Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

OBAT ANEMIA

MATA KULIAH : FARMAKOLOGI


KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang


Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat
waktu. Tidak lupa kami ucapakan kepada Bpk Hendri P. L Tobing S. Kep NS M.
Kes selaku dosen pengampuh mata kuliah Farmakologi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang ikut membantu kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum
penulis ketahui, penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar besarnya. Dan
penulis berharap agar kedepannya kesalahan ini tidak terulang kembali,dengan
adanya saran dan kritik yang diberikan kepada penulis.

Pematang Siantar, Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian Obat Anemia ........................................................................ 3
B. Macam-Macam Obat Anemia ................................................................ 5
C. Cara Kerja Obat Anemia ........................................................................ 7
D. Indikasi Dan Kontraindikasi .................................................................. 10
E. Efek Samping Dan Cara Mengatasi ....................................................... 14
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 16
A. Kesimpulan ............................................................................................ 16
B. Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anemia ( bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlahhemoglobin dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan
mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh
bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh . keadaan ini
sering menyebabkan energi dalam tubuh menjadi menurun sehingga terjadi 5L
atau lemah, lesu, lemas, lunglai, dan letih.
Dalam hal ini orang yang terkena anemia adalah orang yang menderita
kekurangan zat besi. Seseorang yang menderita anemia akan sering
mengalami keadaan pusing yang sedang hingga berat dikarenakan
Meningkatnya penghancuran sel darah merah, Pembesaran limpa, Kerusakan
mekanik pada sel darah merah, Reaksi autoimun terhadap sel darah merah :
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal, Sferositosis herediter, Elliptositosis
herediter.Seseorang yang sering mengalami anemia di sebabkan karena
pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan
stroke atau serangan jantung.
Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan
bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-
75%, serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan.
1,3% Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang
sedang berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam
persen (atau sekitar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang
di negara yang sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan
prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari

1
perkiraan populasi 1200 juta orang. Di Indonesia prevalensi anemia pada
kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1% (SKRT 2001). Lautan J dkk
(2001) melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada trimester II didapati 23
(74%) menderita anemia, dan 13 (42%) menderita kekurangan besi.
Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita
hamil dan janin, oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap
masalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian obat anemia
2. Apa macam-macam obat anemia
3. Bagaimana cara kerja obat anemia
4. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi
5. Bagaimana dosis yang digunakan
6. Apa efek samping dan cara mengatasinya

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian obat anemia
2. Untuk mengetahui macam-macam obat anemia
3. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja obat anemia
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi obat anemia
5. Untuk mengetagui dosis obat
6. Untuk mengetahui efek samping obat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OBAT ANEMIA


Obat yang dapat diberikan berupa suplemen zat besi (Fe) untuk
memulihkan kekurangan sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 sering
diberikan untuk pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia
sudah mencapai stadium akut dan parah adalah dengan transfusi darah.

Anemia Dalam Kehamilan


Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal ini disebabkan
karena dalam kehamilan keperluan zat – zat makanan bertambah dan terjadi
pula perubahan dalam darah dan sumsum tulang.Darah bertambah banyak
dalam kehamilan disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi,
bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya
plasma, sehingga terjadi peng-enceran darah. Anemia dalam kehamilan sering
terjadi terutama bila jarak antar kehamilan pendek. Anemia dalam kehamilan
menyebabkan: resiko infeksi dan perdarahan. Pasca persalinan. Faktor nutrisi
utama yang terkait : Zat Besi, Asam Folat, Vitamin B. Penyebabnya:Kurang
gizi, Kurang zat besi dalam diet, Malabsorpsi, Penyakit – penyakit kronik
Gejala :
Takikardia
Gejala rasa lesu bagi sebagian besar wanita hamil dianggap biasa maka
gejala yang terkait dengan anemia dalam kehamilan jarang muncul
Vasodilatasi perifer selama kehamilan menyebabkan wanita hamil yang
menderita anemia tidak nampak pucat.
Pemeriksaan kadar hemoglobin secara teratur pada wanita hamil menu-
runkan angka kejadian wanita hamil inpartus yang mengalami anemia
Pengaruh anemia dalam kehamilan, anemia dalam kehamilan memberi
pengaruh kurang baik bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan maupun
dalam masa nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul akibat

3
anemia seperti : Abortus, Partus prematur, Perdarahan postpartum,
Syok,Infeksi baik intrapartum maupun postpartum.

Anemia Defisiensi Besi


Merupakan anemia yang paling sering ditemukan. Dapat disebabkan karena
kurang asupan besi dalam makanan, gangguan resorpsi, gangguan
penggunaan, atau karena pengeluaran besi terlalu banyak dari tubuh misalnya
pada perdarahan. Jika terjadi defisiensi besi, maka suplai ke sumsum tulang
juga berkurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan basal produksi Hb.
Hal ini menyebabkan setiap sel darah merah yang terbentuk mengandung
sedikit Hb. Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama dalam
trimester terakhir. Apabila masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan
maka mudah terjadi defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar. Lagi
pula di daerah khatulistiwa besi lebih banyak ke luar melalui air peluh dan
kulit. Di Indonesia asupan besi per hari untuk wanita tidak hamil (12 mg),
wanita hamil (17 mg), wanita menyusui (17 mg). Perubahan adaptatif selama
kehamilan : hemodilusi menyebabkan penurunan kadar hemoglobin. Kadar
Hb normal selama kehamilan >110 g/L. Terapi :Pencegahan : 100 mg Zat Besi
dan Asam Folat 400 mcg/hari. Bila asupan per oral dalam dosis besar tidak
dapat dilaksanakan – alternatif: pemberian zat besi parenteral.

Anemia Megaloblastik
Disebabkan karena defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi
vitamin B12. Asam folat dibutuhkan dalam pembentukan asam nukleat dan
defisiensi asam folat menyebabkan gangguan proliferasi sel – ( antara lain
prilferasi sel sumsum tulang ). Pada anemia ini, terjadi hambatan sintesis
DNA menyebabkan partum-buhan sel yang tidak seimbang. Namun ketika
pembelahan sel terhambat, sintesis RNA tidak terpengaruh. Hasilnya adalah
komponen sitoplasma terutama hemoglobin disintesis dalam jumlah
berlebihan selama penundaan pembelahan sel. Akhirnya terjadi peningkatan
dalam ukuran sel. Defisiensi asam folat sering berdampingan dengan
defisiensi besi dalam kehamilan.

4
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis
yang cukup baik. Pengobatan dengan asam folat hampir selalu berhasil.
Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa
pengobatan maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini
disebabkan karena dengan lahirnya anak keperluan akan asam folik jauh
berkurang. Anemia megaloblastik dalam kehamilan yang berat tidak diobati
mempunyai prognosis kurang baik. Angka kematian bagi ibu mendekati 50%
dan anak 90%. Terapi : Defisiensi asam folat diatasi dengan Pemberian 5 mg
asam folat 3 dd 1 selama kehamilan.
Etiologi :
Diet yang buruk
Sakit berkepanjangan
Gangguan Traktus Gastrointestinal
Antibiotika oral
Defisiensi vitamin C
Penyakit hepar

B. MACAM-MACAM OBAT ANEMIA


1. Asam Folat
Sumbernya sayuran berwarna hijau, hati, ragi, buah-buahan. Dalam bahan
makanan tersebut asam folat terdapat dalam senyawa konjugasi
(poligutamat). Senyawa ini dalam hati akan diuraikan oleh enzim dan
direduksi menjadi zat aktifnya (tetrahidro folic acid). Zat ini untuk sintesis
DNA dan RNA serta pembelahan sel.

2. Zat Besi (Fe)


Dalam makanan, zat besi terikat sebagai ferri kompleks, tetapi dalam
lambang diubah menjadi ferro klorida. Resorpsi hanya berlangsung dalam
duodenum, dalam lingkungan asam netral garam ferro lebih mudah larut.
Setalah diserap sebagai darah, maka akan bergabung dalam protein
menjadi ferritin yang disimpan sebagai cadangan, sebagian diangkut ke

5
sumsum tulang, hati dan sel-sel lain untuk sintesa hemoglobin dan enzim
zat besi (metalo enzim). Kebutuhan zat besi sehari 1-2 mg.
Gejala kekurangan zat besi seperti anemi hipokrom, yaitu pucat, letih dan
lesu, jari-jari dingin, jantung berdebar, nyeri lidah, kuku dan kulit keriput.
Defisiensi ini dapat diobati dengan pemberian garam-garam ferro per-oral,
misalnya ferro fumarat, ferro sulfat, ferro klorida, dan lainnya. Pemberian
parenteral hanya bila ada kelainan lambung( pendarahan) atau rangsangan
yang hebat. Lagipula ada bahaya over dosis, sedangkan peroral tidak akan
terjadi over dosis sebab ada rintangan kontrol usus, kecuali pada anak-
anak dimana kontrol usus belum sempurna.

3. Vitamin B12 (Cyanocobalamin)


Sumber vitamin ini adalah makanan dari hewan: hati, daging, telur, susu,
dalam bentuk ikatan dengan protein. Kebutuhan orang sehari 2-5 mcg.
Dalam lambung vitamin B12 dilepas dari ikatan kompleksnya dengan
protein oleh HCL yang segera diikat oleh glukoprotein yang disebut
intrinsik factor (Castle 1929) yang dihasilkan oleh mukosa lambung
bagian dasar. Dengan pengikatan ini zat tersebut baru dapat diserap oleh
reseptor spesifik di usus halus (ileum). Setelah diserap vitamin B12
diangkut dan ditimbun dalam hati yang secara bertahap dilepas sesuai
kebutuhan tubuh. Defisiensi vitamin B12 dengan gejala-gejala
menglobaster, nyeri lidah, degenerasi otak, sumsum tulang dan depresi
psikis. Pengobatan terutama dengan injeksi, oral vitamin B12 dengan
kombinasi intrinsic factor (serbuk pylorus).

4. Erapi non farmakologi.


Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran,
daging, ikan dan unggas.
Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang mengandung vitamin
B12 dan asam folat sebagai terapi profilaksis maupun memperbaiki
defisiensi vitamin B12 ataupun asam folat.

6
Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan transfusi sel darah
merah. Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut
jantung cepat, nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera ditangani
dengan transfusi darah.

5. Terapi farmakologi
Terapi untuk anemia bisa dilakukan dengan transfusi darah, transfusi RBC
untuk geriatri, pemberian oral atau parenteral vitamin B12, induksi asam
folat (menginduksi remisi eksogen hematologi). Pemberian parenteral
asam folat jarang diperlukan , karena asam folat oral diserap dengan baik
bahkan pada pasien dengan sindrom malabsorpsi . Dosis 1 mg asam folat
oral setiap hari sudah cukup untuk memulihkan anemia megaloblastik ,
memulihkan kadar folat serum normal.

C. CARA KERJA OBAT ANEMIA


1. Tablet Besi (Fe)
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan
jejenum proksimal; makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini
lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel
mukosa usus terjadi secara transport aktif. Ion fero yang sudah di absorpsi
akan di ubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan
masuk kedalam plasma dengan perantara transferin, atau diubah menjadi
feritin dan di simpan dalam sel mukosa usus. Secara umum, bila cadangan
dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih
banyak Fe di ubah menjadi feritin. Setelah di absorpsi, Fe dalam tubuh
akan di ikat dalam transferin ( siderofilin ), suatu beta 1-globulin
glikoprotein, untuk kemudian di angkut ke beberapa jaringan, terutama ke
sumsum tulang dan depot Fe. Indikasi :Sediaan Fe hanya diindikasikan
untuk pencegahan dan pengobatan Anemia defisiensi Fe. Penggunaan
diluar indikasi ini, cenderung menyebabkan penyakit penimbunan besi dan
keracunan besi.

7
Efek samping :
Intoleransi terhadap sediaan oral, Gejalanya: mual dan nyeri lambung,
konstipasi, diare dan kolik. Gangguan ini dapat dikurangi dengan
mengurangi dosis atau dengan pemberian sesudah makan, walaupun dg
cara ini absorpsi dapat berkurang.
Pemberian scr IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan
berupa rasa sakit, warna coklat pd tempat suntikan, peradangan lokal.
Pada pemberian IV, dapat terjadi reaksi sistemik. Reaksi yg dapat terjadi
dlm 10 menit setelah suntikan adalah: sakit kepala, nyeri otot dan sendi,
hemolisis, takikardi, flushing, berkeringat, mual, muntah, bronkospasme,
hipotensi, pusing dan kolaps
Reaksi yg lebih sering timbul dalam ½ – 24 jam setelah suntikan: demam,
menggigil, rash, urtikaria,nyeri dada,rasa sakit pada seluruh badan dan
ensefalopatia, syok atau henti jantung.
Intoksikasi akut : dpt terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 g. pada sal
cerna terjadi iritasi, korosi, sampai terjadi nekrosis. Gejalanya: mual
muntah, diare, hemetemesis serta feses berwarna hitam krn perdarahan
pada sal. , syok dan akhirnya kolaps kardiovaskular dg bahaya kematian.
Terapi intoksikasi akut adalah sbb:Diusahakan agar pasien muntah,
Diberikan susu atau telur yang dapat mengikat Fe sbg kompleks protein
Fe, Bila obat diminum kurang dari 1 jam sebelumnya, dapat dilakukan
bilasan lambung dg larutan nat bikarbonat 1%, Bila lebih dari 1 jam
bilasan lambung dpt menyebabkan perforasi,Untuk mengatasi efek toksik
sistemik maupun lokal pemberian deferoksamin (kelator) spesifik untuk
besi.

2. VITAMIN B12 (Sianokobalamin)


Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SK .
Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan
IM. Absorpsi ini berlangsung dengan 2 mekanisme yaitu dengan
perantaraan faktor instrinsik castle (fic) dan absorpsi secara langsung.
Setelah di absorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam darah terikat dengan

8
protein plasma sebagian besar terikat pada beta-globulin (transkobalamin
II),Sisanya terikat pada alfa-glikoprotein (transkobalamin I) dan inter-alfa-
glikoprotein ( transkobalamin III) vitamin B12 yang terikat pada
transkobalamin II akan di angkut ke berbagai jaringan, terutam hati yang
merupakan gudang utama penyimpanan vitamin B12 (50-90% ). Kadar
normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900 pg ml dengan simpanan
sebanyak 1-10 mg dalam hepar.
Fungsi metabolik :Vit B12 bersama asam folat sangat penting untuk
metabolisme intrasel. Keduanya dibutuhkan untuk sintesis DNA yang
normal, sehingga defisiensi salah satu vitamin ini menimbulkan gangguan
produksi dan maturasi eritrosit (anemia megaloblastik). Defisiensi Vit
B12 juga menyebabkan kelainan neurologik. Bila tidak cepat diobati
dapat membuat pasien cacat seumur hidup. Dosis : Anemia pernisiosa: 1 -
10 mg sehari yg diberikan selama 190 hari, Terapi awal: dosis 100 mg
sehari parenteral selama 5 – 10 hari, Terapi penunjang: dosis pemeliharaan
100-200 mg sebulan sekali sampai diperoleh remisi yg lengkap (jumlah
eritrosit dalam darah +4,5 juta/mm3) dan morfologi hematologik berada
dalam batas-batas normal.

3. Asam Folat
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian
proksimal usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan
energi, sedangkan pada kadar tinggi absorpsi dapat berlangsung secar
difusi. Walaupun terdapat gangguan pada usus halus, absorpsi folat
biasanya masih mencukupi kebutuhan terutama sebagai PmGA.
Defisiensi folat sering merupakan komplikasi dari:gangguan di usus kecil,
alkoholisme yg menyebabkan asupan makanan buruk, efek toksik alkohol
pada sel hepar, anemia hemolitik yg menyebabkan laju malih eritrosit
tinggi, Obat-obat yang dapat menurunkan kadar folat dalam plasma.
Indikasi:Penggunaan folat adalah pada pencegahan dan pengobatan
defisiensi folat, Kebutuhan asam folat meningkat pada wanita hamil,
sekurang kurangnya 500 mg per hari, Hasil penelitian menunjukkan

9
adanya hubungan kuat antara individu antara defisiensi asam folat pada
ibu dengan insiden defek neural tuibe, spt spina bifida dan anensefalus
pada bayi yg dilahirkan. Dosis : Tergantung dari beratnya anemia dan
komplikasi yg ada. Untuk diagnostik: 0,1 mg per oral selama 10 hari.
Eritropoietin
Berinteraksi dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel induk sel
darah merah, menstimulasi poloferasi dan diferensiasi eritroit.
Eritropoietin juga menginduksi pelepasan retikulosis dari sumsum tulang.
Eritrpoietin endogen diproduksi oleh ginjal sebagai respon terhadap
hipoksia jaringan. Bila terjadi Anemia maka eritropoietin diproduksi lebih
banyak olh ginjal, dan hal ini merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk
memproduksi sel darah.
Indikasi :Eritropoietin terutama diindikasikan untuk anemia pada pasien
gagal ginjal kronik. Pemberian eritropoietin dapat meningkatkan kadar
hematokrit dan hemoglobin, dan mengurangi/menghindarkan kebutuhan
transfusi. Dosisnya:50-150 IU/kg secara IV atau subkutan 3 x seminggu.
Untuk pasien anemia akibat gangguan primer atau sekunder pada sumsum
tulang kurang memberikan respon terhadap pemberian eritropoietin. Untuk
pasien ibi dosisnya lebih tinggi, sekitar 150-300 IU/L 3 x seminggu. Efek
samping : Hipertensi bertambah berat, paling sering akibat peningkatan
hematokrit yg terlalu cepat.

D. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


1. Tablet Fe
Indikasi
Untuk pengobatan pada defisiensi zat besi laten dan anemia (anemia
defisiensi zat besi). Terapi pencegahan defisiensi zat besi selama masa
kehamilan.

Kontraindikasi
Kelebihan zat besi, misalnya kondisi hemokromatosis, hemosiderosis.

10
Gangguan pada utilisasi zat besi, misalnya kondisi lead anaemia,
sideroachrestic anaemia, talasemia.
Anemia yang tidak disebabkan oleh defisiensi zat besi misalnya anemia
hemolitik.
Hipersensitif/alergi terhadap salah satu komponen dalam obat.

Dosis Dan Aturan Pakai


Dosis dan lamanya terapi tergantung pada tingkat defisiensi zat besi.
Anak-anak (>12 tahun), dewasa dan ibu menyusui : Gejala defisiensi zat
besi : 1 tablet, 1 – 3 hari sehari selama 3 – 5 bulan, sampai diperoleh angka
haemoglobin normal. Selanjutnya terapi diteruskan selama beberapa
minggu dengan 1 tablet sehari untuk melengkapi cadangan zat besi.
Defisiensi zat besi laten : 1 tablet sehari. Wanita hamil : Gejala defisiensi
zat besi : 1 tablet dua sampai tiga kali sehari sampai didapat angka
haemoglobin normal. Selanjutnya terapi diteruskan dengan 1 tablet sehari
setidaknya sampai akhir masa kehamilan untuk melengkapi cadangan zat
besi.
Defisiensi zat besi laten dan pencegahan defisiensi zat besi : 1 tablet
sehari. Dosis harian dapat dibagi dalam beberapa dosis atau dapat dimakan
sekaligus. Maltofer tablet dapat dikunyah atau ditelan langsung dan harus
dimakan selama atau segera setelah makan. Jika zat besi diperlukan
dengan segera (Hb rendah, pengobatan bersamaan dengan EPO, dll),
sebaiknya digunakan sediaan zat besi parenteral untuk mensubtitusi zat
besi sehingga zat besi tersedia dengan cepat.

2. B12 (Sianokobalamin)
Indikasi
Anemia megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan pemotongan
usus, defisiensi vitamin B12.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas, tidak boleh digunakan untuk anemia megaloblastik pada
wanita hamil.

11
Dosis
Per oral : untuk defisiensi B12 karena faktor asupan makanan: dewasa 50-
150 mikrogram atau lebih, anak 50-105 mikrogram sehari, 1-3x/hari.
Injeksi intramuskular : dosis awal 1mg, diulang 10x dengan interval 2-3
hari. Dosis rumatan 1 mg per bulan. Sediaan: tablet 50 mikrogram, liquid
35 microgram/5 ml, injeksi 1 mg/ml.

3. Asam Folat
Indikasi
Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan pengobtan
defisiensi folat harus di ingat bahwa penggunaan secara membabibuta
pada pasien anemia pemisiosa dapat merugikan pasien, sebab folat dapat
memperbaiki kelainan darah pada anemia pemisiosa tanpa memperbaiki
kelainan neurologi sehingga dapat berakibat pasien cacat seumur hidup
Kebutuhan asam folat meningkat pada wanta hamil, dan dapat
menyebabkan defisiensi asam folat bila tidak atau kurang mendapatkan
asupan asam folat dari makananya. Beberapa penelitian mendapat adanya
hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada ibu dengan insisens defek
neural tube, seperti sapina bifida dan anensefalus, pada bayi yang
dilahirkan. Wanita hamil membutuhkan sekurang-kurangnya 500 mg asam
folat per hari suplementasi asam folat di butuhkan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, untuk mengurangi insidens defek neuran tube.

Kontraindikasi
Kontraindikasi Utama : Pengobatan Anemia Pernisiosa dan Anemia
megaloblastik lainnya yang diakibatkan defisiensi vitamin B 12.
Penderita dengan anemia pernisiosa tidak boleh diobati dengan asam folat
sebelum diberikan vitamin B12 (karena pada keadaan ini asam folat
mungkin hanya menyembuhkan secara hematologik tetapi memperbanyak
manifestasi neurologik dan defisiensi vitamin B12). Masalah yang paling
sering ditemukan dalam obstatri adalah peningkatan resiko konvulsi pada
wanita yang menderita epilepsi (MRC, 1991). Wanita yang beresiko tinggi

12
untuk mengalami anemia pernisiosa harus menjalani pemeriksaan kadar
vitamin B12 dalam serum darahnya sesegera mungkin untuk
menyingkirkan keadaan yang berpotensi sangat mengganggu kesehatan
tetapi dapat diobati. Jika diberikan pada penderita anemia pernisiosa,
suplemen asam folat khususnya dengan dosis tinggi akan menutupi tanda
dan gejala kelainan yang progresif yang masuk (anemia dan glositis)
sehingga degenerasi neurologis yang menyertai kelainan tersebut
berlangsung tanpa diketahui (BNF, 2000). Bahaya menutupi gejala anemia
pernisiosa ini merupakan salah satu alasan mengapa otoritas kesehatan
tidak bersedia untuk melakukan fortifikasi roti dan sereal dengan asam
folat. Anemia pernisiosa terutama mengenai wanita dengan usia yang lebih
lanjut, tetapi kadang-kadang dapat terjadi pada wanita muda dengan
riwayat kelainan ini yang kuat dalam keluarganya.

Dosis
Yang digunakan tergantung dari beratnya anemia dan komplikasi yang
ada. Umumnya folat diberikan per oral, tetapi bila keadaan tidak
memungkinkan, folat diberikan secar IM atau SK.
Untuk tujuan diagnostik digunakan dosis 0,1 mg per oral selam 10 hari
yang hanya menimbulkan respons hematologik pada pasien defisiensi
folat. Hal ini membedakannya dengan defisiensi vitamin B12 yang baru
memberikan respons hematologik dengan dosis 0,2 mg per hari atau lebih.

4. ERITROPIN
Indikasi
Pengobatan anemia pd gagal ginjal kronik. Pengobatan anemia pd pasien
kanker yg menjalani kemoterapi. Meningkatkan kadar sel darah merah
donasi darah, mencegah penurunan kadar hemoglobin pd pasien yg akan
menjalankan bedah mayor.

13
Kontra indikasi
Hipertensi yg tdk terkendali. Hipersensitif td produk derivat sel hewan
mamalia atau albumine manusia. Anemia.
Dosis
Gagal ginjal kronik Dosis awal 50 units/kgBB inj IV atau SK selama 1-2
mnt selama 4 minggu. Dosis dpt ditingkatkan s/d 25 units/kg selama 4
minggu. Jika anemai sudah dikoreksi, diberikan dosis pemeliharaan 25-50
units/kgBB2-3x/minggu.

E. EFEK SAMPING DAN CARA MENGATASI


Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi dalam sediaan
oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah Fe yang dapat larut dan yang
diabsorpsi pada setiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan
nyari lambung (+- 7-20%),konstipasi (+- 10%),diare (+- 5%) dan kolik.
Gangguan ini biasa ringan dan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis atau
dengan pemberian sesudah makan, walaupun dengan cara ini absorpsi dapat
berkurang. (farmakologi dan terapi FKUI.2007)
Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi local pada tempat
suntikan yaitu berupa rasa sakit,warna coklat pada tempat suntikan,
peradangan lokal dengan pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal
lebih sering terjadi pada pemakaian IM dibandingkan IV. (farmakologi dan
terapi FKUI.2007)
Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa, kebanyakan
terjadi pada anak akibat menelan terlalu banyak tablet FeSO4 yang seperti
gula-gula. Kelainan utama terdapat pada saluran cerna,mulai dari iritasi,korosi
sampai tejdai neksrosis. Gejala yang timbul berupa mual, muntah, diare,
hemetemesis serta fese berwarna hitam karena perdarahan pada saluran
cerna,syok dan akhirnya kolaps kardiovaskular dengan bahaya kematian. Efek
korosif dapat menyebabkan stenosis pylorus dan terbentuknya jaringan parut
berlebihan dikemudian hari. Gejala keracunan tersebut di atas dapat timbul
dalam waktu 30 menit atau setelah beberapa jam minum obat. Terapi yang
dapat dilakukan adalah pertam-tama diusahakan agar pasien muntah,

14
kemudian diberikan susu atau telur yang dapat mengikat Fe sebagai kompleks
protein Fe. Bila obat diminum kurang dari 1 jam sebelumnya,dapat dilakukan
bilasan lambung dengan menggunakan larutan natrium bikarbonat 1%.
Selanjutnya kedaan syok dehidrasi dan asidosis harus diatasi.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam
darah (Anonim).anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah
lengkap laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang
dilakukan pada darah manusia dengan menghitung seluruh komponen
pembentuk darah. Banyak cara penangan yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit ini salah satunya adalah pemberian fe, dan lain-lain.
Obat anemia adalah obat yang dapat diberikan berupa suplemen zat besi
(fe) untuk memulihkan kekurangan sel darah merah. Selain zat besi, vitamin
B12 sering diberikan untuk pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika
anemia sudah mencapai stadium akut dan parah adalah dengan transfusi darah.

B. SARAN
Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan
oleh Tuhan Maha Esa, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan
diertahankan. Sebelum mengobati lebih baik mencegah, maka dari itu
keseharan perlu di pelihara, dan diertahankan. Sebelum mengobati lebih baik
mencegah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan.G.Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Drs.Priyanto, Apt, M. Biomed. 2008. Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa


Farmasi dan Keperawatan. Liskonfi. Jawa Barat

17

Anda mungkin juga menyukai