Anda di halaman 1dari 27

BAHAN AJAR

KRITIK SASTRA
MATERI KULIAH SEMESTER III
 HUBUNGAN KRITIK SASTRA DG CAB. STUDI
SASTRA LAINNYA
 Imu sastra terdiri dr: teori sastra, sejarah sastra, dan
kritik sastra. Teori sastra adalah bag dr ilmu sastra
yg membahas hakikat sastra, dasar-dasar sastra, gaya
bhs, jenis-jenis sastra, teori penilaian dll. Sejarah
sastra bag. dr ilmu sastra yg bertugas menyusun
perkembangan sastra dr mulai timbulnya hingga
perkembangan yg terakhir. Kritik sastra bag. dr ilmu
sastra yg berusaha menyelidiki k.s dg
menginterpretasi, menganalisis, dan memberikan
penilaian terhadap k.s.
 Bagaimanakah hubungan antara ketiga cabang tsb?
 Kritik sastra memerlukan bantuan teori sastra krn dlm
teori dibahas teori penilaian yg menunjukkan bgm k.s yg
baik, unsur-unsur pembangun k.s, jenis sastra dll.
 Kritik memerlukan sejarah sastra krn melalui sejarah
sastra kita akan mengetahui apakah karya sastra tsb baru
atau sebaliknya. Sejarah sastralah yg memberikan
informasi mengenai karya-karya sebelumnya, sebab kita
baru menyimpulkan adanya kebaruan/sebaliknya ketika
kita membandingkan karya tsb dg karya sebelumnya.
 Sebaliknya, utk menyusun teori sastra dan sejarah sastra
diperlukan bantuan kritik sastra. Mis, ktk akan menyu-
sun teori sastra yg baru, seorang teoretisi sastra memer-
lukan data-data dr kritik sastra krn kritik berhadapaan
dan membahas secara langsung karya yg tlh ada.
 Dlm hubungannya dg sejarah sastra, kritik sastra
membantu menyeleksi karya-karya yg akan
dibicarakan dlm sejarah sastra. Hal ini disebabkan tdk
semua karya yg pernah ada, layak dibicarakan dlm
sejarah sastra.

 KRITIK SASTRA DAN KARYA SASTRA


Karya sastra lebih dulu ada drpd kritik sastra.
Sebelum ada kritik, keadaan karya sastra tdk dikritik ,
dibiarkan begitu saja hadir mjd salah satu fenomena
kebudayaan dlm sgl variannya.
Pd awalnya, btk sastra hadir bkn dlm tulisan, ttp
dilisankan. Hal tsb terjadi krn masy memang blm
mengenal sistem huruf, sastra lisan beredar dlm masy
secara lisan.
 Oleh krn itu, sukarlah diketahui secara pasti siapa org
yg mjd penciptanya.Ditopang oleh hubungan sosial
yg bersifat komunal dan cenderung utk tdk
mementingkan pribadi, masy cenderung menganggap
semua sastra lisan yg hidup di tengah-tengah mrk sbg
milik bersama.
 Meskipun tdk menggunakan sistem huruf dan nama
sastrawan, sastra lisan tdk semata-mata bersifat peng-
hidangan/peniruan, melainkan jg merupakan
tanggapan terhadap lingkungan, zaman, dan sastra
sebelummnya.
 Munculnya sastra yg bersifat tanggapan itulah
tampaknya yg menyebabkan munculnya macam-
macam versi dr sebuah sastra lisan tertentu.
 Adanya varian dlm sastra lisan, bisa disebabkan dua hal
yaitu:1. adanya kemungkinan kelemahan daya ingat, 2.
agar dpt lebih lebih sesuai dg nafas dan tuntutan zaman
yg terus berubah shg dr bahan dan pangkal yg sama dpt
tumbuh macam-macam syair atau cerita lisan krn per-
ubahan lingkungan dan zaman.
 Dg dmk, masy bersama-sama mengubah dan memper-
barui sastra. Mrk sekaligus mjd penyair/penutur crt dan
pembuat tanggapan secara bersama pula.
 Bahkan, orng yg berperanan penting dlm penghidngan
sastra lisan spt, pawang, tukang pantun/dalang wayang
tdk pernah dikenal sbg penggubah/pencipta sekalipun
mrk mengadakan bbrp perubahan.
 Pd perkemb selanjutnya, sastra tdk hanya dilisankan, ttp
ditulis. Dlm sastra ini, nama pengarang ditulis secara
jelas, btk dan isinya tdk bs diubah-ubah. Sastra tulis
mengatasi lingkungan dan zaman penulisnya. Dinikmati
oleh generasi kapan pun, bentuk dan isinya tetap sama.
 Dg karakter tsb mk muncul cara penikmatan yg berbeda
dg sastra lisan. Siapa pun penikmatnya, mrk hrs mau
manerima sastra tulis itu apa adanya. Btk dan isi karya
yg dinikmati itu tdk mengalami perubahan dr waktu ke
waktu, kecuali jk krn alasan tertentu, perubah-
an itu dikehendaki oleh penulisnya.
 Penikmat, dg dmk, hrs memosisikan diri sbg pribadi yg
berbeda dg pribadi penulis
 Dg keberbedaan kepribadian itu mk dlm proses
penikmatan yg terjadi adalah suatu dialog yg
berlangsung bersifat sepihak. Penikmat hrs tunduk pd
adanya k.s., bgmn pun btk dan isinya. Andaipun ada
ketidakpuasan tertentu, ketidakpuasan itu tdk lalu
diekspresikan dg mengubah karya yg dibacanya itu
agar sesuai dg kehendak hatinya. Akan ttp,
ketidakpuasan itu dituliskan dlm wujud tulisan yg
tersendiri.

Penulisan ketidakpuasan dan kepuasan dlm


menikmati k.s itu pd dasarnya adalah suatu tindak
penilaian (kritik). Dg dmk, kritik sastra muncul
bersamaan dg terjadinya perubahan dlm cr
penikmatan thd k.s.
 Fungsi Kritik Sastra
 Mempertanyakan fungsi kritik sastra akan meng-
antarkan kita untuk memahami hubungan antara
kritik sastra itu sendiri di satu pihak, dan karya sastra
di pihak lain. Selanjutnya, membicarakan karya sastra
berarti pula membicarakan hubungan antara pencipta
karya dengan pembaca/penikmat.
 Pada dasarnya kehidupan intelektual menurut Shils
(1980) dpt dibedakan mjd tiga kelompok yaitu:
kelompok pencipta yg melibatkan pr sastrawan,
kelompok kritikus, dan kelompok penerima.
 Ketiga kelompok itu, di samping diperlukan
keberadaannya dlm kehidupan sastra yg sehat jg
memiliki peranan yg sama pentingnya dlm
memajukan kehidupan sastra.
 Sektor penciptaan akan hidup subur apabila hsl kreasi pr
sastrawan sbg kelompok cendekiawan produktif mdpt
sambutan yg selayaknya pd penikmat/pembaca. Dlm
hubungan ini, peningkatan penikmatan/pemahaman suatu
karya sastra dlm rangka penghayatan scr keseluruhan oleh pr
penikmat seringkali membutuhkan semacam “resep” dr pr
kritikus sbg kelompok cendekiawan produktif

 Sastra yg sdh diciptakan oleh pengarang blm tentu langsung


dpt dinikmati pembacanya krn msh dipersoalkan apakah
pembacanya siap untuk membaca karya tsbt dg modal
pengetahuan dan kepekaan estetis atau kalau pembaca sdh
mempunyai kesiapan, namun masih jg disangsikan apakah
karya sastra yg dihadapi sdh memenuhi persyaratan sbg karya
sastra yg baik. Dg kata lain, bisa terjadi jurang pemisah antara
karya sastra dan penikmatnya.
 Persoalan di atas bermula dr kenyataan bhw
penikmatan bisa terjadi apabila sdh terdapat
pengertian. Pengertian itu sendiri dpt merupakan
masalah apabila pandangan, alam pikiran, visi
kepengarangan, dan sikap pengarang jauh berbeda atau
sama sekali asing bg pembacanya.
 Di samping itu, faktor bhs yg digunakan pengarang jg
dpt menjadi faktor pelancar atau penghambat
pemahaman atau pengertian.
 Bhs yg sehari-hari dikenal dg struktur tertentu berubah
wujud mjd bhs yg bersayap, bhs yg berbunga-bunga yg
dg sendirinya sering menghasilkan makna yg tdk sama
dg makna yg ditemui dalam komunikasi sehari-hari,
atau mungkin tdk mempunyai pengertian sama sekali
bg pembacanya.
Tdk jarang pula terjadi pro dan kontra terhadap seorang
pengarang dan karya-karyanya, terutama thdp k. s terbaru yg
dilihat sbg penyimpangan dari apa yg dikenal sebelumnya.
 Dlm dunia sastra, misalnya, dikenal adanya semacam
eksperimentasi yg mengacu pada pemunculan suatu btk
penciptaan yg dinilai aneh oleh kebanyakan pembacanya.
 Eksperimen yg dimaksudkan pernah dilakukan oleh Sutarji
C.B dlm bid. puisi, Iwan Simatupang dlm bidang prosa, W.S.
Rendra, Putu Wijaya, dan Arifin C. Noor dlm bid. drama.
 Kehadiran karya para pengarang tsb menimbulkan berbagai
reaksi dr pembaca, kritikus, dan eseis. Terjadi sikap pro dan
kontra di antara mrk. Mrk yg pro menganggap bhw karya-
karya Sutarji, Putu Wijaya dll. itu mrpk suatu pembaharuan.
 Bagi pihak yg kontra, karya tsb sbg hsl permainan
belaka, suatu karya dilakukan dg tdk sungguh-
sungguh, suatu karya yg tdk ada isinya.

 Puisi Sutarji dianggap puisi yg bkn puisi, bahkan ada


yg menganggap puisi Sutarji sebagai puisi membisu.
Tdk kurang pula mrk yg tdk dpt memahami makna
puisi Sutarji justru memberi vonis sbg karya yg
kosong tanpa isi.
 Mgp karya-karya Sutarji, Iwan Simatupang, Danarto,
Rendra, Putu Wijaya, dan Arifin C. Noor dianggap
oleh pr pembaca sulit dipahami? Praptomo Baryadi
(1982) mengemukakan beberapa alasannya yaitu:
1. Perbedaan idiom yg digunakan menyebabkan
karya-karya yg hadir pd dekade skrg ini sulit
dipahami. Dunia perpuisian skrg msh di bwh
kungkungan kekuasaan pola puisi Chairil Anwar.
Idiom yg digunakan Chairil dan penyair berikutnya
adalah kata.

Kt dijadikan tonggak dan materi utama utk


membangun puisi. Dg begitu, dlm membuat puisi
diadakan pemilihan kt yg sesuai terlebih dahulu.
Sutarji justru tdk menggunakan kt sbg idiom dlm
puisi-puisinya. Sutarji justru ingin membebaskan kt
dr makna shg ada yg menyebut puisi Sutarji sbg
puisi antikata.
Dmk pula halnya dg karya Iwan Simatupang dan
karya-karya Rendra. Novel Iwan sangat berlainan dg
novel-novel sebelumnya.
Novel Iwan penuh dg kekacauan, plotnya kacau,
tokoh tanpa nama, watak tokoh absurd. Teater Rendra
jg mendapat julukan tdk dimengerti, misal dramanya
Bib Bob menggunakan idiom yg sangat berlainan dg
teater sblmnya.
2. Perbedaan realitas sosial yg diungkapkan. Realitas
sosial yg diungkapkan Sutarji adalah kondisi sosial
yg tlh muak dg kt-kt krn masy. sdh terlalu terbiasa
mendengar slogan-slogan kosong dlm kehidupan
sehari-hari yg tidak sesuai dg kenyataan, tdk terbukti
dlm tindakan.
Oleh krn itu, Sutarji ingin mengembalikan kt kpd
mantera walaupun sukar dipahami, puisinya
memiliki efek magis. Kondisi sosial yg kacau yg
diungkapkan Iwan memberi pengaruh tdp
kekacauan btk penyampaian.

3.Pembaharuan biasanya tdk selalu langsung


diterima masyarakat. Setiap pembaharuan yg
muncul tdk dpt terhindar dr serangan dan kecaman.
Novel Belenggu mengalami nasib serupa, bahkan
puisi Chairil mendapat ejekan dr penyair-penyair
lain sewaktu awal pemunculannya, yg akhirnya
disanjung sbg karya yg bemutu dan kmd diikuti
oleh mrk yg sebelumnya mengecam.
 Dari uraian di atas dpt ditarik simpulan bhw
suatu k.s yg blm jg dimengerti atau susah
dipahami blm tentu tdk mengandung isi sama
sekali.
4. Selain ketiga faktor di atas, tdpt pula faktor
lain yg cukup penting pula sbg penyebab
ketidak-
pahaman yaitu justru pembaca itu sendiri yg
tdk berusaha memahami dg sungguh-sungguh.
Hal ini mungkin disebabkan mrk sdh terbiasa
menghadapi k.s yg mudah dipahami.
 FUNGSI KRITIK SASTRA
 Kritik sastra berfungsi mendudukkan persoalan yg
muncul dlm hal interpretasi, analisis, dan evaluasi
terhadap k.s setepat-tepatnya dan sebaik-baiknya.
Kritik sastra dpt berfungsi sbg jembatan penghubung
antara k.s dg masy. penikmat k.s. Pradopo (1994)
mengatakan bhw kritik sastra mempunyai tiga
kegunaan yaitu:1) untuk keilmuan sastra, 2) untuk
perkembangan sastra, dan 3) untuk penerangan masy.
pd umumnya.

1. Kritik sastra barguna untuk keilmuan sastra


 Penyusunan teori sastra tdk dpt sempurna tanpa
bantuan kritik sastra. Kritik sastra menguraikan atau
menganalisis struktur norma-norma k.s, menerangkan
hubungan norma tsb, dan kmd memberikan penilaian
 Kritik sastra langsung berhubungan dg k. s konkret
yg ada di depan kritikus, sdgk hubungan antara teori
sastra dan k.s, sifatnya agak kurang langsung. Oleh
krn itu, untuk menyusun teori sastra diperlukan
bantuan kritikus, diperlukan kritik sastra.

 Dmk jg dlm menyusun ttg teori penilaian, seorang


ahli teori sastra dpt mengambil bantuan kritik sastra.
mis, ttg gaya kalimat dan kombinasi kt yg bernilai.
Ahli teori sastra dpt pula menyusun teori ttg bgmn
pikiran-pikiran, faham-faham, filsafat, pandangan
hidup seorang sastrawan.
 Dlm menyusun sejarah sastra diperlukan bantuan
kritik sastra sebab k.s tdk dpt dianalisis, digolong-
golongkan, dan dinilai tanpa dukungan prinsip-
prinsip kritik sastra Jd, nyatalah bhw kritik sastra
memegang peranan penting dlm penyusunan sejarah
sastra.

 Dlm menyusun perkemb. sastra, seorang ahli sejarah


sastra tdk dpt lepas dari pekerjaan memilih karya-
karya yg bermutu. Tdk semua buku sastra dpt
dimasukkan dlm rangkaian sejarah sastra kalau buku
atau k.s itu tdk menunjukkan perkemb. yg baru dan
bernilai sastra.
2. Kritik sastra berguna utk perkembangan sastra
 Dlm menentukan baik buruknya k.s, seorang kritikus
menguraikan nilai k.s seorang sastrawan, berhasil
tidaknya seorang sastrawan mengungkapkan
pengalaman jiwanya dlm karyanya.

 Utk memberikan penilaian itu tentu dg alasan-alasan


dan bukti-bukti, baik itu langsung atau tdk langsung,
mis. dg membandingkan karya yg dianalisis dg karya
sastra lain yg sdh diakui kebaikannya scr objektif.
 Dg melihat kebaikan-kebaikan dan kekurangan-
kekurangan yg dibukakan oleh seorang kritikus,
mk sastrawan dpt mjd lebih tajam penglihatan
nya dan mjd sempurna pertimbangannya dlm
menciptakan karya-karyanya shg dlm
penciptaan selanjutnya akan dpt lbh tinggi mutu
sastranya.

 Mk dg hal yg dmk itu, kesusasteraan suatu bgs


akan dpt berkembang dan bertambah tinggi
mutunya dg adanya kritikus-kritikus yg aktif
dan jenius.
 Di samping seorang kritikus dalam kritiknya
membukakan harga nilai ciptaan suatu karya
sastra, ia juga menunjukkan bahwa pikiran-
pikiran sastrawan masih baru, asli, lain dg
pikiran yg pernah dikemukakan oleh sastrawan-
sastrawan sebelumnya.

 Dg dmk, mungkin sastrawan tsb mdpt pengikut


banyak yg ingin melaksanakan cita-citanya dlm
kesusasteraan yg baru dengan corak yg baru.
 3. Kritik sastra berguna sebagai penerangan
kepada masyarakat
 Dg keterangan-keterangan dan uraian, atau analisis
struktur norma k.s yg dibeberkan oleh kritikus dlm
kritiknya mk masy. pembaca dpt lbh terang memahami
k.s pr sastrawan.
 Seorang kritikus sering memberikan kpd kita suatu
pandangan yg baru dan segar. Jd, kritik sastra atau
seorang kritikus dpt memberi keterangan ttg hal-hal yg
masih samar-samar kita ketahui.
 Melalui kritik atau kritikus sastra kita dapat
menangkap dg jelas nilai-nilai kehidupan yg terdapat
dlm k.s itu. Kritik sastra dpt mempertajam kepandaian
pembaca dlm menangkap maksud isi k.s.
 Dengan adanya kritik sastra, masy. akan dpt memilih
k.s yg bernilai sastra yg mengungkapkan nilai-nilai
kehidup-- an yg tinggi.

 Dg dmk, scr tak langsung kritik dpt mempertinggi


taraf kehidupan masy, memperhalus budi, perasaan
memper- tajam pikiran, mempertinggi kejujuran,
mencintai kebenaran, dan memperdalam rasa
perikmanusiaan.
Agar kritik sastra dpt memenuhi fungsinya scr baik
kritik dituntut persyaratan a.l:
 1. hrs berupaya membangun dan menaikkan taraf
kehidupan sastra;

2. dijalankan secar objektif tanpa prasangka, dg jujur dpt


mengatakan yg baik itu baik:

3. mampu memperbaiki cara berpikir, cara hidup, dan


cara bekerja para sastrawan:
4. dapat menyesuaikan diri dg lingkup
kebudayaan dan tata nilai yg berlaku dan
memiliki rasa cinta dan rasa tanggung jawab yg
mendalam terhadap pembinaan kebudayaan dan
tata nilai yg benar:

5. dpt mengembangkan pembaca berpikir kritis


dan dpt menaikkan kemampuan apresiasi masy.
thdp k.s.

Anda mungkin juga menyukai