Oleh Kelompok 5:
Samarinda, 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Aas rahmat dan hidayah-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anemia”.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Akhir kata semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan bagi pembaca dan kelompok
kami khususnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 1
A. Definisi Anemia 1
B. Klasifikasi Anemia 1
C. Etiologi Anemia 1
D. Penatalaksanaan Anemia 1
E. Asuhan Keperawatan Anemia1
BAB III PENUTUP 1
A. Kesimpulan 1
DAFTAR PUSTAKA i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan dan ketidaktahuan yang terjadi di Indonesia memunculkan berbagai penyakit
pada kelompok resiko tinggi seperti ibu hamil, balita, remaja, dan usia lanjut. Sebab
kemiskinan menyebabkan cakupan gizi untuk pemeliharaan kesehatan kurang dan
lingkungan buruk dimana salah satu penyakit yang muncul adalah penyakit anemia di
Indonesia. Anemia adalah merupakan masalah utama walaupun telah dilakukan banyak
upaya untuk menurunkan kasus anemia, tetapi tetap menunjukan bahwa prevelansi
anemia tetap tinggi, terlebih dengan adanya krisis ekkonomi di Indonesia.
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red
cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen caring capacity). Secara
praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar haemoglobin, kemudian hematroki
(Sudoyo Aru, dkk.2010). Anemia secara umum merupakan salah satu masalah yang
terjadi di Indonesia, penyebab anemia yang paling banyak terjadi karena kekurangan zat
besi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi anemia?
2. Apa penyebab anemia?
3. Apa saja jenis anemia?
4. Bagaimana pengobatan anemia?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus anemia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari anemia.
2. Mengetahui penyebab anemia.
3. Mengetahui jenis dari anemia.
4. Mengetahui pengobatan pada anemia.
5. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada anemia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya menghitung sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hemaktokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002). Anemia adalah
berkurang hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas haemoglobin dan
volume darah merah sel (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian anemia bukan
hanya merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan
suatu keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patofisiologis
yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik dan
informasi laboratorium.
Anemia dalam bahasa Yunani adalah penykit kurang darah yang ditandai dengan kadar
haemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal.
Pada pria jika haemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang dari 41% maka pria
tersebut dikatakan mengalami anemia. Lalu pada wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita tersebut bisa
dikatakan mengalami anemia. Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anaemia:
1. Kadar Hb 10 gram - 8 gram disebut anemia ringan
2. Kadar Hb 8 gram – 5 gram disebut anemia sedang.
3. Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah maka setiap gangguan pembentukan
sel darah merah, baik ukuran maupun jumlah dapat menyebabkan terjadinya anemia.
B. Klasifikasi Anemia
Anemia dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori seperti yang dijelaskan di atas yaitu
anemia ringan, anemia sedang dan anemia berat. Sedangkan secara morfologis ( menurut
ukuran sel darah merah dan haemoglobin yang dikandung), anemia dapat dikelompokan
menjadi:
1. Makrositik, ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana jumlah
hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah. Anemia makrositik dibagi menjadi
dua yakni megaloblastik yang dikarenakan kekurangan vitamin B12, asam folat,
dan gangguan sintesis DNA, dan anemia non megaloblastik yang disebabkan oleh
eritropoesis yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
2. Mikrositik, yakni kondisi dimana mengecilnya ukuran sel darah merah yang
disebabkan oleh defisiensi zat besi, gangguan sintesis globin, profirin dan heme
serta gangguan metabolisme besi lainnya.
3. Normositik, dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi
kehilangan darah yang parah, peningkatan volume plasma darah berlebih,
penyakit hemolitik dan gangguan endokrin, hati dan ginjal.
C. Etiologi Anemia
Anemia bukanlah suatu kesatuan tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala
berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Ada beberapa jenis anemia sesuai
dengan penyebabnya:
1. Anemia defisiensi zat besi, merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan
oleh kurangnya zat besi sehingga terjadi penurunan sel darah merah.
2. Anemia pada penyakit kronik, jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua
setelah anemia defisiensi zat besi dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
3. Anemia pernisius, biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan
akibat dari kekurangan vitamin B12. Penyakit ini bisa diturunkan.
4. Anemia hemolitik, anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang
lebih cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah merah normalnya
adalah 120 hari.
5. Anemia defisiensi asam folat, disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat.
Selama masa kehamilan, kebutuhan asam folat lebih besar dari biasanya.
6. Anemia aplastic, anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang
dalam membentuk sel darah merah.
D. Penatalaksanaan Anemia
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebab, yaitu:
1. Anemia aplastic sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte
globin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis
buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat
diberikan transfuse RBC rendah leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal, pada pasien dialysis harus ditangani dengan
pemberian besi dan asam folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritrpoetin
rekombinan.
3. Anemia pada penyakit kronis, kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan
tidak memerlukan penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan
yang mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat, dengan pemberian makanan yang
adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi
darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5gr%.
5. Anemia megaloblastik:
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya factor
intrinsic dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Pada aemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.
d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara
IM.
6. Anemia pasca pendarahan, dengan memberikan transfuse darah dan plasma.
Dalam keadaan darurat diberikan secara intravena dengan cairan infus yang
tersedia.
7. Anemia hemolitik, dengan pemberian transfuse darah menggantikan darah yang
hemolisis.
2. Riwayat penyakit:
Keluhan utama saat masuk rumah sakit: Pasien mengatakan
dadanya nyeri, pusing , sakit kepala dan sesak nafas, lemas, cepat
Lelah saat beraktifitas.
Riwayat pennyakit sekarang: Tidak ada riwayat penyakit sekarang.
Riwayat penyakit dahulu: Pasien tidak ada menderita penyakit
sebelumnya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
sistem penglihatan : simetris, konjungtiva, tampak pucat, pada
sudut tampak bercak berwarna pucat keputihan,
sistem pendengaran daun telingah : normal, serumen, (-), cairan
dalam telingah (-),
sistem pernapasan : RR 25x/I abnormal
sistem pencernaan : keadaan mulut mukosa bibir tampak pucat,
mual, nafsu makan kurang.
sistem intelegumen : turgor kulit lambat, pasien tampak pucat ,
kuku pasien tampak melengkung seperti sendok
b. Palpasi
Sistem pencernaan abdomen: tidak ada pembesaran, nyeri
tekan di daerah abdomen (-).
Sistem kardiovaskuler TD: 110/70 mmHg (normal), nadi
89x/menit (takikardi).
c. Auskultasi
Pada fase bising usus dan peristalik normal.
d. Perkusi: Hipertimpani.
V. Luaran Keperawatan
1. Perfusi perifer (I.02011) (Hal. 84)
Kriteria hasil:
1 2 3 4 5
2. Nafsu makan
Kriteria hasil:
b. Teraupeutik:
Sajikan makanan secara menarik dan suhu sesuai
Berikan makanan tinggi serat
Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
b. Teraupeutik:
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, dan kunjungan
Lakukan Latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Fasilitas duduk disisi tempat tidur, jika dapat berpindah
atau berjalan.
c. Edukasi:
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat, jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
IX. Evaluasi
1. Belum melakukan intervensi keperawatan mengenai identifikasi status
nutrisi
2. Belum melakukan intervensi keperawatan yaitu identifikasi makanan yang
tidak disukai
3. SBelum melakukan intervensi keperawatan pemberian makanan yang
bernutrisi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang kehilangan, seperti kehilangankomponen darah,
elemen tidak adekuat atau kekurangan nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukanseldarah,yangmengakibatkanpenurunankapasitaspengangkutoksigen
darah dan ada banyak jenis anemia dengan beragam penyebabnya.(Marilyn E, Doenges,
Jakarta, 1999).