Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEJARAH DAN TEORI SASTRA

MEMAHAMI KONSEP BEBERAPA PENDEKATAN DALAM


SATRA

KELOMPOK 8:

1. Juwita Sartika Dewi (201230069)


2. Khoirunnisa (201230038)
3. Yulia Nirmalasari (201230004)

Dosen Pengampu :

Juwati,M.Pd.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SATRA INDONESIA

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI LUBUK LINGGAU 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji Syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan
karunia-Nya lah. Kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “MEMAHAMI KONSEP BEBERAPA
PENDEKATAN DALAM SATRA” pada kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

!. Allah SWT atas terselesaikannya makalah ini.

2. Ibu Juwati,M.Pd. selaku dosen pengampu yang telah memberikan pengaarahan dan
dukungan.

3. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penulisan makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu

Namun tidak lepas dari semua itu, kami memnyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik bagi segi penyusun bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberikan saran dan keritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki
laporan makalah ini.

Lubuklinggau, 25 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1. Latar Belakang............................................................................................4
2. Rumusan Masalah.......................................................................................5
3. Tujuan..........................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................6
A. Hakikat Pendekatan.....................................................................................6
B. Pendekatan Dalam Sastra............................................................................6
BAB III........................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................12
1. Kesimpulan................................................................................................12
2. Saran..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Karya sastra merupakan komunikasi antara sastrawan dan pembacanya.
Bentuk komunikasi itu berupa karya sastra. Apa yang ingin di ungkakan
sastrawan kepada para pembacanya. Bentuk komunikasi ternyata melahirkan
berbagai kejadian dalam teori sastra. Setiap kajian itu ada yang
menitikberatkan kejadiannya pada diri sastrawan, ada juga yang
menitikberatkan kajiannya pada kesusastraan antara karya sastra dan alam
semesta.

Menurut Abrams (1976:6) di dalam komunikasi antara sastrawan dan


pembaca nya, ia mengemukakan situasi sastra secara menyeluruh (the total
situation of a work of art ) terdiri atas empat hal : 1. Karya sastra (work) , 2.
Sastrawan (artis) , 3. Semesta (universe) dan 4. Pembaca (audience).

Dari keempat hal itu – karya sastra , sastrawan , semesta, dan pembaca –
terdapat empat pendekatan dalam kajian sastra. Pendekatan sastra yang
menitikberatkan pada karya sastra disebut pendekatan objektif. Pendekatan
karya sastra yang menitikberatkan pada penulis disebut pendekatan ekspresif.
Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada kajian terhadap semesta
atau alam disebut pendekatan mimetik. Dan pendekatan kajian sastra yang
menitikberatkan pada pembaca disebut pendekatan pragmatik.

Dari keempat pendekatan kajian tersebut , dapat dirunut keberadaan


aliran-aliran kajian yang ada. Pendekatan kajian ekspresif, misalnya, tampak
menonjol pada kajian tentang psikologi pengarang dan sosiologi pengarang.
Pendekatan kajian objektif tampak menonjol pada kajian formalisme dan
strukturalisme. Selain itu, ada juga pendekatan yang lahir akibat
interdisipliner antara sastra dan ilmu lain, seperti munculnya sejarah sastra ,
sosiologis sastra, psikologi sastra , sastra religi , dan kajian sastra feminis.
Dari keempat pendekatan kajian itu akan dijelaskan lebih terperinci dalam
pembahasan berikutnya.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan sastra?
2. Apa saja pendekatan dalam sastra?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pendekatan sastra
2. Untuk mengetahui maksud dan tujuan pendektan sastra
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendekatan
Pendekatan adalah suatu metode atau cara sistematis untuk mendekati,
memahami, atau menangani suatu subjek atau masalah. Dalam berbagai konteks,
pendekatan memberikan kerangka kerja atau strategi untuk mencapai tujuan
tertentu atau mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu hal.
Pendekatan dalam konteks apapun mencakup cara mendekati atau memahami
suatu subjek. Dalam hal pendekatan sastra, ini berkaitan dengan cara
menganalisis, menginterpretasi, dan menghargai karya sastra. Pendekatan
tersebut mencakup penggunaan metode kritik dan alat analisis untuk
mengeksplorasi makna dan estetika dalam teks sastra.

Pendekatan sastra melibatkan analisis karya sastra untuk memahami makna,


gaya bahasa, dan konteks budaya yang melatarbelakanginya. Ini melibatkan
penelusuran aspek seperti tema, karakter, dan gaya penulisan untuk menggali
kedalaman dan kompleksitas karya sastra. Pendekatan sastra merujuk pada
metode atau cara mendekati analisis dan interpretasi karya sastra. Ini melibatkan
pemahaman mendalam terhadap unsur-unsur seperti tema, karakter, gaya bahasa,
dan konteks budaya dalam karya sastra. Pendekatan ini membantu
mengungkapkan makna yang terkandung dalam teks serta memahami
dampaknya terhadap pembaca dan masyarakat.

B. Pendekatan Dalam Sastra


Dalam konteks sastra, pendekatan merujuk pada metode analisis dan interpretasi
yang digunakan untuk memahami karya sastra. Ini mencakup pendekatan
formalistik, strukturalis, historis, psikoanalitis, atau kritik feminis, misalnya, yang
dapat digunakan untuk menyelidiki berbagai aspek karya sastra seperti gaya
bahasa, struktur naratif, dan konteks sejarah atau budaya. Pendekatan ini
membantu menggali makna mendalam dan nilai estetika dalam teks sastra.
Berikut pendekatan dalam sastra.

1. Pendekatan Mimetik
Pendekatan objektif ialah pendekatan karya sastra yang menitikberatkan
kajiannya pada karya sastra. Pembicaraan kesusastraan tidak akan ada bila
tidak ada karya sastra. Karya sastra menjadi sesuatu yang inti (Junus, 1985:2).
Di bidang ilmu sastra, penilaian yang menitikberatkan kajiannya pada karya
sastra di rintis oleh kelompok peneliti Rusia tahun 1915-1930. Mereka
biasanya disebut kaum formalis, dengan tokoh utama Roman Jakobson,
Shklovsky, Eichenbaum, dan Tyanjanov. Pada awalnya, para formalis
pertama-pertama ingin membebaskan ilmu sastra dari kungkungan ilmu-ilmu
lain , misalnya psikologi, sejarah, atau kebudayaan (Teeuw, 1984 : 128-129).

Karena tidak puas dengan cara kerja kritik spritualitas poetika Romantik,
kaum formalis Rusia mengusahakan pendekatan teori sastra dengan tujuan
untuk menggali apa yang secara khusus bersifat kesusastraan dalam berbagi
teks. Studi-studi formalis menjadi mantap sebelum Revolusi 1917. Kaum
formalis berpendapat bahwa kesusastraan sebagai satu pemakaian bahasa yang
khas mencapai perwujudannya lewat deviasi dan distori dari bahasa praktis.
Bahasa praktis digunakan untuk tindak komunikasi, sedangkan bahasa sastra
tidak mempunyai fungsi praktis. Kaum formalis memperkenalkan konsep
defamiliarisasi dan deotomatisasi (Selden, 1985: 8-11). Karya sastra
dipandang sebagai tanda, lepas dari fungsi refensial atau mimetiknya. Karya
sastra menjadi tanda yang otonom, yang berhubungan dengan kenyataan yang
bersifat tidak langsung. Konsep yang penting kaum formalis adalah konsep
dominan, ciri menonjol atau utama dalam sebuah karya sastra, misalnya rima,
matra, irama, aliterasi dan asonansi (Teeuw, 1984: 12-14).
Sebagai bentuk perkembangan formalisme dalam kajian sastra, muncul
kajian strukturalisme, kajian sastra harus berpusat pada karya sastra itu
sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai pencipta atau pembaca
sebagai penikmat. pengarang telah mati (Selden, 1985:2). Analisis struktural
bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, dan
semendalam mungkin berkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya
sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Dalam
pandangan struktural yang sebenarnya, tidak mungkin ada pembedaan bentuk
dan isi.

2. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra yang
menitikberatkan kajiannya pada ekspresi perasaan atau tempramen penulis
(Abrams, 1981:189). Pada abad ke-18 , pada masa Romantik , perhatian
terhadap sastrawan sebagai pencipta karya sastra menjadi dominan. Karya
sastra adalah anak kehidupan kreatif seorang penulis dan mengungkapkan
pribadi pengarang (Selden 1985-52). Karya sastra tidak akan hadir bila tidak
ada yang menciptakannya sehingga pencipta karya sastra sangat penting
kedudukannya (Junus,1985:2). Teeuw (1984) mengatakan bahwa karya sastra
tidak bias dikaji dengan mengabaikan kajian terhadap latar belakang sejarah
dan system sastra : semesta, pembaca, dan penulis. Informasi tentang penulis
memiliki peranan penting dalam kegiatan kajian dan apresiasi sastra. Ini
diarenakan karya sastra pada hakikatnya adalah tuangan pengalaman penulis
(Teeuw, 1984; Selden, 1985; Roekhan, 1995; Eneste, 1982). Dalam
pendekatan ini, penilaian terhadap karya seni ditekankan pada keaslian dan
kebaruan.

Pendekatan ekspresif juga merupakan pendekatan yang mendasarkan


pada pencipta atau pengarang karya sastra. Telaah dengan pendekatan
ekspresif ini menitik beratkan, misalnya, pada “the novelist, his imagina¬tion,
insight, and spontaneity” Lebih lanjut, Abrams menjelaskan: “This is based on
the ex¬pressive theory which considers a work of art as essentially the internal
made external, resulting from a creative process operating under the impulse
of feeling, and embodying the combined product of the novelist’s perceptions,
thoughts, and feelings. The primary source and subject matter of a novel
therefore are the attributes and actions of the novelist’s mind (Abrams,
1956:22). (Telaah ini didasarkan pada teori ekspresif yang memandang suatu
karya seni yang secara esensial sebagai dunia internal (pengarang) yang
terungkap sehingga menjadi dunia eksternal (berupa karya seni);
perwujudannya melalui proses kreatif, dengan titik tolak dorongan perasaan
pengarang; dan hasilnya adalah kombinasi antara persepsi, pikiran dan
perasaan pengarangnya. Sumber utama dan pokok masalah suatu novel,
misalnya, adalah sifat-sifat dan tindakan-tindakan yang berasal dari pemikiran
pengarangnya).

3. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang
menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima,
memahami, dan menghayati karya sastra. Pembaca sangat berperanan dalam
menentukan sebuah karya itu merupakan karya sastra atau bukan. Sadar atau
tidak, akhirnya karya sastra akan sampai juga kepada pembaca, ditujukan
kepada pembaca.

Sebagai sebuah keutuhan komunikasi sastrawan –karya sastra-pembaca,


maka pada hakikatnya karya yang tidak sampai ke tangan pembacanya,
bukanlah karya sastra (Siswanto dan Roekhan, 1991/1992:30). Karya sastra
tidak mempunyai keberadaan nyata sampai karya sastra itu dibaca.
Pembacalah yang menerapkan kode yang ditulis sastrawan untuk
menyampaikan pesan. (Selden, 1985:106-107). Horatius dalam Ars Poetica
(14 SM) menyatakan bahwa tujuan penyair ialah berguna member nikmat,
ataupun sekaligus mengatakan hal-hal yang enak dan berfaedah untuk
kehidupan. Horatius menggabungkan kata utile dan dulce, yang beramanfaat
dan yang enak, secara bersama-sama . Dari pendapatnya inilah awal
pendekatan pragmatik.

Tokoh yang menonjol dalam mengembangkan pendekatan pragmatik


adalah Wolfgang Iser dan Hans Robert Jausz sehingga dikenal adanya kajian
tentang resepsi sastra atau resepsi estetik (Junus, 1985). Selain itu, dikenal
juga tokoh lain, seperti Gerarld Prince, Husserl, Heidegger, Gadamer, Stanley
Fish, Michael Riffaterre, jonathan Culler, Norman Holland, dan David Bleich
(Selden, 1985). Resepsi sastra adalah kajian yang mempelajari bagaimana
pembaca memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga
dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya, baik tanggapan pasif
maupun aktif (Junus, 1985). Pentingnya peranan pembaca dalam memberikan
arti terhadap karya sastra dapat dilihat pada kenyataan bahwa karya yang
sama akan dimaknai secara berbeda oleh pembaca yang berbeda. (Junus,
1985).

4. Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif ialah pendekatan karya sastra yang menitikberatkan
kajiannya pada karya sastra. Pembicaraan kesusastraan tidak akan ada bila
tidak ada karya sastra. Karya sastra menjadi sesuatu yang inti (Junus, 1985:2).
Di bidang ilmu sastra, penilaian yang menitikberatkan kajiannya pada karya
sastra di rintis oleh kelompok peneliti Rusia tahun 1915-1930. Mereka
biasanya disebut kaum formalis, dengan tokoh utama Roman Jakobson,
Shklovsky, Eichenbaum, dan Tyanjanov. Pada awalnya, para formalis
pertama-pertama ingin membebaskan ilmu sastra dari kungkungan ilmu-ilmu
lain , misalnya psikologi, sejarah, atau kebudayaan (Teeuw, 1984 : 128-129).

Karena tidak puas dengan cara kerja kritik spritualitas poetika Romantik,
kaum formalis Rusia mengusahakan pendekatan teori sastra dengan tujuan
untuk menggali apa yang secara khusus bersifat kesusastraan dalam berbagi
teks. Studi-studi formalis menjadi mantap sebelum Revolusi 1917. Kaum
formalis berpendapat bahwa kesusastraan sebagai satu pemakaian bahasa yang
khas mencapai perwujudannya lewat deviasi dan distori dari bahasa praktis.
Bahasa praktis digunakan untuk tindak komunikasi, sedangkan bahasa sastra
tidak mempunyai fungsi praktis. Kaum formalis memperkenalkan konsep
defamiliarisasi dan deotomatisasi (Selden, 1985: 8-11). Karya sastra
dipandang sebagai tanda, lepas dari fungsi refensial atau mimetiknya. Karya
sastra menjadi tanda yang otonom, yang berhubungan dengan kenyataan yang
bersifat tidak langsung. Konsep yang penting kaum formalis adalah konsep
dominan, ciri menonjol atau utama dalam sebuah karya sastra, misalnya rima,
matra, irama, aliterasi dan asonansi (Teeuw, 1984: 12-14).

Sebagai bentuk perkembangan formalisme dalam kajian sastra, muncul


kajian strukturalisme, kajian sastra harus berpusat pada karya sastra itu
sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai pencipta atau pembaca
sebagai penikmat. pengarang telah mati (Selden, 1985:2). Analisis struktural
bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, dan
semendalam mungkin berkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya
sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Dalam
pandangan struktural yang sebenarnya, tidak mungkin ada pembedaan bentuk
dan isi.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dapat kami simpulkan beberapa hal pada materi ini. di antaranya
pembagian pendekatan sastra ada empat, antara lain : pendekatan ekspresif
yaitu pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada
ekspresi perasaan dan temprament penulis, pendekatan objektif yaitu
pendekatan sastra yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra,
pendekatan mimetik adalah pendekatan sastra yang menitikberatkan pada
kajiannya terhadap hubungan karya sastra yang kenyataannya di luar karya
sastra (meliputi imitasi dan realitas), pendekatan pragmatik adalah pendekatan
sastra yang menitikberatkan pada peranan pembaca dalam menerima,
memahami dan menghayati karya sastra, dan yang terakhir pendekatan
interdisipliner adalah pendekatan sastra yang menitikberatkan pada ilmu sastra
dengan ilmu lain. Misalnya , psikologi sastra, sosiologi sastra, sejarah sastra
dan pendidikan sastra.

2. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan - kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://anfaituazizah.blogspot.com/2012/03/makalah-sastra.html?m=1

https://harjonbasri.blogspot.com/2014/11/pendekatan-karya-sastra.html?m=1

https://staffnew.uny.ac.id/upload/132049472/pendidikan/materi-kuliah-pengantar-
ilmu-sastra-ii-pendekatan-dalam-pengkajian-sastra.pdf?shem=ssusxt

Anda mungkin juga menyukai