Anda di halaman 1dari 21

TEORI STRUKTURALISME LEVI-STRAUSS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Teori Sastra
yang diampu oleh Ibu Dr. Else Liliani, S. S., M. Hum

Oleh:
Polina Sushina (21215259001)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa segala
rahmat serta hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Teori Strukturalisme Levi-Strauss”. Makalah tersebut ditulis untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Sastra yang diampu oleh Ibu Dr. Else
Liliani, S. S., M. Hum. Tujuan makalah ini adalah menguraikan aspek teori
analisis strukturalisme Levi-Strauss serta memberi contoh terapan teori tersebut
dalam pendekatan analisis sastra.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik waktu, tenaga, dan pikiran
dalam penyusunan makalah ini. Penulis sangat berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Penulis
menyadari bahwa ada banyak kekurangan dalam makalah ini. Kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis menyambut baik kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.

Yogyakarta, 2022
Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………………....i

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………..….ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..iii

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………...4
Latar Belakang…………………………………………………………………………………...5
Rumusan Masalah………………………………………………………………………………..5
Tujuan …………………………………………………………………………………………...5

BAB II ISI………………………………………………………………………………………...…6
A. Latar belakang Levi-Strauss…………………………………………………………………6
B. Hakikat Teori Strukturalisme Levi-Strauss………………………………………………….7
C. Kritik terhadap Strukturalisme Levi-Strauss…………………………………………….....12
D. Terapan Teori Strukturalisme Levi-Strauss: review artikel………………………………...13

BAB III KESIMPULAN…………………….…………………………………………………….18

DAFTAR REFERENSI………………………………………………………………………..…..20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua teori sastra sejak Aristoteles telah menekankan pentingnya
pemahaman struktur dalam analisis karya sastra, mengerti dan menjelaskan
dunia ini sebagai sistem kompleks dari bagian-bagian yang saling terkait.
Kebanyakan ahli filosofi, sastrawan, dan ahli bahasa menyusun dan mengajukan
konsep, teori-teorinya tentang keterkaitan elemen-elemen di satu bidang.
Begitulah muncul teori strukturalisme yang lahir dari linguistik struktural yang
pada mulanya berdiri ahli bahasa Ferdinand de Saussure (pada akhir abad XIX -
awal abad XX).
Menurut Saussure, prinsip dasar linguistik struktural adalah adanya
perbedaan yang jelas antara: signifiant (bentuk, tanda, lambang) dan signifie
(yang diartikan, yang ditandakan, dilambangkan); antara parole (tuturan) dan
langue (bahasa), sintagmatik dan paradigmatik, sinkronik dan diakronik.
Metode linguistik Saussure mulai berkembang dan diikuti oleh berbagai cabang
ilmu lain termasuk sastra (Yoseph, 1997:37-38).
Salah satu ilmuwan yang memberi sumbangan besar dalam
perkembangan teori strukturalisme dalam bidang sastra adalah Claude
Lévi-Strauss. Menurut bapak Lévi-Strauss, teori strukturalisme sastra
merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan
keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Unsur-unsur teks secara berdiri
sendiri tidak penting. Unsur-unsur itu hanya memperoleh artinya di dalam
relasi, baik relasi asosiasi ataupun relasi oposisi. Relasi-relasi yang dipelajari
dapat berkaitan dengan mikroteks (kata, kalimat), keseluruhan yang lebih luas
(bait, bab), maupun intertekstual (karya-karya lain dalam periode tertentu).
Relasi tersebut dapat berwujud ulangan, gradasi ataupun kontras dan parodi.

4
Beliau menegaskan bahwa analisis strukturalisme bertujuan untuk membongkar
dan memaparkan secermat mungkin hubungan semua elemen dan aspek karya
sastra yang akan menghasilkan makna (Turysheva, 2017:80).

B. Rumusan Masalah
● Siapa itu Levi-Strauss?

● Apa yang dimaksud dengan teori Strukturalisme Levi-Strauss?

● Bagaimana menerapkan teori itu dalam karya sastra?

C. Tujuan
● Mengetahui latar belakang Levi-Strauss.
● Mengetahui hakikat teori Strukturalisme Levi-Strauss.
● Mengetahui contoh menerapkan teori itu dalam karya sastra.

5
BAB II

ISI

A. Latar belakang Levi-Strauss

Claude Lévi-Strauss (1908-2009) adalah antropolog, ahli filosofi dan


etnolog asal Prancis. Beliau lahir di Belgium pada tahun 1908. Namun pada
tahun 1909 keluarganya balik ke Paris. Lévi-Strauss mendapatkan
pendidikannya di Universitas Sorbonne di mana beliau belajar hukum dan
filsafat (1927-1931). Setelah lulus beliau sempat mengajar di salah satu sekolah
menengah. Kemudian pada 1934 Levi-Strauss sempat menjabat profesor
sosiologi di Universitas Sao Paulo, Brasil, dan dalam waktu itu beliau sempat
melakukan penelitian lapangan sebagai antropolog tentang penduduk pribumi
Benua Amerika, yaitu suku Bororo dan Kadivei, dan mengeluarkan buku
“Tristes Tropiques”. Latar belakangnya sebagai seorang antropolog menjadi
salah satu aspek yang mempengaruhi muncul teori Strukturalisme (Bloch,
2009).
Levi-Strauss juga sempat menjadi profesor tamu untuk Penelitian Sosial
di New York City pada tahun 1941 hingga 1945, dan pada kurun waktu tersebut
beliau bertemu dengan ahli bahasa Roman Jakobson dan Franz Boas melalui
pengaruhnya Levi-Strauss merumuskan pendekatan strukturalis terhadap
antropologi budaya. Pada tahun 1959 beliau diangkat menjadi ketua antropologi
sosial di Collège de France. Pada tahun 2008 Levi-Strauss berusia 100 tahun.
Beliau menjadi anggota pertama Akademi Prancis yang mencapai usia ini.
Levi-Strauss meninggal dunia pada 30 Oktober 2009 di Paris, Prancis (Bloch,
2009).

6
B. Hakikat Teori Strukturalisme Levi-Strauss

Claude Lévi-Strauss dianggap sebagai bapak strukturalisme karena beliau


adalah orang pertama yang menerapkan metodologi linguistik pada materi
non-linguistik, yaitu kehidupan penduduk asli Amerika, mitologi dan sistem
kekerabatan mereka. Analisis mitologi penduduk asli Amerika dibuat dalam
karya yang berisi empat volume Levi-Strauss "Mythologiques" (Turysheva,
2017:80).
Inti Teori Strukturalisme Levi-Strauss:
1. Levi-Strauss membuktikan dalam mitologi adanya logika oposisi
biner, yang beliau anggap sebagai logika dasar pemikiran primitif.
Menurut Levi-Strauss, manusia zaman purba kala memahami dunia
dalam bentuk oposisi biner: spasial (atas/bawah, jauh/dekat, kanan/kiri),
temporal (dulu/baru, kemarin/hari ini), taktil (dingin/kehangatan, lembut/keras,
basah/kering), pendengaran (tenang/keras), pengecapan (mentah/rebus),
penciuman (busuk/tahan lama), visual (terlihat/tidak terlihat). Dari sudut
pandang peneliti, dari oposisi biner itu lahirlah mitos-mitos kuno (Surahmat,
2022:6). Maka, dari oposisi mentah/rebus, terbentuk mitos kuliner; dari oposisi
basah/kering muncul mitos tentang asal usul madu dan tembakau; dari oposisi
sensual (visual, taktil, pendengaran dan penciuman), seperti terlihat/tidak
terlihat, busuk/tahan lama, lembut/keras, diam/terdengar lahirlah mitos
kematian. Oleh karena itu, mitos bertumpu pada logika oposisi biner.
Contohnya dapat ditemukan dalam mitos dan kisah orang pribumi asal
Amerika Utara dan Selatan, yaitu oposisi burung elang dan burung hantu. Fakta
bahwa, untuk fungsi yang sama, elang muncul di siang hari dan burung hantu di
malam hari sudah memungkinkan untuk mendefinisikan elang sebagai burung
hantu diurnal dan burung hantu sebagai elang malam, yang berarti bahwa
terdapat oposisi siang dan malam. Dalam hal ini, elang dan burung hantu,
sebagai burung pemangsa, menentang gagak sebagai pemakan bangkai, dan

7
oposisi antara elang dan burung hantu melewati sumbu siang dan malam,
sedangkan bebek menentang ketiganya dalam hal oposisi antara pasangan
langit/bumi dan langit/air (Stavitsky, 2018:128).
2. Unconscious structures, parole, dan langage
Teori strukturalisme Levi-Strauss juga terpengaruh oleh pandangan
teoretis Franz Boas mengenai strukturalisme linguistik. Dalam pengantar pada
buku “Handbook of American Indian Languages”, Boas membahas di mana
setiap bahasa dan masing-masing budaya menyediakan sistem klasifikasi yang
meliputi manusia, waktu, ruang, warna, tanaman, burung, kerabat dan
sebagainya. Boas juga mencatat bahwa struktur linguistik (bahasa) dan struktur
budaya termasuk ke dalam unconscious structures (struktur bawah sadar),
struktur bawah sadar ini yang kemudian menjadi kunci ide dalam metode
analisis strukturalisme Levi-Strauss (Sumiati, 2021).
Levi-Strauss juga mengaplikasikan beberapa perbedaan kritis yang
diadopsi dari Saussure, yaitu perbedaan antara langue dan parole. Parole
mengacu pada perilaku verbal, dan langue mengacu pada unconscious
underlying structure atau struktur bawah sadar yang mendasari termasuk tata
bahasa dan sintaksis (Surahmat, 2022:3). Dengan kata lain, mitos dianggap
beliau sebagai tindak tutur (parole), yang dibaliknya dapat dideteksi bahasa
(langage).
3. Menurut Claude Levi-Strauss, logika bricolage bertindak seperti
kaleidoskop, membentuk kesatuan figuratif dan integritas baru
berdasarkan fragmen pengalaman sebelumnya.
Logika berpikir mitologis adalah logika yang istilah-istilahnya terdiri dari
fragmen-fragmen. Logika di sini dipahami sebagai pembentukan hubungan
yang diperlukan, dan bricolage adalah pencantuman beberapa konten dalam
bentuk tertentu (Turysheva, 2017:81).
Jadi, ada perubahan kode, semakin banyak sistem mitologis baru yang
menumpuk sebagai akibat dari semacam pembentukan semantik. Dalam transisi

8
dari mitos ke mitos, "penguatan" umum mereka (teknik bricolage)
dipertahankan, tetapi kode dan pesan (makna mitos) berubah. Inovasi
Levi-Strauss diekspresikan dalam transisi dari teori simbolis mitos ke analisis
struktural dan dinamis.
Setelah pekerjaan selesai, mitos asli dapat dijelaskan secara keseluruhan
dalam semua detail yang sebelumnya tampak acak dan tidak berarti.
Disimpulkan bahwa manusia primitif tetap disalahpahami karena logikanya
tidak diungkapkan oleh konsep abstrak, tetapi oleh gambar sensual (bricolage).
4. Tugas utama Levi-Strauss adalah menunjukkan bahwa semua
fenomena masyarakat dan budaya yang beragam adalah modifikasi
dari beberapa model terpadu awal. Oleh karena itu, semuanya dapat
disistematisasi dan diklasifikasikan secara ketat, koneksi dan
korespondensi dapat diidentifikasi antara mereka, menunjukkan
posisi mereka menurut relatif satu sama lain atau relatif terhadap
model pertama.
Dengan kata lain, mitos, cerita rakyat, dongeng, dan karya-karya lain
dapat distrukturkan dan dianalisis melalui bahasa dan prinsip dasar linguistik
struktural. Berikut ini alur analisis Levi-Strauss (Yoseph, 2014:86)
Miteme/ceriteme → episode → struktur → deep/unconscious structure
Miteme (mytheme) dapat diartikan sebagai unsur terkecil dalam mitos
seperti fonem yang merupakan unsur terkecil dalam bahasa (ceriteme adalah
unsur terkecil dalam cerita/dongeng). Miteme merupakan kata-kata, frasa-frasa,
dan bahkan kalimat-kalimat yang menunjukkan relasi atau mempunyai makna
tertentu (Turysheva, 2017:80). Karena memiliki makna miteme dan dianggap
sebagai simbol. Posisi miteme sebagai unsur terkecil mitos membuatnya harus
diketahui terlebih dahulu dalam upaya peneliti menemukan makna mitos.
Alur analisis yang ada di atas Levi-Strauss terapkan untuk menganalisis
mitos Oedipus, dengan mencoba menyusun miteme-miteme ke dalam beberapa
pola hingga menemukan susunan yang pas dengan prinsip di atas. Levi-Strauss

9
menjelaskan analisisnya sederet mitos dalam bukunya “Structural
Anthropology” pada bagian The Structural Study of Myth. Secara singkat,
analisis strukturalisme Levi-Strauss termasuk identifikasi unsur-unsur
pembangun suatu mitos kemudian menemukan relasi diantaranya untuk
kemudian menemukan struktur yang membangun makna dari mitos itu sendiri
(Levi-Strauss, 1963:213-214). Langkah pertama dari analisis tersebut adalah
dengan mengidentifikasikan miteme-miteme kemudian menemukan relasi
diantaranya untuk dikelompokkan menjadi episode-episode. Episode-episode
ini kemudian disusun menjadi satu bagan alir yang dibentuk dari proses oposisi
dan korelasi antar unsur. Setelah semua miteme berhasil diidentifikasi, dapat
dirumuskan suatu struktur melalui penguraian kejadian dalam episode-episode
tadi, struktur ini merupakan struktur dalam atau deep structure.
Dalam penyajian sintagmatiknya, mitos Oedipus tampaknya tidak ada
artinya bagi Levi-Strauss. Oleh karena itu, beliau berusaha menemukan struktur
semantik mitos dalam pembacaan paradigmatik mitos, yaitu pembacaan di
mana peneliti meninggalkan urutan kronologis dan melakukan perbandingan
elemen naratif mitos yang serupa (Surahmat, 2022:3).
Berikut ini algoritma analisis Levi-Strauss. Awalnya, beliau mencari
miteme, yaitu kata/frasa/kalimat di mana esensi dari episode dasar dapat
dinyatakan (dalam kerangka teks yang dikutip, mitos yang diidentifikasi oleh
Levi-Strauss dicetak tebal) (Turysheva, 2017:80-81). Miteme muncul sebagai
hasil dari penggabungan oposisi biner, tetapi pada saat yang sama
elemen-elemen tersebut digabungkan yang dari segi bahasa sudah diberkahi
dengan makna.
Levi-Strauss menuliskan tema-tema pada kartu dan mengaturnya
sedemikian rupa sehingga, sambil mempertahankan hubungan sintagmatik di
antara mereka, koneksi paradigmatik juga akan terungkap. Untuk melakukan
ini, Levi-Strauss menyusun kartu dengan mitos serupa satu di bawah yang lain.
Hasilnya adalah tabel empat kolom vertikal yang dibentuk oleh empat

10
kelompok mitos, secara paradigmatik terkait satu sama lain (Levi-Strauss,
1963:214).

Lévi-Strauss kemudian mencirikan hubungan antara tema-tema setiap


kolom yang menunjukkan dasar bagi asosiasi paradigmatik mereka. Jadi,
menurut Levi-Strauss, kolom vertikal pertama dibentuk oleh mitos yang dari
sudut pandangnya memiliki arti umum yang jelas: “hipertrofi hubungan
kekerabatan”. Dalam mitos kolom kedua, isinya tentang pembunuhan kerabat.
Jadi, makna umumnya adalah “meremehkan kekerabatan”. Kolom ketiga
dibentuk oleh mitos yang maknanya dirumuskan oleh Levi-Strauss sebagai
“penolakan sifat asli manusia”, yaitu bahwa manusia berasal dari bumi dan
merupakan makhluk chthonic. Levi-Strauss membentuk kolom keempat dari
nama-nama yang menunjukkan “kesulitan berjalan tegak”. Levi-Strauss
menafsirkan cacat fisik ini sebagai “trauma lahir”. Trauma ini adalah
konsekuensi dari kelahiran seseorang dari bumi, dan oleh karena itu, mitos
kelompok ini menegaskan “keaslian seseorang”.
Analisis semantik kelompok paradigmatik mitos membuat sifat hubungan
di antara mereka jelas: mitos kelompok pertama dan kedua, serta mitos
kelompok ketiga dan keempat, saling bertentangan. Pada saat yang sama, mitos

11
kelompok pertama dan ketiga, serta mitos kelompok kedua dan keempat,
membentuk hubungan yang saling melengkapi: melebih-lebihkan kekerabatan
dalam rencana semantik dilengkapi dengan penolakan keaslian seseorang, dan
meremehkan kekerabatan secara semantik dilengkapi dengan penegasan
keaslian seseorang.
Akibatnya, isi yang dalam dari mitos Oedipus dapat direduksi menjadi
pertentangan antara kepercayaan pada asal usul manusia secara mitologis dan
penegasan asal usul manusia dari penyatuan dua orang (Sumiati, 2021). Sangat
sulit bagi manusia purba untuk menggabungkan dua varian asal usul manusia ini
(mitologis dan alami), dan beliau mencoba memahami teka-teki ini dengan
menggunakan logika kontradiksi biner, di mana, seperti yang ditunjukkan
Levi-Strauss, seluruh kedalaman struktur mitos Oedipus bertumpu. Jadi,
menurut Levi-Strauss, kandungan mendalam dari mitos Oedipus terkait dengan
masalah asal usul manusia, dan mitos itu sendiri adalah semacam alat logis
untuk menyelesaikan kontradiksi yang menyiksa pikiran para pemikir kuno -
kontradiksi antara iman dan fakta.

C. Kritik terhadap Strukturalisme Levi-Strauss


Terdapat banyak ilmuwan di antaranya ahli bahasa, anthropology,
sastrawan yang tidak mendukung teori Strukturalisme Levi-Strauss karena teori
itu memiliki kelemahan-kelemahan yang cukup serius. Menurut pendapat
profesor Universitas Negeri kota Moscow Andrei Stavitsky, ahli filosofi
Levi-Strauss membuat kesalahan metodologis yang mendasar karena beliau
memandang mitos bukan sebagai budaya universal, yaitu mitos dalam
kenyataan, tetapi sebagai objek linguistik (Stavitsky, 2018:126). Stavitsky
menegaskan bahwa akibatnya, sisi konten mitos telah diabaikan. Teori sastra
Levi-Strauss mengilustrasikan tesis bahwa tidak mungkin menganggap budaya
universal tanpa merusak proses kognisi. Namun, perlu dicatat, bahwa mitos bisa
berubah-ubah melalui makna baru, mengambil struktur dari apa yang

12
dimitologikan. Stavitsky juga menggarisbawahi bahwa tidak ada struktur
universal untuk mitos (Stavitsky, 2018:126).
Peneliti Surahmat mengkategorikan kritiknya ke dalam tiga tipe yaitu (1)
kritik terhadap perangkat dan metode analisis yang digunakan, (2) kritik
terhadap interpretasi data etnografi, dan (3) kritik terhadap hasil analisis
(Surahmat, 2022:6).
Untuk kritik terhadap perangkat dan metode analisis yang digunakan
Levi-Strauss, Surahmat berpendapat bahwa secara umumnya teori beliau
bersifat kurang “konsisten, kurang tepat, mentah, dan reduksionis”. “Cara-cara
analisis Levi-Strauss ternyata tidak pernah secara tepat diformulasikan dan
hanya secara intuitif diterapkan”, tegaskan Surahmat (Surahmat, 2022:7).
Kritik terhadap interpretasi data etnografi berdasarkan pada
komentar-komentar ilmuwan lain (Kassakoff, Adams, Thomas) yang
berpendapat bahwa Levi-Strauss membuat generalisasi-generalisasi etnografis
tentang suku-suku Amerika Latin yang sangat diragukan kebenarannya
(Surahmat, 2022:7).
Kritik terhadap hasil analisis mencakup ilmuwan Douglas yang secara
umumnya mendukung pendapat profesor Universitas Negeri kota Moscow
Andrei Stavitsky. Douglas mempermasalahkan pola pikir atau logika dasar
manusia zaman purbakala yang diajukan oleh Levi-Strauss. Menurut Douglas,
ada kemungkinan bahwa pola pikir yang ditemukan sebenarnya tidak ada
melainkan hanya sebuah konstruksi yang lahir karena penggunaan metode
analisis tertentu (illusion produced by the method) (Surahmat, 2022:7).

D. Terapan Teori Strukturalisme Levi-Strauss: review artikel

Ulasan artikel

Strukturalisme Levi-Strauss sebagai paradigma penyelesaian


Judul artikel konflik: studi kasus dua legenda rakyat Nusantara

13
Penulis, Yoseph Yapi Taum
Penerbit, dan Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 8, Nomor
Tahun 2, Oktober 2014, hlm. 79-92 (terindeks di Sinta)
Penerbitan

Berbagai tradisi lisan, khususnya mitos, memiliki kualitas


logis dan bukan estetis, psikologis, ataupun religius. Mitos
adalah sebuah dunia yang kontradiktif. Dalam mitos
seolah-olah tidak ada logika dan tidak ada kontinuitas.
Hakikat mitos adalah sebuah alat logis sebagai upaya untuk
mencari pemecahan terhadap kontradiksi-kontradiksi empiris
yang dihadapi masyarakat dan yang tidak terpahami oleh
nalar manusia.
Latar belakang
Tulisan ini bermaksud memperkenalkan teori Strukturalisme
dan Rumusan
Levi-Strauss sebagai sebuah paradigma akademis dalam
masalah
memahami fenomena sastra lisan sebagai sarana
penyelesaian konflik-konflik empiris dalam masyarakat.

Untuk itu, tulisan ini mengulas dua buah cerita rakyat, yaitu
cerita Wato Wele-Lia Nurat (masyarakat Lamaholot Flores
Timur) dan legenda Suku Tengger (Bromo, Jawa Timur).

Dengan memahami satuan-satuan naratif (mitheme),


pembagian adegan-adegan cerita, dan identifikasi
episode-episode cerita, analisis strukturalisme Levi-Strauss
dapat menemukan ‘logika’ di balik kedua mitos itu.

Kerangka Miteme/ceriteme → episode → struktur →


pemikiran
deep/unconscious structure

Artikel “Strukturalisme Levi-Strauss sebagai paradigma


penyelesaian konflik: studi kasus dua legenda rakyat
Nusantara” menggunakan pendekatan objektif struktural,
secara spesifik teori Strukturalisme Levi-Strauss.

Yang pertamalah, peneliti memfokuskan untuk menemukan


unsur-unsur dasar yang disebut mytheme.
Metode Mytheme dapat ditemukan pada kalimat (sentence level).
penelitian Cara melakukan interpretasinya adalah: mengaitkan
relasi-relasi dan oposisi-oposisi antara unsur-unsur elementer

14
tersebut.
Langkah selanjutnya adalah pembagian unsur-unsur yang
ditemukan ke dalam episode-episode dan memberikan
penjelasan terhadap masing-masing episode tersebut.
Selanjutnya peneliti membentuk tabel yang menunjukkan
relasi antar mytheme yang diidentifikasi di setiap episode.
Barulah setelah semua ceriteme berhasil diidentifikasi, dapat
dirumuskan suatu struktur melalui penguraian kejadian
dalam episode-episode tadi, struktur ini merupakan struktur
dalam atau deep structure.
Sebagai studi kasus, dalam artikel itu dibahas dua buah
legenda rakyat Nusantara. Yang pertama adalah legenda
Wato Wele-Lia Nurat - sebuah cerita rakyat masyarakat
Lamaholot Flores Timur.
Setelah mytheme-mytheme ditemukan dan relasi oposisi
biner disusun, peneliti membentuk tabel yang menunjukkan
relasi antar mytheme yang diidentifikasi di setiap episode dan
memberikan penjelasan terhadap masing-masing episode
Hasil dan tersebut.
Pembahasan

Gambar 1: Analisis struktur mitos legenda Wato Wele-Lia


Nurat
Levi-Strauss menekankan bahwa sebuah mitos tidak hanya
boleh dibaca seperti kita membaca buku, dari kiri ke kanan,
tetapi sekaligus juga dari atas ke bawah, seperti kita
membaca partitur not balok pada musik.
Berdasarkan Gambar 1 ini, peneliti menemukan 5 Episode
dasar yang menjadi struktur bawah sadar, yaitu:
1. Kedatangan Leluhur Mistis orang-orang Lamaholot ke
Gunung Ile Mandiri → 2. Hadirnya Tokoh Mitis Wato
Wele dan Lia Nurat → 3. Interaksi Wato Wele- Lia Nurat

15
dengan Penduduk Sekitarnya → 4.Lia Nurat Mendapat
Istri Orang Paji → 5. Kematian Lia Nurat dan
Pembagian Warisannya
Menurut penelitian artikel itu, dalam episode terakhir mitos
itu dapat ditemukan dua pesan yang cukup jelas:
1) Ikatan kekeluargaan yang sangat erat yang terbangun di
antara keturunan Lia Nurat.
2) Legitimasi tanah warisan. Tanah yang merupakan ‘harta’
paling berharga bagi penduduk agraris, seringkali menjadi
sumber pertikaian dan perebutan yang meminta korban jiwa.
Dari struktur yang diperoleh di atas dapat ditemukan deep
structure yang termasuk ke dalam ranah unconscious, yaitu
legenda Wato Wele-Lia Nurat pada prinsipnya merupakan
proyeksi adat-istiadat masyarakat Lamaholot yang menolak
perkawinan incest.
Mitos yang kedua berjudul legenda Suku Tengger (cerita
rakyat Bromo, Jawa Timur).
Dalam mitos itu peneliti menentukan struktur atau deep
structure berikut ini:
1. Menyingkirnya Raja Majapahit ke Gunung Bromo
karena kalah Melawan Anaknya Sendiri → 2. Kelahiran
Roro Anteng dan Joko Seger → 3. Roro Anteng Dipinang
Kyai Bimo → 4. Perkawinan Roro Anteng dan Joko
Seger serta Janji Joko Seger → 5. Dewa Kusuma

Gambar 2: Analisis struktur legenda suku Tengger


Dari analisis struktur berdasarkan mitheme yang
memperhatikan oposisi biner tersebut, dapat disimpulkan
bahwa logika di balik Legenda Suku Tengger adalah
penyangkalan terhadap chaos dan pengakuan terhadap
keseimbangan kosmos. Chaos yang merupakan awal mula
terbentuknya Suku Tengger, terjadi karena peperangan antara
ayah melawan anaknya yang berbeda keyakinan (agama).

16
Berdasarkan apa yang disampaikan di atas, peneliti menarik
kesimpulan bahwa untuk memahami kearifan lokal sebuah
komunitas dalam menghadapi dan mengatasi konflik serta
kesulitan hidup, kita dapat menganalisis narasi-narasi mereka
Kesimpulan dengan menggunakan perspektif Claude Levi-Strauss.
Strukturalisme Levi-Strauss dapat dijadikan sebuah
paradigma teoritis dalam memahami cara
komunitas-komunitas lokal menghadapi konflik dan
persoalan hidup mereka. Narasi dalam tradisi lisan selalu
mengandung pesan-pesan kultural yang terbuka bagi
interpretasi dengan perspektif akademis yang memadai.

17
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan dari apa yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa


teori Strukturalisme Claude Lévi-Strauss adalah cara yang unik untuk
menganalisis mitos, cerita rakyat, dan puisi. Teknik itu memperbolehkan
mempertimbangkan mitos atau karya lain dengan sudut pandang yang berbeda.
Strukturalisme Lévi-Strauss mengajukan menganalisis mitos atau karya lain
dengan menggunakan struktur Miteme/ceriteme → episode → struktur →
deep/unconscious structure yang dapat dilihat di setiap karya sastra. Dalam
teorinya peneliti Lévi-Strauss menggarisbawahi bahwa analisis mitos harus
mulai dari mencari oposisi biner melalui bahasa dan prinsip dasar linguistik
struktural seperti signifiant (bentuk, tanda, lambang) dan signifie (yang
diartikan, yang ditandakan, dilambangkan); antara parole (tuturan) dan langue
(bahasa), sintagmatik dan paradigmatik, sinkronik dan diakronik.
Claude Lévi-Strauss memberi sumbangan besar dalam penelitian
antropologi suku-suku Amerika Latin. Beliau berpendapat bahwa "pikiran
primitif" memiliki struktur yang sama dengan pikiran yang "beradab" dan
bahwa ciri-ciri manusia itu sama saja di mana-mana. Berdasarkan pendapatnya,
Lévi-Strauss menelaah mitos-mitos sebagai objek yang dapat dibedah dengan
struktur yang sama. Oleh karena itu, cukup banyak peneliti lain tidak menerima
dan bahkan mengkritik teori Strukturalisme itu. Kebanyakan ilmuwan
berpendapat bahwa teori itu mengabaikan isi yang mengandung ciri-ciri khas
mitos itu. Jadi, percobaannya menganalisis mitos sebagai objek linguistik
mengakibatkan kehilangan kekayaan mitos. Mitos adalah kisah folklor yang
bersifat berubah-ubah melalui makna baru, dan lain-lain. Profesor A. Stavitsky
beranggap bahwa dalam teorinya ada kesalahan metodologis yang mendasar

18
yang tidak memungkinkan meneliti mitos atau karya sastra lain secara tepat dan
konsisten.

19
DAFTAR REFERENSI

Andrey V. Stavitsky. (2018). The structure of myth by C. Levi-Strauss.


https://cyberleninka.ru/article/n/struktura-mifa-po-k-levi-stroscu-opyt-nesostoya
telnogo/viewer (diakses pada tanggal 8 September 2022 pukul 15:38).

Bloch M. (2009). Claude Lévi-Strauss obituary.


https://www.theguardian.com/science/2009/nov/03/claude-levi-strauss-obituary

Levi-Strauss, C. (1963). Structural Anthropology. New York: Basic Book.

Sumiati, Buyung Pambudi, Ria Kristia Fatmasari. (2021). Analisis


Strukturalisme Levi-Strauss lima sastra lisan di Kecamatan Sepulu Kabupaten
Bangkalan Jawa Timur. Thesis, STKIP PGRI Bangkalan.

Surahmat. (2022). Mitos sebagai nalar, mitos sebagai bahasa: review buku
strukturalisme Levi-Strauss: mitos dan karya sastra. Karya Prof. Heddy Shri
Ahimsa-Putra.
https://www.researchgate.net/publication/359917554_REVIEW_BUKU_STRU
KTURALISME_LEVI-STRAUSS_MITOS_SEBAGAI_NALAR_MITOS_SEB
AGAI_BAHASA

Turysheva. O. N. (2017). Teoriya i metodologiya zarubezhnogo


literaturovedeniya: uchebnoe posobie. Moscow: Flinta.

Yoseph Yapi Taum. (1997). Pengantar Teori Sastra. Flores: Penerbit Nusa Indah.

20
Yoseph Yapi Taum. (2014). Strukturalisme Levi-Strauss sebagai paradigma
penyelesaian konflik: studi kasus dua legenda rakyat Nusantara. Jurnal Ilmiah
Kebudayaan SINTESIS, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2014, hlm. 79-92.

21

Anda mungkin juga menyukai