Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

PREVALENSI PENYAKIT ANEMIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. ANA VALIANA
2. PUTRI RAHAYU
3. WINDA PURWANSYIH
4. GILANG AGUSTIAN BAHCMID

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya
penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Dan dengan
mengucap puji syukur atas curahan kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama ilmu
dan akal sehat sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makala yang berjudul “ makalal ini disusun sebagai tugas mata kuliah ”.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh
keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak. Allahumma Amin.

Palu, 02 April 2022

Penyusun

Kelompok III
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………….…………….................i   

Daftar Isi……………………………………………………….…………........ …...............ii  

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………..………….………...................…...1

B. Rumusan Masalah………………………………………….….………….……..................1

C. Tujuan penulisan ………………………....……………………….…………..................…2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia..........................................................................................................4
B. Ruang lingkup Anemia....................................................................................................4
C. Penyebab Anemia............................................................................................................5
D. Tanda-tanda Anemia........................................................................................................7
E. Faktor resiko terkena Anemia..........................................................................................8
F. Pencegah penyakit Anemia.............................................................................................9
G. Cara penanganan penyakit Anemia..............................................................................10
H. Hasil penelitian..............................................................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………….........…................14

B. Saran ………………………………………………………………......……….................14

DAFTAR PUSTAKA ..........……………………………………………………….….........15


BAB I

PENDAHULAN

A. LATAR BELAKANG

Anemia merupakan penyebab kecacatan kedua tertinggi di dunia. Hal tersebut men-
jadikan anemia sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius di seluruh dunia. Ane-
mia bisa menyerang siapapun, tak terkecuali remaja yang masih berusia dini. Anemia lebih
sering terjadi pada remaja perempuan dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal ini dikare-
nakan remaja putri kehilangan zat besi (Fe) saat menstruasi sehingga membutuhkan lebih
banyak asupan zat besi (Fe). Perilaku remaja putri yang mengkonsumsi makanan nabati
lebih banyak mengakibatkan asupan zat besi belum mencukupi kebutuhan zat besih . Kebi-
asaan remaja putri yang ingin tampil langsing menjadikan remaja tersebut membatasi asu-
pan makanan hariannya yang mengakibatkan remaja putri mudah terserang anemia.
Terhitung setenga hari semua kasus anemia, defisiensi besi adalah penyebab paling
umum dari anemia. Namun, kondisi lain seperti kekurangan nutrisi, peradangan akut dan
kronis, infeksi parasit, percepatan pertumbuhan, peningkatan kebutuhan zat besi, pen-
ingkatan kehilangan zat besi dari tubuh selama menstruasi, gangguan sintesis hemoglobin
yang diturunkan atau di dapat, produksi sel darah merah, atau kelangsungan hidup juga
dipertimbangkan menjadi penyebab anemia.
Anemia merupakan gangguan gizi disebabkan oleh kekurangan zat besi terutama
pada remaja putri yang kurang beruntung. Berdasarkan pedoman World Health Organization
(WHO), remaja dikatakan mengalami anemia bila kadar hemoglobinnya kurang dari
12mg/dl. Namun, ini mungkin terpengaruh karena peningkatan kebutuhan zat besi, penu-
runan asupan zat besi, pertumbuhan fisik yang cepat, kehilangan menstruasi, dan permintaan
zat besi yang tinggi untuk pembentukan hemoglobin (Hb). Remaja putri berisiko lebih tinggi
mengalami anemia karena masa pertumbuhan fisik, pematangan reproduksi, dan transformasi
kognitif yang menuntut makro dan mikro nutrien tinggi termasuk zat besi.

B. RUMUSAN MASALAH
I. Apa yang dimaksud dengan Anemia ?
J. Bagaimana ruang lingkup Anemia?
K. Apa saja penyebab Anemia ?
L. Apa saja tanda-tanda Anemia ?
M. Apa saja Faktor resiko terkena Anemia?
N. Apa saja yang dapat dilakukan dalam mencegah penyakit Anemia ?
O. Bagaimana cara penanganan penyakit Anemia ?
P. Bagaimana hasil penelitian tentang penyakit anemia ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Anemia
2. Dapat mengetahui bagaimana ruang lingkup Anemia
3. Dapat mengetahui apa saja penyebab Anemia
4. Dapat mengetahui apa saja tanda-tanda Anemia
5. Agar mengetahui apa saja Faktor resiko terkena Anemia
6. Apa saja yang dapat dilakukan dalam mencegah penyakit Anemia
7. Supaya mengetahui bagaimana cara penanganan penyakit Anemia
8. Agardapat mengetahui bagaimana hasil penelitian tentang penyakit anemia
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANEMIA
Menurut Smeltzer (2002), Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah
normal .Anemia atau kurang darah(dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah kondisi
di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh
bagian tubuh.
Kadar hemoglobin
a. Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
b. Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram.
c. Penderita anemia tingkat ringan mempunyai Hb : 10 gram – 8 gram.
d. Penderita anemia tingkat sedang mempunyai Hb : 8 gram – 5 gram.
e. Penderita anemia tingkat berat mempunyai Hb : kurang dari 5 gram.
(Smeltzer, 2002)
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari
13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb
kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.(Smeltzer ,2002)

B. RUANG LINGKUP ANEMIA


1. Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel
a. Anemia mikrositik : penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia
(gangguan Hb).
b. Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti
gangguan ginjal.
c. Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa, anemia akibat
konsumsi alcohol, dan anemia megaloblastik.
(wikipedia, 2014)
2. Klasifikasi Anemia Akibat Gangguan Eritropoiesis
a. Anemia Defisiensi Besi 
Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb,
mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.
b. Anemia Megaloblastik
Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin
dan defek pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel
darah (megaloblas) di sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif, dan
pansitopenia.
c. Anemia Aplastik
Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah akibat hiposelularitas.
Hiposelularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat
atau virus, dan defek pada perbaikan DNA serta gen.
d. Anemia Mieloptisik
Anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel
tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan eritroid pada tahap
awal.
(Wikipedia,2014)
3. Klasifikasi anemia berdasarkan etiologinya yaitu:
a. Anemia pasca pendarahan (Kehilangan darah mendadak, kehilangan darah
menahun).
b. Anemia defisiensi besi.
c. Anemia megaloblastik (defisiensi asam folat dan B12).
d. Anemia hemolitik dan anemia aplastik.
(Wikipedia,2014)

C. PENYEBAB ANEMIA
Ada tiga penyebab utama terjadinya anemia, yaitu
1. Kehilangan darah
Kehilangan darah adalah penyebab paling umum terjadinya anemia, khususnya
terutama anemia karena kekurangan defisiensi zat besi. Kehilangan darah bisa
jangka pendek atau persisten. Jika kehilangan darah berlebihan, tubuh akan
kehilangan sel darah merah yang cukup dan menyebabkan anemia. Beberapa faktor
yang dapat menyebabkan kehilangan darah seperti menstruasi, perdarahan di saluran
pencernaan dapat menyebabkan kehilangan darah. Bedah atau kanker juga bisa
menyebabkan kehilangan darah.
2. Produksi sel darah merah tidak memadai
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan produksi sel darah merah
yang tidak memadai, ini termasuk:
a. Makanan
Makanan yang kekurangan atau tidak memiliki zat besi, asam folat (folat), dan
vitamin B12 dapat menyebabkan tubuh tidak membuat sel darah merah yang
cukup. Zat besi merupakan mineral penting untuk pembuatan sel darah merah.
b. Penyakit Kronis
Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat menyebabkan tubuh
tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup. Orang yang memiliki
HIV / AIDS juga dapat mengembangkan anemia akibat infeksi atau obat yang
digunakan untuk pengobatan penyakit.
c. Kehamilan
Selama 6 bulan pertama kehamilan, bagian cair darah perempuan meningkat lebih
cepat dibandingkan jumlah sel darah merah. Ini mencairkan darah dan dapat
menyebabkan anemia.
d. Hormon
Tubuh kita membutuhkan hormon erythropoietin untuk membuat sel darah
merah. Hormon ini membantu merangsang sumsum tulang untuk membuat sel
darah merah. Rendahnya tingkat hormon ini dapat menyebabkan anemia.
e. Obat-obatan
Beberapa obat seperti antibiotik, obat anti kejang, pengobatan kanker atau
paparan radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang. Jika sumsum
tulang rusak, tidak dapat membuat cukup sel darah merah baru untuk
menggantikan sel yang mati.
3. Kerusakan sel darah merah yang berlebihan
Anemia yang disebabkan oleh kerusakan sel darah merah yang berlebihan dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk anemia, mereka adalah sebagai berikut:
a. Anemia hemolitik.
Anemia hemolitik terjadi ketika sel darah merah hancur sebelum masanya
berakhir. Umur normal sel darah merah adalah 120 hari. Pada anemia hemolitik,
umurnya jauh lebih pendek.
b. Anemia sel sabit.
Anemia sel sabit adalah bentuk parah dari anemia. Hal ini biasanya terjadi ketika
seseorang mewarisi dua gen yang abnormal (satu dari setiap orangtua) yang
menyebabkan sel darah merah mereka berubah bentuknya.
c. Thalassemia.
Thalasemia adalah suatu bentuk anemia yang sel darah merah cepat hancur. Hal
ini menyebabkan tubuh membuat sedikit sel darah merah sehat dan hemoglobin
dari normal.
(Zen,2013)

D. TANDA – TANDA ANEMIA


Tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan yaitu :
1. Kelopak Mata Pucat
Sangat mudah untuk mendeteksi anemia dengan melihat mata. Ketika meregangkan
kelopak mata dan memperhatikan bagian bawah mata. Pasti anda akan melihat
bahwa bagian dalam kelopak mata berwarna pucat.
2. Sering Kelelahan
Jika ada yang merasa lelah sepanjang waktu selama satu bulan atau lebih, bisa jadi
Anda memiliki jumlah sel darah merah yang rendah. Pasokan energi tubuh sangat
bergantung pada oksidasi dan sel darah merah Semakin rendah sel darah merah,
tingkat oksidasi dalam tubuh ikut berkurang.
3. Sering Mual.
Mereka yang menderita anemia seringkali mengalami gejala morning sickness atau
mual segera setelah mereka bangun dari tempat tidur.
4. Sakit kepala.
Orang yang mengalami anemia sering mengeluh sakit kepala secara terus-menerus.
Kekurangan darah merah membuat otak kekurangan oksigen. Hal ini sering
menyebabkan sakit kepala.
5. Ujung Jari Pucat
Ketika anda menekan ujung jari, daerah itu akan berubah jadi merah. Tetapi, jika
Anda mengalami anemia, ujung jari Anda akan menjadi putih atau pucat.
6. Sesak napas.
Jumlah darah yang rendah menurunkan tingkat oksigen dalam tubuh. Hal ini
membuat penderita anemia sering merasa sesak napas atau sering terengah-engah
ketika melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan.
7. Denyut Jantung Tidak Teratur.
Palpitasi adalah istilah medis untuk denyut jantung tidak teratur, terlalu kuat atau
memiliki kecepatan abnormal. Ketika tubuh mengalami kekurangan oksigen, denyut
jantung meningkat. Hal ini menyebabkan jantung berdebar tidak teratur dan cepat.
8. Wajah Pucat.
Jika anda mengalami anemia, wajah anda akan terlihat pucat. Kulit juga akan
menjadi putih kekuningan.
9. Rambut rontok.
Rambut rontok bisa menjadi gejala anemia. Ketika kulit kepala tidak mendapatkan
makanan yang cukup dari tubuh, anda akan mengalami penipisan rambut dengan
cepat.
10. Menurunnya Kekebalan Tubuh.
Ketika tubuh Anda memiliki energi yang sangat sedikit, kekebalan atau kemampuan
tubuh untuk melawan penyakit ikut menurun. Anda akan mudah jatuh sakit atau
kelelahan.
(Wahyudi, 2013)

E. FAKTOR RESIKO TERKENA ANEMIA


Ada beberapa faktor resiko terkena anemia, di antaranya :
1. Rendahnya asupan gizi pada makanan.
Pola makan yang kurang zat penting bagi sel darah merah seperti zat besi,
vitamin B12, dan asam folat dapat meningkatkan resiko anemia.
2. Kondisi saluran cerna
Kondisi saluran cerna dapat mempengaruhi ab sorbsi nutrisi yang penting
bagi pembentukan sel darah merah sehingga dapat meningkatkan re siko
anemia.Selain itu, pendarahan akibat tukak lambung, tukak peptik, dan
infeksi parasit pada salurancerna juga dapat menyebabkan anemia.
3. Menstruasi.
Menstruasi dapat meningkatkan resiko anemia akibat kekurangan zat be si.
Kehilangan darah akibat menstruasi memicu pembentukan darah
berlebih.Apabila tidak diikuti dengan peningkatan asupan nutrisi terutama
zat besi, dapat memicu terjadinya anemiadefisiensi zat besi.
4. Kehamilan.
Kehamilan dapat meningkatkan re siko anemia akibat kekurangan zat be si.
Hal inidisebabkan tubuh harus memiliki nutrisi yang cukup untuk tubuh ibu dan
fetus,serta nutrisi untuk pembentukan sel darah fetus.Apabila tidak dibarengi
dengan asupan nutrisi yang cukup terutama zat besi, dapat menyebabkan
anemia.
5. Kondisi kronis seperti kanker, gagal ginjal atau kegagalan hati.
6. Genetik dan Sejarah keluarga
Sejarah keluarga merupakan faktor re siko untuk anemia yang disebabkan
oleh genetik, misalnya sickle-cell anemia, talasemia, ataufancony anemia.
7. Zat kimia dan obat: beberapa obat dan zat kimia seperti benzena, penisilin,
primaquin, dan sulfasalazin dapat menyebabkan anemia.
8. Infeksi tertentu seperti gangguan pada darah dan autoimun, terkena racun kimia, dan
menggunakan beberapa obat yang berpengaruh pada produksi sel darah merah dan
menyebabkan anemia.
9. Risiko lain adalah diabetes, alkohol dan orang yang menjadi vegetarian ketat dan
kurang asupan zat besi atau vitamin B-12 pada makanannya.
(Noviyanti, 2013)

F. PENCEGAH PENYAKIT ANEMIA


Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Tapi anda dapat membantu menghindari
iron deficiency anemia dan vitamin deficiency anemias dengan makanan sehat yang
mengandung:
1. Zat besi.
Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran berwana hijau
gelap, buah yang dikeringkan, dan lain-lain.Makanan yang mengandung zat besi
penting untuk mereka yang membutuhkan zat besi tinggi seperti pada anak-anak,
wanita menstruasi dan wanita hamil. Zat besi yang cukup juga penting untuk bayi,
vegetarian dan atlet.
2. Asam Folat.
Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-
kacangan, sereal dan pasta.
3. Vitamin B-12.
Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.
4. Vitamin C.
Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang mengandung vitamin C
antara lain jeruk, melon dan buah beri.
(Noviyanti, 2013)

G. PENANGANAN PENYAKIT ANEMIA


1.Bila ada yang merasakan gejala anemia seperti yang diatas dan orang - orang disekitar
melihat bahwa anda tampak pucat dan lelah, segeralah berkonsultasi dengan dokter.
Maka anda akan mendapat pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan pemeriksaan
penunjangan lainnya untuk menentukan apakah terdapat anemia dan apa
penyebabnya.
2.Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah
kekurangan zat besi anda dapat mengkonsumsi makanan yang banyak menganduk
zat besi dan meminum Vit B12 yang dapat memberikan pemenuhan vitamin pada
anda.
3.Pemulihan biasanya berlangsung enam hingga delapan minggu setelah penanganan.
Setelah Anemia tertangani, Anda akan masih terus menerima asupan suplemen zat
besi dan vitamin untuk menjaga kondisi tubuh.
4.Bila anemia disebabkan penyakit tertentu, satu-satunya solusi adalah menyembuhkan
penyakitnya.
5.Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung cepat, nafas
tersengal dan pingsan mungkin harus segera ditangani dengan transfusi darah.
6.Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi disarankan bagi setiap orang,
terlebih bagi wanita yang menstruasi atau sedang hamil. Zat besi yang paling mudah
diserap bersumber dari daging, ayam dan ikan. Beberapa makanan seperti sayuran,
buah-buahan, sereal (yang diperkuat zat besi), telur dan kacang-kacangan juga
mengandung zat besi, namun lebih sulit dicerna. Untuk mempermudah penyerapan
zat besi, Anda dapat memakannya bersamaan dengan daging, ayam atau ikan atau
dengan buah-buahan yang kaya vitamin C.
7.Tidak memerlukan suplemen zat besi kecuali direkomendasikan dokter. Suplemen zat
besi berdosis tinggi dapat menyebabkan konstipasi dan tinja berwarna hitam. Selain
itu, penggunaan suplemen zat besi yang tidak perlu dapat menyembunyikan masalah
lain, misalnya perdarahan pada saluran pencernaan.
8.Wanita hamil disarankan mengkonsumsi suplemen makanan sesuai saran dokter,
termasuk yang mengandung zat besi dan asam folat untuk mencegah anemia.
9.Mengkonsumsi buah-buahan dan sayur yang kaya vitamin C seperti jambu, jeruk,
sirsak, pepaya,anggur, tomat, nanas, daun katuk daun singkong,dan bayam dapat
membantu tubuh menyerap zat besi.
10. Menjalani diet vegetarian harus dilakukan dengan bijak karena dapat menyebabkan
kekurangan vitamin B12. Vitamin ini sangat penting bagi pembentukan sel-sel
tubuh, termasuk sel darah merah. Bila Anda tidak mengkonsumsi makanan hewani,
11. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi.
12. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam diet.
(Noviyanti, 2013)

H. HASIL PENELITIAN
1. Hasil penelitian I

Anemia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (13). Kreamer


2007 mengemukakan prevalensi anemia >40% termasuk dalam permasalahan
kesehatan masyarakat dalam kategori berat (15). Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan mayoritas responden berusia 17-19 tahun termasuk dalam kategori remaja
sebesar 59.8% dan 40.2% adalah dewasa awal. Dengan prevalensi anemia
sebesar 65.5%. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan di
Ethiopia Tenggara dengan hasil temuan remaja akhir memiliki resiko dua kali lipat
lebih tinggi untuk mengalami kejadian anemia dibandingkan dengan remaja awal
(16). Hal ini kontras dengan penelitian yang dilakukan di tiga wilayah di Ethiopiah
dimana remaja awal memiliki resiko mengalami anemia dibandingkan dengan remaja
akhir (17). Berdasarkan temuan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
mayoritas penduduk Kota Kupang beresiko mengalami anemia khususnya pada
kelompok remaja putri. Yang mana temuan ini dijuga diperkuat oleh hasil survey
Badan Statistik Kota Kupang dimana, populasi remaja merupakan populasi
terbesar kedua (14.75%) setelah populasi usia dewasa (20.19%) (18). Hal ini
menjadi tanggung jawab besar dari petugas kesehatan dalam melakukan tindakan
pencegahan anemia.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan prevalensi anemia sebesar 65.5%. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kendari dimana terdapat 41.7%
remaja mengalami anemia (8). Menurut WHO, anemia disebabkan oleh multi factor
antara lain pola konsumsi makanan yang tidak sesuai kebutuhan tubuh, penyakit
Infeksi dan siklus menstruasi. Berdasarkan hasil observasi pada saat penelitian
sebagian besar responden tidak memiliki kebiasaan untuk mengkonsumsi makanan
yang sehat misalnya kurang konsumsi protein hewani, sayur dan buah
yang mengadung kandungan gizi yang dapat mencegah anemia. Kejadian amenia
pada remaja putri di Kota kupang juga dapat disebabkan oleh kurangnya kebiasaan
minum tablet tambah darah serta minimnya pemeriksaan atau screening anemia
selama masa pandemic. Kejadian anemia selama masa pandemic mungkin saja
dilaporkan lebih tinggi dari pada standar nasional jika dilakukan pemeriksaan
atau screening secara optimal.

Hasil penelitian menunjukan kadar Hb yang bervariasi dengan kadar terendah 9.0
d/dL dan kadar tertinggi 12.2 g/dL dengan rata-rata 11.5 g/dL. Hasil ini juga sejalan
dengan hasil penelitianyangdilakukandiGhanadimanamayoritas
remajayangmengalamianemiatermasuk dalamkategori anemiaringanyakni 23.8%
(19).Halinidapatterjadiakibatkesamaan
karakteristikremajamenurutusiadanberhubunganeratdengankarakteristik
tumbuhkembangpadaremajaumumnya.

2. Hasil penelitian II

Berdasarkanhasilpenelitianyangtelahdilakukanpenelitianmengenaiprevalensianem
iadefisiensiremaja
putri,hasilpenelitianmenunjukkanbahwaprevalensianemiadefisiensibesipadaremajaputr
idiKotaLangsa sebesar 33,7%.

PenelitianinitidaksejalandenganpenelitianyangdilakukanolehBasithA(2017)tentan
gfaktor-faktor
yangberhubungandengankejadiananemiapadaremajaputribahwadari50respondenyangd
iperiksakadar hemoglobinnya didapatkanlebihdari setengah(54%)respondenmengalami
anemia(9).

Penelitianinisejalan dengan
penelitianyangdilakakanSriningrat(2019)bahwamenunjukkansebanyak34
respondendari74repsonden(45,9%)mengalamianemia.Rerataumurdarikeseluruhanresp
ondenadalah14,7
tahundenganumurtermuda12tahundantertua17tahun.Diperolehproporsiterbanyakpadar
espondendengan
asupanenergikurang(48,6%),asupanproteinkurang(36,5%),asupanzatbesikurang(59,5%
),asupanvitaminC kurang(85,1%),statusgizinormal(71,6%),lamasiklusmenstruasi25-
35hari(79,7%),durasimenstruasi<7hari (87,8%), tidakaktif(67,6%) danpendapatan
orangtuarendah (79,7%)(10).

HasilpenelitianinisejalandenganyangdilakukanolehJaelani(2017)bahwagambaran,
sebagianbesar
remajaputri(67,0%)lebihbanyaktidakanemiadibandingkanremajaputrianemia,lamahaid
sebagianbesar remaja putri(73,0%) dengankategori haidnormal,statusgizi
sebagianbesarremaja putri (57,0%)dengankategori
statusgizinormal,kebiasaansarapanpagisebagianbesarremajaputri(61,0%)dengankatego
ribaik,pendidikan
iburemajaputrisebagianbesarmempunyaiibudenganpendidikanrendahyaitusebanyak92,
0%,asupanzatbesi
remajaputri(70,0%)sebagianbesardengankategoriasupanzatbesitidaktercukupi,asupanp
roteinremajaputri
(55,0%)sebagianbesardengankategoritercukupidanpolakonsumsimakananinhibitorpeny
erapanzatbesi remaja putri (54,0%) sebagian besardengankategori sering(11).

Anemiadefisiensibesiadalahanemiayangtimbulkarenakekuranganzatbesisehinggap
embentukansel-
seldarahmerahdanfungsilaindalamtubuhterganggu.Anemiadefisiensibesibisamerupaka
nakibatyangutama
karenakehilangandarahatautidakmemadainyamasukanbesi.Halinijugadapatmerupakank
ondisisekunder yang disebabkan proses penyakit ataukondisiyang menguras
cadanganbesi,seperti perdarahansaluranpencernaan atau karenakehamilan(12).Asumsi
peneliti bahwa terjadinyaanemiapada remaja putri dapat disebabkan olehpola
hidupatau kebiasaanatasasupanmakanandan statusgizi yangdi konsumsi olehremaja.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Anemiamerupakanpenyebabkecacatankeduatertinggididunia.Haltersebutmen-
jadikananemiasebagai masalahkesehatanmasyarakatyangseriusdiseluruhdunia.Anemi-
abisamenyerangsiapapun,takterkecuali remajayangmasihberusiadini.Anemialebihser-
ingterjadipadaremajaperempuandibandingkandenganremaja laki-laki.Halinidikare-
nakanremajaputrikehilanganzatbesi(Fe)saatmenstruasisehinggamembutuhkanlebih
banyakasupanzatbesi(Fe).Perilakuremajaputriyangmengkonsumsimakanannabatilebih-
banyak mengakibatkanasupanzatbesibelummencukupikebutuhanzatbesiharian.Kebi-
asaanremajaputriyangingin tampillangsingmenjadikanremajatersebutmembatasiasupan-
makananhariannyayangmengakibatkanremaja putri mudahterseranganemia.
Menurut Smeltzer (2002), Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah
normal .Anemia atau kurang darah(dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah
kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pembawa oksigen)
dalam sel darah merah berada di bawah normal.
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak dapat menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu, kami juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bias berorientasi
lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Herawati, Cucu dan Sri Astuti. 2010. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Gizi
pada Ibu Hamil di Puskesmas Jalaksana Kuningan Tahun 2010”. Skripsi.
Cirebon: Stikes Cirebon
Noviyanti, Finna. 2013. “Anemia” .(online), (http://www.scribd.com/doc/54756023/Anemia .
Diakses pada tanggal 16 September 2014)
Smeltzer &Bare. 2002.Patofsiologi. Jakarta: EGC
Wahyudi, Arief. 2013. “Gejala Anemia,Faktor Resiko dan Pengobatannya” (online),
(http://obatalamipenyakit1.wordpress.com/2013/06/16/gejala-anemia-faktor-
resiko-dan-pengobatannya/.Diakses pada tanggal 16 September 2014)
Wikipedia. 2014.“Anemia” (online),(http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia.Diakses pada
tanggal 16 September 2014)
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai