Di susun oleh :
1. Intan Permatasari (2014314201010)
2. Ela Juliana Kago (2014314201012)
3. Anggita Dinda Fitria Wardani (2014314201089)
4. Fadhilla Putri Hardiyanto (2014314201020)
5. Rastina Dowansiba (1914314201060)
6. Elsa Sabila (2014314201005)
7. Sheva Marta Indah (2014314201006)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Anemia tepat waktu.
Makalah Anemia ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada bidang
studi Keparawatan Medikal Bedah di Stikes Maharani Malang Selain itu, kami
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Anemia.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling utama. Dari masalah
kesehatan yang paling sering dijumpai adalah anemia dinegara yang sedang berkembang dari
hasil penelitian dapat dikatakan lebih dari 600 juta manusia, Perkiraan prevalensi anemia secara
global adalah sekitar 51%, Bandingkan dengan prevalensi untuk balita yang sekitar 43%, anak
usia sekolah 37%, pria dewasa hanya 18%, dan wanita tidak hamil 35%. Menurut WHO di
Negara yang sedang berkembang, sekitar 27% remaja lelaki dan 26% wanita menderita anemia,
sementara di Negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis
besar, sebanyak 44% wanita di Negara berkembang (10 negara di Asia Tenggara, termasuk
Indonesia) mengalami anemia gizi besi (Arisman,2018).
pada tubuh manusia , MCH adalah menjadi salah satu dari standar klasifikasi anemia dapat
dijelaskan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu gangguan reproduksi
pada eritrosit yaitu cepatnya pembentukan eritrosit dapat menurun ataupun dapat terjadi
gangguan maturasi eritrosit dan dapat merusaknya eritrosit yang lebih cepat . dari kedua
kategori tersebut tidak dapat berdiri sendiri , dan lebih dari satu mekanisme yang dapat terjadi
(Irawan,2018).
Selain itu juga dapat dijelaskan bahwa menurunnya sel darah merah ditandai dengan
(anemia) menurunya kadar hemoglobin dan hematokrit kemudian turunnya hemoglobin dan
hematokrit dapat menyebabkan turunnya oksigen yang dibawa oleh sel darah merah yang
akan dikirim keseluruh jaringan dan biasanya ditandai dengan adanya kelemahan, pucat,
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi anemia
2. Menjelaskan patofisiologi anemia
3. Menjelaskan etiologi anemia
4. Menjelaskan tanda dan gejala klinis anemia
5. Menjelaskan Klasifikasi Anemia
1.3 Tujuan
1. Memahami definisi anemia
2. Memahami patofisiologi anemia
3. Memahami etiologi anemia
4. Memahami tanda dan gejala klinis anemia
5. Memahami Klasifikasi Anemia
2
BAB II
PEMBAHASAN
Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis.
Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit) yang
terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk
membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red
cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah
yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen caring capacity). Secara praktis anemia
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, kemudian hematocrit. Anemia pada ibu hamil
adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr/dL pada trimester I dan III atau
kadar lebih kecil 10,5 gr/dL pada trimester II. Anemia defisiensi besi adalah yang paling sering
menyebabkan anemia pada kehamilan di seluruh dunia, bisa ringan, sedang, ataupun berat.
Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah yang ditandai
dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal.Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria ,
maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita , wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37% , maka wanita itu dikatakan
anemia.Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.
Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.
Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia sadang.
Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
3
Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah , setiap ganguan pembentukan sel darah
merah, baik ukuran maupun jumlahnya , dapat menyebabkan terjadinya anemia.ganguan tersebut
dapat terjadi ‘’pabrik’’ pembentukan sel (sumsum tulang)maupun ganguan karena kekurangan
komponen penting seperti zat besi , asam folat maupun vitamin B 12. (Soebroto Ikhsan,Cara
Mudah Mengatasi Problem Anemia,Cetakan 1, Yogyakarta 2016)
4
gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan),
penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi,
dan proses kelahiran.
5
hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena
adalah:
a. Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b. Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang,
kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
c. Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d. Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut
2. Gejala khusus anemia
Gejala khusus yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
b. Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali
d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3. Gejala Akibat Penyakit Dasar
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena penyakit-
penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan
oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan
telapak tangan berwarna kuning seperti jerami. Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia
pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala
yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :
a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang
b. Glositis : iritasi lidah
c. Keilosis : bibir pecah-pecah
d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.
4. Gejala lainnya
1. Seseorang yang memiliki anemia, cenderung lebih sering mengalami rasa lelah dan
memiliki perasaan yang sensitif (mudah tersinggung).
2. Terkadang beberapa diantaranya ada yang mengalami sakit kepala hingga kehilangan
nafsu makan.
6
3. Terkadang suka sembelit yang terjadi dalam waktu yang cukup lama atau terus-menerus
hingga kehilangan banyak cairan tubuh, hal ini juga yang menjadi gejala dari sembelit.
4. Sulit berkonsentrasi merupakan salah satu gejala anemia yang cukup menganggu.
Kesulitan dalam berkonsentrasi dapat memengaruhi kinerja dan pekerjaan.
5. Penurunan nafsu makan, namun terkadang tiba-tiba memiliki nafsu makan yang berlebih
hingga menimbulkan suatu gangguan dalam sistem metabolisme tubuh.
6. Anemia juga dapat mempengaruhi psikologis seperti susana hati dan emosi yang mudah
mengalami stress atau depresi. Karena anemia dapat memberi pengaruh yang cukup kuat
terhadap emosi dan mood.
7. Mengalami sesak nafas. Hal in disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang berkurang.
Sel darah merah merupakan bagian yang sangat penting bagi sistem pernafasan. Sesak
nafas umumnya dialami pada mereka yang menderia anemia sedang hingga berat.
Berdasarkan penyebab terjadinya anemia, secara umum anemia dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
7
juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin, adanya peradangan pada sudut mulut
dan nyeri pada saat menelan.Selain gejala khas tersebut pada anemia defisiensi besi juga
terjadi gejala umum anemia seperti lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang.
2. Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah
baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis),
keracunan dan sinar rontgen atau radiasi. Mekanisme terjadinya anemia jenis ini adalah
karena kerusakan sel induk dan kerusakan mekanisme imunologis. Anemia jenis ini biasanya
ditandai dengan gejala perdarahan seperti petikie dan ekimosis (perdarahan kulit), perdarahan
mukosa dapat berupa epistaksis, perdarahan sub konjungtiva, perdarahan gusi, hematemesis
melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ dalam lebih jarang
dijumpai , tetapi jika terjadi perdarahan pada otak sering bersifat fatal. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah gagal jantung akibat anemia berat dan kematian akibat infeksi yang
disertai perdarahan.
3. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi vitamin B12 dan asam
folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel megaloblast dalam sumsum tulang
belakang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar.
Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena terjadi gangguan
sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat defiensi asam folat dan vitamin B12 dimana vitamin
B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan secara khusus untuk
vitamin B12 penting dalam pembentukan myelin. Akibat gangguan sintesis DNA pada inti
eritoblast ini maka maturasi inti lebih lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel
menjadi lebih besar karena pembelahan sel yang lambat.Sel eritoblast dengan ukuran yang
lebih besar serta susunan kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast.Sel
megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan saat masih dalam sumsum tulang
sehingga terjadi eritropoesis inefektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek yang berujung
pada terjadinya anemia.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta dan Neural
Tube Defect (NTD). NTD yang terjadi bisa berupa anensefali, spina bifida (kelainan tulang
belakang yang tidak menutup), meningo-ensefalokel (tidak menutupnya tulang kepala).
8
Kelainan-kelainan tersebut disebabkan karena gagalnya tabung saraf tulang belakang untuk
tertutup.
Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat mempunyai gejala yang sama seperti
terjadinya ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada defisiensi vitamin B12
disertai dengan gejala neurologik seperti mati rasa.
4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah penghancuran atau
pemecahan sel darah merah sebelum waktunya. Hemolisis berbeda dengan proses penuaan
yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah golongan besar yaitu anemia hemolitik
karena faktor di dalam eritrosit sendiri (intrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat
herediter dan anemia hemolitik karena faktor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular) yang
sebagian besar bersifat didapatkan seperti malaria dan transfusi darah.
Proses hemolisis akan mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin yang akan
mengakibatkan anemia. Hemolisis dapat terjadi perlahan-lahan, sehingga dapat diatasi oleh
mekanisme kompensasi tubuh tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba sehingga segera menurunkan
kadar hemoglobin. Seperti pada anemia lainnya pada penderita anemia hemolitik juga
mengalami lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang. Pada anemia hemolitik yang
disebabkan oleh faktor genetik gejala klinik yang timbul berupa ikterus, splenomegali,
kelainan tulang dan ulkus pada kaki.
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu
penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan
dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di dalam pencegahan primer. Dalam
hal ini pencegahan primer ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia. Tujuan
pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan
memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko.
9
Pencegahan primer meliputi:
a. Edukasi (Penyuluhan)
Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti memberikan nutrition education
berupa dorongan agar ibu hamil mengkonsumsi bahan makanan yang tinggi Fe dan
konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah minimal selama 90 hari. Edukasi tidak hanya
diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil.Penanggulangannya, dimulai jauh
sebelum peristiwa melahirkan. Selain itu, petugas kesehatan juga dapat berperan sebagai
konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah
anemia pada kehamilan.
Suplementasi Fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan intake Fe yang berhasil
hanya jika individu mematuhi aturan konsumsinya.Banyak faktor yang mendukung
rendahnya tingkat kepatuhan tersebut, salah satunya adalah efek samping yang tidak
nyaman dari mengkonsumsi Fe adalah melaluipendidikan tentang pentingnya suplementasi
Fe dan efek samping akibat minum Fe.
b. Suplementasi Fe (Tablet Besi)
Anemia defisiensi besi dicegah dengan memelihara keseimbangan antara asupan Fe dan
kehilangan Fe.Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk memelihara keseimbangan ini bervariasi
antara satu wanita dengan yang lainnya tergantung pada riwayat reproduksi.Jika kebutuhan
Fe tidak cukup terpenuhi dari diet makanan, dapat ditambah dengan suplemen Fe terutama
bagi wanita hamil dan masa nifas.24 Suplemen besi dosis rendah (30mg/hari) sudah mulai
diberikan sejak kunjungan pertama ibu hamil.
c. Fortifikasi Makanan dengan Zat Besi
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan
inti pengawasan anemia di berbagai Negara. Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh
dalam pencegahan defisiensi besi. Produk makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung
gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung serta beberapa
produk susu.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi untuk
menenmukan status patogenik setiap individu di dalam populasi.Pencegahan sekunder
bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit menuju suatu perkembangan
10
kearah kerusakan atau ketidakmampuan.Dalam hal ini pencegahan sekunder merupakan
pencegahan yang dilakukan pada ibu hamil yang sudah mengalami gejala-gejala anemia
atau tahap pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau
timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan.
Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan diantaranya
adalah :
a. Skrining diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang harus diobati
dalam mengurangi morbiditas anemia. Bagi wanita hamil harus dilakukan
skrining pada kunjungan I dan rutin pada setiap trimester. Skrining dilakukan
dengan pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia
atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang,
atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang
mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan
dengan hal tersebut. Sehingga, tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan yang
sesuai dengan hasil tersebut. Jika anemia berat ( Hb< 9 g/dl) dan Hct <27%) harus
dirujuk kepada dokter ahli yang berpengalaman untuk mendapat pertolongan
medis.
b. Pemberian terapi dan Tablet F
Jika ibu hamil terkena anemia, maka dapat ditangani dengan memberikan terapi
oral dan parenteral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil ke
rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan dengan
menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi dan
menimbulkan kerusakan.Dalam hal ini pencegahan tersier ditujukan kepada ibu hamil
yang mengalami anemia yang cukup parah dilakukan untuk mencegah perkembangan
penyakit ke arah yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk
mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi
penyakit, mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup.
11
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu :
a. memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin.
b. mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil, tetap
mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang
adekuat setelah persalinan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal. Patofisiologi anemia meliputi anemia akibat produksi yang berkurang atau gagal, anemia
akibat penghancuran sel darah merah dan anemia akibat kehilangan darah.
Etiologi anemia bergantung pada banyaknya sel darah merah (eritrosit) yang
diproduksi dalam tubuh dan tingkat kesehatan seseorang. Penurunan kadar hemoglobin
selama kehamilan disebabkan oleh ekspansi yang lebih besar dari volume plasma
dibandingkan dengan peningkatan volume sel darah merah (eritrosit).
Tanda-tanda Anemia meliputi lesu, lemah, letih, lelah, lalai, sering mengeluh pusing dan
mata berkunang-kunang, gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak
tangan menjadi pucat. Gejala anemia terbagi atas gejala umum, gejala khusus, dan gejala akibat
penyakit dasar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, N. Laporan Pendahuluan Anemia Diruang Dahlia Rsud Dr. Soedirman Kebumen,
(Online), (http:// elib. stikesmuhgombong. ac. id/ 174/ 1/ NILNA %20 AZIZAH %20
NIM.%20A01301790.pdf), diakses pada 03 September 2018.
Fahrizal, Khoirul. 2018. Bab II Tinjauan Pustaka, (Online), (http:// eprints. Undip. ac. id/
44812/ 3/Khoirul_Fahrizal_R_22010110110113_Bab2KTI.pdf), diakses pada 03
September 2018.
Karsinah. 2010. Bab II Tinjauan Pustaka, (Online), (http:// repository. ump. ac. id/ 4996/
6/Karsinah%20BAB%20II.pdf), diakses pada 03 September 2018.
ums.ac.id. 2018. Bab I Konsep Dasar, (Online), (http:// eprints. ums. ac. id/ 16666/
2/BAB_I.pdf), diakses pada 03 September 2018.
14