Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ANEMIA DAN


GASTROENTRITIS

KELOMPOK 1

1. NATASYA OCTA YOSVI (PO7120222041)


2. EGA PERMATA SARI (PO7120222008)
3. RATNA SUKMAWATI (PO7120222033)
4. SINDI SURAHMAN (PO7120222012)
5. HESTY SEFTIA (PO7120222031)
6. GITA SELLA (PO7120222015)
7. ENJA PUTRI MARTADINOVA (PO7120222011)
8. MELIANA (PO7120222025)
9. YULI ASTUTI (PO7120222016)
10. RATNADHITA (PO712022036)

DOSEN PENGAMPU : NELLY RUSTIATI, SKM, M.KES

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI D-III KEPERAWATAN BATURAJA

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT ANEMIA DAN GASTROENTRITIS”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tanpa bantuan dari pihak lain.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaikinya.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk para pembaca.

Baturaja,Agustus 2023

Penulis

ii

2
DAFTAR ISI

COVER ………………………………………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………….1

A. Latar belakang ………………………………………………………………………...2


B. Rumusan masalah ……………………………………………………………………..3
C. Tujuan ………………………………………………………………………………....3

BAB II PEMBAHASAN

A. ANEMIA
1. Definisi penyakit anemia ………………………………………………………….4
2. Tanda dan gejala penyakit anemia ………………………………………………..4
3. Etiologi penyakit anemia ………………………………………………………….4
4. Patofisiologi penyakit anemia …………………………………………………….5
5. Pencegahan penyakit anemia ……………………………………………………...6
6. Asuhan keperawatan penyakit anemia ……………………………………………7

B. GASTROENTRITIS
1. Definisi penyakit gastroentritis …………………………………………………...9
2. Tanda dan gejala penyakit gastroenteritis ……………………………………….10
3. Etiologi penyakit gastroenteritis …………………………………………………11
4. Patofisiologi penyakit gastroenteritis ……………………………………………12
5. Pencegahan penyakit gastroenteritis …………………………………………….12
6. Asuhan keperawatan gastroentritis ………………………………………………13

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………….19

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….19
B. Saran …………………………………………………………………………………19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….20

3
iii

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit gastroenteritis masih menjadi masalah penyakit global dengan derajat


kesakitan dan kematian yang tertinggi terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah
satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara umum,
diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya di
dunia dimana sekitar 20% meninggal karena infeksi gastroenteritis (Magdarina, 2010).
Kejadian gastroenteritis dapat terjadi di seluruh dunia dan menyebabkan 4% dari semua
kematian dan 5% dari kehilangan kesehatan menyebabkan kecacatan. Gastroenteritis tetap
menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak di bawah 5 tahun di negara negara Sub
Sahara di Afrika (Berhe, Mihret, Yitayih, 2016).

Menurut data WHO (World health Organization, 2013), gastroenteritis merupakan


penyakit berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis didunia. Setiap
tahun terdapat 1.7 miliar kasus gastroenteritis dengan angka kematian 760.0000 anak
dibawah 5 tahun. Negara berkembang, anak – anak usia 3 tahun kebawah rata-rata
mengalami 3 episode pertahun, merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak tahun 2010
ada 2,5 juta kasus gastroenteritis pada anak diseluruh dunia. Kasus gastroenteritis terbanyak
di Asia dan Afrika (Riskesdas, 2013).

Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel
darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan
masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen
ke jaringan tubuh. Menurut Proverawati. A, (2011).

secara umum ada tiga jenis utama anemia, yang diklasifikasikan menurut ukuran sel
darah merah. Jika sel darah merah lebih besar dari normal disebut anemia makrositik.
Penyebab utama dari jenis ini adalah anemia pernisiosa dan anemia yang berhubungan
dengan alkoholisme. Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran (tetapi rendah dalam
jumlah) ini disebut anemia normositik, seperti anemia yang menyertai penyakit kronis yang
berhubungan dengan ginjal. Jika sel darah merah lebih kecil dari biasanya disebut anemia
mikrositik. Penyebab utama dari jenis ini karena defisiensi besi (besi tingkat rendah), dan
thalassemia (kelainan bawaan hemoglobin).

1
A. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi penyakit anemia ?


2. Apakah etiologi penyakit anemia ?
3. Bagaimanakah tanda dan gejala penyakit anemia ?
4. Bagaimanakah patofisiologi penyakit anemia ?
5. Bagaimanakah pencegahan penyakit anemia ?
6. Bagaimanakah asuhan keperawatan penyakit anemia ?
7. Apakah definisi penyakit gastroenteritis ?
8. Apakah etiologi penyakit gastroenteritis ?
9. Bagaimanakah tanda dan gejala penyakit gastroenteritis ?
10. Bagaimanakah patofisiologi penyakit penyakit gastroenteritis ?
11. Bahgaimanakah pencegahan penyakit gastroenteritis ?
12. Bagaimanakah asuhan keperawatan penyakit gastroenteritis ?

A. Tujuan

1. Menjelaskan definisi penyakit anemia


2. Menjelaskan etiologi penyakit anemia
3. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit anemia
4. Menjelaskan patofisiologi penyakit anemia
5. Menjelaskan cara pencegahan penyakit anemia
6. Menjelaskan bagaimakah keperawatan penyakit anemia
7. Menjelaskan definisi penyakit gastroenteritis
8. Menjelaskan etiologi penyakit gastroenteritis
9. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit gastroenteritis
10. Menjelaskan patofisiologi penyakit gastroenteritis
11. Menjelaskan cara pencegahan penyakit gastroenteritis
12. Menjelaskan begaimanakah asuhan keperawatan penyakit gastroenteritis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANEMIA
1. Definisi Penyakit Anemia

Anemia merupakan kondisi medis yang terjadi ketika jumlah sel darah merah dalam
tubuh lebih rendah dari jumlah normal. Sel darah merah adalah sel darah yang bertanggung
jawab untuk mengirimkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ketika sel darah merah
dalam tubuh sedikit dan mengalami gangguan, maka tubuh tidak dapat menerima oksigen
dengan cukup.

2. Etiologi Penyakit Anemia

Adapun kemungkinan penyebab anemia meliputi:

 Konsumsi obat-obatan tertentu.


 Adanya eliminasi yang terjadi lebih awal dari biasanya pada sel darah merah akibat
masalah kekebalan tubuh.
 Memiliki riwayat penyakit kronis, seperti kanker, ginjal, rheumatoid arthritis, atau
kolitis ulserativa.
 Terjadi bentuk abnormal sel darah merah, seperti thalasemia atau bentuk sel sabit
yang bersifat turunan.
 Sedang hamil.
 Memiliki masalah kesehatan dengan sumsum tulang, seperti limfoma, leukemia,
myelodysplasia, dan multiple myeloma.
 Gejala Anemia
 Gejala yang paling umum adalah tubuh cepat merasa lelah dan terlihat pucat serta
sering mengeluh kedinginan.

3. Tanda dan Gejala penyakit Anemia

 Selalu merasa mudah marah.


 Sakit kepala.
 Mengalami masalah sulit berkonsentrasi atau berpikir.
 Sembelit.

Jika terjadi dengan tingkat parah, maka akan muncul kondisi seperti berikut ini apabila
penyakit berkembang semakin parah:

 Warna biru hingga putih pada mata.


 Kuku menjadi rapuh.
 Muncul keinginan untuk makan es batu, tanah, atau hal-hal lain yang bukan makanan
(kondisi ini terkenal dengan istilah “pica”).
 Pusing ketika berdiri.

3
 Warna kulit pucat.
 Sesak napas.

4. Patofisiologi Penyakit Anemia

Patofisiologi anemia defisiensi besi (ADB) disebabkan karena gangguan homeostasis


zat besi dalam tubuh. Homeostasis zat besi dalam tubuh diatur oleh absropsi besi yang
dipengaruhi asupan besi dan hilangnya zat besi/iron loss. Kurangnya asupan zat besi/iron
intake, penurunan absropsi, dan peningkatan hilangnya zat besi dapat menyebabkan
ketidakseimbangan zat besi dalam tubuh sehingga menimbulkan anemia karena defisiensi
besi.

Zat besi yang diserap di bagian proksimal usus halus dan dapat dialirkan dalam darah
bersama hemoglobin, masuk ke dalam enterosit, atau disimpan dalam bentuk ferritin dan
transferin. Terdapat 3 jalur yang berperan dalam absropsi besi, yaitu: (1) jalur heme, (2) jalur
fero (Fe2+), dan (3) jalur feri (Fe3+).

Zat besi tersedia dalam bentuk ion fero dan dan ion feri. Ion feri akan memasuki sel
melalui jalur integrin-mobili ferrin (IMP), sedangkan ion fero memasuki sel dengan bantuan
transporter metal divalent/divalent metal transporter (DMT)-1. Zat besi yang berhasil masuk
ke dalam enterosit akan berinteraksi dengan paraferitin untuk kemudian diabsropsi dan
digunakan dalam proses eritropioesis. Sebagain lainnya dialirkan ke dalam plasma darah
untuk reutilisasi atau disimpan dalam bentuk ferritin maupun berikatan dengan transferin.
Kompleks besi-transferrin disimpan di dalam sel diluar sistem pencernaan atau berada di
dalam darah. Transport transferrin dalam tubuh masih belum diketahui dengan pasti.
Kapisitas dan afinitias transferin terhadap zat besi dipengaruhi oleh homeostasis dan
kebutuhan zat besi dalam tubuh. Kelebihan zat besi lainnya kemudian dikeluarkan melalui
keringat ataupun dihancurkan bersama sel darah.

Perdarahan baik makro ataupun mikro adalah penyebab utama hilangnya zat besi.
Sering kali perdarahan yang bersifat mikro atau okulta tidak disadari dan berlangsung kronis,
sehingga menyebabkan zat besi ikut terbuang dalam darah dan lama-kelamaan menyebabkan
cadangan zat besi dalam tubuh ikut terbuang. Keadan-keadaan seperti penyakit Celiac, post-
operasi gastrointestinal yang mengganggu mukosa dan vili pada usus, sehingga penyerapan
besi terganggu dan menyebabkan homeostasis zat besi juga terganggu. [4,6]

Tahapan Kekurangan Zat Besi

Kekurangan zat besi ini berlangsung dalam 4 tahap, yaitu:

A. Kadar Besi Normal

Pada stadium awal kehilangan besi, masih dapat dikompensasi dengan cadangan ferritin
dalam tubuh, sehingga kadar Hb masih terdeteksi normal.

B. Penurunan Besi Progresif

4
Bila kehilangan besi terus berlanjut, akan terjadi balans negatif dari homeostasis zat besi.
Cadangan zat besi akan semakin menurun tanpa menyebabkan anemia. Ketika cadangan ini
terus dipakai dan semakin berkurang, masih terdapat zat besi di dalam tubuh dalam bentuk
besi tidak stabil yang didapat dari sisa-sisa metabolisme dan penyerapan besi. Bila defisiensi
besi terus progresif, besi tidak stabil ini pun akan terpakai dan tubuh akan mengalami gejala-
gejala anemia yang awalnya masih berbentuk normositik dan jumlah retikulosit masih
normal.

C. Respon sumsum tulang dan eritropoietin (EPO)

Defisiensi yang lebih parah dan terus berlanjut akan menimbulkan respon sumsum tulang
dan EPO. Sumsum tulang dan eritropoietin memegang peranan yang sangat penting dalam
pembentukan sel darah. Sintesis heme dan globin juga diatur oleh protein kinase yang disebut
dengan penghambat translasi diatur heme/heme-regulated translational inhibitor (HRI). Pada
keadaan defisiensi besi yang terus berlanjut akan terjadi defisiensi heme, sehingga
merangsang HRI akan memfosforilasi subunit alfa dari faktor translasi eIF2.

Faktor eIF2 berfungsi untuk memproduksi globin, pada saat terfosforilasi fungsi sistensi
globin akan terganggu sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menurun (hipokromik).
Eritropoietin akan berusaha untuk meningkatkan produksi sel darah, tetapi karena adanya
defisiensi zat besi, respon ini tidak sempurna. Konsentrasi EPO akan meningkat tanpa adanya
peningkatan retikulosit, sehingga membatasi proses eritopoiesis yang menyebabkan sel darah
merah yang terbentuk berukuran kecil (mikrositik).

D. Perubahan Metabolisme

Defisiensi besi yang berlangsung kronis kemudian menyebabkan cadangan besi sama
sekali tidak ada, sehingga produksi hepsidin terhenti. Hepsidin adalah protein dalam liver
yang mengatur keseimbangan zat besi. Tidak adanya hepsidin akan membuat absorpsi besi
gastroinsteinal meningkat sehingga semakin mengganggu homeostasis zat besi dan
pembentukan sel darah.

5. Pencegahan Penyakit Anemia

Beberapa jenis anemia, seperti anemia pada masa kehamilan dan anemia akibat kekurangan
zat besi, dapat dicegah dengan pola makan kaya nutrisi, terutama:

 Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-kacangan,
sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan
 Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta makanan
berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu
 Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi
 Selain dengan makanan, anemia akibat kekurangan zat besi juga dapat dicegah
dengan mengonsumsi suplemen zat besi secara rutin.

5
6. Asuhan Keperawatan Penyakit Anemia

Pengkajian keperawatan

1.Riwayat atau adanya faktor-faktor penyebab :

 Kehilangan darah kronis, Riwayat ulkus gastrik kronis atau reseksi gastrik.
 Penggunaan kemotherapi, Penggunaan antibiotik kronis.
 Gagal ginjal.
 Defisiensi nutrisi.
 Luka bakar luas.

2. keluhan dan pemeriksaan

 Kelelahan, kelemahan
 Sakit kepala ringan, sesak nafas saat aktivitas atau
 takipneu saat istirahat
 Pucat, sianosis

B. Diagnosa Keperawatan

1. Perfusi jaringan berhubungan dengan :


- Penurunan komponen seluler yg diperlukan untuk pengiriman 02/ nutrien ke sel.
- Penurunan haluaran urine.
- Perubahan TD, pengisian kapiler lambat.
-Ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi.

2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan


kebutuhan.

3. Ggn kebutuhan nutrisi, perubahan: < dari kebutuhan tubuh b.d:


-Kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absorbsi nutrien
yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.
-Perubahan gusi, membran mukosa mulut.
-Penurunan toleransi untuk aktivitas, kelemahan dan kehilangan tonus otot..

B. Intervensi

1. Diagnosa perfusi jaringan


Teraupetik :
-Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membran mukosa, dasar kuku.
-Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
-Awasi upaya pernafasan; auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi adventisius..
-Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
-Kaji untuk respins verbal melambat, mudah terangsang, agitasi gangguan memori, bingung.
-Orientasi/orientasikan ulang klien sesuai kebutuhan. Catat jadwal aktivitas klien untuk
dirujuk. Berikan cukup waktu untuk klien berpikir, komunikasi dan aktivitas.

6
-Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.

Kolaborasi :
-Pantau pemeriksaan laboratorium, misal Hb/Ht dan jumlah SDM, GDA.
-Berikan lengkap/packed, SDM darah produk darah sesuai indikasi, awasi ketat untuk
komplikasi tranfusi.
-Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
-Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.

2. Diagnosa intoleransi aktifitas


Teraupetik :
- Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas normal, catat laporan kelelahan, kelebihan
dan kesulitan menyelesaikan tugas.
- Awasi TD, nadi, pernafasan, selama dan sesudah aktivitas. Catat respons terhadap aktivitas
(misal peningkatan denyut jantung/TD, Disritmia, pusing, Dispnea, tachipnea.

Kolaborasi :
Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu, memungkinkan klien untuk
melakukannya sebanyak mungkin.

3. Diagnosa gangguan kebutuhan nutrisi


Teraupetik
-Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
-Observasi dan catat masukan makanan klien.
-Timbang berat badan setiap hari.
-Berikan dan bantu higiene mulut yang baik.

Kolaborasi :
-Konsultasi pada ahli gizi.
-Pantau pemeriksaan laboratorium, misal Hb/Ht, BUN, Albumin, protein, transferin,
basiserum, B12, asam folat, TIBC, elektrolit serum.
-Berikan obat sesuai indikasi. Misal; Vitamin dan suplemen. Mineral, misal: kobalamin (vit.
B12), asam folat (flovit), asam askorbat (vitC.)

7
B.GASTROTENTRITIS

1. Definisi Penyakit Gastroenteritis

Gastroenteritis berasal dari kata “gastro” yang artinya lambung, “entero” yang berarti
usus halus, dan “itis” yang berarti inflamasi atau peradangan. Maka gastroenteritis adalah
peradangan saluran cerna yang meliputi lambung dan usus halus. Gastroenteritis juga
seringkali disebut dengan flu fambung. Sebagian besar penyakit gastroenteritis disebabkan
oleh infeksi virus, bakteria, dan protozoa dengan gejala utama meliputi mual dan muntah,
demam, sakit perut, diare berkepanjangan, hingga buang air besar disertai darah.
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana feses hasil dari buang air besar (defekasi)
yang berkonsistensi cair ataupun setengah cair dan kandungan air lebih banyak dari feses
pada umumnya. Disertai dengan mual muntah dan frekuensi dari buang air besar lebih dari 3
kali dalam sehari. Gastroenteritis / GEA merupakan perubahan pada frekuensi buang air
besar menjadi lebih sering dari normal atau perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer
atau kedua-duanya dalam waktu kurang dari 14 hari. Umumnya disertai dengan beberapa
gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, nyeri perut, kadang-kadang disertai demam.

2. Etiologi Penyakit Gastroenteritis

gastroenteritis disebabkan oleh infeksi virus. Ada dua jenis virus yang menjadi penyebab
utama gastroenteritis, yaitu Norovirus dan Rotavirus. Selain kedua jenis virus ini,
gastroenteritis juga bisa disebabkan oleh Adenovirus dan Astrovirus.
Selain virus, gastroenteritis juga dapat disebabkan oleh:

 Bakteri, seperti Campylobacter bacterium


 Parasit, seperti Entamoeba histolytica dan Crystosporidium.
 Obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, antasida, atau obat kemoterapi.
 Logam berat, seperti timbal, arsen, atau merkuri, yang terhirup dari udara atau
terkandung dalam air mineral.
 Makanan dan minuman.
Sesorang tidak tahan terhadap makanan tertentu.
 Faktor lingkungan
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan terutama pada saat musim penghujan.

3. Tanda dan Gejala penyakit Gastroenteristis

 Kram perut
 Mual dan muntah.
 Suhu badan meningkat.
 Demam, sakit kepala, dan sakit otot.
 Kehilangan nafsu makan.
 Penurunan berat badan.
 Diare, feses cair mengandung darah atau lendir dan warna kehijau- hijauan.

4. Patofisiologi penyakit gastroenteritis

8
terjadi melalui 2 mekanisme antara lain yaitu akibat kerusakan pada vili usus yang
menyebabkan malabsorbsi dan diare osmotik serta pelepasan toksin yang berikatan dengan
reseptor enterosit spesifik dan menyebabkan pelepasan ion klorida ke lumen intestinal
sehingga menyebabkan diare sekretorik.

A. Gastroenteritis Akibat Virus


Transmisi gastroenteritis umumnya terjadi melalui rute fekal-oral dari makanan dan air
yang terkontaminasi. Beberapa virus, seperti norovirus, dapat ditularkan melalui jalur udara.
Manifestasi klinis berhubungan dengan infeksi usus, tetapi mekanisme yang tepat dari
terjadinya diare masih belum jelas.
Studi yang paling banyak dilakukan yaitu pada rotavirus. Rotavirus melekat dan
memasuki enterosit dewasa di ujung vili usus halus. Virus ini menyebabkan perubahan
struktural pada mukosa usus halus, termasuk pemendekan vili dan infiltrasi sel inflamasi
mononuklear di lamina propria. Infeksi rotavirus menyebabkan gangguan pencernaan
karbohidrat, dan akumulasinya di lumen usus, serta malabsorbsi nutrisi dan penghambatan
reabsorpsi air secara bersamaan, dapat menyebabkan komponen malabsorbsi diare.
Rotavirus mensekresi suatu enterotoksin yaitu NSP4, yang menyebabkan aktivasi mekanisme
sekretori dari Ca2+ yang dependen terhadap Cl-. Mobilisasi kalsium intraseluler kalsium
akibat ekspresi NSP4 endogen maupun eksogen dapat menyebabkan sekresi klorida secara
transien.

B. Gastroenteritis Akibat Bakteri


Pada gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri, mekanisme yang terjadi meliputi invasi
mukosa, perlekatan, dan produksi toksin. Untuk menentukan protokol manajemen
gastroenteritis, penting untuk memahami dengan baik patofisiologi gastroenteritis. Usus halus
memiliki peran penting untuk menyerap cairan. Dalam kasus gastroenteritis, usus halus gagal
dalam menyerap cairan dikarenakan adanya toksin pada usus.
Faktor virulensi lain yang signifikan pada gastroenteritis akibat bakteri adalah perlekatan.
Beberapa bakteri perlu melekat pada mukosa usus, terutama pada awal infeksi. Untuk dapat
melakukan hal tersebut, bakteri menghasilkan beberapa faktor perekat dan protein yang
membantu perlekatan yang diperlukan pada dinding usus. Misalnya, bakteri Vibrio cholerae
(kolera) menggunakan jenis adhesin permukaan tertentu untuk dapat menempel pada usus.
Contoh lain adalah E. coli enterotoksigenik yang memproduksi antigen faktor kolonisasi yang
merupakan protein perlekatan. Gejala disentri akibat infeksi shigella dan E. coli terjadi
sebagai akibat dari invasi dan penghancuran mukosa usus halus.
Faktor virulensi penting terakhir pada gastroenteritis akibat bakteri adalah produksi
toksin, termasuk enterotoksin. Enterotoksin dapat menyebabkan diare berair karena adanya
efek sekretori pada mukosa usus halus.

5. Pencegahan penyakit gastroenteritis

 Rajin melakukan cuci tangan.


 Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik.
 Sebaiknya memakai peralatan pribadi.
 Menjaga jarak dengan orang yang terkena gastroenteritis.
 Menghindari mengonsumsi makanan yang mentah.
 Jangan mengonsumsi daging yang tidak dimasak dengan matang.
 Memasak makanan dan air minum hingga matang.
 Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik.

9
6. Asuhan keperawatan penyakit gastroenteritis

Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal assessment. Pengkajian
data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah:

A. Identitas klien.

B. Riwayat keperawatan.

1. Awalan serangan: Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare.
2. Keluhan utama: Feces semakin cair.muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.

C. Riwayat kesehatan masa lalu.

Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

D. Riwayat psikososial keluarga.

Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga.kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah. E. Kebutuhan
dasar.

E.Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit
atau jarang.

F.Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.

G.Pola tidur dan istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.

H.Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya. Aktivitas akan terganggu karena kondisi
tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.

I.Pemeriksaan psikologis:
Keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi
cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

J.Pemeriksaan sistematik:
 Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat
badan menurun, anus kemerahan.
 Perkusi : adanya distensi abdomen.

10
 Palpasi: Turgor kulit kurang elastic.
 Auskultasi terdengarnya bising usus,Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum
intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

2. Diagnosa Keperawatan.

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan (
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.

3. Intervensi

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.

Tujuan

Devisit cairan dan elektrolit teratasi

kriteria hasil :

 Tanda-tanda dehidrasi (menurun)

 Mukosa mulut (membaik)

 Bibir lembab (membaik)

 Cairan seimbang (membaik)

Intervensi

 Observasi tanda-tanda vital.

 Observasi tanda-tanda dehidrasi.

 Ukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).

 Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih
2000-2500L per hari.

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.

 Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

11
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.

Tujuan

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi

Kriteria hasil

 Intake nutrisi klien (meningkat)

 Mual dan muntah (menurun)

Intervensi

Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.

Timbang berat badan klien.

Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.

 Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi ).

 Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.

 Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.

Tujuan

Gangguan integritas kulit teratasi

kriteria hasil

 Integritas kulit (membaik)

 Iritasi (menghilang)

 Tanda-tanda infeksi (menghilang)

Intervensi

kulit.

 Ganti popok anak jika basah.

 Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.

12
 Beri zalp seperti zine oxsida bila terjadi iritasi pada

 Observasi bokong dan perineum dari infeksi.

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

Tujuan

 Nyeri dapat teratasi.

 Kriteria hasil

 Nyeri (menurun)

 Ekspresi wajah (membaik)

Intervensi

 Observasi tanda-tanda vital.

 Kaji tingkat rasa nyeri.

 Atur posisi yang nyaman bagi klien

 Beri kompres hangat pada daerah abdomen.

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,


prognosis dan

pengobatan.

Tujuan

Pengetahuan keluarga meningkat

Kriteria hasil

 Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien. Ekspresi wajah tenang

 Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.

Intervensi

 Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.

13
 Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.

 Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.

 Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.

 Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

4. Implementasi

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.

a. Mengobservasi tanda-tanda vital.

b. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.

c. Mengukur infut dan output cairan (balanc ccairan ).

d. Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih
2000-2500 cc per hari.

e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therati cairan pemeriksaan lab elektrolit.

f. Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

g. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.

h. Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan

muntah.

a. Mengkaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.

b. Menimbang berat badan klien.

c. Mengkaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.

d. Melakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi.dan auskultasi ).

e. Memberikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.

f. Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan dict klien.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB

a. Mengganti popok anak jika basah.

14
b. Membersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.

c. Memberi salp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.

d. Mengobservasi bokong dan perineum dari infeksi.

e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi,

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

a. Mengobservasi tanda-tanda vital. b. Mengkaji tingkat rasa nyeri.

c. Mengtur posisi yang nyaman bagi klien.

d. Memberi kompres hangat pada daerah abdomen.

e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,


prognosis dan pengobatan.

a. Mengkaji tingkat pendidikan keluarga klien.

b. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.

c. Meenjelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.

d. Memberikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.

e. Melibatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

5. Evaluasi

 Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.


 Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
 Integritas kulit kembali normal.
 Rasa nyaman terpenuhi.
 Pengetahuan kelurga meningkat.
 Cemas pada klien teratasi.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah
merah atau hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh.

Gastroenteritis atau diare adalah buang air besar (BAB) dengan


konsistensi feses lebih cair dengan frekuensi >3 kali sehari, kecuali pada
neonatus (bayi < dari 1 bulan) yang mendapatkan ASI biasanya buang air
besar dengan frekuensi lebih sering 5-6 kali sehari) dengan konsistensi baik
dianggap normal. (Riskesdas, 2018).

B. Saran

Anemia dan gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang sering di idap oleh
masyarakat.
Oleh sebab itu disarankan kepada masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Seperti : menjaga
pola makan, istirahat yang cukup dan menjaga kebersihan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Belindagracia.2020."gastroenteritis-tanda,penyebab,gejala,cara
mengobati".https://www.honestdocs.id/gastroenteritis. 30 Agustus 2023.

Tirtonegoro soeradji. 2022."mengenal gastroenteritis".


https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1962/mengenal-gastroenteritis. 30 Agustus
2023.

Pittara.2023."gastroenteritis". https://www.alodokter.com/gastroenteritis. 30 Agustus 2023.

Putri meli. "Askep gastroenteritis".


https://www.academia.edu/41681610/ASKEP_GASTROENTERITIS. 30 Agustus 2023.

Apriza putri Regina. 2021."patofisiologi gastroenteritis".


https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/gastroenteritis/
patofisiologi. 30 Agustus 2023.

17

Anda mungkin juga menyukai