Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ANEMIA yang merupakan salah
satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak-II.
Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang berperan aktif
dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada ibuk Ns. Yeni Suki, S.kp selaku
Dosen pembimbing.
Kelompok
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian …………………………………………………… 2
B. Etiologi …………………………………………………….... 3
C. Klasifikasi …………………………………………………... 4
D. Anatomi dan fisiologi darah…………………………………. 8
E. Patofisiologi …………………….…………………………... 11
F. Tanda dan Gejala ……………………………………….…... 11
G. Kompikasi ………..………………………………………… 12
H. Pemeriksaan Diagnostik ……………………………………. 12
I. Penatalaksanaan ……………………………………………. 13
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ………………………………………………. 13
2. Diagnosa ………………………………………………… 16
3. Perencanaan ……………………………………………... 17
4. Implementasi ……………………………………………. 19
5. Evaluasi …………………………………………………. 19
A. Kesimpulan ………………………………………………. 20
B. Saran……………………………………………………… 20
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Tujuan pembuatan askep ini agar bisa dipergunakan oleh mahasiswa kesehatan dengan
sebaik – baiknya. Untuk lebih rincinya tujuan pembuatan askep ini adalah:
A.PENGERTIAN
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price,
2006 : 256).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sumber yang
lain mengatakan bahwa anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hemtokrit) per 100 ml darah. Sel darah
merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari
paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah,
sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan
tubuh.
4
B. ETIOLOGI
1. Perdarahan hebat
• Akut (mendadak)
- Kecelakaan
- Pembedahan
- Persalinan
- Pecah pembuluh darah
• Kronik (menahun)
- Perdarahan hidung
- Wasir (hemoroid)
- Ulkus peptikum
- Kanker atau polip di saluran pencernaan
- Tumor ginjal atau kandung kemih
- Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
C.KLASIFIKASI ANEMIA
2. Anemia Hemolitik
Terjadi akibat penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan. Hal ini
dibedakan menjadi dua faktor yaitu :
Faktor intrasel
Misal talassemia, hemoglobinopatia (talassemia HbE, sickle cell anemia),
sferositos congenital, defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvat kinase,
glutation reduktase).
6
Faktor ekstrasel
Misal intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompabilitas golongan
darah, reaksi hemolitik pada transfusi darah).
3. Anemia Defisiensi
Karena kekurangan faktor pematangan eritrosit (besi, asam folat, vitamin B12,
protein, piridoksin, eritropoetin, dan sebagainya).
4. Anemia Aplastik
Jenis anemia yang paling sering kita temui adalah Anemia Kekurangan Besi (AKB)
yang disebabkan kurangnya zat besi untuk sintesis hemoglobin. Di Indonesia AKB masih
merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vitamin A, dan yodium.
Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi AKB pada anak balita sekitar 30-40%
dan pada anak sekolah 20-35%. Menurut hasil SKRT 1992, prevalensi anemia pada anak
usia sekolah 55,5% dan sebagian besar adalah AKB. AKB mempunyai dampak yang
merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya
tahan tubuh dan daya konsentrasi, serta penurunan kemampuan belajar, sehingga
menurunkan prestasi belajar sekolah.
Selain kekurangan zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering terjadi pada
anak-anak dan remaja. Anemia aplastik terjadi bila sel yang memproduksi butir darah
merah (terletak pada sumsum tulang belakang) tidak dapat menjalankan tugasnya. Hal ini
dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau obat tertentu. Sedangkan jenis
berikutnya adalah anemia hemolitik yang terjadi ketika sel darah merah hancur secara
dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaruinya. Penyebab anemia
hemolitik bermacam-macam, bias bawaan seperti talasemia atau sickle cell anemia. Pada
7
kasus lain, seperti misalnya reaksi atas infeksi atau obat-obatan tertentu, sel darah merah
dirusak sendiri oleh antibodi di dalam tubuh kita.
Oleh karena itu rendahnya kadar hemoglobin dari seorang penderita anemia bukanlah
satu-satunya faktor yang menentukan ada atau tidaknya keluhan dan gejala anemia. Jadi
apabila kadar hemoglobin cukup rendah akan tetapi tidak ada penyakit lain dari sistem
kardiopulmonal maka biasanya tidak akan ada keluhan tetapi apabila ada kelainan
koroner maka akan timbul keluhan angina pectoris akibat hipoksianya. Apabila turunnya
kadar hemoglobin terjadi secara lambat-laun lalu akan terjadi kompensasi dari sistem
kardiopulmonal sehingga kadar hemoglobin yang tidak terlalu rendah biasanya tidak
menimbulkan keluhan. Apabila penurunan kadar hemoglobin terjadi secara cepat seperti
yang terjadi akibat suatu perdarahan masif, keluhan bisa terjadi mendadak berupa suatu
renjatan apabila perdarahannya masif, atau hanya berupa hipotensi bahkan bisa tanpa
gejala tergantung berat ringannya perdarahan yang terjadi. Penurunan kadar hemoglobin
secara cepat akibat destruksi eritrosit (hemolisis) tentu disamping keluhan
kardiopulmonal akan disertai dengan tanda-tanda hemolisis seperti ikterus,
hemoglobinemi, hemoglobinuria dan lain-lain.
Anemia jenis apapun yang diderita, gejala yang menandainya sama, yaitu keletihan.
Gejala lain yang mungkin juga muncul adalah warna kekuning-kuningan pada kulit dan
bagian putih mata, atau rasa sakit pada tulang. Kekurangan zat besi menimbulkan
beberapa gejala yang tidak terlalu kelihatan jelas, seperti mudah lelah, cepat capai bila
berolahraga, sulit konsentrasi atau mudah lupa. Mengingat hal ini juga biasa dialami oleh
orang sibuk yang sehat dan tidak kekurangan zat besi sekalipun, maka gejala-gejala
seperti ini sering luput dari perhatian. Pada umumnya orang mulai curiga akan adanya
8
anemia bila keadaan sudah makin parah sehingga kelihatannya lebih jelas, seperti kulit
pucat, jantung berdebar-debar, pusing, mudah kehabisan nafas ketika naik tangga atau
olahraga (karena jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa oksigen ke seluruh
tubuh).
Anemia tidak menular, tetapi tetap berbahaya. Remaja berisiko tinggi menderita
anemia, khususnya kurang zat besi karena remaja mengalami pertumbuhan yang sangat
cepat. Dalam pertumbuhan, tubuh membutuhkan nutrisi dalam jumlah banyak, dan di
antaranya adalah zat besi. Bila zat besi yang dipakai untuk pertumbuhan kurang dari yang
diproduksi tubuh, maka terjadilah anemia.
Umur Kebutuhan
0 – 6 bulan 3 mg
Kebutuhan Zat Besi Anak Balita
7 – 12 bulan 5 mg
1 – 3 tahun 8 mg
4 – 6 tahun 9 mg
Laki-laki 13
Wanita 12
Wanita hamil 11
9
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI DARAH
Sistem transpor.
Sistem respirasi.
Perlindungan.
Sumber protein.
Transpor hormon.
Lekosit.
Eritrosit
Trommbosit.
Eritrosit
Jumlah +/- 5000000/mm3.
Berbentuk cakram bikonkaf.
Pada dindingnya ada hemoglobin.
Dibentuk di sumsum tulang.
Waktu hidupnya 115-120 hari.
Hemoglobin
Protein yang kaya akan zat besi.
Jumlah normal 15 gr/100 ml darah.
Memiliki afinitas dengan oksigen.
Lekosit.
Bening tidak berwarna.
Lebih besar dari sel darah merah.
10
Jumlah 6000-100000/100 ml.
Trombosit.
Sepertiga besar eritrosit
Jumlah 300000/100mm3 darah.
Berperan dalam pembekuan darah.
Plasma.
Cairan berwarna kuning.
Fungsi untuk transpor makanan, hormon, enzim, sisa metabolisme, dll.
Protein plasma:
- Albumin.
- Globulin.
- Fibrinogen.
Darah adalah cairan tubuh yang berwarna merah yang terdapat di dalam jantung
dan pembuluh dara. Dalam arteri berwarna merah dan dalam vena berwarna merah gelap.
Komposisi darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah
sebagian besar terdiri dari 90% air dan za-zat terlarut kkira-kira 10% seperti protein,
albumin, globulin, lemak, karbohidrat, elektrolit, vitamin, dll. Sedangkan sel darah terdiri
dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan sel darah pembeku
(trombosit).
Darah berfungsi sabagai alat transport seperti O2 dari paru-paru ke jaringan, CO2
dari jaringan ke paru-paru, zat-zat makanan dari usus ke hepar. Darah juga berfungsi
mempertahankan temperature tubuh, mempertahankan keseimbangan asam basa, untuk
pembekuan darah, mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
11
Sel darah merah manusia
12
E. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah
yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor
diluar sel darah merah yang menyebabkandestruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses
ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan
meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Gejala dan tanda-tandanya yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi
kebutuhan ini bervariasi, dan merupakan respons atas kompensasi jantung dan pernafasan
berdasarkan berat dan lamanya jaringan mengalami kekurangan oksigen.
Tanda-tanda dan gejala (sindrom) anemia adalah penderita mengeluh lemah, sakit kepala,
telinga mendenging, penglihatan berkunang-kunang, merasa cepat letih, sempoyongan,
13
mudah tersinggung, menstruasi berhenti, libido berkurang, gangguan saluran cerna, sclera
ikterik, organ limpa membesar, sesak nafas (mula-mula nafas dalam, lama-kelamaan
nafas menjadi dangkal akhirnya payah jantung sampai syok), nadi lemah dan cepat,
hipotensi ortostatik serta tekanan darah sedikit naik sebagai akibat refleks penyempitan
pembuluh darah arteriola. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung.
G. KOMPLIKASI
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat
badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk
otak.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
I.PENATALAKSANAAN
Penderita baru dengan anemia tidak perlu dirawat inap bilamana tidak ada indikasi antara
lain :
Tatalaksana penderita rawat inap tergantung pada jenis anemia dan etiologinya.
Pasien dengan anemia harus ditransfusi yaitu pada keadaan :
15
Pasien dengan anemia tidak boleh ditransfusi pada keadaan :
Tatalaksana penderita rawat jalan pada prinsipnya serupa dengan penderita rawat inap,
yaitu :
J.ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, alamat, penidikan, No MR,
pekerjaan, dll.
2 . Riwayat Kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik
Hygiene rambut
Biasanya rambut mudah rontok, kulit kepala berketombe, dan berabu karena klien
tidak mampu merawat diri.
Mata
Biasanya kunjungtiva anemis dan terjadi penurunan penglihatan.
Hidung
Biasanya terjadi penurunan syaraf penciuman.
Telinga
Biasanya terjadi gangguan pendengaran.
Mulut dan gigi
Biasanya rongga mulut terdapat pendarahan gusi.
Dada / thorak
Biasanya pernafasan cepat, nyeri dada.
Jantung
Biasanya terjadi penurunan systole dan diastole, takikardi dan terdapat mur-mur.
Abdomen
Biasanya terdapat pembesaran pada lien dan hepar, distensi abdomen, kllien
biasanya mengelu mual dan muntah.
Genitor urinaria
Biasanya terjadi penurunan urine, terjadi penurunan libido dan impoten.
17
Kulit
Biasanya kulit tampak pucat, pengikisan kapilarirefil lambat.
Ekstermitas
Biasanya terjadi kelemahan otot, terdapat edema pada tungkai.
System persyarafan
Biasanya terjadi penurunan seperti peka rangsangan, apatis, kelemahan
keseimbangan buruk, sensasi menjadi dingin.
B. KEMUNGKINAN DIAGNOSA
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
adekuat.
2) Ganggan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan pengikatan oksigen.
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan pemompaan
jantung.
4) Gangguan miksi eliminasi berhubungan dengan penurunan keluaran urine.
5) Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelemahan fisik.
18
C. RENCANA KEPERAWATAN
Dx I : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
adekuat.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Observasi dan catat makanan klien Mengawasi masukan kalori dan
kekurangan konsumsi makanan.
Timbang berat badan tiap hari / 2x Mengawasi penurunan BB atau
seminggu. efektivitas intervensi nutrisi.
19
Dx II : Ganguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan pengikatan oksigen
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Awasi TTV, kaji warna kulit, Memberikan informasi tentang
membrane mukosa, dasar kuku. derajat perfusi jaringan dan
membantu menentukan kebutuhan
intervensi.
Awasi suplay pernafasan : Dispnea, gemericik menunjukkan
auskultasi bunyi nafas, perhatikan GJK karena regangan jantung
bunyi adventisius. lama/peningkatan kompesensi curah
jantung.
Tinggikan kepala tempat tidur Dapat meningkatkan ekspansi paru
sesuai toleransi. dan memaksimalkan O2 untuk
kebutuhan seluler.
Selidiki keluhan nyeri dada,
Iskemia seluler mempengaruhi
jaringan miokardial / potensi resiko
infark.
Vasokontriksi (ke organ vital)
Catat keluhan rasa dingin,
menurunkan sirkulasi berifer.
pertahankan suhu lingkungan dan
Kenyamanan sodilatasi (penurunan
tubuh hangat sesuai indikasi.
fungsi organ).
Kolaborasi
Kolaborai dokter dalam Mengidentifikasi defisiensi dan
pengawasan kolaboraratorium (Hb, kebutuhan pengobatan / respon
Ht dan jumlah SDM, GDA). terhadap terapi.
20
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
Merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan, pada tahap ini perawat
menilai sejauh mana tindakan keperawatan yang telah dilakukan mampu mengatasi atau
memecahkan masalah dengan cara membandingkan hasil yang didapat dengan kriteria
hasil yang telah ditetapkan dalam tujuan perencanaan.
21
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPILAN
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah.
B.SARAN
Besar harapan kelompok agar makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu
panduan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan anemia.
22
DAFTAR PUSTAKA
Staf pengajar ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran UI. Buku Kuliah 3. Ilmu
Kesehatan Anak : bagian ilmu kesehatan anak FKUI : 1985.
http://anemia/sel_darah_merah.htm
http://anemia/askep anemia.html
http://anemia/anemia.html
http://anemia/anemia-pada-anak.html
http://anemia/eritrosit.html
http://anemia/peyebab.htm
Doenges, 1999
Price, 2006
23