Anda di halaman 1dari 4

Kritik Sastra Pendekatan Sosilogi Sastra

Kelompok 5:

Ach.Syauqi/21701071070

Viola Windy Saputri/21701071064

Husnul Amaliyah/21701071049

Nurul Hinda/21701071050

Rio Satria/21701071051

-Karakteristik Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologi mengindikasikan bahwa sastra tidak lagi bersifat otonom sebagai
produk imajiner seorang penulis. Melainkan ada kaitan erat, hubungan saling memengaruhi
dan timbal balik antara sastra dan masyarakat.

a. Pemahaman terhadap karya sastra dengan berbagai pertimbangan aspek


kemasyarakatannya.
b. Pemahaman terhadap totalitas suatu karya yang disertai dengan aspek
kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.
c. Pemahaman terhadap suatu karya sastra sekaligus hubungannya dengan
masyarakat yang melatarbelakangi.
d. Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) anatara sastra dengan
masyarakat.
e. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi antara sastra
dengan masyarakat (Ratna, 2003: 2).

Prinsip-Prinsip Pendekatan Sosiologis

Adapun prinsip-prinsip menurut Karl Marx ang terkait secara langsung dengan sosiologi
sastra, antara lainadalah senagai berikut:

a. Prinsip resepsi (penerimaan masyarakat tertentu terhadap karya tertentu), oleh Leo
Lowenthal.
b. Prinsip hegemoni (karya dengan kekuatan wacana internal di dalam mengevokasi
struktur sosial) oleh Antonio Gramsci.
c. Prinsip trilogi pengarang-karya-pembaca (karya sastra sekaligus dalam kaitannya
dengan subjek kreator dan audiens), oleh Rene Wellek/Austin Warren dan Ian
Watt.
d. Prinsip refraksi (sebagai institusi, di samping merefleksikan, sastra juga
merupakan bias terhadap masyarakat), oleh Harry Levin.
e. Prinsip patronase (karya dalam keterkaitannya dengan pelindung proses
kreativitas), oleh Robert Escarpit.
f.  Prinsip retorika sejarah (kesejajaran antara narasi sejarah dengan sastra), oleh
Hayden White.
g.  Prinsip anonimitas (kematian pengarang), oleh Roland Barthes.
h. Prinsip dialogis (karya sebagai suara rangkap dan polifoni), oleh Mikhail Bakhtin.
i.  Prinsip dekonstruksi (proliferasi makna karya dengan cara mensubversi pusat)
oleh Jacques Derrida, dan sebagainya.
j.  Prinsip mimesis (karya seni sebagai tiruan masyarakat), oleh Plato dan
Aristoteles.
k.  Prinsip sosiogeografis (pengaruh alam sekitar terhadap karya), oleh Johan
Gottfried von Herder dan Madame de Stael.
l.  Prinsip genetis (pengaruh ras, saat, dan lingkungan terhadap asal-usul karya), oleh
Hippolyte Taine.
m. Prinsip struktur kelas (karya seni sebagai cermin kelas sosial tertentu), baik oleh
kelompok Marxis ortodoks maupun kelompok para-Marxis, sebagai Marxis
strukturalis, seperti: George Lukacs, sebagai Marxis ortodoks, Marxis dogmatis,
dengan ciri khas sastra sebagai refleksi struktur mental masvarakat.
Contoh Pendekatan Sosiologis :

Analisis Pendekatan Sosiologis

Puisi “Patiwangi”

Karya Oka Rusmini

Patiwangi
Inilah tanah baruku
Mata air menentukan hidupnya
Ikan-ikan memulai percintaan baru
Batang-batang yang menompang daun-daun muda
Membuat upacara penguburan

Telah kucium beragam bunga


Dan sesajen mengutuk kaki yang kubenamkan ditanah
Suara genta menyumbat mata angin
Tak mampu mengantar dewa pulang.

Kubuat peta di Pura-pura


Mengatur warnaku pada silsilah matahai
Bumi mengeram, tanah memendam amarah
Tak ada pecahan suara
Menyelamatkan warnaku

Para lelaki menantang matahari


Menunggu warna perempuan pilihannya
Tak ada upacara untuknya disetiap sudut pura
Para pemangku hanya mencium  bangkai dupa
Terlalu banyak dewa yang harus diingat
Dan para lelaki terus meminang
Karena namaku
Kuharus punya sejarah upacara
Anak-anak
Kelak kumandikan dari pilihan ini

Analisis Puisi Patiwangi.


Patiwangi: Pati, mati. Wangi, keharuman. Patiwangi adalah upacara yang dilakukan
terhadap perempuan bangsawan di Pura Desa untuk menghilangkan kebangsawanannya,
karena menikahi laki-laki perkasta rendah. Seringkali upacara ini berdampak psikologis bagi
para perempuan bangsawan.
Pada puisi ini menurut kelompok, menjelaskan tentang kehidupan baru pasca melakukan
ritual patiwangi. Suatu kegiatan upacara yang mengutuk untuk menjadi orang biasa karena
gelar kebangsawannnya telah dihapus karena ia lebih memilih menikahi kasta sudra yang
meupakan aib bagi keluarga brahmana karena dianggap menurunkan kasta keturunannya. dan
ia bersedia dimandikan dari pilihan ini.

Anda mungkin juga menyukai