KELOMPOK 1
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT ANEMIA DAN GASTROENTRITIS”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tanpa bantuan dari pihak lain.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaikinya.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk para pembaca.
Baturaja,Agustus 2023
Penulis
ii
2
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………………………………..i
BAB II PEMBAHASAN
A. ANEMIA
1. Definisi penyakit anemia ………………………………………………………….4
2. Tanda dan gejala penyakit anemia ………………………………………………..4
3. Etiologi penyakit anemia ………………………………………………………….4
4. Patofisiologi penyakit anemia …………………………………………………….5
5. Pencegahan penyakit anemia ……………………………………………………...6
6. Asuhan keperawatan penyakit anemia ……………………………………………7
B. GASTROENTRITIS
1. Definisi penyakit gastroentritis …………………………………………………...9
2. Tanda dan gejala penyakit gastroenteritis ……………………………………….10
3. Etiologi penyakit gastroenteritis …………………………………………………11
4. Patofisiologi penyakit gastroenteritis ……………………………………………12
5. Pencegahan penyakit gastroenteritis …………………………………………….12
6. Asuhan keperawatan gastroentritis ………………………………………………13
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….19
B. Saran …………………………………………………………………………………19
3
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel
darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan
masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen
ke jaringan tubuh. Menurut Proverawati. A, (2011).
secara umum ada tiga jenis utama anemia, yang diklasifikasikan menurut ukuran sel
darah merah. Jika sel darah merah lebih besar dari normal disebut anemia makrositik.
Penyebab utama dari jenis ini adalah anemia pernisiosa dan anemia yang berhubungan
dengan alkoholisme. Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran (tetapi rendah dalam
jumlah) ini disebut anemia normositik, seperti anemia yang menyertai penyakit kronis yang
berhubungan dengan ginjal. Jika sel darah merah lebih kecil dari biasanya disebut anemia
mikrositik. Penyebab utama dari jenis ini karena defisiensi besi (besi tingkat rendah), dan
thalassemia (kelainan bawaan hemoglobin).
1
A. Rumusan Masalah
A. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANEMIA
1. Definisi Penyakit Anemia
Anemia merupakan kondisi medis yang terjadi ketika jumlah sel darah merah dalam
tubuh lebih rendah dari jumlah normal. Sel darah merah adalah sel darah yang bertanggung
jawab untuk mengirimkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ketika sel darah merah
dalam tubuh sedikit dan mengalami gangguan, maka tubuh tidak dapat menerima oksigen
dengan cukup.
Jika terjadi dengan tingkat parah, maka akan muncul kondisi seperti berikut ini apabila
penyakit berkembang semakin parah:
3
Warna kulit pucat.
Sesak napas.
Zat besi yang diserap di bagian proksimal usus halus dan dapat dialirkan dalam darah
bersama hemoglobin, masuk ke dalam enterosit, atau disimpan dalam bentuk ferritin dan
transferin. Terdapat 3 jalur yang berperan dalam absropsi besi, yaitu: (1) jalur heme, (2) jalur
fero (Fe2+), dan (3) jalur feri (Fe3+).
Zat besi tersedia dalam bentuk ion fero dan dan ion feri. Ion feri akan memasuki sel
melalui jalur integrin-mobili ferrin (IMP), sedangkan ion fero memasuki sel dengan bantuan
transporter metal divalent/divalent metal transporter (DMT)-1. Zat besi yang berhasil masuk
ke dalam enterosit akan berinteraksi dengan paraferitin untuk kemudian diabsropsi dan
digunakan dalam proses eritropioesis. Sebagain lainnya dialirkan ke dalam plasma darah
untuk reutilisasi atau disimpan dalam bentuk ferritin maupun berikatan dengan transferin.
Kompleks besi-transferrin disimpan di dalam sel diluar sistem pencernaan atau berada di
dalam darah. Transport transferrin dalam tubuh masih belum diketahui dengan pasti.
Kapisitas dan afinitias transferin terhadap zat besi dipengaruhi oleh homeostasis dan
kebutuhan zat besi dalam tubuh. Kelebihan zat besi lainnya kemudian dikeluarkan melalui
keringat ataupun dihancurkan bersama sel darah.
Perdarahan baik makro ataupun mikro adalah penyebab utama hilangnya zat besi.
Sering kali perdarahan yang bersifat mikro atau okulta tidak disadari dan berlangsung kronis,
sehingga menyebabkan zat besi ikut terbuang dalam darah dan lama-kelamaan menyebabkan
cadangan zat besi dalam tubuh ikut terbuang. Keadan-keadaan seperti penyakit Celiac, post-
operasi gastrointestinal yang mengganggu mukosa dan vili pada usus, sehingga penyerapan
besi terganggu dan menyebabkan homeostasis zat besi juga terganggu. [4,6]
Pada stadium awal kehilangan besi, masih dapat dikompensasi dengan cadangan ferritin
dalam tubuh, sehingga kadar Hb masih terdeteksi normal.
4
Bila kehilangan besi terus berlanjut, akan terjadi balans negatif dari homeostasis zat besi.
Cadangan zat besi akan semakin menurun tanpa menyebabkan anemia. Ketika cadangan ini
terus dipakai dan semakin berkurang, masih terdapat zat besi di dalam tubuh dalam bentuk
besi tidak stabil yang didapat dari sisa-sisa metabolisme dan penyerapan besi. Bila defisiensi
besi terus progresif, besi tidak stabil ini pun akan terpakai dan tubuh akan mengalami gejala-
gejala anemia yang awalnya masih berbentuk normositik dan jumlah retikulosit masih
normal.
Defisiensi yang lebih parah dan terus berlanjut akan menimbulkan respon sumsum tulang
dan EPO. Sumsum tulang dan eritropoietin memegang peranan yang sangat penting dalam
pembentukan sel darah. Sintesis heme dan globin juga diatur oleh protein kinase yang disebut
dengan penghambat translasi diatur heme/heme-regulated translational inhibitor (HRI). Pada
keadaan defisiensi besi yang terus berlanjut akan terjadi defisiensi heme, sehingga
merangsang HRI akan memfosforilasi subunit alfa dari faktor translasi eIF2.
Faktor eIF2 berfungsi untuk memproduksi globin, pada saat terfosforilasi fungsi sistensi
globin akan terganggu sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menurun (hipokromik).
Eritropoietin akan berusaha untuk meningkatkan produksi sel darah, tetapi karena adanya
defisiensi zat besi, respon ini tidak sempurna. Konsentrasi EPO akan meningkat tanpa adanya
peningkatan retikulosit, sehingga membatasi proses eritopoiesis yang menyebabkan sel darah
merah yang terbentuk berukuran kecil (mikrositik).
D. Perubahan Metabolisme
Defisiensi besi yang berlangsung kronis kemudian menyebabkan cadangan besi sama
sekali tidak ada, sehingga produksi hepsidin terhenti. Hepsidin adalah protein dalam liver
yang mengatur keseimbangan zat besi. Tidak adanya hepsidin akan membuat absorpsi besi
gastroinsteinal meningkat sehingga semakin mengganggu homeostasis zat besi dan
pembentukan sel darah.
Beberapa jenis anemia, seperti anemia pada masa kehamilan dan anemia akibat kekurangan
zat besi, dapat dicegah dengan pola makan kaya nutrisi, terutama:
Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-kacangan,
sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan
Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta makanan
berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu
Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi
Selain dengan makanan, anemia akibat kekurangan zat besi juga dapat dicegah
dengan mengonsumsi suplemen zat besi secara rutin.
5
6. Asuhan Keperawatan Penyakit Anemia
Pengkajian keperawatan
Kehilangan darah kronis, Riwayat ulkus gastrik kronis atau reseksi gastrik.
Penggunaan kemotherapi, Penggunaan antibiotik kronis.
Gagal ginjal.
Defisiensi nutrisi.
Luka bakar luas.
Kelelahan, kelemahan
Sakit kepala ringan, sesak nafas saat aktivitas atau
takipneu saat istirahat
Pucat, sianosis
B. Diagnosa Keperawatan
B. Intervensi
6
-Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.
Kolaborasi :
-Pantau pemeriksaan laboratorium, misal Hb/Ht dan jumlah SDM, GDA.
-Berikan lengkap/packed, SDM darah produk darah sesuai indikasi, awasi ketat untuk
komplikasi tranfusi.
-Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
-Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.
Kolaborasi :
Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu, memungkinkan klien untuk
melakukannya sebanyak mungkin.
Kolaborasi :
-Konsultasi pada ahli gizi.
-Pantau pemeriksaan laboratorium, misal Hb/Ht, BUN, Albumin, protein, transferin,
basiserum, B12, asam folat, TIBC, elektrolit serum.
-Berikan obat sesuai indikasi. Misal; Vitamin dan suplemen. Mineral, misal: kobalamin (vit.
B12), asam folat (flovit), asam askorbat (vitC.)
7
B.GASTROTENTRITIS
Gastroenteritis berasal dari kata “gastro” yang artinya lambung, “entero” yang berarti
usus halus, dan “itis” yang berarti inflamasi atau peradangan. Maka gastroenteritis adalah
peradangan saluran cerna yang meliputi lambung dan usus halus. Gastroenteritis juga
seringkali disebut dengan flu fambung. Sebagian besar penyakit gastroenteritis disebabkan
oleh infeksi virus, bakteria, dan protozoa dengan gejala utama meliputi mual dan muntah,
demam, sakit perut, diare berkepanjangan, hingga buang air besar disertai darah.
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana feses hasil dari buang air besar (defekasi)
yang berkonsistensi cair ataupun setengah cair dan kandungan air lebih banyak dari feses
pada umumnya. Disertai dengan mual muntah dan frekuensi dari buang air besar lebih dari 3
kali dalam sehari. Gastroenteritis / GEA merupakan perubahan pada frekuensi buang air
besar menjadi lebih sering dari normal atau perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer
atau kedua-duanya dalam waktu kurang dari 14 hari. Umumnya disertai dengan beberapa
gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, nyeri perut, kadang-kadang disertai demam.
gastroenteritis disebabkan oleh infeksi virus. Ada dua jenis virus yang menjadi penyebab
utama gastroenteritis, yaitu Norovirus dan Rotavirus. Selain kedua jenis virus ini,
gastroenteritis juga bisa disebabkan oleh Adenovirus dan Astrovirus.
Selain virus, gastroenteritis juga dapat disebabkan oleh:
Kram perut
Mual dan muntah.
Suhu badan meningkat.
Demam, sakit kepala, dan sakit otot.
Kehilangan nafsu makan.
Penurunan berat badan.
Diare, feses cair mengandung darah atau lendir dan warna kehijau- hijauan.
8
terjadi melalui 2 mekanisme antara lain yaitu akibat kerusakan pada vili usus yang
menyebabkan malabsorbsi dan diare osmotik serta pelepasan toksin yang berikatan dengan
reseptor enterosit spesifik dan menyebabkan pelepasan ion klorida ke lumen intestinal
sehingga menyebabkan diare sekretorik.
9
6. Asuhan keperawatan penyakit gastroenteritis
Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal assessment. Pengkajian
data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah:
A. Identitas klien.
B. Riwayat keperawatan.
1. Awalan serangan: Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare.
2. Keluhan utama: Feces semakin cair.muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga.kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah. E. Kebutuhan
dasar.
E.Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit
atau jarang.
F.Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
G.Pola tidur dan istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
H.Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya. Aktivitas akan terganggu karena kondisi
tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
I.Pemeriksaan psikologis:
Keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi
cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
J.Pemeriksaan sistematik:
Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat
badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
10
Palpasi: Turgor kulit kurang elastic.
Auskultasi terdengarnya bising usus,Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum
intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
2. Diagnosa Keperawatan.
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan (
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.
3. Intervensi
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
Tujuan
kriteria hasil :
Intervensi
Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih
2000-2500L per hari.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.
11
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan
kriteria hasil
Iritasi (menghilang)
Intervensi
kulit.
12
Beri zalp seperti zine oxsida bila terjadi iritasi pada
Tujuan
Kriteria hasil
Nyeri (menurun)
Intervensi
pengobatan.
Tujuan
Kriteria hasil
Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien. Ekspresi wajah tenang
Intervensi
13
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
4. Implementasi
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
d. Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih
2000-2500 cc per hari.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therati cairan pemeriksaan lab elektrolit.
g. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
e. Memberikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
14
b. Membersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
c. Memberi salp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
5. Evaluasi
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah
merah atau hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh.
B. Saran
Anemia dan gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang sering di idap oleh
masyarakat.
Oleh sebab itu disarankan kepada masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Seperti : menjaga
pola makan, istirahat yang cukup dan menjaga kebersihan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Belindagracia.2020."gastroenteritis-tanda,penyebab,gejala,cara
mengobati".https://www.honestdocs.id/gastroenteritis. 30 Agustus 2023.
17