Anda di halaman 1dari 18

Dosen: Wa Mina La Isa,S.Kep.,Ns.,M.

Kep

Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas II

MAKALAH KEMOTERAPI

Disusun Oleh:

NURDALILAH (NH0119052)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Berkat dan
Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam pendidikan.
Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca sehingga kami dapat membantu memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah saya masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 1 Agustus 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………..ii
BAB I………………………………………………………………………...1
PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
A. Latar Belakang…………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………......3
BAB II……………………………………………………………………….4
PEMBAHASAN…………………………………………………………….4
A. Definisi……………………………………………………………..9
B. Macam – Macam Anemia ………………………………………..
C. Etiologi……………………………………………………………..9
D. Manifestasi Klinis…………………………………………………11
E. Patofisiologi………………………………………………………..12
F. Gejala ……….…………………………………………………….13
G. Komplikasi………………………………………………………....14
H. Pengobatan ………………………………………………………..15
I. Terapi Diet…………………………………………………………16
BAB III………………………………………………………………..........28
PENUTUP…………………………………………………………………...28
A. Kesimpulan…………………………………………………………...28
B. Saran…………………………………………………………………..28
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….29
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia dalam kehamilan masih merupakan masalah kronik di
Indonesia terbukti dalam paravalensi pada wanita hamil presentase
mencapau 63,5%. Dalam empat tahun terakhir pravalensi anemia tidak
menunjukan penurunan yang cukup berarti. Anemia pada kehamilan dapat
berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Anemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin (Hb)
< 11g/dl pada trimester I dan III, sedangkan pada trimester II kadar Hb <
10,5g/dl (Kemenkes RI, 2018).
Sebagian besar penyebab anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah
kekurangan zat besi. Kebutuhan yang meningkat pada masa kehamilan,
rendahnya asupan zat besi merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya anemia defisiensi besi. Volume darah pada saat hamil
meningkat 50%, karena kebutuhan meningkat untuk mensuplai oksigen
dan makanan bagi pertumbuhan janin. Anemia dalam kehamilan
merupakan masalah yang perlu mendapat penanganan khusus oleh karena
prevalensinya yang masih tinggi. Berbagai negara termasuk Indonesia
melaporkan angka prevalensi anemia pada wanita hamil masih tinggi.
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organizatin/WHO) melaporkan
bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami anemia sekitar 35-75%
serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
Kemenkes RI (2020), melaporkan bahwa menurut laporan Riskesdas 2018
sebanyak 48,9% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia dan persentase
ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan data Riskesdas tahun
2013 yaitu 37,1%. Kejadian anemia yang tidak ditindaklanjuti dengan baik
kemungkinan besar akan berdampak semakin buruk pada kesehatan ibu
dan bayi serta meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih
merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di
samping itu menunjukan derajat kesehatan masyarakat, juga dapat
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan
keseharan. Penyebab langsung kematian ibu adalah anemia.
Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat
kehamilan, persalinan dan nifas. Pravalensi anemia yang tinggi berakibat
negative seperti:
1. Gangguan dan hambatan pada perumbuhan, baik sel tubuh maupun sel
otak.
2. Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang
dibawah/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Ibu hamil yang
menderita anemia memiliki kemungkinan aka mengalami pendarahan
post partum.
Diberbagai Negara berkembang masih banyak Negara, khususnya
yang tinggal di pedesaan beranggapan bahwa lebih baik memiliki keluarga
besar dari pada keluarga kecil. Hal ini mengakibatkan banyak wanita yang
terpaksa menikah dan melahirkan pada usia muda dan tidak berhenti
melahirkan sebelum mencapai usia 40 tahun. Menurut unicef paritas atau
jumlah anak yang melahirkan ibu sangat berkaitan dengan jaeak kelahiran.
Semakin tinggi paritasnya, maka semakin pendek jarak kelahirannya. Hal
ini dapat membuat seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan
kondisi tubuhnya. Paritas yang tinggi dapat menyebabkan kondisi
kesehatan ibu menurun dan sering mengalami kurang darah sehingga
berpengaruh buruk pada kehamilan selanjutnya.
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau
menurunnya Hb ibu hamil Trimester III. Paritas adalah jumlah anak yang
dilahirkan hidup. Primipara yaitu wanita yang melahirkan pertama kali,
multipara wanita yang melahirkan 2 kali-4 kali dan grandemultipara
wanita yang melahirkan > 5 kali.
Berdasarkan status pendidikan kebanyakan ibu hanya sampai sekolah
dasar, bahkan ada yang tidak bersekolah. Rendahnya pendidikan ibu akan
berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh pada
keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah
pengetahuan makin sedikit keinginannya untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Pendidikan ibu adalah faktor yang cukup berpengaruh terhadap
terjadinya anemia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka kami dapat
merumuskan masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan definisi dari kemoterapi ?
2. Apa saja macam- macam anemia?
3. Apa saja etiologi dari anemia?
4. Apa saja manifestasi klinis dari anemia?
5. Bagaimana patofisiologi dari anemia?
6. Apa saja gejala dari anemia?
7. Bagaiamana komplikasi dari anemia?
8. Apa saja pengobatan dari anemia?
9. Apa saja terapi diet dari anemia?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan Dalam penyusunan Makalah ini, kami mempunyai beberapa
tujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dari anemia!
2. Untuk mengetahui macam-macam dari anemia!
3. Untuk mengetahui etiologi dari anemia!
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari anemia!
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari anemia!
6. Untuk mengetahui gejala dari anemia!
7. Untuk mengetahui komplikasi dari anemia!
8. Untuk mengetahui pengobatan dari anemia!
9. Untuk mengetahui terapi diet anemia!
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (hb)hematokritatau
hitung eritosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas
pengakutan oksigen oleh darah.tetapi harus diingat dengan keadaan
tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa
eritrosit,seperti pada dehidrasit ,perdarahan akut dan kehamilan.oleh
karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label
anemia tetapi harus dapat di tetapkan penyakit dasar yang menyebabkan
anemia tersebut.(sudoyo aru).
kriteria anemia menurut WHO

Kelompok Kriteria anemia(hb)


Laki-laki dewasa <13g/di
Wanita dewasa tidak hamil <12gdi
Wanita hamil <11g/di

B. Macam-macam Anemia
1. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut:
a) Tidak anemia dengan Hb lebih dari 11gr%
b) Anemia ringan dengan Hb 9-10gr%
c) Anemia sedang dengan Hb 7-8gr%
d) Anemia berat dengan Hb kurang dari 7gr%
2. Berdasarkan klasifikasi WHO kadar hemoglobin pada wanita hamil
dapat dibagi 3 kategori yaitu (Manuaba, 2002):
a) Anemia Ringan : Kadar Hb 9 – 11 gr%
b) Anemia Sedang : Kadar Hb 7 – 8 gr%
c) Anemia Berat : Kadar Hb < 7 gr%
C. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri(disease
entily),tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar(underlying
disease).pada dasarnya anemia di sebabkan oleh karena:
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3. Proses penghancuran eritosit oleh tubuh sebelum waktunya(hemolisis)

Gambaran lebih rinci tentang itiologi anemia sebagai berikut:

1. Klasifikasi anemia menurut etiopatogenesis


a. Anemia karena gangguan pembentukan eritosit dalam sumsum
tulang
1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritosit
a) Anemia defisiensi besi
b) Anemia defisiensi asam folat
c) Anemia defisiensi vitamin b12
2) Gangguan penggunaan (utilisasi)besi
a) Anemia akibat penyakit kronik
b) Anemia sideroblastik
3) Kerusakan sumsum tulang
a) Anemia aplastik
b) Anemia mieoplastik
c) Anemia pada keganasan hematologi
d) Anemia diseritropoietik
e) Anemia pada sindrom mielodisplastik
2. Anemia akibat kekurangan eritropein :anemia pada gagal ginjal kronik
a. Anemia akibat hemoragi
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia akibat perdarahan kronik
b. Anemia hemolitik
-Anemia hemolitik intrakoepuskular
1) Gangguan membrane eritosit (membrane nopati)
2) Gangguan enzim eritosit(enzimpati)
3) Gangguan hemoglobin (hemaglobiinopati)
a) Thalassemia
b) Hemaglobinopati struktual :hbs,hbe,dll
c. Anemia hemolitik eksttrakorpuskular
1) Anemia hemolitik autoimun
2) Anemia hemolitik mikroangiopatik
3) Lain-lain

D. Menifestasi klinis
1. Menifestasi klinis yang sering muncul
a. Pusing
b. Mudah berkunang-kunang
c. Lesu
d. Aktivitas kurang
e. Rasa mengantuk
f. Susah konsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja fisik/pikiran menurun
1. Gejala khas masing-masing anemia:
a. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan,anemia
defisiensi besi.
b. Ikterus ,urin berwarna kuning tua/coklat,perut merongkol/makin
buncit pada anemia hemolitik.
c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemi karena keganasan
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda anemia umum:pucat,takhikardi,pulsus caler,suara
pembulu darah spontan,bising karotis,bising sistolik
anorganik,perbesaran jantung.
b. Menifestasi khusus pada anemia:
1) Defisisensi besi:spon nall,glosistis
2) Defisisensi b12:paresis,ulkus di tungkai
3) Hermolitik :ikterus,splenomegal
4) Aplastik:anemia biasanya berat,perdarahan infeksi

E. Patofisologi
Patofisiologi Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan
olehbanyakfaktor, antaralain; kurangzatbesi; kehilangandarah yang
berlebihan; proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya;
peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016). Selama kehamilan,
kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropenin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga
terjadi penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010). Sedangkan
volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi
hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan
jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa anemia
fisiologik dalam kehamilan bertujuan untuk viskositas darah maternal
sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran
oksigen serta nutrisi kejanin (Prawirohardjo, 2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan
mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus
meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma
sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada
minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke
16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo, 2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml.
Volume plasma meningkat 45-65 %, yaitusekitar 1.000 ml. Kondisi
tersebut mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah
eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada akhirnya,
volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup
bulan dan kembali normal tiga bulan post partum. Persentase peningkatan
volume plasma yang terjadi selama kehamilan, antara lain plasma darah
30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume
plasma meningkat pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju
peningkatan melambat. Jumlah eritrosit mulai meningkat pada trimester II
dan memuncak pada trimester III (Pratami, 2016).

F. Gejala
Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di antaranya:

1. Lemah ,letih,lesu ,mudah lelah dan lunglai.


2. Wajah tampak pucat.
3. Mata berkunang-kunang.
4. Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.
5. Sering sakit.
6. Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat atau
berkurangnya warna merah muda pada bibir dan bawah
kuku.Perubahan ini dapat terjadi perlahan-lahan sehingga sulit disadari.
7. Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah
merah ,makaterdapat gejala lain seperyi jaundice,warna kuning pada
bagian putih mata ,pembesaran limpa dan warna urin seperti teh.

G. Komplikasi
1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan persalinan dan nifas:
a. Keguguran
b. Partus prematurus
c. Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
d. Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
e. Syok
f. Afibrogemia dan hipofribinogemia
g. Infeksi intrapartumdan nifas
h. Bila terjadi anemia grafis terjadi payah jantung
2. Pengaruh anemia terdapat hasi konsepsi
a. Abortus
b. IUFD
c. Stillbirth (kematian janin waktu lahir)
d. Kematian perinatal tinggi
e. Prematuritas
f. Dapat terjadi cacat bawaan
g. Cadangan besi kurang (Nugraheny, 2010)

H. Pengobatan
Perlu diketahui, anemia hanyalah sebuah gejala dan menemukan
penyebabnya adalah langkah penting dalam penanganan anemia.Pada
dasarnya pengobatan akan disesuaikan dengan penyebab terjadinya anemia
1. Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis
diberikan antelmintik yang sesuai.
2. Pemberian preparat Fe: fero sulfat 3 x 325 mg secara oral dalam
keadaan perut kosong, dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan
dinaikkan bertahap. Pada pasien yang tidak kuat, dapat diberikan
bersama makanan.
Fero glukonat 3 x 200 mg secsra oral sehabis makan. Bila terdapat
intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan
sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara perenteral
dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap g% penurunan kadar Hb
dibawah normal.
Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuskuler
mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total
sesuai perhitungan. Dapat pula diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml
sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit tidak menimbulkan reaksi,
boleh diberikan 250-500 mg. (Hadju et al,2019).

I. Terapi Diet
Anemia tidak hanya dilihat berdasarkan jumlah asupan zat besi, namun
juga tingkat penyerapnnya. Ada zat-zat yang bersifat enhancer (pembantu)
dan juga inhibitor (penghambat) yang terjadi pada proses penyerapan zat
besi. Hasil penelitian menunjukan sampel sering mengonsumsi sumber
protein (daging ayam) sebanyak 38 sampel (66,7%) dibandingan dengan
sumber vitamin C (jeruk) sebanyak 8 sampel (14%). Hasil penelitian
menunjukan dari 18 sampel yang anemia sebanyak 13 sampel (72,2%)
sering mengonsumsi sumber protein (daging ayam) dan sering pula
mengonsumsi vitamin C (jeruk) sebesar 16,7%. Sementara itu, dari 39
sampel yang tidak anemia sering mengonsumsi sumber protein (daging
ayam) sebesar 64,1% dan 61 pada vitamin C (jeruk) sebesar 12,8%.
Sebagian besar remaja putri yang anemia lebih banyak yang sering
mengonsumsi pangan yang termasuk pangan enhancer. Dengan demikian
tidak terdapat kecenderungan hubungan antara status anemia dengan
konsumsi pangan enhancer. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Siahaan, 2012) pada 367 sampel yang berasal dari 20
sekolah di Kota Depok tentang “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Status Anemia Pada Remaja Putri di Wilayah Kota Depok Tahun 2011”
yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan
protein hewani dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hal ini tidak
sejalan dengan teori yang mengatakan protein yang berasal dari jaringan
hewan dapat meningkatkan penyerapan zat besi non-heme (Reddy et al.,
2006 dalam Amir, 2017. Pangan sumber inhibitor yang sering dikonsumsi
adalah sumber kalsium (susu) sebanyak 15 sampel (26,3%) dibandingan
dengan sumber fitat (coklat) sebanyak 9 sampel (15,8%) dan sumber
polifenol dan tannin (teh) sebanyak 13 sampel (22,8%). Sebagian dari
sampel rutin mengonsumsi susu dan teh 1 kali dalam sehari. Kemudian
berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMP Negeri 2 Kerambitan,
kantin yang ada di sekolah lebih banyak menjual teh, susu, dan snack
coklat.
Hal ini yang memicu meningkatnya minat sampel untuk mengonsumsi
pangan tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 18 sampel yang
anemia sebesar 38,9% sering mengonsumsi sumber kalsium (susu), sering
mengonsumsi sumber fitat (coklat) sebesar 22,2% dan sering
mengonsumsi sumber polifenol dan tannin (teh) sebesar 33,3%.
Sementara, dari 39 sampel yang tidak anemia sering mengonsumsi 62
sumber kalsium (susu) sebesar 20,5%, sering mengonsumsi fitat (coklat)
sebesar 10,3% dan sering mengonsumsi sumber polifenol dan tannin (teh)
sebesar 17,9%. Sebagian besar remaja putri yang anemia lebih banyak
yang sering mengonsumsi pangan yang termasuk pangan inhiitor. Dengan
demikian terdapat kecenderungan hubungan antara status anemia dengan
konsumsi pangan inhibitor. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Masthaliana, H, Laraeni, Y., Dahlia,Y. 2015) pada 67
sampel tentang “Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor dan Enhancer Fe)
Terhadap Status Anemia Remaja Putri” yang menyatakan adanya
hubungan yang signifikan antara pola konsumsi faktor inhibitor Fe dengan
status anemia siswi.
Penelitian ini juga sejalan dengan teori yang mengatakan kalsium
memberikan efek pada lumen saluran pencernaan yang akan mengganggu
penyerapan zat besi (Wienk et al., 1996 dalam Amir, 2017), kemudian
pada teori yang mengatakan asam fitat menjadi komponen utama dalam
proses penghambatan penyerapan zat besi, bahkan dalam jumlah yang
sedikit telah menunjukan efek yang signifikan dalam penghambatan
penyerapan zat besi (Hurrel, 2004 dalam Amir, 2017). Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan teori yang mengatakan sumber polifenol termasuk di
dalam tannin dapat menghambat penyerapan zat besi dengan cara
mengikat ion Fe dalam gugus hidroksil sehingga menjadi bentuk yang
tidak dapat larut (Susilo, 2006 dalam Amir, 2017)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia pada masalah ibu hamil merupakan masalah kronik di
Indonesia sudah terbukti dalam pada ibu hamil dalam presentase yang
mencapai 63,5 %. Anemia pada ibu hamil memang sangat berpengaruh
buruk terutama pada kehamilan, persalinan, dan nifas. Paritas yang tinggi
dapat menyebabkan kondisi kesehatan ibu menurun dan berpengaruh
buruk pada kehamilannya.

B. Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan
dengan baik mengenai anemia pada ibu hamil. Oleh karena itu, perawat
juga harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini melakukan
penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien ibu hamil dan
keluarga pasien mengenai tanda-tanda penanganan dan pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Mucholifah, 2019. Asuhan Keperawatan Anemia pada Ibu Hamil. Jakarta: UMP

Adriani dan Wijatmadi, 2018. Asuhan Keperawatan Anemia. Bali:EGC

Pratami, E. 2020. Evidence Based Dalam Kebidanan.Jakarta: EGC

Hosseine, J., et al. (2018Published online 2918) PMCID: PMC4317715 The effect
of anemia as a risk factor on progression of Authors’ Contributions:Mahbobeh
Sadat Hosseini:study design, writing International Journal of Health Sciences 16
(3). Halaman 355-361

Kemenkes-RI. 2018. Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta: Kementrian


Kesehatan RI

Kemenkes-RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI.

Raman R, Rani PK, Reddi Rachepalle S, Gnanamoorthy P, Uthra S,


Kumaramnickavel G, et al.

Rusli, 2019. Dr. Mohamed Rusli Abdullah University Sains Malaysia Assoc. The
8th National Public Health Conference 2019 (NPHC) was jointly organized by
factor of anemia among pregnant mother at health clinic in jasin 95.

http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia

http://anemia029.blogspot.com

http://gejalapenyakitmu.blogspot.com/2021/05/gejala-anemia-penyebab-faktor-
risiko.html

Anda mungkin juga menyukai