Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ida Bagus Putera Manuaba, Drs., M.Hum
Kelompok 10
Retno Dwi Wahyuni (227221004)
Widjati Hartiningtyas (227221005)
C. TUJUAN PENELITIAN
Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka didapatkan tujuan penelitian
adalah untuk:
1. Memahami teori intertekstualitas yang dikemukakan oleh Julia Kristeva
2. Menggunakan teori intertekstualitas dalam menganalisis sastra
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah wawasan; memahami konsep
dasar teori intertekstualitas Julia Kristeva; dan mampu menerapkan teori
intertekstualitas Julia Kristeva sebagai alat untuk menganalisis karya sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
Mikhail Mikhailovich Bakhtin adalah seorang filsuf yang berasal dari Rusia
dan memiliki ketertarikan di bidang kesusastraan dan kebudayaan. Hasil pemikiran
dan gagasan Bakhtin meluas di berbagai disiplin akademis. Diantara banyaknya
gagasan yang diliki, gagasan yang memiliki pengaruh besar dalam proses pemahaman
kebudayaan dan kesusastraan adalah pemikirannya mengenai dialogisme atau
kensepsi tentang dialog. Untuk selanjutnya gagasan dari Bakhtin ini disebut sebagai
teori intertekstual. Intertekstual Bakhtin menekankan bahwa setiap dialog mengenai
kondisi eksistenasial dari manusia dimana manusia yang satu dengan manusia lainnya
miliki ikatan yang erat. Manusia dapat dikatakan ada hanya jika manusia tersebut
berkomunikasi secara dialogis. Lalu saat dialog tersebut berakhir maka tidak ada lagi
hakikat dari manusia tersebut yang tertinggal. Berangkat dari pemikiran tersebut,
dialog didefinisikan sebgai proses yang berlangsung terus-menerus di dalam setiap
kehidupan manusia (Alfaro 1996).
Pemikiran Bakhtin ini melahirkan prinsip dasar dari intertekstual itu sendiri
yaitu sebuah karya baru bisa dipahami maknanya secara utuh apabila ada di dalam
kaitannya dengan teks lain yang menjadi hipogram. Hipogram yang dimaksudkan
adalah karya sastra terdahulu yang dijadikan sandaran karya selanjutnya baik secara
tersirat atau yang sudah tersurat. Dalam kaitan ini, sastrawan yang lahir berikut adalah
reseptor dan transformator karya sebelumnya. Penulisan atau pemunculan sebuah
karya sering ada kaitanya dengan unsur kesejarahannya, sehingga pemberian makna
itu akan lebih lengkap jika dikaitkan dengan unsur kesejarahan itu (Teeuw, 1983:62-
5)
B. INTERTEKSTUALITAS OLEH JULIA KRISTEVA
Tipe-Tipe Intertekstualitas
Intertekstualitas mencakup kutipan langsung, kiasan, konvensi sastra, imitasi,
parodi, dan sumber tak sadar. Intertekstualitas dapat ditemukan dalam musik, film,
dan lukisan. Empat tipe intertekstualitas yang akan dibahas di makalah ini antara lain:
1) Kiasan
Kiasan adalah sebuah ekspresi yang merujuk pada sesuatu tanpa secara jelas
menyebutnya. Contohnya ketika seorang gadis mengatakan pada kekasihnya: “Terima
kasih, Romeo”, dia mengasosiasikan kekasihnya dengan tokoh Romeo dalam karya
Shakespeare.
Kiasan memiliki beberapa jenis:
Kiasan Sejarah, contohnya Cleopatra (yang merujuk pada seorang wanita
cantik)
Kiasan dari Kitab Suci, contohnya istilah “melawan Goliat” (menggambarkan
sosok raksasa yang kuat)
Kiasan Sastra, contohnya istilah “Masuk ke lubang kelinci” (Merujuk pada
suatu adegan di Novel Alice in Wonderland)
Kiasan budaya, contohnya istilah Boneng (merujuk pada struktur gigi depan
atas yang maju seperti aktor Indonesia yang terkenal di era tahun 80 dan 90an)
2) Parodi
Parodi adalah proses meniru dengan menambahkan sedikit humor. Yang bisa ditiru
adalah setting, plot, karakter, atau bagian lain dari karya asli.
Misalnya: Lagu-lagu Project Pop yang memparodikan lagu barat yang tenar dengan
menambahkan lirik menggelitik.
3) Pastiche
Pastiche adalah meminjam satu elemen dari sebuah atau beberapa karya dan
menciptakan sesuatu yang baru. Tidak seperti parodi yang sedikit mengolok-olok,
atau seperti plagiarisme yang berniat sepenuhnya mengambil tanpa memodifikasi,
pastiche meminjam elemen karya lain dengan dasar rasa hormat.
Misalnya: Komik Yoko Kamio yang berjudul Boys Over Flower (Hana Yori Dango)
yang telah diadaptasi ke dalam film Jepang berjudul sama, Serial Meteor Garden
(Taiwan), Sinetron Siapa Takut Jatuh Cinta (Indonesia), Serial Boys Over Flower
(Korea), Serial F4 (Thailand)
4) Kutipan langsung
Dalam tipe ini, penulis mengutip teks sastra lain ke dalam tulisannya sendiri dan
mencantumkan nama asli dan judul karya yang dia kutip.
Misalnya: Buku Troubled Blood karya Robert Galbraith yang mengutip The Fairie
Queene karya Edmund Spenser di setiap awal babnya.
Kehadiran teks lain, dalam keseluruan hubungan ini, bukanlah sesutu yang
polos (Innocent), yang tidak mengikutkan suatu proses pemaknaan, suatu signifying
process. Teori intertekstual yang digagas oleh Julia Kristeva dalam bukunya Desire in
Language: A Semiotic Approach to Literature and Art bukanlah menyanding dua
buah karya yang berbeda dan menganggap karya yang lebih awal sebagai hipogram
dari karya sesudahnya atau karya yang muncul belakangan dianggap sebagai resepsi
dari karya yang ada sebelumnya. Kristeva memandang dua teks yang dianggap
memiliki persamaan secara sejajar. Kesamaan itu bukanlah tindakan meniru.
Kesamaan itu muncul dari latar belakang sosial dan sejarah yang sama dalam
penulisannya (Kristeva, 1980: 15).
Sejalan dengan hal tersebut, teori intertekstualitas mempunyai kaidah dan prinsip
sebagai berikut:
1) Konsep oposisi adalah sesuatu yang tidak dapat tukar-menukar dan mutlak di
antara dua kelompok yang kompetitif, tidak pernah rukun, tidak pernah saling
melengkapi, dan tidak pernah bisa didamaikan, Konsep ini muncul karena
adanya jaringan persilangan ganda dan perbedaan simbol-simbol kebudayaan
yang tidak pernah bisa bersatu antar dua kelompok atau lebih. Simbol
kebudayaan dapat berupa benda-benda yang berhubungan dengan budaya
seperti: pakaian, adat, kebiasaan, properti upacara kebudayaan dan lain
sebagainya.
2) Konsep transposisi adalah adanya perpindahan teks dari suatu sistem tanda ke
sistem tanda yang lain, perubahan ini diikuti dengan perbuatan yang baru.
Maksudnya adalah bagaimana sebuah sistem tanda dimasukkan ke dalam
sistem tanda lain serta hal-hal yang berkaitan dengan perubahan semiotik
sebagai akibat transposisi itu. Misalnya, dari posisi denotatif ke konotatif.
3) Transformasi adalah adanya perubahan bentuk dari satu teks ke teks yang lain
(Kristeva, 1980). Dalam konteks ini, teks dilihat sebagai teks yang dibaca oleh
penulis, kemudian penulis itu menyisipkan dirinya sendiri dengan menulis
ulang teks tersebut sehingga dalam tulisan tersebut yang diakronis bisa
berubah menjadi sinkronis (Nasri 2017)
BAB III
PENUTUP
Ideologeme merupakan sari pati pemikiran Julia Kristeva dalam
mengungkapkan gagasannya tentang Intertekstual. Dalam Desire in Language: A
Semiotic Approach to Literature and Art jelas dinyatakan bahwa intertekstual tidak
berbicara tentang pengaruh satu pengarang atas pengarang yang lain atau pengaruh
karya sastra yang dibaca seseorang. Karya sastra yang muncul lebih awal bukanlah
hipogram dari karya sesudahnya; sedangkan karya yang muncul belakangan bukanlah
hasil resepsi dari karya sebelumnya. Intertekstualitas juga tidak menyinggung
persamaan dan perbedaan antar karya sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Hutomo, Suripan Sadi. (1993). Merambah Matahari: Sastra dalam Perbandingan. Surabaya:
Gaya Masa.
Kristeva, J. (1980). Desire language: A semiotic to literature and art. (T. Gora, A. Jardine,
dan L.S. Roudiez, penerjemah dan Leon S. Roudiez, editor). New York: Columbia
University.
______. (2013). Teori sastra dan Julia Kristeva. (Sunaryono Basuki Ks, penerjemah). Bali:
CV. Bali Media Adhikarsa). (Karya asli diterbitkan pada 2005).
Nasri, Daratullaila. (2017). Oposisi Teks Anak Dan Kemenakan Karya Marah Rusli: Kajian
Intertekstual Julia Kristeva. Kandai 13(2):205.
Noor, Juliansyah. (2007). Metode Penelitian Kualitatif, Kencana Prenada Media Group.
Sumber online
https://www.youtube.com/watch?v=xyFHEKC6hz4
https://www.youtube.com/watch?
v=hJ4_gmE37oI&list=PL4aIKAQ4TQXxKodbyF8ojYZdiTGZejzlK
https://www.youtube.com/watch?v=C1ESYAS7ayM
https://www.youtube.com/watch?v=bKmSGIkrg8Y
https://www.youtube.com/watch?v=uJYZd0EYnCs
https://www.youtube.com/watch?v=18l-i3wR7Ao