hasil guna ,
kelayakan ,kecukupan
Adapun dalam evaluasi difokuskan dalam :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efensiensi biaya
d. Efektifitas kerja
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/ menurun , dalam rangka waktu
berapa ?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini :

Keterangan:
19
= peran dari masyarakat

= Peran perawat

Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk mendirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan ,pada awalnya peran perawat lebih beser dari
pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat.

Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait


lima tugas kesehatan yaitu :mengenal masalah kesehatan ,mengambil keputusan
tindakan kesehatan ,merawat anggota keluarga ,menciptakan lingkungan yang
dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta menfaatkan
fasilitas pelayanaan kesehatan yang tersedia ,sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses
keperawatan .

BAB IV

20
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEWASA ANEMIA

KASUS

Di desa Golo Lijun terdapat 50 KK dengan jumlah warga sebanyak 300 jiwa
dengan pasangan usia subur terdiri dari 40 KK yang berusia rata-rata 25-40 tahun.
Sisanya 10 KK bukan termasuk pasangan usia subur dengan rincian 5 KK berusia
41-50 tahun dan 5 KK berusia 51-60 tahun. Warga desa bekerja sebagai nelayan
rata-rata penghasilan setiap bulan adalah sekitar 1 juta. Komunikasi antar warga
berjalan dengan baik karena jarak rumah satu dengan yang lain sangat berdekatan.
Hubungan setiap pasangan usia subur pun berjalan dengan lancar, sehingga jarang
terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Di desa Golo Lijun terdapat pos pelayanan
polisi, dan terdapat 8 pos ronda yang terletak di setiap RT. Warga desa Golo Lijun
mayoritas beragama katolik. Dari data yang diperoleh, pasangan usia subur di
desa Golo Lijun mayoritas berpendidikan SD dan SMP dan warga dengan usia
lanjut tidak pernah mengikuti pendidikan formal, tidak terdapat tempat rekreasi di
desa Golo Lijun. Fasilitas kesehatan yang ada di desa Golo Lijun adalah 3 bidan
polindes. Warga menggunakan sepeda motor untuk melakukan aktivitas namun
tidak sedikit masyarakat yang malas untuk pergi ke puskesmas bila sedang sakit,
sehingga memilih mengkonsumsi jamu atau obat-obatan yang dijual di toko.
Sebagian warga juga ada yang masih lebih memilih pergi ke dukun untuk
melakukan persalinan. Kematian di desa Golo Lijun dalam 2 bulan terakhir
terdapat 5 orang yang sudah meninggal dunia akibat perdarahan saat persalinan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, 40 KK pasangan usia subur di desa Golo
Lijun terdapat 15 KK menggunakan alat kontrasepsi dan 25 KK tidak
menggunakan alat kontrasepsi. 25 KK yang tidak menggunakan alat kontrasepsi
tersebut memiliki kepercayaan bahwa KB dilarang oleh agama, dan mereka takut
akan mengalami perubahan fisik dan kesehatan seperti pertambahan berat badan
pada wanita. Namun beberapa ibu hamil dari pasangan usia subur yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi tersebut menderita anemia dan sebagian besar tidak
rutin memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan, serta mereka memiliki

21
kebiasaan bila ibu hamil untuk berpantang mengkonsumsi makanan tertentu
sehingga gizi pada ibu hamil tidak tercukupi. Di desa Golo Lijun ini sudah ada
pemberian jaminan kesehatan kepada warga yang tidak mampu dan sudah ada
program kesehatan yang dilakukan seperti program kunjungan nifas oleh tenaga
kesehatan, namun mengalami hambatan karena kurangnya jumlah tenaga
kesehatan.

A. Pengkajian

Data inti komunitas meliputi :


1. Data Geografi :
a. Lokasi
Propinsi daerah : Kupang
Kabupaten / kota : Borong
Kecamatan : Elar
Desa : Golo Lijun
b. Luas wilayah : 32,84 km2.
c. Batas wilayah
Sebelah utara : kelurahan Pota
Sebelah selatan : kecamatan Riung
Sebelah barat : kecamatan Elar
Sebelah timur : Desa Nampar Sepang
d. Keadaan tanah menurut pemanfaatannya : semua tanah
digunakan untuk persawahan dan perkebunan.

2. Data Demografi

22
Jumlah penduduk : 300 jiwa
a. Berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi %


1. Laki – laki 152 51
2. Perempuan 148 49
Total 300 100

laki - laki
perempuan
Slice 3

Berdasarkan tabel dan diagram diatas distribusi jenis kelamin,


menunjukan bahwa sebagian besar penduduk berjenis kelamin
laki – laki berjumlah 152 orang ( 51%) dan perempuan 148
(49%). Hal ini dikarenakan banyak kelahiran anak laki – laki.
b. Berdasarkan kelompok usia
No. Umur / tahun Frekuensi %
1. Bayi / balita 18 6
2. Anak – anak 50 17
3. Remaja 70 23
4. Dewasa 120 40
5. Lansia 42 14
Total 300 100

23
bayi/balita
anak - anak
remaja
dewasa
lansia

Berdasarkan tabel dan diagram distribusi umur, menunjukan


bahwa kelompok umur tertinggi yaitu dewasa berjumlah 120
orang (40%), sedangkan kelompok umur yang terendah adalah
kelompok umur bayi / balita berjumlah 18 orang (6%).
3. Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama :

No. Agama Frekuensi %


1. Katolik 230 76
2. Protestan 20 7
3. Islam 50 17
4. Hindu 0 0
5. Budha 0 0
Total 300 100

katolik
protestan
islam
hindu
budha

24
Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama, menunjukan
bahwa yang beragama katolik 230 orang (76%), sedangkan yang protestan
20 orang (7%), islam 50 orang (17%), hindu dan budha tidak ada.

4. Pendidikan
No. Pendidikan Frekuensi %
1. Tidak tamat SD 17 5,6
2. SD 84 28
3. SMP 80 27
4. SMA 95 32
5. SARJANA 20 6,6
6. DIPLOMA 4 1,3
Total 300 100

tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
SARJANA
DIPLOMA

Berdasarkan tabel distribusi tingkat pendidikan terakhir diketahui


tingkat pendidikan terakhir tertinggi yaitu SMA sebanyak 95 orang
(32%), sedangkan yang terendah yaitu diploma sebanyak 4 orang
(1,3%).
DS : dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum pernah
mendapatkan info tentang penyakit Anemia baik dari tenaga kesehatan
maupun melalui leaflet. Daerah tersebut belum pernah diadakan
penyuluhan kesehatan tentang penyakit Anemia.

25
5. Data status kesehatan
a. Kesehatan ibu dan anak
Jumlah ibu hamil : 20 orang.

a. Pemeriksaan kehamilan

teratur
tidak teratur

Tidak teratur : 5 orang. (25%)


Teratur : 15 orang (75%)
b. Kelengkapan imunisasi TT
Lengkap : 18 orang (100%)
Tidak lengkap : 0 orang.
Jumlah balita : 18 orang.

lengkap
tidak lengkap

c. Pemeriksaan balita ke posyandu / puskesmas

26
teratur
tidak

Teratur : 10 orang (55,5%)


Tidak teratur : 8 orang. (44,4%)
d. Kelengkapan imunisasi sesuai usia balita

lengkap
belum lengkap

Lengkap : 18 orang. (100%)


Belum lengkap : 0 orang.
DS : hasil wawancara dengan orang tua balita
menyatakan imunisasi anaknya sudah lengkap ( pada
usia yang seharusnya ).
e. Status gizi balita berdasarkan KMS

garis hijau
garis kuning
garis merah

Garis hijau : 8 orang ( 44,4%)

27
Garis kuning : 10 orang (55,5%)
Garis merah : 0 orang.
DS : dari hasil wawancara dengan orang tua balita,
mengatakan tidak ada balita yang pernah berada di garis
merah pada status gizinya.

b. Keluarga berencana
1) Jumlah PUS : 40 orang
2) Keikutanserta PUS pada program KB

ikut program KB

belum ikut
program KB

Ikut program KB : 28 orang (70%)


Belum ikut program KB : 18 orang (45%)
3) Jenis kontrasepsi yang diikuti

IUD
PIL
Kondom
Suntik
tidak KB

IUD : 2 orang (5%)


PIL : 10 orang (25%)
Kondom : 4 orang (10%)
Suntik : 12 orang (30%)

28
Tidak KB : 18 orang (45%)
DS : dari hasil wawancara dengan warga, mayoritas
dari PUS tidak ikut KB karena memiliki kepercayaan
bahwa KB dilarang oleh agama, dan mereka takut akan
mengalami perubahan fisik dan kesehatan seperti
pertambahan berat badan pada wanita.
DO : dari jumlah PUS tersebut 67% kurang mengerti
tentang KB dan 33% cukup mengerti tentang KB.

c. Kesehatan remaja
1) Jumlah penduduk remaja : 70 orang.
2) Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu
luang :

kumpul - kumpul

olahraga

remaja masjid /
gereja
di rumah

Kumpul – kumpul : 30 orang (43%)


Olahraga : 20 orang (28,5%)
Remaja masjid / gereja : 15 orang (21,4%)
Lain – lain (dirumah) : 5 orang (7,14%)
d. Kesehatan lansia
1. Jumlah penduduk lansia : 42 orang.
2. Keadaan kesehatan lansia

29
lansia dengan
masalah
lansia tidak dg
masalah

Ada masalah : 30 orang ( 71,42%)


Masalah ( HT, diabetes, rematik, jantung
koroner, Anemia, TB paru)
Tidak ada masalah : 12 orang (28,57%)

e. Distribusi penyakit di masyarakat

hipertensi
anemia
TB paru
hipotensi
diabetes melitus
asma
rematik
jantung koroner
batu ginjal

1) Hipertensi : 15 orang ( 5%)


2) Anemia : 24 orang (8%)
3) TB paru : 12 orang (4%)
4) Hipotensi : 10 orang (3,33%)
5) Diabetes Melitus : 15 orang (5%)
6) Asma : 5 orang (1,66%)

30
7) Rematik : 20 orang (6,66%)
8) Jantung koroner : 4 orang (1,33%)
9) Batu ginjal : 2 orang (0,66%)
DS : masyarakat yang menderita anemia tidak
memeriksakan atau mengontrol kesehatannya ke
puskesmas. Dan bahkan mereka tidak rutin mengambil
obat anemia ke puskesmas sehingga warga banyak yang
tidak memedulikan keadaan kesehatannya. Mayoritas
masyarakat tidak tahu tentang perawatan anemia sehingga
mereka terkadang tidak memerdulikan pentingnya
mengonsumsi makanan yang kandungan zat besinya
banyak. Dan tidak mengonsumsi makanan yang bergizi.
DO : warga yang memiliki pengetahuan tentang anemia
sebanyak 23%
Warga yang tidak memiliki cukup pengetahuan anemia
sebanyak 57%.

Data Subsistem meliputi


1. Lingkungan fisik
a. Sumber air dan air minum
 Penyediaan air bersih

PAM
sumur
sungai
bendungan

PAM : 20 KK (40%)
Sumur : 10 KK (20%)
Sungai : 10 KK (20%)

31
Bendungan : 20 KK (40%)
 Penyediaan air minum

PAM
sumur

PAM : 40 KK ( 80%)
Sumur : 10 KK (20%)
 Pengelolaan air minum

selalu dimasak

Selalu dimasak : 50 KK (100%)


b. Saluran pembuangan air / sampah
 Kebiasaan membuang sampah
Dibakar : 50 KK (100%)

32
dibakar

 Pembuangan air limbah


Got : 50 KK (100%)

pembuangan air
limbah di got

 Keadaan pembuangan air limbah


Meluber kemana – mana : 4 KK ( 8%)
Lancar : 46 KK ( 92%)

meluber kemana
- mana
lancar

c. Kandang ternak

33
1. Kepemilikan kandang ternak
a. Ya : 30 KK (60%)
b. Tidak : 20 KK (40%)

memiliki
kandang ternak
tidak memiliki
kandang ternak

2. Letak kandang ternak


a. Diluar rumah : 10 KK ( 20%)
b. Dalam lingkungan rumah : 40 KK (80%)

kandang
ternak diluar
rumah
dalam
lingkungan
rumah

d. Jamban
1. Kepemilikan jamban
Memiliki jamban : 50 KK (100%)

memiliki jamban

2. Macam jamban yang dimiliki

34
a. Septi tank : 40 KK (80%)
b. Sumur cemplung : 10 KK (20%)

septi tank
sumur cemplung

3. Keadaan jamban
a. Bersih : 35 KK (70%)
b. Kotor : 15 KK (30%)

bersih
kotor

DS : sebagian warga membersih jamban setiap minggu


sekali.
e. Keadaan rumah
1. Tipe rumah
a. Tipe A (tembok ) : 5 KK (10%)
b. Tipe B ( ½ tembok) : 30 KK (60%)
c. Tipe C ( dinding anyaman bambu) : 15 KK (30%)

35
Tipe A
Tipe B
Tipe C

2. Status rumah
a. Milik sendiri : 48 KK (96%)
b. Kontrak : 2 KK (4%)

milik sendiri
kontrak

3. Lantai rumah
Tegel atau semen : 50 KK (100%)

tegel atau
semen

4. Ventilasi
a. Ada : 30 KK (60%)
b. Tidak ada : 10 KK (20%)

36
ada
tidak ada

DS : hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 75%


dari warga yang memiliki ventilasi, selalu membuka
jendelanya.

5. Luas kamar tidur


a. Memenuhi syarat : 25 KK (50%)
b. Tidak memenuhi syarat : 25 KK (50%)

memenuhi
syarat
tidak memenuhi
syarat

6. Penerangan rumah oleh sinar matahari


a. Baik : 30 KK (60%)
b. Cukup : 10 KK (20%)
c. Kurang : 10 KK (20%)

37
baik
cukup
kurang

DO : hasil survey menunjukan bahwa sekitar 60%


rumah warga pencahayaan bagus sehingga tampak
terang ruangan di dalam rumah.
7. Halaman rumah
a. Kepemilikan perkarangan
Memiliki : 50 KK (100%)
Tidak memiliki : 0 KK (0%)

memiliki
tidak memiliki

b. Pemanfaatan perkarangan
Ya : 50 KK (100%)

ya

38
c. Jenis pemanfaatan perkarangan rumah
Tanaman : 50 KK (100%)

tanaman

d. Keadaan perkarangan
Bersih : 50 KK (100%)

bersih

2. Fasilitas Umum Dan Kesehatan


a. Fasilitas umum
1) Sarana Pendidikan Formal
a) jumlah TK                    : 1 Buah
b) Jumlah SD/sederajat : 1 Buah
c) Jumlah SLTP/sederajat           : 1 Buah
d) Jumlah SMU/sederajat : 1 Buah

39
e) Jumlah PT/sederajat : - Buah
b. Fasilitas kegiatan kelompok
1) Karang taruna : 1 Kelompok
2) Pengajian :  2 Kelompok
3) Ceramah Agama : 2 X/Bulan
4) PKK : 2 X / Bulan
c. Sarana ibadah
1) Jumlah masjid :2 Buah
2) Mushola :1 Buah              
3) Gereja : 1 Buah
4) Pura/vihara : - Buah
d. Sarana olahraga
1) Lapangan sepak bola : 1 Buah
2) Lapangan bola voli : 1 Buah
3) Lapangan bulu tangkis : - Buah
4) Lain-lain : - Buah
e. Fasilitas kesehatan
Jenis fasilitas kesehatan
1) Puskesmas pembantu :1 buah
Jarak dari desa : 1 Km
Puskesmas : 1 Buah
Jarak dari desa : 29 Km
Rumah sakit :- buah
Jarak dari desa :- Km
Praktek Dokter Swasta :- Buah
Praktek Bidan : 1 Buah
Praktek Kesehatan Lain : - Buah
2) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Puskesmas pembantu : 1 Buah
Puskesmas : - Buah
Rumah Sakit : - Buah

40
Praktek Dokter swasta : - Buah
Praktek Bidan :1 Buah
Praktek Kesehatan Lain :- Buah

Data angket
Angket berdasarkan masalah anemia berdasarkan pengkajian comunity
as Partner

a. Distribusi warga dengan anemia dengan resiko


anemia berdasarkan frekuensi makan dalam sehari

Diagram 1 Diagram 2
Proporsi Penderita anemia Proporsi Resiko DM
Berdasarkan Frekuensi Makan dalam Berdasarkan Frekuensi Makan dalam
Sehari (n:5) Sehari (n:10)

1-2x/hr
2-3x/hr
2-3x/hr

Anemia =

Resiko anemia =

Dari diagram 1 menunjukan 100% penderita anemia


memiliki frekuensi makan sebanyak 2-3x/hari. Pola makan
yang dijalankan umumnya adalah sama, yaitu makan pagi,
siang dan makan malam. Menu makanan yang dikonsumsi

41
pun jenis makanan yang tidak mengandung zat besi dan zat
bergizi lainnya. Kurang mengonsumsi jenis sayuran yang
mengandung banyak zat besi. Sedangkan diagram 2
menunjukan penderita dengan anemia 70% kurang
mengonsumsi jenis makanan zat besi. 30% resiko anemia
lebih banyak mengonsumsi snack dan jenis makanan instan
lainnya dengan frekuensi makan 2-3x/hr.

b. Distribusi warga dengan anemia dan resiko anemia


berdasarkan pengetahuan mengenai makanan
mengandung zat besi.

Diagram 3 Diagram 4
Proporsi Penderita anemia Proporsi Resiko anemia
Pengetahuan mengenai makanan pengetahuan mengenai makanan
mengandung zat besi (n:5) mengandung zat besi (n:10)

menurun meningkat
meningkat

Dari diagram 3 menunjukan bahwa kurangnya pengetahuan


penderita anemia mengenai kandungan zat besi yang ada
dalam makanan meningkat. Dengan 80% penderita anemia
yang kurangnya pengetahuan dan rasa ingin tahu yang
kurang. Dan juga 20% dari resiko anemia kurang
mengetahui manfaat dari zat besi yang ada dalam makanan.

42
Dari diagran 4 menunjukan resiko anemia kurangnya
kesadaran terhadap pentingnya mengonsumsi makanan
yang mengandung zat besi sehingga kurangnya
pengetahuan mengenai manfaat kandungan zat besi dengan
100%.

c. Distribusi warga dengan anemia dan resiko anemia


berdasarkan hasil pemeriksaan hemoglobin

Diagram 5 Diagram 6
Proporsi Penderita anemia Proporsi Resiko anemia
Berdasarkan Hasil Pemeriksaan hemoglobin Berdasarkan Hasil Pemeriksaan hemoglobin
(n:5) (n:10)

Diagram 5 menunjukan 100% penderita anemia


memiliki hasil pemeriksaan hemoglobin yang di
kategorikan tinggi. 10 dari 20 orang dengan anemia
memiliki hasil pemeriksaan hemoglobin > 7 g/dL.
Sedangkan diagram 6 menunjukan semua (100%)
warga dengan resiko anemia belum pernah
melakukan pengecekan hemoglobin mereka.

3. Sosial Ekonomi

43
a. Karakteristik pekerjaan
1. Jenis pekerjaan
a. PNS : 8 orang (6,66%)
b. Pegawai swasta : 4 orang (3,33%)
c. Wiraswasta : 20 orang (16,66%)
d. Petani : 80 (67%)
e. Pensiun : 4 orang (3,33%)

PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Petani
Pensiun

2. Status pekerjaan penduduk > 18 < 65 tahun


a. Penduduk bekerja : 200 orang (67%)
b. Penduduk tidak berkerja : 100 orang
( 33%)

penduduk
bekerja
penduduk tidak
bekerja

3. Pusat kegiatan ekonomi


a. Pasar tradisional : 1
4. Penghasilan rata – rata perbulan
a. < dari 450.000/bulan : 6 KK
(12%)

44
b. Rp. 450.000 – Rp. 800.000 : 24 KK
(48%)
c. > dari Rp. 800.000/bulan : 20 KK
(40%)

< Rp.
450.000/bula
n
Rp.450.00 -
Rp. 800.000

> Rp.
800.000/bln

5. Pengeluaran rata – rata perbulan


a. Rp. 150.000 – Rp. 300. 000 : 30 KK
(60%)
b. Rp. 300.000 – Rp. 500.000 : 10 KK
(20%)
c. > Rp. 500.000 : 10 KK
(20%)

Rp. 150.000 - Rp.


300.000
Rp. 300.000 - Rp.
500.000
>Rp. 500.000

b. Kepemilikan industri
Tidak ada
c. Jenis industri
Tidak ada.
4. Keamanan dan transportasi
a. Keamanan

45
Sarana keamanan
Poskamling : 1 buah
Instansi polisi : 1 buah
b. Transportasi
1. Fasilitas transportasi
Jalan raya : 700 m
Jalan tol :-
Jalan setapak : 200 m
2. Alat transportasi yang dimiliki
Tidak punya : 15 KK (30%)
Sepeda : 5 KK (10%)
Mobil : 3 KK ( 6%)
Motor : 27 KK (54%)

Tidak punya
Sepeda
Mobil
Motor

3. Penggunaan sarana transportasi oleh


masyarakat
a. Angkutan umum : tidak terdapat
angkutan umum.
b. Kendaraan pribadi : 250 jiwa
(83,33%)

46
kendaraan
pribadi

tidak
mempunyai
kendaraan
pribadi

5. Politik dan pemerintahan


a. Struktur organisasi pemerintah
Ada
b. Kelompok pelayanan kepada masyarakat (PKK,
Karangtaruna, LKMD, Posyandu).
Ada
c. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan
Ada
d. Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan
Ada.
6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat
Radio : 12 jiwa (4%)
TV : 10 jiwa ( 3,33%)
Telepon : 250 jiwa (83,33%)
Majalah / koran : 28 jiwa (9,33%)

radio

TV

telepon

majalah atau
koran

47
b. Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat
Pengumuman keliling desa.
7. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan komunitas
No Pendidikan Frekuensi %
.
1. TK 21 7
2. SD 84 28
3. SMP 80 27
4. SMA 115 32
Total 300 100

TK
SD
SMP
SMA

b. Sarana pendidikan formal


 jumlah TK                    : 1 Buah
 Jumlah SD/sederajat : 1
Buah
 Jumlah SLTP/sederajat           : 1 Buah
 Jumlah SMU/sederajat : 1 Buah
 Jumlah PT/sederajat : -
Buah

8. Rekreasi
a. Tempat wisata alam : 1
b. Kolam renang :-
c. Taman desa :-
d. Bioskop :-

48
Analisa data

No. Data fokus Etiologi Problem


1. Data sekunder Ketidakcukupan Defisiensi
sumber daya akses kesehatan
 Jarak desa Golo Lijun dg
dan pengetahuan. komunitas (00215)
Puskesmas jauh (29 km)

 Tipologi daerah Desa


Golo Lijun adalah
perbukitan.

 masyarakat yang
menderita anemia tidak
memeriksakan atau
mengontrol kesehatannya
ke puskesmas. Dan
bahkan mereka tidak rutin
mengambil obat anemia
ke puskesmas sehingga
warga banyak yang tidak
memedulikan keadaan
kesehatannya.

Data survei :

 100% penderita anemia


memiliki hasil
pemeriksaan hemoglobin
yang di kategorikan tinggi.

 100% warga dengan


resiko anemia belum
pernah melakukan
pengecekan hemoglobin

49
mereka.

Data hasil wawancara :

 Masyarakat jarang ke
puskesmas karena alasan
jauh.

 Belum ada sosialisasi


kepada masyarakat
tentang anemia.

2. Data wawancara : Kurang Perilaku kesehatan


pemahaman cenderung
 Warga dengan resiko
beresiko (00188)
anemia mengatakan belum
melakukan pemeriksaan
hemoglobin karena tidak
merasakan adanya
keluhan.

 Warga dengan resiko


anemia mengatakan tidak
memperhatikan pola hidup
khususnya pola makan
karena masih merasa sehat
– sehat saja.

Data survei :

 penderita dengan resiko


anemia 70% kurang
mengonsumsi jenis
makanan zat besi.
 30% resiko anemia lebih

50
banyak mengonsumsi
snack dan jenis makanan
instan lainnya dengan
frekuensi makan 2-3x/hr.

 Dengan 80% penderita


anemia yang kurangnya
pengetahuan dan rasa
ingin tahu yang kurang.

 20% dari resiko anemia


kurang mengetahui
manfaat dari zat besi yang
ada dalam makanan.

 100% warga resiko


anemia tidak pernah
melakukan pemeriksaan
hemoglobin.

 60% warga resiko anemia


berpendidikan SMA.

 30% warga resiko anemia


memiliki pengetahuan
cukup.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Defisiensi kesehatan komunitas (00215) berhubungan dengan


ketidakcukupan sumber daya pengetahuan dan akses komunikasi
petugas kesehatan.

51
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188) berhubungan
dengan kurang pemahaman.

Prioritas masalah

No Dx Keperawatan A B C D E F G H I J K L ∑

1 Defisiensi kesehatan 5 5 5 4 5 4 3 3 4 3 4 3 48
komunitas b.d
ketidakcukupan sumber
daya dan pengetahuan.
2 Perilaku kesehatan 5 5 5 2 2 3 3 3 3 4 3 4 43
cenderung beresiko
(00188) b.d kurang
pemahaman

Keterangan huruf :
A = Sesuai dengan peran CHN B = Sesuai dengan program
pemerintah
C = Sesuai dengan intervensi D= Resiko Terjadi
pendidikan kesehatan

E= resiko parah F = Minat masyarakat

G = kemudahan untuk diatasi H = tempat

I = dana J = Waktu

K = Fasilitas L = petugas

Keterangan angka:
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = Tinggi

52
5 = Sangat tinggi

Berdasarkan priototas masalah di atas maka prioritas diagnose keperawatan akan


diurutkan sebagai berikut :
1. Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan ketidakcukupan
sumber daya(pengetahuan, akses, dan komunikasi petugas kesehatan)
(00215)
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang
pemahaman (00188)

53
C. Intervensi Keperawatan

No. Domain Kelas Kode Diagnosa Tujuan Tujuan Khusus Perencanaan


Umum
1. Domain : 1 Kelas 2 : 00215 Defisiensi Setelah Setelah dilakukan Pengembangan kesehatan
promosi manajemen kesehatan dilakukan tindakan keperawatan komunitas (8500)
kesehatan kesehatan. komunitas tindakan selama....2 minggu,
1. Identifikasi bersama
keperawatan manajemen pelayanan
komunitas mengenai
selama 2 keperawatan komunitas
masalah, kekuatan dan
minggu, meningkat, dengan
prioritas kesehatan.
kesehatan kriteria hasil :
komunitas 2. Berikan kesempatan
 Terlaksananya
khususnya berpartisipasi bagi
pelatihan warga
warga semua segmen
manajemen
dengan komunitas.
anemia.
anemia
3. Bantu anggota
meningkat.  Pengetahuan
komunitas untuk
warga tentang
meningkatkan
anemia
kesadaran dan

54
meningkat dari memberikan perhatian
25% menjadi mengenai masalah –
100% memiliki masalah kesehatan.
pengetahuan baik.
4. Lakukan dialog untuk
 80% warga menentukan masalah –
dengan anemia masalah kesehatan
memutuskan komunitas dan
untuk rutin mengembangkan
mengunjungi rencana tindakan.
pelayanan
5. Identifikasi dan bina
kesehatan.
anggota komunitas yang
 Adanya potensial.
sosialisasi dari
6. Jaga komunikasi
petugas kesehatan
terbuka dengan anggota
kepada warga
dan lembaga komunitas.
tentang anemia.
7. Bangun komitmen
 Warga dengan
kepada komunitas

55
resiko anemia dengan menunjukan
melakukan bagaimana partisipasi
pengecekan akan mempengaruhi
hemoglobin. kehidupan individu dan
meningkatkan outcome.

Pengembangan program (8700)

1. Bantu kelompok atau


masyarakat dalam
mengidentifikasi
kebutuhan atau masalah
kesehatan yang
signifikan.

2. Prioritaskan kebutuhan
kesehatan terhadap
masalah kesehatan yang
signifikan.

56
3. Bentuk satuan petugas,
termasuk anggota
masyarakat yang tepat
untuk memeriksa
kebutuhan prioritas atau
masalah.

4. Edukasi anggota
kelompok perencanaan
mengenai proses
perencanaan yang
sesuai.

5. Identifikasi alternatif
pendekatan untuk
mengatasi kebutuhan
atau masalah.

6. Evaluasi alternatif
pendekatan terkait
dengan rincian biaya,

57
kebutuhan sumber daya,
kelayakan, dan kegatan
yang dibutuhkan.

7. Pilih pendekatan yang


paling tepat.

8. Kembangkan tujuan dan


sasaran untuk mengatasi
masalah atau
kebutuhan.

9. Jelaskan metode,
kegiatan, dan kerangka
waktu untuk
implementasi.

10. Rencanakan evaluasi


program.

11. Dapatkan penerimaan


terhadap program dari

58
kelompok sasaran,
penyedia, dan
kelompok terkait
lainnya.

12. Pekerjakan personil


untuk melaksanakan
dan mengelola program.

Pendidikan kesehatan (5510)

1. Targetkan sasaran yang


akan mendapatkan
manfaat besar dari
pendidikan kesehatan.

2. Tekankan manfaat
kesehatan positif yang
langsung atau jangka
pendek yang bisa

59
diterima oleh perilaku
gaya hidup positif dari
pada manfaat jangka
panjang atau efek
negatif.

3. Kembangkan materi
pendidikan tertulis yang
tersedia dan sesuai
dengan audiens.

4. Jaga proses penyuluhan


tetap fokus dan pendek
yang di mulai dan
berakhir pada maksud
atau bahasan utama.

5. Lakukan demonstrasi,
partisipasi pembelajaran
dan manipulasi bahan
ketika mengajarkan

60
keterampilan
psikomotorik.

6. Libatkan keluarga
dalam perencanaan dan
rencana intervensi.

7. Tekankan pentingnya
pola makan yang sehat
khususnya
mengonsumsi jenis
makanan yang
mengandung zat besi,
tidur, berolahraga dan
lain – lain bagi individu
dan keluarga.

2. Domain : 1 Kelas 2 : 00188 Perilaku Setelah Setelah dilakukan Dukungan pengambilan


promosi manajemen kesehatan dilakukan tindakan keperawatan keputusan (5250)
kesehatan. kesehatan cenderung tindakan selama 2 minggu,
1. Tentukan apakah
beresiko keperawatan pengetahuan warga

61
selama.... 2 dengan resiko anemia terdapat pandangan
minggu, meningkat dengan yang berbeda antara
kesadaran kriteria hasil : pasien dengan pemberi
perilaku pelayanan.
 Warga resiko
sehat pada
anemia yang 2. Informasikan kepada
masyarakat
memiliki pasien mengenai
dengan
pengetahuan baik pandangan – pandangan
resiko
meningkat dari atau solusi alternetif
anemia
70% menjadi dengan cara yang jelas
meningkat.
90%. dan mendukung.

 Warga dengan 3. Bantu pasien


resiko anemia mengidentifikasikan
menunjukan keuntungan dan
pengambilan kerugian dari setiap
keputusan yang alternatif pilihan.
tepat untuk
4. Hormati hak – hak
mencegah
pasien untuk menerima
anemia.
atau tidak menerima

62
 70% warga informasi
dengan resiko
Fasilitas pembelajaran (5520)
anemia
melakukan 1. Tentukan pembelajaran

pemeriksaan dua arah yang realistis

hemoglobin. bersama pasien.

2. Tuliskan tujuan
pembelajaran yang jelas
dan mudah dinilai.

3. Sesuaikan instruksi
dengan tingkat
pendidikan dan
kemampuan memahami
pasien.

4. Buat isi pendidikan


kesehatan sesuai dengan
kemampuan kognitif,
psikomotor dan afektif

63
pasien.

5. Berikan informasi
sesuai dengan tingkat
perkembangan pasien.

6. Buat perbedaan antara


materi yang penting
untuk diketahui dan
materi yang ingin
diketahui.

7. Sesuaikan informasi
dengan gaya hidup dan
rutinitas pasien.

8. Berikan informasi yang


konsisten dengan
kepercayaan pasien.

9. Gunakan bahasa yang

64
umum digunakan.

10. Berikan informasi yang


merangsang perubahan
perilaku pasien.

11. Dorong pasien untuk


berpartisipasi aktif.

12. ‘dorong pasien untuk


mengungkapkan
pendapat dan idenya.

65
D. Implementasi

Masalah Waktu / Tempat Kegiatan Hasil


Defisiensi kesehatan komunitas Persiapan
berhubungan dengan
24 – 28 April 2020 a. Mengkaji masalah yang a. Menemukan masalah
kurangnya sumber daya
dihadapi masyarakat dengan yang dihadapi oleh
( fasilitas kesehatan,
penyakit anemia. masyarakat dengan anemia.
pengetahuan, dan akses)
b. Mengkaji sarana dan prasarana b. Desa Golo Lijun
kesehatan dalam penanganan pasien belum memiliki tenaga
dengan anemia. kesehatan yang berfungsi
khusus untuk memantau
manajemen anemia.
c. Mengkaji sumber daya yang ada
c. Desa Golo Lijun
di komunitas untuk menentukan
memiliki tenaga kesehatan
pelaksanaan program yang sesuai.
yang aktif dalam
pelaksanaan kegiatan
posyandu, dan peduli

66
dengan kesehatan
masyarakat.
16 Mei 2020

d. Melakukan advokasi pada d. Puskesmas menyetujui


penanggung jawab kegiatan akan diadakannya kegiatan
penyuluhan kesehatan tentang penyuluhan kesehatan
18 Mei 2020 anemia yang dapat mendukung kepada masyarakat tentang
pelaksanaan program manajemen anemia.
anemia.

e. Undangan diberikan
e. Menyebarkan undangan kepada kepala desa ( Bapak
kegiatan penyuluhan kesehatan Albertus) untuk disebarkan
20 Mei 2020 kepada kepala desa yang akan kepada warga desa Golo
dilibatkan. Lijun.

Kunjungan rumah warga a. Menargetkan sasaran yang akan a. Terdapat 5 sasaran


dengan anemia untuk mendapatkan manfaat besar dari

67
memberikan penyuluhan. pendidikan kesehatan. warga dengan anemia.

15 – 20 Mei 2020 b. Melakukan kontrak waktu


kegiatan penyuluhan dengan
b. Warga menyetujui
keluarga.
untuk dilakukan
kunjungan rumah.
Sebagian besar dapat
ditemui pada sore hari (
c. Mengkaji tingkat pengetahuan 16.00 – 18.00)
awal warga tentang pengertian
c. Tingkat pengetahuan
anemia, tanda gejala, faktor
awal warga dengan
resiko, nilai diagnosis anemia,
anemia sebelum
dan pengaturan pola hidup
dilakukan penyuluhan
anemia.
cukup.
d. Menjelaskan materi dengan
d. Warga dengan anemia
menggunakan media leaflet dan
mendengarkan
booklet.
penjelasan yang
diberikan sambil ikut

68
e. Memberikan kesempatan warga memperhatikan leaflet
untuk bertanya. yang ada.

e. Warga menunjukan
antusiasnya aktif
f. Melakukan evaluasi berdiskusi saat
pengetahuan warga tentang penyampaian materi.
anemia tentang pengertian
f. Warga dengan anemia
anemia, tanda gejala, faktor
mengikuti instruksi
resiko, nilai diagnosis anemia,
yang diberikan dengan
pengaturan pola hidup penderita
baik.
anemia.
g. Pengetahuan warga
g. Melibatkan keluarga dalam
dengan anemia
perencanaan dan rencana
mengalami peningkatan
intervensi.
setelah dilakukan
penyuluhan.

perilaku kesehatan cenderung kunjungan rumah warga a. Melakukan kunjungan rumah a. Warga bersedia untuk

69
beresiko berhubungan dengan dengan resiko anemia untuk pada warga dengan resiko dilakukan kunjungan
kurang pemahaman. melakukan kegiatan anemia untuk melakukan rumah.
penyuluhan. pemeriksaan hemoglobin.
b. Tidak semua warga
15 – 20 Mei 2020 b. Mengkaji pemahaman warga mampu menyebutkan
dengan resiko anemia mengenai level kadar
level hemoglobin mereka hemoglobin darah
setelah dilakukan pemeriksaan. normal.

c. Mengkaji tingkat pemahaman c. Pemahaman warga


warga dengan resiko anemia tentang konsep
tentang anemia. anemia tergolong
cukup.

d. Warga mendengarkan
d. Memberikan pemahaman
penjelasan yang
kepada warga dengan resiko
diberikan dengan
anemia tentang anemia dan cara
penuh perhatian dan
– cara pencegahan anemia
menyampaikan
melalui media leaflet.
keinginannya untuk
mulai merubah pola

70
hidup.

e. Warga menerima
e. Memberikan buku pegangan
booklet yang berisi
kepada warga dengan resiko
tentang konsep
anemia yang berisi tentang
anemia dan langkah –
konsep anemia, faktor resiko
langkah pencegahan
anemia, dan cara pencegahan
anemia.
penyakit anemia.

71
E. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada warga dengan anemia merupakan evaluasi


yang berfokus pada perubahan pengetahuan dan sikap pasien dengan
anemia.

Peningkatan pengetahuan mengenai anemia dan manajemen anemia di


harapkan mampu menjadi faktor perubahan sikap dan perilaku warga
dengan anemia desa Golo Lijun. Pengetahuan pasien tentang anemia
merupakan sarana yang dapat membantu penderita menjalani penanganan
anemia sehingga semakin banyak dan semakin baik pasien anemia
mengetahui tentang anemia, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya,
akan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih
lama dengan kualitas hidup yang baik.

1. Evaluasi diagnosa 1 : defisiensi kesehatan komunitas berhubungan


dengan keterbatasan sumber daya.

a. Terlaksananya penyuluhan kesehatan tentang anemia, dengan


proporsi warga yang hadir seperti terlihat pada diagram berikut :

tidak hadir
hadir

Dari diagram di atas menunjukan jumlah warga yang


mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan tentang anemia
sebanyak 80%.

72
b. Pengetahuan warga meningkat setelah di berikan penyuluhan
kesehatan tentang anemia.

100
80
60
baik
40 buruk
20
0
pre -test post -
test

Diagram di atas menunjukan adanya peningkatan pengetahuan


warga setelah di berikan penyuluhan kesehatan tentang anemia
yang sebelumnya 25% memiliki pengetahuan baik menjadi 80%
setelah penyuluhan. Peningkatan pengetahuan warga terlihat
pada hasil pre test – post test yang dilakukan, dengan
memberikan beberapa item pertanyaan mengenai konsep
anemia :

 Pemahaman tentang diagnosis anemia berdasarkan


pemeriksaan hemoglobin.

100%

80%

60%
benar
40%
salah
20%

0%
pre - test post - test

Berdasarkan diagram di atas dapat terlihat adanya


peningkatan pemahaman warga tentang diagnosis
terhadap warga dengan anemia berdasarkan nilai

73
pemeriksaan hemoglobin. Sebelum dilakukan penyuluhan
masih terdapat 50% warga yang menyebutkan
pemeriksaan hemoglobin pasien dengan anemia adalah di
bawah 14 g/dL. Setelah dilakukan penyuluhan sebanyak
100% warga mampu menyebutkan nilai hemoglobin pada
pasien anemia adalah < 10g/dL.

 Pemahaman pelaksanaan manajemen zat besi pada


anemia

100%

80%

60% benar
salah
40%

20%

0%
pre - test post - test

Sebelum dilakukan penyuluhan sebanyak 75% warga


belum mampu memahami manfaat konsumsi makanan
yang mengandung zat besi. Setelah dilakukan penyuluhan
sebanyak 100% warga sudah memahami manfaat
mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi.

74
c. Warga dengan anemia memutuskan untuk rutin mengunjungi
pelayanan kesehatan.

100%

80%

60%
ya
40% tidak

20%

0%
pre - test post-test
(perilaku) (keputusan)

Sebelum dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan tentang


anemia, warga anemia yang menunjukan perilaku rutin
mengunjungi pelayanan kesehatan sebanyak 40%. Setelah
dilakukan penyuluhan kesehatan 100% warga anemia
memutuskan untuk mengunjungi pelayanan kesehatan rutin
1x/bulan.

75
2. Evaluasi diagnosa 2 : perilaku kesehatan cenderung beresiko
berhubungan dengan kurang pemahaman.

a) Pengetahuan warga dengan resiko anemia

100%
80%
60% baik

40% cukup

20%
0%
pre - test post - test

Diagram diatas menunjukan warga dengan resiko anemia


yang memiliki pengetahuan baik meningkat dari 70%
menjadi 100%. Evaluasi pengetahuan warga dengan resiko
anemia setelah dilakukan penyuluhan kesehatan dengan
menggunakan media booklet ataupun leaflet.

b) Warga dengan resiko anemia menunjukan pengambilan


keputusan yang tepat untuk mencegah anemia.

 Memutuskan untuk mengonsumsi zat besi

100%
80%
60%
ya
40% tidak
20%
0%
pre - test post - test
(perilaku) (keputusan)

76
Diagram diatas menunjukan sebelum dilakukan
penyuluhan kesehatan warga resiko anemia yang
memiliki kebiasaan mengonsumsi zat besi sebanyak 0%,
setelah diberikan penyuluhan kesehatan warga resiko
anemia yang memutuskan untuk mengonsumsi makanan
yang mengandung zat besi sebanyak 80%.

c) Warga dengan resiko anemia melakukan pemeriksaan


hemoglobin.

100%
80%
60% ya

40% tidak

20%
0%
pre - test post - test

Diagram di atas menunjukan warga dengan resiko anemia


yang melakukan pemeriksaan hemoglobin dari 0%
meningkat menjadi 90%.

77
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya sel darah merah dan
kadar haemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi
apabila terjadi kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkat oksigen
ke jaringan.

B. SARAN
- Bagi profesi perawat Untuk perawat komunitas dalam tatanan
keluarga diharapkan dalam melakukan asuhan keperawatan,
hendaknya perawat setelah atau bacaan tertulis untuk keluarga
sehingga dapat dibaca kembali serta dapat bermanfaat untuk
keluarga yang tidak hadir saat dilakukan tindakan.

- Puskesmas

Untuk petugas puskesmas diharapkan dalam meningkatkan mutu


pelayanan kesehatan hendaknya dapat memberikan pendidikan
kesehatan pada penderita diwilayah utan panjang.

- Institusi pendidikan

Untuk institusi pendidikan diharapkan agar dapat melengkapi


buku-buku referensi dengan terbitan tahun terbaru yang berkaitan
dengan masalah-masalah asuhan keperawatan komunitas. Sehingga
dapat mempermudah mahasiswa/mahasiswi dalam menyusun
karya tulis ilmiah.

78
DAFTAR PUSTAKA

Efendi Ferry, Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba


Medika : Jakarta

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC

Dosen Keperawatan Medikal-Bedah.2017.Rencana Asuhan Keperawatan


Medikal-Bedah.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

79

Anda mungkin juga menyukai