Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI

ANEMIA

BAB I

PENDAHULUAN

Anemia adalah suatu penyakit yang sering diderita oleh masyarakat, baik anak – anak, remaja, ibu hamil
maupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, yaitu karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam
folat, vitamin B12 dan kelainan hemolitik.

Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita
anemia tampak pucat, lemah, dan hasil lab di dapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah
dari rentan normal.

Tujuan

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem hematologi
yaitu anemia.

Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.

Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.

Mahasiswa mampu menyebutkan klasifikasi anemia.

Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala anemia.

Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien anemia.


BAB II

TINJAUAN TEORI

Pengertian

Anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan jumlah
eritrosit yang kurang dari normal didalam sirkulasi akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke
jaringan tubuh juga berkurang. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 12)

Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah sehat, volume sel darah, dan/
jumlah hemoglobin. (Keperawatan Medikal Bedah buku 3 edisi 8)

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit dibawah rentang nilai yang yang berlaku untuk
orang sehat. (Behrman E Richard, IKA Nelson; 1680)
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hematocrit
dibawah normal. Anemia bukan lah penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Anemia tidak merupakan suatu kesatuan tetapi merupakan akibat
dari berbagai proses patologik yang mendasari. (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah Brunner dan Suddarth; 935)

B. Klasifikasi

Anemia Megaloblastik

Anemia ini disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau asam folat, perubahan sumsum tulang identik
dan perubahan darah perifer terjadi karena vitamin tersebut esensial untuk sintesis DNA normal.

Anemia Aplastik

Anemia aplastik merupakan penyakit yang jarang terjadi yang disebabkan oleh penurunan atau
kerusakan sel induk sumsum tulang belakang, kerusakan pada lingkungan mikro didalam sumsum
tulang, dan penggantian sumsum tulang dengan lemak.

Anemia Sel Sabit

Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang terjadi akibat pewarisan gen hemoglobin sabit
(HbS) yang menyebabkan molekul hemoglobin defektif (cacat).

Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi biasanya terjadi ketika asupan besi dalam diet tidak mencukupi untuk sintesis
hemoglobin, anemia jenis defisiensi besi adalah anemia yang sering terjadi diseluruh dunia.

C. Etiologi

Anemia Defisiensi Besi

Kehilangan zat besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari saluran cerna, saluran
nafas, saluran genitalia wanita dan saluran kemih.

Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi yang tidak baik.
Kebutuhan zat besi meningkat seperti pada prematurasi, anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan.

Gangguan absorpsi zat besi seperti gastrektomi dan kolitis kronik.

b. Anemia Megaloblastik

Penyebab anemia megaloblastik yaitu :

Defisiensi vitamin B12

Defisiensi asam folat

Gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat

Gangguan sintesis DNA

Faktor Resiko dari anemia megaloblastik yaitu :

Jenis kelamin

Usia

Faktor keturunan

c. Anemia Sel Sabit

Merupakan jenis anemia yang diturunkan dari orang tua kepada anak mereka. Anemia ini terjadi
akibat tidak terdapat cukup sel darah merah sehat untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Sel darah
merah menjadi kaku dan lengket serta berbentuk seperti sabit.

Risiko mengalami anemia sel sabit semakin besar saat seseorang memiliki orang tua dengan gen
pembawa.

Anemia sel sabit lebih umum terjadi pada keturunan Afrika, India, Mediterania, Arab Saudi, serta
Amerika Selatan.

d. Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Penyebabnya
bisa karena kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi dan toksin.

D. Manifestasi Klinis

Karena system organ yang terkena maka pada anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang
luas. Secara umum tanda dan gejala anemia yaitu:

Hb menurun (< 10g/dl) trombositosis/ trombositopenia, dan pasitopenia

Penurunan berat badan

Takikardi, tekanan darah menurun, pengisian kapiler lambat, extremitas dingin, palpitasi, kulit pucat

Mudah lelah

Sakit kepala, pusing, kunang-kunang

E. Patofisiologi

Anemia Megaloblastik

Asam folat disimpan sebagai senyawa yang disebut sebagai folat. Folat yang disimpan didalam tubuh
jauh lebih kecil dari vitamin B12 dan dengan cepat mengalami deplesi ketika asupan folat dalam diet
tidak memadai (dalam 4 bulan) defisiensi folat terjadi pada orang yang jarang memakan sayuran segar
(tidak dimasak).

Anemia Sel Sabit

Molekul hemogblobin yang defektif (cacat) akan berbentuk sabit ketika terpajan dengan oksigen rendah,
sel darah merah yang kaku dan panjang ini akan tersangkut dipembuluh darah kecil dan dapat
menyumbat aliran darah ke jaringan tumbuh, proses sabit menghabiskan beberapa waktu jika eritrosit
terpajan kembali dengan jumlah oksigen yang tidak adekuat.

F. Penatalaksanaan Medis

Anemia Aplastik

Mereka yang berusia kurang dari 60th, sehat, dan menemukan donor kompatibel dapat disembuhkan
dengan transplantasi sumsum tulang (BMT) atau dengan transplantasi sel induk darah perifer (PBSCT)
Penyakit ini juga bisa ditangani dengan terapi imunosupresif, yang umumnya menggunakan kombinasi
globulin antitimosit (ATG) dan siklosporin atau androgen.

Terapi suportif memainkan peran penting dalam penatalaksanaan anemia aplastik. Setiap agens yang
menganggu dihentikan, pasien didukung oleh transfusi paket sel darah (PRBC) dan trombosit sesuai
kebutuhan.

b. Anemia Defisiensi Besi

Uji specimen feses untuk darah samar/okulta

Individu berusia 50th atau lebih harus secara periodic melakukan pemeriksaan kolonoskopi, endoskopi,
atau pemeriksaan sinar X pada saluran GI untuk mendeteksi ulserasi, gastritis, polip, atau kanker.

Berikan sediaan besi yang telah diresepkan, (Oral, Intramuscular (IM) atau IV)

Minta pasien melanjutkan penggunaan sediaan besi selama 6 hingga 12 bulan.

c. Anemia Megaloblastik

Penatalaksanaan medis: defisiensi asam folat

Tingkatkan asupan asam folat dalam diet pasien dan berikan 1 mg asam folat disetiap hari nya

Berikan asupan asam folat per IM untuk sindrom malobsorpsi

Resepkan suplemen tambahan sesuai kebutuhan, karena jumlahnya dalam multi vitamin mungkin tidak
adekuat untuk sepenuhnya menggantikan defisiensi cadangan tubuh.

Penatalaksanaan medis: defisiensi vitamin B12

Berikan pengganti vitamin B12, vegetarian dapat mencegah atau mengatasi defisiensi dengan suplemen
vitamin oral/susu.

Sejumlah kecil dosis vitamin B12 per oral dapat diserap dengan difusi aktif, sekali pun tidak ada faktor
intrinsik, tetapi dosis besar (2mg/hari) diperlukan jika vitamin B12 akan diberikan secara oral.

Terapi vitamin B12 harus dilanjutkan seumur hidup, untuk mencegah kekambuhan anemia pernisiosa.
Resepkan asam folat untuk pasien alkoholisme selama mereka sering mengkonsumsi alkohol.

d. Anemia Sel Sabit

Terapi anemia sel sabit adalah focus dari riset berkelanjutan. Namun disamping penatalaksanaan
agresif gejala dan komplikasi yang sama-sama penting, baru-baru ini terdapat beberapa modalitas terapi
primes untuk penyakit sel sabit.

PBSCT: dapat menyembuhkan anemia sel sabit tetapi hanya dapat diterapkan untuk sebagian kecil
pasien karena tidak adanya donor yang kompatibel atau karena kerusakan organ berat yang mungkin
telah dialami oleh pasien adalah kontraindiksi untuk PBSCT

Terapi farmakologis

Terapi transfusi

Pantau fungsi pulmonal dan hipertensi pulmonal

Berikan asam folat untuk menyeimbangi kebutuhan sumsum tulang yang meningkat

Terapi suporatif untuk mencakup penatalaksanaan nyeri

Komplikasi

Pemeriksaan otot buruk

Daya konsentrasi menurun

Hasil uji perkembangan menurun

Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

Sepsis

Sensitifitas terhadap antigen donor yang berreaksi-silang menyebabkan perdarahan yang tidak
terkendali

Cangkokan vs penyakit hospes (timbul setelah pencangkokan sumsum tulang)

Kegagalan cangkok sumsum

Leukimia mielogen akut berhubungan dengan anemia fanconi.


BAB III

KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh Kasus Anemia :

Ny. R masuk RSUD Depok pada malam hari tanggal 20 Mei 2016 melalui ruang IGD, lalu masuk ruang
rawat inap bedah. Keesokan harinya pada pukul 10.30 WIB dengan kesadaran Compos Mentis, dan
keluhan utama pusing, klien mengeluh pandangan kabur, badannya terasa lemah, dan cepat lelah saat
beraktivitas, klien tampak pucat, lemah, konjungtiva anemis dan akral klien dingin dan berkeringat, HB
awal 6,1 gr/dl, CTR >3dtk, Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya dan ingin cepat pulang. Hasil
TTV: TD: 80/60 mmHg, N : 120 x/menit, RR : 22x/menit, S: 36,5°c. Saat di timbang berat badannya 62kg,
klien mengatakan berat badan menurun karena tidak nafsu makan. Klien mengeluh mual dan muntah.
Diagnosa Anemia.

PENGKAJIAN

Data Fokus

Data Subjektif

Data Objektif

1. Klien mengeluh mual dan muntah

2. Klien mengeluh lemas dan letih


3. Klien mengeluh sakit kepala

4. Klien mengeluh pandangan kabur

5. Klien mengeluh cepat lelah saat beraktivitas

6. Klien mengeluh tidak nafsu makan

7. Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya dan ingin cepat pulang

1. TTV :

TD : 80/60 mmHg

N : 120 x/menit

RR : 22x/menit

S : 37°c

2. Kesadaran compos mentis

3. HB awal 6,1 gr/dL

4. CRT klien > 3 detik

5. Anoreksia

6. Konjungtiva anemis

7. Klien tampak pucat

8. Akral klien teraba dingin dan berkeringat

9. BB menurun dari 64kg menjadi 62kg

10. Diagnosa Anemia

Analisa Data

No.
Data Fokus

Masalah

Etiologi

Data Subjektif:

Klien mengeluh:

- Lemas dan letih

- Pusing

- Pandangan kabur

- Cepat lelah saat beraktivitas

- Tidak nafsu makan

Data Objektif:

- TTV :

TD : 80/60 mmHg

N : 120 x/menit

RR : 22x/menit

S : 37°c

- Anoreksia

- Hb awal 6,1 gr/dl

- Konjungtiva anemis

- Klien tampak pucat

- Akral teraba dingin dan berkeringat

- Diagnosa Anemia

Keletihan

Kondisi Fisiologis (Anemia)


2

Data Subjektif:

Klien mengeluh:

- Lemas dan letih

- Mual dan muntah

- Cepat lelah saat beraktivitas

- Tidak nafsu makan

Data Objektif:

- TTV :

TD : 80/60 mmHg

N : 120 x/menit

RR : 22x/menit

S : 37°c

- Anoreksia

- Konjungtiva anemis

- Klien tampak pucat

- Akral teraba dingin dan berkeringat

- Diagnosa Anemia

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Faktor biologis
3

Data Subjektif :

1. Klien mengeluh lmah dan letih

2. Klien mengeluh tidak nyaman saat beraktivitas

Data Objektif :

- Klien terlihat pucat

- TTV :

TD : 80/60 mmHg

N : 120 x/menit

RR : 22x/menit

S : 37°c

Intoleran aktivitas

Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Diagnosa

Diagnosa

1.

Keletihan b.d Kondisi Fisiologis (Anemia)


2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Faktor biologis

5.

Intoleran aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Intervensi

Hari/Tanggal, Jam

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

Keletihan b.d kondisi fisiologis (anemia)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan perfusi jarigan adekuat dengan
kriteria hasil :

1. Klien tidak tampak pucat

2. CRT < 3 detik

3. Konjungtiva tidak anemis

Manajemen energi :

1. Kaji status pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan

2. Perbsiki defisit status fisiologis sebagai prioritas utama

3. Tentutkan jenis dan banyak aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga ketahanan

4. Monitor intake nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat

Kolaborasi :
1. Konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dari makanan

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Faktor biologis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3X24 jam, ketidakseimbangan nutrisi dapat teratasi, dengan
kriteria hasil :

1. Keseimbangan asupan dan haluaran cairan

2. Nafsu makan bertambah

3. Meminimalkan tingkat keparahan mual dan muntah

4. Berat badan meningkat

Manajemen nutrisi :

1. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien

2. Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan

3. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan perkembangan atau usia

4. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi

Intoleran aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2X24 jam, intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria
hasil :

1. Klien dapat melakukan ambulasi

2. Penurunan tingkat keletihan

3. Peningkat kenyamanan lingkungan

Terapi aktivitas :

1. Pertimbangkan kemampuan pasien dalam berpartisipasi melalui aktivitas fisik

2. Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan

3. Bantu pasien memilih aktivitas


Kolaborasi :

1. Kolaborasi dengan ahli fisik, okupasi dan terapis rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan
program aktivitas

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan
jumlah eritrosit yang kurang dari normal didalam sirkulasi akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan
ke jaringan tubuh juga berkurang. Anemia diklasifikasikan menjadi 4 yaitu Anemia Megaloblastik,
Anemia Sel Sabit, Anemia Aplastik dan Anemia Defisiensi Besi. Anemia tersebut diklasifikasikan menurut
etiologi dan manifestasi klinik nya.

Sedangkan tanda dan gejala umum anemia adalah Hb yang menurun (<10gr/dL), penurunan berat
badan, badan terasa lemah dan letih, tekanan darah menurun, sering pusing, pengisian kapilernya
lambat dan extremitas teraba dingin. Apabila penyakit ini tidak ditangani akan menyebabkan komplikasi,
yaitu daya konsentrasi dan perkembangan menurun, dan sepsis.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, A. C., & Bare, B. G. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner & Suddart. (Agung
Waluyo: Penerjemah). Ed. 8. Jakarta: EGC.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. (Brahm U. Pendit:
Penerjemah). Ed. 6. Jakarta: EGC.

NANDA Internasional. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015
– 2017, Edisi 10. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai