Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ANEMIA yang merupakan salah
satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak-II.

Makalah ini menjabarkan banyak hal mengenai anemia hinggga asuhan


keperawatannya, yang dirasa sangat perlu mengingat banyaknya kejadian anemia ini.

Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang berperan aktif
dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada ibuk Ns. Yeni Suki, S.kp selaku
Dosen pembimbing.

Kelompok menyadari masih banyaknya kekurangan dalam makalah ini, yang


merupakan keterbatasan dari kelompok, oleh karena itu kelompok mengaturkan maaf
sedalam-dalamnya dengan harapan para pembaca dapat memberikan masukan-masukan.
Namun demikian kelompok tetap berharap makalah ini dapat menambah wawasan
pembaca mengenai retradasi mental.

Padang, Mei 2009

Kelompok

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………… 1


B. Tujuan penelitian ……………………………………………. 1

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian …………………………………………………… 2
B. Etiologi …………………………………………………….... 3
C. Klasifikasi …………………………………………………... 4
D. Anatomi dan fisiologi darah…………………………………. 8
E. Patofisiologi …………………….…………………………... 11
F. Tanda dan Gejala ……………………………………….…... 11
G. Kompikasi ………..………………………………………… 12
H. Pemeriksaan Diagnostik ……………………………………. 12
I. Penatalaksanaan ……………………………………………. 13
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ………………………………………………. 13
2. Diagnosa ………………………………………………… 16
3. Perencanaan ……………………………………………... 17
4. Implementasi ……………………………………………. 19
5. Evaluasi …………………………………………………. 19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………. 20
B. Saran……………………………………………………… 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 21


2
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kasus anemia banyak ditemukan di rumah sakit dan sering menyebabkan


kematian terbesar bagi anak-anak dan balita. Untuk itu kelompok kami akan membahas
penyakit yang berhubungan dengan anemia agar orang dan masyarakat luas dapat
mengetahui gejala dan factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia sehingga
tingkat kematian anak yang menderita anemia dapat berkurang.

B.Tujuan

1. Tujuan umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan anemia.

2. Tujuan khusus

Tujuan pembuatan askep ini agar bisa dipergunakan oleh mahasiswa kesehatan dengan
sebaik – baiknya. Untuk lebih rincinya tujuan pembuatan askep ini adalah:

 Agar mahasiswa mampu menjelaskan pengertian anemia.


 Agar mahasiswa mampu menjelaskan etiologi anemia.
 Agar mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi anemia.
 Agar mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis anemia.
 Agar mahasiswa mampu menjelaskan pmeriksaan penunjang anemia.
 Agar mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan anemia.
 Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien anemia.
 Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada anemia.
 Agar mahasiswa mampu menentukan intervensi pada klien anemia.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.PENGERTIAN

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price,
2006 : 256).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,


melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh
dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang
seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sumber yang
lain mengatakan bahwa anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hemtokrit) per 100 ml darah. Sel darah
merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari
paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah,
sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan
tubuh.

4
B. ETIOLOGI

Etiologi umum dari anemia adalah :

1. Perdarahan hebat
• Akut (mendadak)
- Kecelakaan
- Pembedahan
- Persalinan
- Pecah pembuluh darah
• Kronik (menahun)
- Perdarahan hidung
- Wasir (hemoroid)
- Ulkus peptikum
- Kanker atau polip di saluran pencernaan
- Tumor ginjal atau kandung kemih
- Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah


- Kekurangan zat besi
- Kekurangan vitamin B12
- Kekurangan asam folat
- Kekurangan vitamin C
- Penyakit kronik

3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah


- Pembesaran limpa
- Kerusakan mekanik pada sel darah merah
- Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
- Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
- Sferositosis herediter
5
- Elliptositosis herediter
- Kekurangan G6PD
- Penyakit sel sabit
- Penyakit hemoglobin C
- Penyakit hemoglobin S-C
- Penyakit hemoglobin E
- Thalasemia

4. Kegagalan dan kerusakan sumsum tulang


- Anemia aplastik
- Keganasan
- Osteoporosis
- Myelo fibrosis (penyakit ginjal kronis dan defisiensi vitamin D)

C.KLASIFIKASI ANEMIA

Klasifikasi anemia menurut etiologinya adalah :

1. Anemia Pasca Perdarahan (Post Hemorrhagic)


Terjadi akibat perdarahan yang masif (seperti kecelakaan, luka operasi, persalinan
dan sebagainya)

2. Anemia Hemolitik
Terjadi akibat penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan. Hal ini
dibedakan menjadi dua faktor yaitu :

Faktor intrasel
Misal talassemia, hemoglobinopatia (talassemia HbE, sickle cell anemia),
sferositos congenital, defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvat kinase,
glutation reduktase).

6
Faktor ekstrasel
Misal intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompabilitas golongan
darah, reaksi hemolitik pada transfusi darah).

3. Anemia Defisiensi
Karena kekurangan faktor pematangan eritrosit (besi, asam folat, vitamin B12,
protein, piridoksin, eritropoetin, dan sebagainya).

4. Anemia Aplastik

Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang.


Menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan morfologis dan
etiologi.

Jenis anemia yang paling sering kita temui adalah Anemia Kekurangan Besi (AKB)
yang disebabkan kurangnya zat besi untuk sintesis hemoglobin. Di Indonesia AKB masih
merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vitamin A, dan yodium.
Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi AKB pada anak balita sekitar 30-40%
dan pada anak sekolah 20-35%. Menurut hasil SKRT 1992, prevalensi anemia pada anak
usia sekolah 55,5% dan sebagian besar adalah AKB. AKB mempunyai dampak yang
merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya
tahan tubuh dan daya konsentrasi, serta penurunan kemampuan belajar, sehingga
menurunkan prestasi belajar sekolah.

Selain kekurangan zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering terjadi pada
anak-anak dan remaja. Anemia aplastik terjadi bila sel yang memproduksi butir darah
merah (terletak pada sumsum tulang belakang) tidak dapat menjalankan tugasnya. Hal ini
dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau obat tertentu. Sedangkan jenis
berikutnya adalah anemia hemolitik yang terjadi ketika sel darah merah hancur secara
dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaruinya. Penyebab anemia
hemolitik bermacam-macam, bias bawaan seperti talasemia atau sickle cell anemia. Pada
7
kasus lain, seperti misalnya reaksi atas infeksi atau obat-obatan tertentu, sel darah merah
dirusak sendiri oleh antibodi di dalam tubuh kita.

 Manifestasi gejala dan keluhan anemia tergantung dari beberapa faktor :


Penurunan kapasitas daya angkut oksigen dari darah serta kecepatan dari
penurunannya;
 Derajat serta kecepatan perubahan dari volume darah;
 Penyakit dasar penyebab anemianya;
 Kapasitas kompensasi sistem kardiopulmonal.

Oleh karena itu rendahnya kadar hemoglobin dari seorang penderita anemia bukanlah
satu-satunya faktor yang menentukan ada atau tidaknya keluhan dan gejala anemia. Jadi
apabila kadar hemoglobin cukup rendah akan tetapi tidak ada penyakit lain dari sistem
kardiopulmonal maka biasanya tidak akan ada keluhan tetapi apabila ada kelainan
koroner maka akan timbul keluhan angina pectoris akibat hipoksianya. Apabila turunnya
kadar hemoglobin terjadi secara lambat-laun lalu akan terjadi kompensasi dari sistem
kardiopulmonal sehingga kadar hemoglobin yang tidak terlalu rendah biasanya tidak
menimbulkan keluhan. Apabila penurunan kadar hemoglobin terjadi secara cepat seperti
yang terjadi akibat suatu perdarahan masif, keluhan bisa terjadi mendadak berupa suatu
renjatan apabila perdarahannya masif, atau hanya berupa hipotensi bahkan bisa tanpa
gejala tergantung berat ringannya perdarahan yang terjadi. Penurunan kadar hemoglobin
secara cepat akibat destruksi eritrosit (hemolisis) tentu disamping keluhan
kardiopulmonal akan disertai dengan tanda-tanda hemolisis seperti ikterus,
hemoglobinemi, hemoglobinuria dan lain-lain.

Anemia jenis apapun yang diderita, gejala yang menandainya sama, yaitu keletihan.
Gejala lain yang mungkin juga muncul adalah warna kekuning-kuningan pada kulit dan
bagian putih mata, atau rasa sakit pada tulang. Kekurangan zat besi menimbulkan
beberapa gejala yang tidak terlalu kelihatan jelas, seperti mudah lelah, cepat capai bila
berolahraga, sulit konsentrasi atau mudah lupa. Mengingat hal ini juga biasa dialami oleh
orang sibuk yang sehat dan tidak kekurangan zat besi sekalipun, maka gejala-gejala
seperti ini sering luput dari perhatian. Pada umumnya orang mulai curiga akan adanya
8
anemia bila keadaan sudah makin parah sehingga kelihatannya lebih jelas, seperti kulit
pucat, jantung berdebar-debar, pusing, mudah kehabisan nafas ketika naik tangga atau
olahraga (karena jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa oksigen ke seluruh
tubuh).

Anemia tidak menular, tetapi tetap berbahaya. Remaja berisiko tinggi menderita
anemia, khususnya kurang zat besi karena remaja mengalami pertumbuhan yang sangat
cepat. Dalam pertumbuhan, tubuh membutuhkan nutrisi dalam jumlah banyak, dan di
antaranya adalah zat besi. Bila zat besi yang dipakai untuk pertumbuhan kurang dari yang
diproduksi tubuh, maka terjadilah anemia.

Umur Kebutuhan

0 – 6 bulan 3 mg
Kebutuhan Zat Besi Anak Balita
7 – 12 bulan 5 mg

1 – 3 tahun 8 mg

4 – 6 tahun 9 mg

Batas normal Kadar Hemoglobin

Kelompok Umur Hemoglobin

Anak 6 bulan s/d 6 tahun 11

Dewasa 6 tahun s/d 14 tahun 12

Laki-laki 13

Wanita 12

Wanita hamil 11

9
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI DARAH

1). Fungsi darah :

 Sistem transpor.
 Sistem respirasi.
 Perlindungan.
 Sumber protein.
 Transpor hormon.

2). Darah tersusun dari air 91 %, protein 8 %, sisanya mineral.

3). Darah terdiri dari : plasma dan sel darah.

 Sel darah terdiri dari:

 Lekosit.
 Eritrosit
 Trommbosit.
 Eritrosit
 Jumlah +/- 5000000/mm3.
 Berbentuk cakram bikonkaf.
 Pada dindingnya ada hemoglobin.
 Dibentuk di sumsum tulang.
 Waktu hidupnya 115-120 hari.
 Hemoglobin
 Protein yang kaya akan zat besi.
 Jumlah normal 15 gr/100 ml darah.
 Memiliki afinitas dengan oksigen.
 Lekosit.
 Bening tidak berwarna.
 Lebih besar dari sel darah merah.
10
 Jumlah 6000-100000/100 ml.
 Trombosit.
 Sepertiga besar eritrosit
 Jumlah 300000/100mm3 darah.
 Berperan dalam pembekuan darah.
 Plasma.
 Cairan berwarna kuning.
 Fungsi untuk transpor makanan, hormon, enzim, sisa metabolisme, dll.
 Protein plasma:
- Albumin.
- Globulin.
- Fibrinogen.

Darah adalah cairan tubuh yang berwarna merah yang terdapat di dalam jantung
dan pembuluh dara. Dalam arteri berwarna merah dan dalam vena berwarna merah gelap.

Komposisi darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah
sebagian besar terdiri dari 90% air dan za-zat terlarut kkira-kira 10% seperti protein,
albumin, globulin, lemak, karbohidrat, elektrolit, vitamin, dll. Sedangkan sel darah terdiri
dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan sel darah pembeku
(trombosit).

Darah berfungsi sabagai alat transport seperti O2 dari paru-paru ke jaringan, CO2
dari jaringan ke paru-paru, zat-zat makanan dari usus ke hepar. Darah juga berfungsi
mempertahankan temperature tubuh, mempertahankan keseimbangan asam basa, untuk
pembekuan darah, mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.

11
Sel darah merah manusia

Dari kiri ke kanan: eritrosit, trombosit, dan leukosit

12
E. PATOFISIOLOGI

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah
yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor
diluar sel darah merah yang menyebabkandestruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses
ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan
meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar


hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan
dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun
akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya
otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan
seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak,
tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

F. TANDA DAN GEJALA

Gejala dan tanda-tandanya yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi
kebutuhan ini bervariasi, dan merupakan respons atas kompensasi jantung dan pernafasan
berdasarkan berat dan lamanya jaringan mengalami kekurangan oksigen.
Tanda-tanda dan gejala (sindrom) anemia adalah penderita mengeluh lemah, sakit kepala,
telinga mendenging, penglihatan berkunang-kunang, merasa cepat letih, sempoyongan,
13
mudah tersinggung, menstruasi berhenti, libido berkurang, gangguan saluran cerna, sclera
ikterik, organ limpa membesar, sesak nafas (mula-mula nafas dalam, lama-kelamaan
nafas menjadi dangkal akhirnya payah jantung sampai syok), nadi lemah dan cepat,
hipotensi ortostatik serta tekanan darah sedikit naik sebagai akibat refleks penyempitan
pembuluh darah arteriola. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung.

G. KOMPLIKASI

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat
badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk
otak.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Anamnesis : keluhan anemia pada umumnya merupakan riwayat penyakit atau


kalau perlu riwayat penyakit pada keluarga (pada kelainan herediter).
 Pemeriksaan Fisik :
KU, konjungtiva palpebra, sklera, bibir, lidah, kelainan congenital, bentuk
kepala, wajah, jantung/paru, pembesaran kelenjar, hati dan limpa.
 Laboratorium :
- Kadar Hb, jumlah eritrosit, leukosit, hitung jenis, hematokrit (nilai mutlak
MCV, MCHC, MCH), gambaran apusan darah tepi.
- Retikulosit, jumlah trombosit
- Bone Marrow Punction (BMP)
- Kadar besi serum
14
- Resistensi eritrosit
- Hb patologis, Hb elektroforesis, tes koagulasi darah
- Bilirubin direk/indirek, tes Coomb
- Pemeriksaan penunjang lain :
- Rontgen foto tulang tengkorak, tulang panjang
- EKG pada anemia gravis dan atau dekompensasi jantung

I.PENATALAKSANAAN

Penderita baru dengan anemia tidak perlu dirawat inap bilamana tidak ada indikasi antara
lain :

 Keadaan umum jelek, gagal jantung (mengancam), dan ada perdarahan


 Anemia berat : Hb < 7 gr %
 Ada tanda-tanda keganasan atau penyakit lain dengan indikasi perlu perawatan
 Diagnosis belum jelas dan perlu pemeriksaan intensif, khususnya untuk
menemukan etiologi atau penyakit primer
 Perlu pemeriksaan dengan persiapan khusus

Tatalaksana penderita rawat inap tergantung pada jenis anemia dan etiologinya.
Pasien dengan anemia harus ditransfusi yaitu pada keadaan :

 Sebelum operasi segera, jika Hb < 10 gr%


 Pendarahan aktif
 Tampaknya tidak ada terapi spesifik yang efektif
 Selama terapi supresif sumsum tulang (missal kemoterapi)
 Jika ada defek yang berkaitan dalam transfer oksigen (missal dekompensasi
jantung atau dekompensasi pernafasan)
 Jika ada peningkatan kebutuhan oksigen

15
Pasien dengan anemia tidak boleh ditransfusi pada keadaan :

 Anemia ringan pada pasien muda


 Jika anemia dapat pulih kembali dalam waktu singkat
 Sebagai “persiapan utama” preoperatif untuk operasi efektif, jika tersedia terapi
definitive (misalnya defisiensi besi)
 Jika efek hemodilusi dari anemia mungkin menguntungkan (misalnya kehamilan
anemia pada penyakit kronis, penyakit vaskular).

Tatalaksana penderita rawat jalan pada prinsipnya serupa dengan penderita rawat inap,
yaitu :

 Medikamentosa tergantung dari jenis anemianya


 Pengawasan keadaan klinis dan laboratories, dengan kemungkinan perlu dirawat
inap atas berbagai indikasi.

J.ASUHAN KEPERAWATAN

A.PENGKAJIAN

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, alamat, penidikan, No MR,
pekerjaan, dll.

2 . Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu


Klien pernah menderita penyakit defisiensi imun, sferositosis, tala senja,
malaria,keracunan zat kimia.
16
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengalami kelemahan dan keletihan, takikardia, dypsnea, pucat pada
kulit dan membrane mukosa, distensi abdomen, terji penurunan BB,
mual,minth,dan demam.
c. Riwayat kesehatan keluarga

3. Pemeriksaan Fisik

 Hygiene rambut
Biasanya rambut mudah rontok, kulit kepala berketombe, dan berabu karena klien
tidak mampu merawat diri.
 Mata
Biasanya kunjungtiva anemis dan terjadi penurunan penglihatan.
 Hidung
Biasanya terjadi penurunan syaraf penciuman.
 Telinga
Biasanya terjadi gangguan pendengaran.
 Mulut dan gigi
Biasanya rongga mulut terdapat pendarahan gusi.
 Dada / thorak
Biasanya pernafasan cepat, nyeri dada.
 Jantung
Biasanya terjadi penurunan systole dan diastole, takikardi dan terdapat mur-mur.
 Abdomen
Biasanya terdapat pembesaran pada lien dan hepar, distensi abdomen, kllien
biasanya mengelu mual dan muntah.
 Genitor urinaria
Biasanya terjadi penurunan urine, terjadi penurunan libido dan impoten.
17
 Kulit
Biasanya kulit tampak pucat, pengikisan kapilarirefil lambat.
 Ekstermitas
Biasanya terjadi kelemahan otot, terdapat edema pada tungkai.
 System persyarafan
Biasanya terjadi penurunan seperti peka rangsangan, apatis, kelemahan
keseimbangan buruk, sensasi menjadi dingin.

B. KEMUNGKINAN DIAGNOSA

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
adekuat.
2) Ganggan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan pengikatan oksigen.
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan pemompaan
jantung.
4) Gangguan miksi eliminasi berhubungan dengan penurunan keluaran urine.
5) Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelemahan fisik.

18
C. RENCANA KEPERAWATAN

Dx I : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
adekuat.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam jangka waktu 3x24 jam

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
 Observasi dan catat makanan klien  Mengawasi masukan kalori dan
kekurangan konsumsi makanan.
 Timbang berat badan tiap hari / 2x  Mengawasi penurunan BB atau
seminggu. efektivitas intervensi nutrisi.

 Beri makanan sedikit tapi sering.


 Dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan juga
mencegah distensi gaster.

 Berikan diet TKTP  Untuk memenuhi kebutuhan


individu.

 Pantau pemeriksaan labor : Hb, Ht,  Menaikan efektivitas program


albumin. pengobatan termasuk sumber diet
nutrisi yang dibuthkan.
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi.  Membantu dalam membuat rencan
diet untuk memenuhi kebutuhan
individu.

19
Dx II : Ganguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan pengikatan oksigen

Tujuan : perfusi jaringan adekuat

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
 Awasi TTV, kaji warna kulit,  Memberikan informasi tentang
membrane mukosa, dasar kuku. derajat perfusi jaringan dan
membantu menentukan kebutuhan
intervensi.
 Awasi suplay pernafasan :  Dispnea, gemericik menunjukkan
auskultasi bunyi nafas, perhatikan GJK karena regangan jantung
bunyi adventisius. lama/peningkatan kompesensi curah
jantung.
 Tinggikan kepala tempat tidur  Dapat meningkatkan ekspansi paru
sesuai toleransi. dan memaksimalkan O2 untuk
kebutuhan seluler.
 Selidiki keluhan nyeri dada,
 Iskemia seluler mempengaruhi
jaringan miokardial / potensi resiko
infark.
 Vasokontriksi (ke organ vital)
 Catat keluhan rasa dingin,
menurunkan sirkulasi berifer.
pertahankan suhu lingkungan dan
Kenyamanan sodilatasi (penurunan
tubuh hangat sesuai indikasi.
fungsi organ).
Kolaborasi
 Kolaborai dokter dalam  Mengidentifikasi defisiensi dan
pengawasan kolaboraratorium (Hb, kebutuhan pengobatan / respon
Ht dan jumlah SDM, GDA). terhadap terapi.

20
D. IMPLEMENTASI

Setelah rencana tindakan keperawatan disusun dengan sistemik selanjutnya


rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata, terarah dan
terpadu guna memenuhi kebutuhan kien dan mencapai tuuan yang diharapkan.

E. EVALUASI

Merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan, pada tahap ini perawat
menilai sejauh mana tindakan keperawatan yang telah dilakukan mampu mengatasi atau
memecahkan masalah dengan cara membandingkan hasil yang didapat dengan kriteria
hasil yang telah ditetapkan dalam tujuan perencanaan.

21
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPILAN

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah.

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,


melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh
dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang
seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

B.SARAN

Besar harapan kelompok agar makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu
panduan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan anemia.

22
DAFTAR PUSTAKA

Staf pengajar ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran UI. Buku Kuliah 3. Ilmu
Kesehatan Anak : bagian ilmu kesehatan anak FKUI : 1985.

http://anemia/sel_darah_merah.htm

http://anemia/askep anemia.html

http://anemia/anemia.html

http://anemia/anemia-pada-anak.html

http://anemia/eritrosit.html

http://anemia/peyebab.htm

Doenges, 1999

Price, 2006

23

Anda mungkin juga menyukai