Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Teori Strukturalisme Sastra


Dosen Pengampu : Yeni Ratna Yuningsih S.Ag,M.A ,Ph.D

Disusun oleh :
Hada Fadillah :11210210000105
Faiq Izza Sabila : 11210210000123
Daniel Prasetyo: 11210210000112

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Nadzariyat Al-Adab
tentang Teori Strukturalisme Sastra.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Bahasa Indonesia tentang Perkembangan Bahasa
Indonesia ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 25 September 2022

2
DAFTAR ISI
Kata pengantar.........................................................................................................
Daftar isi.................................................................................................................
Bab I Pendahuluan..............................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.3. Tujuan.................................................................................................... 4
Bab II Pembahasan ..............................................................................................5
A. Teori Strukturalisme .......................................................................... 6
B. Konsep dasar Teori Strukturalisme...................................................... 10
C. Tokoh-Tokoh teori struktualisme……………..................................... 11
Bab III Penutup..................................................................................................13
Kesimpulan............................................................................................................ 14

Daftar Pustaka........................................................................................................ 115

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Strukturalisme adalah satu aliran filsafat yang muncul di Perancis. Istilah “strukturalisme
” sering membingungkan berbagai kalangan. Hal ini disebabkan istilah “struktur” sendiri banyak
digunakan dalam berbagai bidang atau disiplin begitu juga dengan istilah strukturalisme. Istilah
strukturalisme tidak hanya digunakan dalam bidang kesusastraan, tetapi juga dalam bidang-
bidang yang lain, seperti biologi, psikologi, sosiologi, sejarah, filsafat, bahasa atau linguistik, dan
disiplin ilmu yang lainnya. Menemukan paham atau asal-usul pemikiran strukturalisme juga akan
menemukan berbagai kesulitan sebab bapak strukturalisme itu sendiri adalah seorang antropolog.
Sebaliknya, sang bapak strukturalisme Claude Levi Strauss sendiri juga terpengaruh atau
menggunakan konsep dari bapak linguistik, yakni Ferdinan de Saussure, Lingkaran Linguistik
Praha, dan Formalisme Rusia. Strukturalisme sendiri mulai mendapat banyak perhatian sekitar
tahun 1960-an sebagai satu mode berpikir dalam bidang filsafat di Perancis.
Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang terutama
berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam pandangan ini karya
sastra di asumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang paling terkait satu sama lain.
Strukturalisme sebenarnya merupakan paham filsafat yang memandang dunia sebagai realitas
berstruktur.
Secara definitif strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu
sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya, di satu pihak antarhubungan unsur yang satu
dengan unsur yang lainnya, di pihak yang lain hubungan antara unsur (unsur) dengan
totalitasnya. Hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan,
kesesuaian, dan kesepahaman, tetapi juga negatif, seperti konflik dan pertentangan.
Strukturalisme formalis, lebih menekankan pada hipotesis-hipotesis yang telah dibangun
sebelumnya.
  Strukturalisme formalisme mempunyai tujuan pokok formalisme studi ilmiah yaitu studi
ilmiah yang mencakup tentang sastra dengan berbagai unsur unsur sebagai berikut :
(1) kesastraan Puitika, merupakan satra yang berbentuk sebuah puisi,
(2) asosiasi, merupakan pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau
kegiatan pancaindra,
(3) oposisi, merupakan pertentangan  antara dua unsur berbahasa untuk memperlihatkan
perbedaan.
Strukturalisme dinamik lebih merupakan pengembangan strukturalisme murni atau klasik.
Strukturalisme dinamik mengakui kesadaran subyektif dari pengaran, mengakui peran sejarah
serta lingkungan sosial. Perbedaan pokok antara strkturalisme genetik dan dinamik terletak pada
subyek yang diteliti. Strukturalisme dinamik lebih menekankan pada karya-karya masterpiece,
karya mainstream dan karya agung. Strukturalisme dinamik lebih fleksibel dalam menerapkan
4
teori penelitian. Teori yang dipakai biasanya merupakan gabungan sedikit-sedikit antara teori
satu dengan yang lain. Penelitian ini menolak asumsi-asumsi strukturalisme murni yang sangat
menolak kesadaran subjektif, takluk pada sistem, menolak historisme, mengidolakan sinkronik
dan anti humanisme. Atas dasar ini struktur dinamik justru mengenalkan penelitian sastra dalam
kaitannya dengan sistem tanda. Caranya adalah menggabungkan kajian otonom karya sastra dan
semiotik. Kajian otonom, dilakukan secara intrinsik dan kajian semiotik akan mempresentasikan
teks sastra sebagai ekspresi gagasan, pemikiran, dan cita-cita pengarang. Gagasan tersebut
dimanifestasikan dalam tanda-tanda khusus. Kepaduan antara struktur otonom dan tanda ini
merupakan wujud bahwa struktur karya sastra bersifat dinamik.
Menurut Endraswara (2013: 63) menyatakan bahwa :
penelitian strukturalisme dinamik mencakup dua hal yaitu: (1) membedah karya sastra yang
merupakan tampilan pikiran, pandangan, dan konsep dunia dari pengarang itu sendiri dengan
menggunakan bahasa sebagai tanda (ikonik, simbolik, dan indeksikal) dari beragam makna; (2)
analisis teks sastra yang berkaitan dengan pengarang dengan realitas lingkungannya.
Selain itu fokus penelitian strukturalisme dinamik yaitu : (1) agak sedikit terpengaruh
semiotik dan telaah (2) berhubungan sosiologi sastra. Hal ini berarti bahwa strukturalisme
dinamik agak sedikit mengalami “kekacauan”, dengan cara mencampuradukkan model penelitian
sastra.

B.     Rumusan Masalah

1. Pengertian Teori Strukturalisme


2. Konsep dasar Teori Strukturalisme
3. Tokoh Strukturalisme
4. Apa itu Strukturalisme Formalis,Genetik,Dinamik

C.     Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Teori Strukturalisme


2. Untuk Mengetahui Konsep dasar teori Strukturalisme
3. Untuk Mengetahui Tokoh Strukturalisme
4. Untuk Mengetahui Apa itu Strukturalisme Formalis,Genetik,Dinamik

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Strukturalisme
Teori Strukturalisme merupakan sebuah teori yang besar yang mempengaruhi hampir sebahagian
besar bidang ilmu.Teori Strukturalisme tumbuh dan terkenal di Perancis menerusi Claude ,
seorang ahli antropologi yang mengaplikasikan Strukturalisme Linguistik Saussure dalam
kajiannya terhadap fenomena mitos, perhubungan kekeluargaan dan peraturan permakanan
(K.M. Newton,1997: 83). Bagi Levi-Strauss apa yang penting dalam mitos bukanlah hubungan
diokranik, tetapi hubungan sinkriniknya (Mana Sikana,2005:20). Aspek penceritaan dan
pensejarahan mitos tidak penting, tetapi yang lebih pentingnya ialah susur galur hubungan yang
membentuk mitos itulah yang lebih dipentingkan.
Teori Strukturalisme berkembang luas dalam tahun 1960-an sebagai suatu usaha untuk
menerapkan kaedah dan wawasan Ferdinand de Saussure, pengasas linguistik modern kepada
kesusasteraan (Terrry Eagleton,1983:106) dan merupakan satu teori yang sangat berpengaruh
bagi menggantikan pandangan positivisme atau kaedah analisis yang berasaskan empirikal
(K.M.Newton,1997: 83). Saussure merupakan seorang ahli falsafah Swiss (1857-1913), percaya
bahawa bahasa mempunyai struktur dalamannya yang tersendiri dan mempunyai peraturan-
peraturan yang sistematik (Bressler Charles E, 1999:89).Peraturan-peraturan ini menguasai dan
menggerakkan semua aspek bagi bahasa termasuk bunyi-bunyi yang dikenalpasti sangat
bermakna, berbagai kombinasi bunyi yang membentuk perkataan dan bagaimana perkataan
dikendalikan untuk menghasilkan hubungan yang bermakna dalam bahasa yang disediakan.
Secara umumnya, teori Strukturalisme merupakan suatu percobaan untuk menerapkan teori
linguistik kepada objek-objek dan kegiatan-kegiatan lain, selain bahasa itu sendiri. Saussure
membezakan antara langue dan parole.Langue ialah aspek sosial bahasa, manakala parole ialah
realiti pengguna bahasa benar. Pemisahan dua istilah ini menjadi asas penting kepada semua
teori Strukturalisme yang terkemudian (Raman Selden & Peter Widdowson,1997: 67, Bressler
Charles.E.2000: 92).Berdasarkan pada pernyataan ini, maka teori Strukturalisme dapat difahami
sebagai teori yang menitikberatkan perkara-perkara dalaman (content) yang membentuk rangka
atau struktur sesebuah teks. Struktur sesebuah teks termasuklah tema, plot, perwatakan, bahasa,
latar dan sudut pandangan (Mana Sikana,1983: 82-83). Struktur ini adalah yang sangat biasa bagi
genre novel, cerpen dan drama.Bagi genre puisi terdapat unsur-unsur lain seperti rima, bentuk,
nada dan rangkap.Teori Strukturalisme tidak memberi perhatian pada pengarang atau apa-apa
juga aspek lain di luar teks. Makna teks sepenuhnya terletak pada keseluruhan sistem dan
struktur teks itu sendiri.Oleh kerana itu, pembaca tidak terpengaruh dengan aspek-aspek
kontekstual dalam mencari dan merumuskan makna dalam teks, termasuk pengarang teks itu
sendiri.

6
Sejarah Strukturalisme
Teori strukturalisme memiliki latar belakang sejarah evolusi yang cukup panjang 
dan berkembang secara dinamis.Strukturalisme menentang teori mimetic (yang berpandangan
bahwa karya sastra adalah tiruan kenyataan), teori ekspresif (yang menganggap sastra pertama-
tama sebagai ungkapan perasaan dan watak pengarang), dan menentang teori-teoriyang dianggap
satra sebagai media komunikasi antara pengarang dan pembacanya. Dalam perkembangannya,
terdapat  banyak konsep dan istilah yang berbeda, bahkan saling bertentangan. Misalnya
strukturalisme perancis yang terutama diwakili oleh Roland Barthes dan Julia Kristeva,
mengembangkan seni penafsiran structural berdasarkan kode-kode bahasa teks sastra.melalui
kode bahasa itu, diungkap kode-kode reptorika, psikoanalitis, sosiokultural. Mereka
menekankan  bahwa sebuah karya sastra harus di pandang secara otonom.   Puisi khususnya dan
sastra umumnya  harus diteliti secara objektif (yakni aspek intrisiknya). keindahan sastra terletak
pada penggunaan bahasa yang khas yang mengandung efek-efek estetik. Aspek-aspek ekstrisik
seperti idiologi, moral, sosiokultural, psikologi, dan agama tidaklah indah pada dirinya sendiri
melainkan karena dituangkan dalam cara tertentu melalui sarana bahasa puitik.

     Pembagian Teori Strukturalisme


Dengan adanya perbedaan pendapat dalam teori  strukturalisme sendiri dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu strukturalisme formalis , strukturalisme genetik, strukturalisme dinamik yang pada
dasarnya secara global strukturalisme menganut paham penulis paris yang dikembangkan oleh
Ferdinand de Sausessure, yang memunculkan konsep bentuk dan makna ( sign and meaning). 
a. Strukturalisme Formalis
Istilah Formalisme (dari kata Latin forma yang berarti bentuk, wujud) berarti cara pendekatan
dalam ilmu dan kritik sastra yang mengesampingkan data biografis, psikologis,
ideologis, sosiologis dan mengarahkan perhatian pada bentuk karya sastra itu sendiri. Para
Formalis meletakkan perhatiannya pada ciri khas yang membedakan sastra dari ungkapan bahasa
lainnya. Istilah Strukturalisme acap kali digunakan pula untuk menyebut model pendekatan ini
karena mereka memandang karya sastra sebagai suatu keseluruhan struktur yang utuh dan
otonom berdasarkan paradigma struktur kebahasaannya. Tokoh; Kaum Formalis Rusia tahun
1915-1930 dengan tokoh-tokohnya seperti Roman Jakobson, Rene Wellek, Sjklovsky,
Eichenhaum, dan Tynjanov .Rene Wellek dan Roman Jakobson beremigrasi ke Amerika
Serikat .
Sumbangan penting kaum formalis bagi ilmu sastra adalah secara prinsip mereka mengarahkan
perhatian kita kepada unsur-unsur kesastraan dan fungsi puitik. Sampai sekarang masih banyak
dipergunakan istilah teori sastra dan analisis sastra yang berasal dari kaum Formalis. Karya
sastra merupakan sesuatu yang otonom atau berdiri sendiri .Karya sastra merupakan sebuah
7
struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun karya sastra.Makna sebuah karya sastra hanya
dapat diungkapkan atas jalinan atau keterpaduan antar unsur .

Menurut Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna


Sebagai teori modern mengenai sastra, secara historis kelahiran formalisme dipicu oleh
paling sedikit tiga faktor, sebagai berikut :
1.      Formalisme lahir sebagai akibat penolakannya terhadap paradigma positivisme abad ke-19 yang
memegang teguh prinsip – prinsip kausalitas, dalam hubungan ini sebagai reaksi terhadap studi
biografi.
2.      Kecenderungan yang terjadi dalam ilmu humaniora, di mana terjadinya pergesran dari paradigm
diakronis ke sinkronis.
3.      Penolakan terhadap pendekatan tradisional yang selalu memberikan perhatian terhadap
hubungan karya sastra dengan sejarah, sosiologi, dan psikologi.
Strukturalisme formalis, lebih menekankan pada hipotesis-hipotesis yang telah dibangun
sebelumnya. Fokus analisis adalah pada efek-efek estetik yang dihasilkan oleh sarana-sarana
sastra, dan bagaimana kesastraan dibedakan dengan serta dihubungkan dengan ekstra sastra.
Dalam kaitan sarana estetis dipahami sebagaimana sarana ungkapan gagasan manusia kedalam
bentuk khusus. tujuan pokok formalisme studi ilmiah yaitu studi ilmiah yang mencakup tentang
sastra dengan berbagai unsur unsur sebagai berikut :
1.      kesastraan Puitika, merupakan sastra yang berbentuk sebuah puisi,
2.      asosiasi, merupakan pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau
kegiatan pancaindra,
3.      oposisi, merupakan pertentangan  antara dua unsur berbahasa untuk memperlihatkan perbedaan.

b.  Strukturalisme Dinamik
Secara Etimologis struktur berasal dari kata Structure, bahasa latin yang berarti bentuk atau
bangunan. Struktur berasal dari kata Structura (Latin) = bentuk, bangunan (kata benda). System
(Latin)= cara (kata kerja). asal usul strukturalis dapat dilacak dengan Poetica  Aristoteles, dalam
kaitannya dengan tragedi, lebih khusus lagi dalam pembicaraannya mengenai plot. Plot memiliki
ciri-ciri: kesatuan, keseluruhan, kebulatan, dan keterjalinan (Teeuw, 1988: 121-134).
      Selama 25 abad terjadi perubahan paradigma yang sangat mendasar, yaitu dengan
memberikan prioritas terhadap karya sastra, yang diawali oleh:
1.      Formalisme Rusia (1915 – 1930)
2.      Strukturalisme Praha (1930-an)
3.       Kritik baru di Amerika Serikat (1940-an)
4.       Strukturalisme Baru di Rusia (1960-an)

8
Strukturalisme Inggris, gerakan otonomi di Jerman, Strukturalisme di Belanda, dan
Strukturalisme di Indonesia melalui kelompok Rawamangun (1960-an).
Menurut Mukarovsky dalam (Rene Wellek, 1970: 275-276), sejarah Strukturalisme mulai
diperkenalkan tahun 1934, tidak menggunakan nama metode atau teori sebab di satu pihak, teori
berarti bidang ilmu pengetahuan tertentu, di pihak yang lain, metode berarti prosedur ilmiah
yang relativ baik. Sebagai sudut pandang epistimologi, sebagian sistem tertentu dengan
mekanisme antarhubungannya.

Strukturalisme dinamik merupakan pengembangan strukturalisme murni atau klasik juga.

Menurut Sayuti dalam Endraswara (1994:89)


“...Peneliti strukturalisme dinamik sekurang kurangnya memiliki dua tugas
yaitu: (1) Menjelaskan karya sastra sebagai struktur berdasarkan unsur-unsur
membentuknya. (2) Menjelaskan kaitan antara pengarang, realitas, karya sastra dan pembaca.
Strukturalisme dinamik lebih fleksikbel dalam menerapkan teori penelitian. Teori yang di
pakai biasanya merupakan gabungan sedikit sedikit antara teori satu dengan yang lain.
Kedinamisan kajian struktur sastra tersebut, disebabkan oleh kreatifitas pembaca. Pembaca
adalah makhluk yang mampu masuk kedalam ruang dan pemberi tanda yang bermakna.
Biasanya strukuralisme dinamik, mencakup dua hal yaitu:
1.      membedah karya sastra yang merupakan tampilan pikiran, pandangan, dan konsep dunia dan
pengarang itu sendiri enggan menggunakan bahasa sebagai tanda (ikonik, simbolik, dan
indeksikal) dari beragam makna,
2.      analisis teks sastra yang berkaitan dengan pengarang dengan realitas lingkunganya.
Strukturalisme dinamis meliputi unsur instrinsik dan ekstrinsik, unsur instrinsik meliputi :
Tema, alur, penokohan, sudut pandang, latar/setting, gaya bahasa, dan amanat. Unsur ekstrinsik
meliputi : latar belakang pengarang, nilai moral, nilai agama, dan nilai budaya.

c.  Strukturalisme Genetik
Merupakan jembatan penghubung antara teori struktural formalis dan teori
semiotik( mengaitkan dengan asal-usul teks) tetapi penekanannya berbeda, Struktural Dinamik
menekankan pada struktur, tanda, dan realitas. Tokoh-tokohnya : Julia Cristeva dan Roland
Bartes (Strukturalisme Prancis).
Strukturalisme genetik adalah cabang penelitian dalam karya sastra yang tidak meninggalkan
faktor genetik atau asal-usul diciptakannya sebuah karya yaitu unsur sosial. Strukturalisme
genetik merupakan penelitian sosiologi sastra. Yoseph Yopi Taum 1997: 47 menyatakan bahwa
sosiologi sastra sebagai suatu jenis pendekatan terhadap sastra memiliki paradigma dengan
asumsi dan implikasi epistemologis yang berbeda daripada yang telah digariskan oleh teori sastra
berdasarkan prinsip otonomi sastra. Penelitian-penelitian sosiologi sastra menghasilkan
pandangan bahwa karya sastra adalah ekspresi dan bagian dari masyarakat.
9
Karya sastra memiliki keterkaitan dengan jaringan-jaringan sistem dan nilai dalam suatu
masyarakat. Berkaitan dengan hal di atas dalam menelaah hubungan antara sastra dengan
masyarakat Watt dalam Sapardi Djoko Damono, 2000: 12-13 mengungkapkan bahwa ada tiga
hal yang dapat diteliti.
Ketiga hal tersebut meliputi, pertama, sosiologi pengarang memfokuskan perhatiannya pada
latar 15 commit to user 16 belakang sosial pengarang, sumber ekonomi pengarang, ideologi
pengarang dan integrasi sosial pengarang, sosiologi karya serta sosiologi pembaca. Kedua,
sosiologi karya sastra menitikberatkan perhatiannya terhadap isi teks karya sastra, tujuan karya
sastra dan masalah sosial yang terdapat dalam karya sastra. Ketiga, sosiologi pembaca
memfokuskan perhatiannya pada latar sosial pembaca, dampak sosial karya sastra terhadap
pembaca dan perkembangan sosial pembaca.
Kajian sosiologi sastra merupakan upaya melihat fenomena sosial secara empiris dengan
menggunakan teks sastra sebagai cermin fakta sosial. Meski demikian, sastra bukanlah fakta
sosial itu sendiri. Mengenai hal ini Max Weber dalam Wellek dan Austin Warren, 1993: 124
mengungkapkan bahwa gejala- gejala sosial dalam sastra bukanlah fakta objektif dan pola
perilaku, tetapi merupakan sikap yang kompleks. Jadi, teks karya sastra yang ditulis pengarang
bukanlah suatu peristiwa yang langsung terjadi di tengah masyarakat, tetapi pengarang
memproses ide yang diperolehnya dengan imajinasinya sehingga isi karya sastra menarik untuk
dipahami. Hippolyte Taine dalam Yoseph Yapi Taum, 1997: 49 mengemukakan bahwa karya
sastra dapat dijelaskan menurut tiga faktor, yakni ras, saat moment dan lingkungan milieu.
Ketiga hal tersebut mengantarkan pemahaman terhadap iklim suatu kebudayaan yang
melahirkan seorang pengarang yang selanjutnya diwujudkan dalam karya sastra. Ras adalah
sesuatu yang diwaris dalam jiwa dan raga seseorang. Saat moment adalah situasi sosial politik
pada suatu periode tertentu. Lingkungan milieu meliputi keadaan alam, iklim dan sosial. Konsep-
konsep tersebut kemudian dikembangkan lebih sistematis dan ilmiah oleh Goldmann dengan
pendekatan strukturalisme genetik Sapardi Djoko commit to user 17 Damono, 1979: 41.
Strukturalisme genetik sebagai salah satu teori penelitian sosiologi sastra bertumpu pada
sosiologi teks dan sosiologi pengarang. Penelitian dengan strukturalisme genetik hendak
mengungkap masalah sosial dalam teks dan integrasi sosial pengarang dalam masyarakatnya
yang tercermin dalam teks. Oleh karena itu, penelitian dengan pendekatan strukturalisme genetik
selalu mengaitkan antara karya sastra, pengarang sebagai penghasil karya, dan masyarakat
pengarang yang dianggap mampu mengondisikan pengarang untuk menulis novel.
Karya sastra bersumber dari kehidupan masyarakat dalam konfigurasi status dan peranan
yang terbentuk struktur sosial serta dengan sendirinya menerima berbagai pengaruh sosial.
Adanya perangkat peralatan sastra dan kapasitas regulasi diri dalam struktur intrinsiknya, karya
sastra secara independen mampu membebaskan diri.
Secara definisi, Goldmann dalam Faruk, 1999: 13 menjelaskan bahwa strukturalisme genetik
adalah teori sastra yang berkeyakinan bahwa karya sastra semata-mata merupakan suatu struktur
statis dan lahir dengan sendirinya. Karya sastra oleh struktur katalogis pikiran subjek
penciptanya atau subjek kolektif tertentu yang terbangun akibat interaksi antara subjek itu
10
dengan situasi sosial dan commit to user 18 ekonomi tertentu. Pemahaman struktur karya sastra
harus mempertimbangkan faktor-faktor sosial yang melahirkannya dan sekaligus memberikan
kepaduan struktur karya sastra.
Hubungan manusia dalam lingkungannya menurut Goldmann termanifestasi dalam tiga ciri
utama perilaku manusia: pertama, adanya tendensi manusia untuk beradaptasi dengan
lingkungannya agar lebih bermakna. Kedua, adanya tendensi ka arah konsistensi menyeluruh dan
penciptaan bentuk-bentuk struktural. Ketiga, adanya tendensi mengubah dan mengembangkan
struktur tersebut sebagai bukti sifat-sifat dinamik Goldmann, 1970: 118-119. Pendekatan
strukturalisme genetik dikembangkan atas dasar penolakan terhadap analisis strukturalisme
murni, analisis terhadap unsur-unsur intrinsik.
Strukturalisme genetik ditemukan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog
Rumania-Perancis. Secara definitif strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan
memberikan perhatian terhadap asal-usul karya. Secara ringkas berarti bahwa pendekatan
strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis secara intrinsik dan
ekstrinsik Nyoman Kutha Ratna, 2006: 121-123. Pendekatan strukturalisme genetik adalah
bagian dari kajian sosiologi sastra yang mengkaji karya sastra berdasarkan struktur luar karya
sastra. Hadirnya teori Lucien Goldmann berupa pendekatan strukturalisme genetik untuk
mengkaji unsur dalam dan unsur di luar karya sastra.
. Suwardi Endraswara 2003: 55-56 mengemukakan bahwa pendekatan strukturalisme genetik
adalah cabang penelitian sastra struktural yang tidak murni. Strukturalisme genetik merupakan
penggabungan antara struktural dengan metode penelitian sebelumnya. Dalam beberapa analisis
novel, Goldmann selalu menekankan latar belakang sejarah karya sastra, di samping memiliki
unsur otonom juga tidak bisa lepas dari unsur ekstrinsik. sastra, baik itu unsur intrinsik maupun
ekstrinsiknya, masing- masing tidak dapat bekerja sendiri untuk menciptakan sebuah karya yang
bernilai tinggi. Semua unsurnya harus melebur menjadi satu untuk mencapai totalitas makna.
Goldmann membangun seperangkat kategori yang saling bertalian satu sama lain untuk
menopang teori tersebut sehingga membentuk apa yang disebutnya sebagai strukturalisme
genetik. Kategori-kategori itu adalah a struktur karya sastra b fakta kemanusiaan, c subjek
kolektif, d pandangan dunia pengarang dan e pemahaman-penjelasan dan keseluruhan-bagian.
B. Konsep dasar Teori Strukturalisme
Menurut Yoseph( 1997; 37- 40) menjelaskan teori strukturalisme sastra menganggap karya
sastra sebagai “artefak”(benda seni) maka realisi-realiasi structural sebuah karya sastra hanya
dapat dipahami dalam relasi unsur-unsur artefak itu sendiri.Jika dicermati, sebuah teks sastra
terdiri dari komponen-komponen seperti; ide, tema, amanat. latar, watak dan perwatakan,
insiden, plot, dan gaya bahasa.
Komponen-komponen tersebut memiliki perbedaan aksentuasi pada berbagai teks
sastra.strukturalisme sastra memberi keluasaan kepada peneliti sastra untuk menerapkan
komponen-komponen mana yang akan mendapat prioritas signifikan. Keluasan ini tetap harus
dibatasi, yakni sejauh komponen-komponen itu terserat dalam teks itu sendiri.Jadi teks satra
berfungsi mengontrol objektifitas dan validitas hasil penelitian sastra.Prosedur ilmiah ini
11
menetapkan teori strukturalisme sastra berkembang dengan baik, pesat, dan diterima dalam
kalangan luas.
Menurut Abrams(dalam Pradopo: 140-141) bahwa ada empat pendekatan terhadap karya
sastra, yaitu pendekatan (1) mimetik yang menganggap karya sastra sebagai tiruan alam
(kehidupan) (2) pendekatan pragmatik yang menganggap karya sastra itu adalah alat untuk
mencapai tujuan tertentu, (3) pendekatan ekspresif yang menganggap karya sastra sebagai
ekspresi perasaan, pikiran, dan pengalaman penyair, (4) pendekatan obyektif yang menganggap
karya sastra sebagai suatu otonom, terlepas dari alam sekitarnya, pembaca, dan pengarang.
Menurut Zulfahnur (1997: 146-147) Struktural mempunyai konsep sebagai berikut:
a.       Memberi penilaian terhadap keharmonisan semua komponen yang membentuk
keseluruhan struktur dengan menjalin hubungan antara komponen tersebut sehingga menjadi
suatu keseluruhan yang bermakna dan bernilai estetik.
b.      Memberikan penilaian terhadap hubungan harmonis antara isi dan bentuk, karena jalinan
isi dan bentuk merupakan hal yang sama penting dalam menentukan mutu sebuah karya sastra.
Adapun unsur-unsur strukturalisme ada tiga pokok jenis karya sastra adalah; (a) dalam
Prosa terdiri tema, peristiwa/kejadian, latar/setting, penokohan/perwatakan, alur/plot, sudut
padang, dan gaya bahasa. (b) Dalam Puisi  terdiri dari tema, stilitika/gaya bahasa, imajinasi/daya
bayang, rime/irama, rima/persajakan, diksi/pilihaan kata, simbol, nada. (c) Sedangkan pada
Drama (drama teks) terdiri; tema, dialog, peristiwa/kejadian, latar/setting,
penokohan/perwatakan, alur/plot dan gaya bahasa.

Adapun tujuan teori strukturalime ini meliputi;


a.       sebagai aktivitas yang bersifat inteltual, bertujuan menjelaskan eksplikasi     tekstual;
b.      sebagai metode ilmiah, teori ini memiliki  cara kerja teknis dan rangkaian
langkah-   langkah yang tertib untuk mencapai simpulan yang valid;
c.       sebagai pengetahuan, teori ini dapat dipelajari dan dipahami secara umum dan luas dan
dapat di buktikan kebenaran cara kerja secara cermat.

C. Tokoh-Tokoh teori struktualisme


Berikut adalah beberapa Tokoh-tokoh penting yang memiliki kontribusi dalam perkembangan
Strukturalisme. Mari kita bahas satu persatu.

1. Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure merupakan salah seorang linguis dari Swiss yang dipandang sebagai salah
satu bapak Linguistik dan simiotika modern. Beliau lahir di Jenewa 26 November 1857 dan
meninggal pada 22 Februari 1913 di Vufflens-le- Chateau, Swiss. 
12
Ferdinand de Saussure juga dikenal sebagai penemu struktur bahasa (linguistik). Ferdinand de
Saussure berargumen untuk mengalahkan para sejarawan yang memakai pendekatan Filologi,
maka Ferdinand de Saussure menganjurkan pendekatan Ilmiah dengan melalui sistem yang
terdiri dari elemen dan peraturannya dalam pembuatan yang bertujuan menolong komunikasi
dalam masyarakat. Sebab Ferdinand de Saussure memandang komunikasi sebagai lumbung dari
tanda-tanda wacana yang diberikan oleh sebuah komunitas.
Selebihnya bahasa buat Ferdinand de Saussure merupakan interpretasi utama dunia dan
menuntut suatu ilmu yang disebut, Semiologi atau ilmu ketandaan ( Studi Semiotik), dimana
ilmu ini adalah studi tentang makna keputusan, yang termasuk studi tentang tanda-tanda dan
proses tanda seperti, indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna dan
komunikasi.

2. Claude Levi-Strauss
Claude Levi-Strauss merupakan bapak Antropologi Modern, yang lahir pada 28 November 1908
di Prancis dan meninggal pada tanggal 30 Oktober 2009, di usianya yang memasuki 100 tahun.
Claude Levi-Strauss berpendapat bahwa pemikiran primitif memiliki struktur yang sama dengan
pemikiran yang beradab dan bahwa ciri-ciri manusia sama dimana saja.
Pengamatannya ini terdapat dalam bukunya yang berjudul Tristes Tropiques, dan memiliki
metode yang serempak yaitu Antropologi dan Linguistik, unsur-unsur yang di fokuskan adalah
mengenai mitos, adat istiadat dan masyarakat itu sendiri. 
Dalam proses analisisnya, manusia dipandang sebagai suatu porsi dari struktur yang tidak
dikonstitusikan oleh analisis itu, melainkan di larutkan dengan analisis tersebut. Sebab
perubahan penekanan dari manusia ke Struktur merupakan ciri umum pemikiran struktutalis.

3. Jacques Lacan
Jasques Marie-Emile Lacan adalah psikoanalis terkenal yang lahir di Prancis pada 13 Apri 1901
dan meninggal dunia pada 9 September 1981 di usianya yang ke 80 tahun .
Dalam psikologinya, Lacan mengembangkan psikoanalis Sigmund Freud berbasis Semiologi
dengan bantuan model Linguistik dari Ferdinand de Saussure dan Levi de Strauss untuk
pendapat dengan bahasa dan argumen sebagai sebuah tatanan kode, bahasa dalam percakapan
yang dapat mengungkapkan ketidaksadaran antar psikolog dan orang atau pasien, karena bahasa
selalu bergerak dan dinamis, termasuk metafora, metonomi, kondensasi serta pergeseranya. 
Maka percakapan menurutnya merupakan seuntai rantai yang mengungkapkan penanda-penanda
seperti, mimpi, gejala neurosis, salah tindakan dan lainnya.

4. Paul Michel Foucault


Foucault merupakan filsuf yang lahir di Prancis tepatnya di Poitiers 15 Oktober 1926 dan
menghembuskan nafas terakhirnya di Paris, 25 Juni 1984 pada usia 57 tahun. Selebihnya Michel
Foucault, merupakan filsuf yang disebut sebagai pemikir Post-Strukturalisme dan
Postmodernisme, walaupun Foucault selalu menolak lebelitas itu dan lebih memilih sebagai
sejarah kritis modernitas. 
13
Pemikiran Strukturalisme Foucault lebih mengarah pada filsafat, dengan mengatakan bahwa
Strukturalisme modern atau Post-Strukturalisme dalam bidang filsafat adalah dengan mendekati
subjektivitas dari generasi dalam wacana epestemik dari tiruan maupun pengungkapannya.

5. Roland Gerard Barthes

Roland Gerard Barthes merupakan seorang sastra teori, filsuf, Kritikus dan semiotika, yang
lahir di Prancis pada tanggal 12 November 1915 dan meninggal dunia pada 26 Maret 1980.
Pandangannya dalam Strukturalisme dikenal dengan fokusnya mengembangkan dan
memperluaskan bidang semiotika melalui analisis berbagai sistem tanda, terutama yang berasal
dari budaya populer barat. Dan dari pengembangan studi tentang tanda-tanda ini berguna dalam
introgasi untuk menunjukkan penipuan dari suatu hal. 
Seperti dalam bukunya yang berjudul The Fashion System, Barthes menunjukkan bagaimana
pemalsuan tanda dapat dengan mudah diterjemahkan ke dalam kata-kata dan dalam karyanya ini,
Barthes juga menjelaskan bagaimana dalam dunia mode kata apapun bisa sarat dengan
penekanan borjuis yang idealis.
Roland Barthes juga menerapkan analisis Strukturalis pada kritik sastra dengan menganggap
berbagai macam ekspresi atau analisis bahasa sebagai bahasa yang berbeda-beda. Dan tugas
kritik sastra adalah terjemahan, yaitu mengekspresikan sistem formal yang telah dibentangkan
penulisnya dengan suatu bahasa. Meskipun hal ini terikat dengan kondisi zamannya.

14
Kesimpulan
Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra
yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Unsur-unsur teks secara berdiri
sendiri tidaklah penting. Unsur-unsur itu hanya memperoleh artinya di dalam relasi, baik
relasi asosiasi ataupun relasi oposisi. Relasi-relasi yang dipelajari dapat berkaitan dengan
mikroteks (kata, kalimat), keseluruhan yang lebih luas (bait, bab), maupun intertekstual (karya-
karya lain dalam periode tertentu). Relasi tersebut dapat berwujud ulangan, gradasi,
ataupunkontrasdanparody(Hartoko,1986:135-136).
Istilah kritik strukturalisme secara khusus mengacu kepada praktik kritik sastra yang
mendasarkan model analisisnya pada teori linguistik modern.tetapi umumnya strukturalisme
mengacu kepada sekelompok penulis di Paris yang menerapkan metode dan istilah-istilah
analisis yang dikembangkan oleh Ferdinan de Saussure (Abrams, 1981: 188-190). Strukturalisme
menentang teori mimetik, yang berpandangan bahwa karya sastra adalah ( tiruan kenyataan),
teori ekspresif, yang menganggap sastra pertama-tama sebagai ungkapan perasaan dan watak
pengarang, dan menentang teori-teori yang menganggap sastra sebagai media komunikasi antara
pengarang danpembacanya.Namun, begitulah.kebenaran ilmu pengetahuan tentu tidaklah bersifat
mutlak. Ilmu pengetahuan bukanlah wahyu Tuhan yang kebenarannya tidak dapat ditawar-tawar
lagi.Teori sastra adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang kebenarannya tidak bersifat mutlak
itu.Oleh karena itu, selalu tersedia ruang kosong dari setiap teori sastra yang dapat diisi oleh
siapa pun yang mempelajarinya.Ruang kosong itu terbuka bagi setiap orang untuk mengkritisi
teori yangdipelajarinya.
 Daftar Pustaka

Teeuw,A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka
                    Jaya- Giri Mukti Pustaka
Tuam,Yoseph Yapi. 1997.  Pengantar Teori Sastra. Bogor: Nusa Indah
                  Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Edisi Ketiga.
                   Jakarta: PT.   Gramedia.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1993.  Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik,
                    dan Penerapannya.  Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ratna,Nyoman. 2009. Teori,Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
                    Pustaka pelajar
Salden, Rahman.1991. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta:
                    Gajah Mada
‘Teori dan Apresiasi Sastra". Jakarta: Erlangga

15
https://www.atomenulis.com/2021/01/5-tokoh-pemikir-aliran-filsafat.html?m=1
https://text-id.123dok.com/document/lq5rm563z-pengertian-pendekatan-strukturalisme-
genetik.html

16

Anda mungkin juga menyukai