Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KAJIAN PROSA FIKSI

SUDUT PANDANG PENGARANG

Oleh:

Lidia Yuli Kurniasari

Vindy Berlian Awanda

Dian Ayu Setyowati

Aditya Rhama

Riska Fatmawati

M. Deka Tri Z.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah sudut pandang dalam karya prosa fiksi.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang sudut pandang dalam
kajjian prosa fiksi ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Malang, 16 Oktober 2017

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB 1 ................................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan .........................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB II................................................................................................................................. 2
2.1 Pengertian Sudut Pandang ........................................................................................ 2
2.2. Macam-macam Sudut Pandang................................................................................ 3
2.3 Penerapan Sudut Pandang dalam Prosa Fiksi ........................................................... 4
BAB III ............................................................................................................................... 5
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 5
3.2 Daftar Pustaka ........................................................................................................... 5

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karya sastra adalah karya seni yang indah, Pada perkembangan aspek
estetika tidak hanya berbicara tentang sesuatu yang indah akan tetapi juga terkait
dengan perkembangan kajian sosial, budaya, politik, ekonomi, agama dan
sebagainya (Sugiarti, 2016: 100). Dengan demikian karya sastra tidak hanya
berputar di dalam keindahan saja yang bisa menimbulkan efek menarik untuk
pembaca namun juga terdapat banyak aspek yang lain di dalam sebuah karya
sastra yang memuat banyak informasi dan pengetahuan mengenai aspek sosial,
budaya, politik, ekonomi dan agama.
Fiksi adalah sebuah karya imajiner yang estetis, fiksi menceritakan
berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan
sesama. Fiksi merupakan hasil dialog, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan
dan kehidupan. Fiksi merupakan sebuah cerita, dan karenanya terkandung juga di
dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca di samping adanya tujuan
estetik.
Di dalam sebuah karya fiksi memiliki unsur-unsur pembangun dalam
karya fiksi. Seperti unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik dalam sebuah
karya fiksi adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri yang di
dalamnya memuat tentang tema, alur/plot, tokoh dan penokohan, setting, sudut
pandang serta amanat yang akan pengarang sampaikan kepada pembaca.
Sebaliknya dalam unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra itu, tetapi secara tidak langsung. Unsur-unsur ekstrinsik tersebut meliputi
biografi pengarang, latar belakang pengarang yang mempengaruhi penciptaan
sebuah karya sastra serta nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra
seperti nilai moral, nilai sosial budaya, nilai pendidikan dan nilai keagamaan.

Unsur instrinsik di dalam karya fiksi yang menjadi pembahasan di dalam


makalah ini yaitu sudut pandang yang menjadi kajian dalam makalah ini. Sudut
pandang adalah cara pandang pengarang dalam menciptakan sebuah karya fiksi.
Dengan sudut pandang karya fiksi pembaca mampu melihat dan menyampaikan

1
makna karya artistiknya. Selain itu juga akan menjelaskan beberapa macam-
macam dari sudut pandang serta penerapannya dalam prosa fiksi. (kata pengantar
untuk pembahasan selanjutnya)

BAB II
PEMBAHASAN

(Pengatar untuk ke isi)

2.1 Pengertian Sudut Pandang


Sudut pandang (point of view) menyaran pada cara sebuah cerita
dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa
yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams, 1981:
142). Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi,
teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan
gagasan dan ceritanya.
Stanton (1965: 55) juga berpendapat bahwa, sudut pandang (point of view
atau view point) merupakan salah satu unsur fiksi yang digolongkan sebagai
sarana cerita. Meskipun demikian hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi
tidak penting. Sudut pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentunya,
sebab pemilihan sudut pandang akan berpegaruh terhadap penyajian cerita. Reaksi
afektif pembaca terhadap sebuah karya fiksi pun dalam banyak hal akan
dipengaruhi oleh bentuk sudut pandang.
Pemahaman pembaca terhadap sebuah novel akan dipengaruhi oleh
kejelasan sudut pandangnya. Pemahaman pembaca pada sudut pandang akan
menentukan seberapa jauh perepsi dan penghayatan, bahkan juga penilaiannya
terhadap novel yang bersangkutan (Stevick, 1967: 86). Pemilihan sudut pandang
menjadi penting karena sudut pandang mempunyai hubungan psikologis dengan
pembaca. Pembaca membutuhkan persepsi yang jelas tentang sudut pandang
cerita.

2
2.2. Macam-macam Sudut Pandang
Sudut pandang dapat banyak macamnya tergantung dari sudut mana ia
dipandang dan seberapa rinci ia dibedakan. Friedman (dalam Stevick, 1967: 118),
mencari daftar pustaka yang terbaru mengemukakan adanya sejumlah
pemertanyaan yang jawabnya dapat dipergunakan untuk membedakan sudut
pandang. Pemertanyaan yang dimaksud adalah sebagai berikut;
 Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam ketiga atau pertama,
salah satu pelaku dengan “aku”, atau seperti tak seorangpun)?
 Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan, atau berganti-
ganti)?
 Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk menyampaikan
ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikiran, atau persepsi pengarang; kata-
kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)?
 Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat, jauh, atau
berganti-ganti).
 Selain itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran
cerita itu kepada pembaca: lebih bersifat penceritaan, telling, atau
penunjukan, showing, naratif, atau dramatik.
(sudut pandang yang dipahami oleh beberapa ahli)

2.2.1 Sudut Pandang Orang Ketiga (Author Participant)


Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang ketiga, gaya “dia”,
narator adalah sesorang yang berada diluar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh
cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya; ia, dia, mereka.

2.2.2 Sudut Pandang Pertama: “Aku” (Author Omniscient)


Dalam pengisahan cerita ia mempergunakan sudut pandang pertama, first-
person point of view, “aku”, jadi: gaya”aku” narator adalah seseorang ikut terlibat
dalam cerita (Burhan,1995: 262). Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah,
mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, self-consciousness, mengisahkan
peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan,
serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca.

3
Seperti yang ada pada novel Lengking Burung Kasuari karya Nunuk Y.
Kusmiana. “Aku memang terbiasa menyebutkan namaku selengkap-lengkapnya
kalu berkenalan dengan orang baru” (hal. 4). Dalam kutipan tersebut terlihat
tokoh utama adalah “aku”. Oleh karena itu, sudut pandang yang terdapat dalam
novel tersebut adalah sudut pandang pertama.

2.2.3 Sudut Pandang Campuran (Multiple)


Penggunaan sudut pandang dalam sebuah novel mungkin saja lebih satu
teknik. Pengarang dapat berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain
untuk sebuah cerita yang dituliskannya. Kesemuannya itu tergantung dari
kemauan dan kreatifitas pengarang, bagaimana mereka memanfaatkan berbagai
teknik yang ada demi tercapainya efektivitas penceritaan yang lebih, atau paling
tidak untuk mencari variasi penceritaan agar memberikan kesan lain. Penggunaan
sudut pandang yang bersifat campuran itu didalam sebuah novel, mungkin berupa
penggunaan sudut pandang ketiga dengan teknik “dia” mahatahu dan “dia”
sebagai pengamat, pertama dengan teknik “aku” sebagai tokoh utama dan “aku”
tambahan atau sebagai saksi, bahkan dapat berupa campuran antara pertama dan
ketiga, antara “aku” dan “dia” sekaligus.

2.3 Penerapan Sudut Pandang dalam Prosa Fiksi

2.3.1 Sudut Pandang Ketiga “Dia”


“Benar kamu tidak sama Hidayatun ?” Tiba-tiba ia tanyakan soal itu lagi, persis
sebelum kami berpisah. Wajahnya tampak sungguh-sungguh. Tapi, aku saat itu yakin
untuk kali kesekian, ia hanya meledekku. (Ikhwan, 2015: 204)
Dalam adegan percakapan antartokoh banyak terdapat penyebutan kata
“ia” ini menandakan sudut pandang orang ketiga “dia”. (beberapa contoh sudut
pandang)

2.3.2 Sudut Pandang Pertama: “Aku” (Author Omniscient)


Seperti yang ada pada novel Lengking Burung Kasuari karya Nunuk Y.
Kusmiana. “Aku memang terbiasa menyebutkan namaku selengkap-lengkapnya
kalu berkenalan dengan orang baru” (Kusmiana, 2017: 4). Dalam kutipan tersebut
terlihat tokoh utama adalah “aku”. Oleh karena itu, sudut pandang yang terdapat

4
dalam novel tersebut adalah sudut pandang pertama. (beberapa contoh sudut
pandang)

2.3.3 Sudut Pandang Campuran (Multiple)


Saya juga tidak pernah mempunyai nafsu meledak untuk mendekati mereka,
apalagi menggendongnya. Selanjutnya dia menyambung “Gairah seluruh keluarga saya
memang lemah. Kakak saya kawin dengan Munnir Jabbir, yaitu laki-laki yang memompa
perutnya. (Rafilus, 2017: 126) (beberapa contoh sudut pandang)

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Sudut pandang pengarang dalam berkarya atau membuat karya fiksi pada
umumnya adalah cara pengarang dalam mengambarkan ceritanya melalui tokoh
dengan menggunakan sudut pandang pengarang yang diterapkan kedalam tokoh
atau karya fiksi. Sudut pandan pengarang ada tiga yaitu Sudut Pandang Campuran
(Multiple), Sudut Pandang Pertama: “Aku” (Author Omniscient), Sudut Pandang
Orang Ketiga (Author Participant) yang memiliki fungsinya masing-masing untuk
mengkaji sebuah karya sastra. (Bahasa apa saja )

Daftar Pustaka

Abrams, M.H. A Gloossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and
Winston

Stevick, Philip (ed). 1967. The Teory of the Novel. New York: The Free Press.

Budi, Darma. 2017. Rafilus. Jakarta: Noura.

Mahfud, Ikhwan. 2015. Kambing dan Hujan. Jakarta: Bentang Pustaka.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

5
Sugiarti. 2016. Estetika Dalam Novel Jatisaba Karya Ramayda Akmal.
Kembara. Malang: Balai Bahasa Jawa Timur. Universitas
Muhammadiyah Malang.

Kusmiana, Nunuk Y. 2017. Lengking Burung Kasuari. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai