Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH SASTRA BANDINGAN PERBEDAAN ISI DARI PERALIHAN BENTUK KARYA SASTRA HASIL DARI PEMIKIRAN-PEMIKIRAN

PENCIPTA DALAM EKRANISASI NOVEL MY SISTER KEEPER

INGEU WIDYATARI HERIANA 180110110055 SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

Alih wahana (transformasi) ekranisasi, perubahan dari suatu jenis kesenian berupa novel menjadi jenis kesenian lain berupa film. Alih wahana memberikan peluang untuk saya yang boleh dikatakan sebagai bahan penelitian mata kuliah sastra bandingan. Membandinbandingkan benda budaya yang beralih wahana itu merupakan kegiatan yang sah dan bermanfaat untuk pemahaman yang lebih dalam mengenai hakikat sastra. Misalnya, menambah wawasan untuk saya dan pembaca laporan ini mengenai bagian-bagian dalam novel Penyelamat Kakakku (Jodi Picoult, 2004, My Sister Keeper) yang diubah, ditambahkan, dikurangi, atau diganti dalam film My Sister Keeper (2009) karya sutradara Nick Cassavetes dan penulis skenario Jeremy Leven. Adegan-adegan yang dijelaskan oleh penulis sangat rinci dalam novel tidak semuanya dimunculkan oleh sutradara dalam film. Karena ekranisasi mengubah novel menjadi film, sesungguhnya film merupakan sama sekali bukan sekedar rekaman gambar walaupun pasti rekaman gambar, penciptaan imaji sama dengan sastra, namun film dari kata-kata dilanjutkan dengan rekaman gambar. Film menggunakan teknik visualisasi, teknik yang dikuasai pengarang untuk menciptakan visualisasi menjadi imaji. Namun, tidak setiap kata-kata yang ada dalam novel diterapkan semuanya dalam bentuk imaji karena akan memerlukan durasi yang sangat lama. Hal tersebut akan membosankan bagi penonton dan terkesan berlebihan untuk dimunculkan dalam film yang akan disaksikan oleh penonton. Contohnya, adegan Jesse dan Kate yang merokok bersama di mobil Jeep dihilangkan dalam film karena adegan tersebut tidak penting dan akan menyia-nyiakan durasi yang tersedia, walaupun adegan tersebut sangat baik dimunculkan mencerminkan keharmonisan hubungan anggota keluarga disela-sela keadaan sedang mengalami perselisihan. Tempat tinggal Jesse terletak di gudang luar rumah tidak dimunculkan dalam film, padahal termasuk hal yang menarik untuk dimunculkan dalam sebuah film. Adegan saat Campbell, pengacara pihak Anna, memasuki ruang sidang di pengadilan dihilangkan dalam film. Makin lama makin sulit jadi bajingan. Pada saat aku masuk ruang sidang, tanganku gemetar. Sebagia penyebabnya, tentu saja, alasan basi yang sama. Tapi sebagian lagi karena klienku bisa diibaratkan seperti batu besar yang ada disampngku; dan wanita yang kugila-gilai hendak menjadi saksi. Aku menoleh memandang Julia sekali saat hakim memasuki ruangan; Julia menyatakan sikapnya dengan membuang muka. Bolpoinku menggelinding jatuh dari atas meja.Anna, bisa tolong ambilkan bolpoinku? Wah, entah, ya. Aku bakal menyia-nyiakan waktu dan tenaga.Sahutnya, dan bolpoin sialan itu tetap berada di lantai.

Dalam film, adegan tersebut berlalu begitu saja dengan dimunculkannya perdebatan. Tidak ditampilkan secara rinci bagaimana perasaaan dan sikap Campbell. Karena sesungguhnya film adalah penciptaan imaji dari kata-kata dilanjutkan dengan rekaman berupa gambar, Nick memunculkan beberapa adegan dalam novel dengan gaya yang sangat indah ke dalam filmnya. Contohnya, Adegan Kate membuka album foto dibuat sangat Indah dalam filmnya dengan transisi dan iringan musik yang sangat menyatu menumbulkan kehikamatan bagi penonton. Namun, ada juga adegan yang tidak ada dalam novel justru dimunculkan dalam film, yaitu Kate meminta berekreasi ke Pantai sebagai permintaan terakhir saat dirinya dalam keadaan sangat payah, tetapi Ibunya, Sara melarangnya. Ayahnya, Brian, bersama Anna dan Jesse tetap berangkat ke pantai. Namun, akhirnya Sara menyusul mereka ke Pantai dan ikut bersenang-senang. Adegan tersebut dibuat oleh Nick sangat indah. Mereka bersenda gurau, berakrab-akraban, dan bersenang-senang. Adegan foto boks yang dilakukan Sara, Anna, Kate dalam keadaan kepala mereka tidak berambut, dan Jesse sebenarnya tidak ada di novel justru dimunculkan dalam film. Hal tersebut dilakukan Nick karena dalam filmnya yang berjenis drama ingin menampilkan betapa indahnya keharmonisan hubungan keluarga yang sedang mengalami konflik antara beberapa anggota keluarga. Nick berhasil menggugah imaji pembaca melalui rekaman gambar dari hasil penulisan skenario. Unsur yang perlu perhatian khusus dalam ekranisasi berupa dialog, selain adegan. Film tidak memungkinkan adanya dialog-dialog yang ditampilkan panjang persis seperti yang ada dalam novelnya. Dialog-dialog yang panjang di dalam novel dialihkan ke bentuk bahasa gambar. Hal tersebut dilakukan sang sutradara karena film akan memerlukan durasi yang sangat lama apabila tiap-tiap dialog dimunculkan persis seperti yang ada dalam novelnya. Berikut ini contohnya. Bolpoinku menggelinding jatuh dari atas meja.Anna, bisa tolong ambilkan bolpoinku? Wah, entah, ya. Aku bakal menyia-nyiakan waktu dan tenaga.Sahutnya, dan bolpoin sialan itu tetap berada di lantai. Dialog Anna dan Kte di dapur, dalam rumah, dan halaman rumah saat Anna pulang berolahraga lari pagi dihilangkan karena tidak penting, menghabiskan durasi yang tersedia, dan tidak berpengaruh pada konflik cerita.

Adanya hasil berupa perbedaan dan alasan dari alih wahana ekranisasi. Akhir cerita yang sangat berbeda antara novel dan filmnya, memiliki alasan dari tiap-tiap pencipta. Jodi Picoult dalam novelnya membuat akhir cerita yang tidak etis terhadap tokoh Anna. Anna dan Campbell memenangkan persidangan. Mereka pulang dari pengadilan, hendak menuju ke kantor pemadam kebakaran. Di tengah perjalanan, mereka mengalami kecelakaan. Mobil yang mereka naiki bertabrakan dengan truk. Anna meninggal. Lalu, karena kematiannya itu, ginjalnya disumbngkan untuk Kate, kakaknya. Kate menjadi sembuh dan menjalani kehidupan dengan normal hingga ia menjadi guru tari. Dalam film, adegan tersebut justru dibalikkan. Kate meninggal karena penyakit Leukimianya yang sangat akut dan Anna tetap hidup Normal. Jodi Picoult ingin menyampaikan maksud judul novelnya, My Sister Keeper, melalui cerita yang diciptakannya. Tokoh Anna yang diciptakan olehnya dari awal berkorban untuk Kate, kakaknya. Lalu ditkadirkan meninggal dalam kecelakaan tabrakan mobil dan karena kematiannya itu diambil ginjalnya untuk didonorkan kepada Kate. Hal tersebut membuat Anna benar-benar memegang peranan sebagai Sister Keeper. Dari awal Anna yang direncanakan oleh kedua oran tuanya, dilahirkan, dan dibesarkan hingga kematiannya hanya untuk keselamatan kakanya, lalu kakaknya sembuh dapat menjalani kehidupan seperti orang-orang normal hingga menjadi guru tari. Hal tersebut mengembalikan kepada pokok utama, yaitu judul, Penyelamat Kakakku. Anna benar-benar menjadi seorang penyelamat. Berbeda dengan sutradara Nick Cassavetes dan penulis skenario Jeremy Leven, mereka tidak menginginkan akhir cerita yang tidak etis terhadap tokoh Anna. Pada bagian penyelesaian cerita, Anna memang memenangkan persidangan. Nick meneruskan kemenangan Anna dengan menjadikan tokoh Kate meninggal karena penyakitnya yang sangat akut. Menurut saya, Nick dan Jeremy membuang keabsurdan dalam novel. Novel menjadikan tokoh Anna yang memang memenangkan persidangan justru dibuat meninggal setelahnya dengan alasan yang sangat biasa, yaitu karena kecelakaan mobil, tetapi Kate yang dibuat sejahtera begitu saja karena mendapatkan donor ginjal dari Anna yang sudah meninggal. Nick lebih menerapkan realitas mengenai kesembuhan penyakit semacam yang diderita Kate. Melalui filmnya Nick mendukung pemahaman masyarakat yang sudah ada mengenai jenis penyakit yang menjangkit ditubuh Kate memang sedikit kemungkinan untuk tetap hidup. Hal tersebut membenarkan bahwa tidak ada karya sastra yang tidak berasal dari kehidupan atau kenyataan.

Anda mungkin juga menyukai