Oleh :
Michael Vanety
07031382025227
Semiotika Komunikasi
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
individu pada mata kuliah Semiotika Komunikasi. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang kepribadian bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ryan Adam, selaku dosen dari
mata kuliah Semiotika Komunikasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Michael Vanety
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
3.1 Kesimpulan................................................................................................7
3.2 Saran...........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra adalah penuangan ide – ide yang diimajinasikan menjadi teks
yang memiliki nilai – nilai etika dan estetika. Sehingga, orang yang menikmati karya
sastra akan merasa berada dalam lingkup kehidupan yang diciptakan karya sastra
tersebut. Pengarang menyampaikan permasalahan dan ide – ide melalui media bahasa
dan tanda – tanda lain. Setiap pengarang memiliki konvensi – konvensi (etika) yang
berbeda dalam proses kepengarangannya. Ada pengarang yang menitikberatkan
simbolisasi pada tokoh, penokohan, atau alur cerita tersebut, dan ada juga yang
memberikan penekanan simbolisasi pada judul karya sastra tersebut.
Dalam karya tulis ini akan dipaparkan mengenai Pendekatan Semiotik sastra
dan penerapannya pada puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan sajak
“Penerimaan” karya Chairil Anwar. Puisi ini lebih mudah dipahami karena
menggunakan konvensi yang berlaku secara umum dan dapat membantu pemahamn
mengenai semiotik sastra.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan semiotik?
2. Bagaimana analisis semiotik dalam karya sastra?
3. Bagaimanakah konvensi – konvensi untuk menelaah karya sastra dengan
pendekatan semiotik?
4. Bagaimana analisis puisi Padamu Jua karya Amir Hamzah dengan pendekatan
semiotik?
5. Bagaimana analisis puisi Penerimaan karya Chairil Anwar dengan pendekatan
semiotik?
C. Tujuan
Penulisan Dari pokok permasalahan dalam karya ini, maka tujuan penulisan
adalah:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan semiotik.
2. Memahami analisis semiotik dalam karya sastra.
3. Mengetahui konvensi – konvensi untuk menelaah karya sastra dengan pendekatan
semiotik.
4. Melakukan analisis Padamu Jua karya Amir Hamzah dengan pendekatan
semiotik.
5. Melakukan analisis Penerimaan karya Chairil Anwar dengan pendekatan semiot
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Semiotika
Dalam kata pengantar buku serba serbi semiotik, Panuti Sujiman dan Aart van
Zoes memberikan istilah semiotik yang berasal dari bahasa yunani “semion” yang
berarti “tanda”. Panuti dan Zoes berpendapat bahwa kehidupan dipenuhi dengan
tanda-tanda, seperti komunikasi, struktur bangunan, film, dan sebagainya terdapat
tanda. Ahli filsafat Amerika Charles Sanders Piece, menegaskan bahwa kita berfikir
dengan adanya tanda. (Sujiman dan Zoes,1992:viii).
Semiotik sastra adalah ilmu yang mengkaji tentang “tanda”, dan menganggap
karya sastra adalah sebagai suatu sistem yang padu (di dalam) dan memiliki konvensi
– konvensi (di luar) sebagai sistem. Pengarang melakukan komunikasi dengan
dirinya, karya sastra dan pembaca. Karya sastra secara jelas memiliki tanda yang
disampaikan membaca untuk dapat dipahami makna karya sastra tersebut. Bahasa
adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi yang disertai dengan
mimik, dan ekspresi serta intonasi dapat menentukan makna komunikasi tersebut.
Jadi, analisis semiotika atau disebut semiotik saja dapat dikatakan sebagai metode
pengkajian analisis “tanda” yang terdapat dalam karya sastra.
Analisis semiotik merupakan salah satu kritikan yang penting dan popular
dalam bidang bahasa dan kesusasteraan. Teori semiotik sebagaiamana yang yang
dikemukakan oleh beberapa orang tokoh seperti Fredinand de Saussure, Sander
Pierce, Micheal Riffaterre, Umbarto Eco, Jurij Lotman dan lain-lain. Analisis ini
menitikberatkan soal kebahasaan dengan penumpuan kepada mencari dan memahami
makna menerusi sistem lambang (sign) dan perlambangan dalam teks.
Asas kepada kritikan ini ialah kepercayaan bahawa makna bahasa ditandai
dengan sistem lambang dan perlambangan. Lambang dan perlambangan ini pula
mempunyai hubungan dengan psikologi manusia dalam sesebuah masyarakat. Makna
dalam teks dapat difahami dengan mentafsir lambang dan perlambangan yang hadir
dalam teks dan dihubungkan pula dengan penerimaan umum dalam sebuah
masyarakat. Semiotik mungkin bermula awal iaitu semenjak zaman Plato lagi.
Namun, untuk beberapa tempoh waktu, ianya tidak dipentingkan terutamanya dalam
era penolakan epistimologi teori ini. Walau bagaimanapun, selepas kurun ke-17,
Semiotik muncul semula dengan lebih bertenaga. Beberapa cadangan supaya kajian
secara mendalam tentang bahasa yang lebih sistematik perlu diwujudkan telah
disuarakan oleh ramai pemikir falsafah seperti Ferdinand de Saussure dan Charles
Sander Peirce.
Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda, tanda terdiri atas tiga
jenis. Jenis-jenis tanda tersebut adalah ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda
yang memperlihatkan adanya hubungan yang bersifat alami antara penanda dengan
petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan. Indeks adalah tanda yang
menunjukkan hubungan kausal (sebab-akibat) antara penanda dengan petandanya.
Simbol adalah tanda yang tidak memiliki hubungan alamiah antara penanda dengan
petandanya, melainkan hubungan yang ada bersifat arbitrer. Ketiga tanda tersebut
merupakan peralatan semiotik yang fundamental.
Dikemukakan oleh Riffaterre (1978:1) bahwa puisi itu dari dahulu hingga
sekarang selalu berubah karena evolusi selera dan konsep estetik yang selalu berubah
dari periode ke periode. Ia menganggap bahwa puisi adalah sebagai salah satu wujud
aktivitas bahasa. Puisi berbicara mengenai sesuatu hal dengan maksud yang lain.
Artinya, puisi berbicara secara tidak langsung sehingga bahasa yang digunakan pun
berbeda dari bahasa sehari-hari. Jadi, ketidaklangsungan ekspresi itu merupakan
konvensi sastra pada umumnya. Karya sastra itu merupakan ekspresi yang tidak
langsung, yaitu menyatakan pikiran atau gagasan secara tidak langsung, tetapi dengan
cara lain (Pradopo, 2010:124). Ketidaklangsungan ekspresi itu menurut Riffaterre
(1978:2) disebabkan oleh tiga hal, yaitu :
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila dasar
Sayang berulang paamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu~bukan giliranku
Matahari~bukan kawanku
(Berkenalan dengan puisi, 2002:199)
Puisi Padamu Jua terdiri dari 28 baris yang terbagi dalam tujuh bait,
tiap bait terdiri dari 4 baris. Puisi Padamu Jua ditinjau dari judulnya menggambarkan
tentang kembalinya seseorang yang telah lama meninggalkannya. Ketika pembaca
membaca judulnya akan terlintas minimal tentang sesuatu yang kembali. Ketika
memasuki isi, Padamu Jua merupakan gambaran tentang pengakuan dan pengaduan
antara aku (lirik) dengan engkau (lirik). Engkau (lirik) merupakan zat yang tak terlihat
tetapi keberadaannya sangat diakui, dalam hal ini zat Ilahiah. Hal ini disimbolkan
jelas pada bari ke-5 dan ke-6 : /Kaulah kendil kemerlap//Pelita jendela di malam
gelap/.
Dapat diartikan si aku lirik mengalami kegagalan dalam cinta. Namun cinta
disini tak dijelaskan kepada siapa. Apakah kepada wanita (jika si aku lirik adalah laki-
laki) atau kepada laki-laki (jika si aku lirik adalah wanita), cinta pada kerja, harta,
atau hal yang beersifat keduniaan.
Si aku lirik mengalami kerinduan dengan si engkau lirik ketika ia mengalami
kegagalan atau apa yang telah ia usahakan semua sirna, hilang dan terbang. /Satu
kekasihku//Aku manusia//Rindu rasa//Rindu rupa//Di mana engkau//Rupa
tiada//Suara sayup//Hanya kata merngkai hati/ merupakan senyum pengakuan si aku
lirik sebagai manusia bahwa kekasih sejati adalah engkau lirik, cinta yang
sesungguhnya hanya untuk engkau lirik. Kerinduan si aku lirik akan kehadiran engkau
lirik (Tuhan) dengan ayat-ayatnya (firman-Nya).
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu~bukan giliranku
Matahari~bukan kawanku
Memberikan makna bahwa si aku lirik menyadari dan pasrah menerima apa
yang telah diberikan oleh engkau lirik. Si aku tidak menyerah terhadap kegagalan
yang telah dialaminya. Tanda (~) /Lalu waktu~bukan giliranku/ merupakan
keinsyafan si aku akan nasib, kemudian juga pada /Matahari~bukan
kawanku/. Pemisahan kata /Mata/ dengan /hari/ memperjelas makna sebagai
keberuntungan, jalan, keberhasilan, dan kekuasaan.
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Si aku masih memberikan harapan kepada wanita, si aku apabila suatu saat ingin
kembali, si aku akan menerimanya. Si aku akan menerima wanita itu dengan sepenuh
hati. Si aku tidak akan mencari wanita lain sebagai pendamping hidupnya karena
masih menunggu wanitanya untuk kembali.
Si aku masih sendiri dan akan setia menunggu meskipun Si aku mengetahui jika
wanita yang dicinta dan ditunggunya itu sudah terjamah oleh pria lain atau dapat
dikatakan sudah tidak perawan. Hal ini digambarkan dengan kalimat “kutahu kau
bukan yang dulu lagi bak kembang sari sudah terbagi”. Kalimat ini menggunakan
majas metafora dengan menggambarkan wanita yang sudah tidak perawan dengan
kembang sari yang sudah terbagi.
Si aku masih memberi harapan kepada wanita si aku bila ingin kembali tidak usah
merasa malu untuk menemui aku. Tidak usah ada rasa takut untuk menemui si aku. Si
aku akan menerima wanita si aku dengan apa adanya. Jangan pernah mendua lagi,
wanita si aku hanya untuk si aku seorang. Bahkan dengan cermin pun si aku enggan
berbagi. Digambarkan dalam bait ke-5 yang berbunyi “sedangkan dengan cermin aku
enggan berbagi”. Dalam kalimat ini penyair menggunakan citraan penglihatan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis semiotik puisi Padamu Jua karya Amir Hamzah memiliki
tanda yang disampaikan untuk pembaca agar dapat dipahami maknanya. Puisi
tersebut sesungguhnya menyampaikan bahwa seseorang seharusnya senantiasa selalu
mengingat Tuhan dalam keadaan apapun dan bersyukur dengan apa yang telah
diberikan. Bukan hanya pada saat kita jatuh saja dan mensyukuri saat kita mengalami
keberuntungan. Karena sesungguhnya segala sesuatu telah ada yang mengaturnya dan
semua akan kembali kepada-Nya. Amir Hamzah memberikan pesan (ketidak
langsungan ekspresi) melalui media puisi dan kiasan kata yang memberikan
konkretisasi, kesatuan yang utuh dari tiap baris dan bait yang memberikan makna.
Dengan mengandaikan sebuah kehidupan si aku yang hancur dan kemudian insyaf.
Sesungguhnya semua itu mengharapkan manusia agar tidak lupa diri dan sombong
pada saat mengalami kejayaan, karena kehidupan itu akan terus berputar dan suatu
saat kejayaan itu akan mengalami kejatuhan, kenaasan.
B. SARAN
Analisis puisi secara semiotik adalah memburu tanda-tanda pada sebuah puisi
yang memungkinkan puisi mempunyai arti. Dengan demikian, untuk mengkaji puisi
secara semiotik disarankan untuk lebih teliti dalam membaca tanda-tanda pada sebuah
puisi.
DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik , dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Preminger, Alese (ed.) dkk. 1974. Princeton Encyclopedia of Poetry and Poetics. New
Jersey: Pringceton University Press.