1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Struktural
Sosiologis
Psikologis
Filsafat
Sejarah
1. Menelaah sebuah puisi asli/terjemahan (judul puisi menentukan sendiri), dengan memilih
salah satu perspektif telaah berikut:
Stilistika (bahasa)
Semiotik
Metode langkah-langkah atau cara melakukan penelitian, tetapi tidak mengabaikan teori
1. Pengetahuan sastra
1. Pengetahuan sastra bersifat informatif. Artinya sebagai informasi seputar teksteks karya sastra yang berupa keterangan, penjelasan, serta fakta-fakta dan datadata tentang suatu teks karya sastra atau hal-hal lain berhubungan dengan sastra
2. Dalam teori sastra, (3) pengertian tersebut tidak dapat saling dilepaskan, karena
ketiganya merupakan pengertian dasar sastra. Apabila yang digeluti bidang
keilmuan, maka banyak berbicara tentang ilmu sastra. Karya sastra sebagai seni.
Sastra dapat dimanfaatkan sebagai objek, sedang pengetahuan sastra dapat
dimanfaatkan sebagai bahan tambahan atau pendukung.
Awal mulanya muncul sejarah sastra, dimulai dari karya sastra. Kemudian karya sastra itu
dikritik, muncul kritik sastra. Dari kritik sastra memunculkan teori, yang dinamakan teori sastra.
Dan dari sini menghasilkan sejarah, yang dikenal dengan sejarah sastra.
Genre Sastra
1. Prosa
1. Secara konvensional, puisi biasa diartikan sebagai tuturan yang terikat (terikat
oleh baris, bait, rima, dan sebagainya); sedangkan prosa adalah karangan atau
tuturan bebas
2. Sampai sekarang orang tidak pernah dapat merumuskan definisi yang setepattepatnya tentang puisi, dan sampai sekarang pun orang belum dapat membedakan
antara prosa dan puisi jika hanya mencermati bentuk visualnya saja
3. Prosa juga dikatakan bersifat naratif (bercerita). Bentuk prosa dalam sastra
modern lebih dikenal dengan istilah cerita rekaan (cerkan). Disebut cerita rekaan
karena memang direka oleh pengarang berdasarkan kenyataan yang
diimajinasikan
4. Istilah cerita rekaan dipakai untuk terjemahan prose-fiction (prosa fiksi)
5. Jika ada pertanyaan apakah tidak ada yang sungguh-sungguh terjadi dalam cerita
rekaan?
6. Pertanyaaan itu dapat dijawab oleh rumus karya sastra bahwa X + Y = Z. Unsur X
adalah pengalaman, baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain; Y
adalah renungan, imajinasi, dan teknik; dan Z adalah hasiil rekaan
7. Macam-macam cerita rekaan dalam sastra modern, antaralain:
Novel cerkan yang panjang, yang mengetengahkan tokoh-tokoh dan menampakkan
serangkaian peristia dan latar secara terstruktur
Cerita Pendek (cerpen) cerita yang pendek, yang memusatkan diri pada satu situasi dan
seketika, intinya adalah konflik (biasanya kurang dari 10.000 kata)
Novela (cerita pendek yang panjang) bentuk cerkan yang lebih panjang dan rumit
dibanding cerpen, tetapi tidak lebih panjang dari novel, isinya terbatas pada satu peristiwa, satu
situasi, dan satu konflik.
1. Puisi
1. Berberapa ahli sastra berbeda pendapat mengenai pengertian puisi, tetapi intinya
hampir sama bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam puisi itu berupa emosi,
imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca, indera, susunan kata-kata
kiasan, kepadatan, dan sebagainya. Dari sekian banyak unsur itu terkandung tiga
unsur pokok, yaitu emosi, pemikiran (ide), dan struktur (bentuk).
2. Perbedaan penting antara prosa dan puisi
Kesatuan korespondensi prosa adalah kesatuan sintaksis, sedang kesatuan korespondensi
puisi adalah kesatuan akustis
Korespondensi puisi berupa baris sajak, sedang prosa tidak memilki korespondensi
Di dalam baris sajak ada periodisitas dari awal sampai akhir (sistem susunan bagian baris
sajak), sedang dalam prosa tidak ada perodisitas
Intinya: perbedaan prosa dan puisi sebenarnya terdapat pada kadar kepadatannya, sifat
prosa yang utama adalah menguraikan (dispersi) dan puisi itu memadatkan (kondensasi)
1. Drama
1. Istilah drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berati berbuat. Pengertian
drama adalah pertunjukkan cerita atau lakon kehidupan manusia yang
dipentaskan. Drama sebagai karya sastra berupa naskah drama
2. Visualisasi naskah drama (teater, film, opera, sinetron) tidak termasuk objek studi
ilmu sastra
3. Catatan: perkembangan terakhir perubahan objek studi sastra meluas melampaui
batas kebahasaan
4. Drama selain sebagai karya sastra juga sebagai karya seni. Hal ini berkaitan
dengan proses terjadinya drama yang biasa dirumuskan dalam formula 4M.
M1 : Mengkhayalkan
M2 : Menuliskan
M3 : Memainkan/mementaskan
M4 : Menyaksikan/menonton
1. Drama sebagai karya sastra hanya sampai tahap M2, yaitu mengkhayalkan dan
menuliskan
Sirkuit Sastra
1. M.H. Abrams sejatinya sebuah karya sastra adalah apabila ia berada dalam sirkuit (jalur
perputaran) antara universe, author (sastrawan), dan audience (pembaca)
2. Robert Escarpit jadi, ia telah mengalami proses lengkap alam konteks produksi,
distribusi, dan resepsi.
Konteks produksi proses kreatif pengarang, latar belakang sosial pengarang, status
sosial
-
Pendekatan Sastra
Teori Rene Wellek dan Austin Warren
1. Intrinsik unsur yang membangun karya sastra dari dalam
-
Tokoh orangnya
Penokohan perwatakannya, karakterisasinya
1. Ekstrinsik unsur dari luar karya sastra yang mengisi, misalnya: agama, filsafat, dll
Karya sastra dapat diketahui jenisnya, karena adanya unsur ekstrinsik.
Kritik M.H. Abrams
1.
2.
3.
4.
Mimetik
Pragmatik
Ekspresif
Objektif
Sebenarnya ini semua yang dikemukakan M.H. Abrams bukan digunakan untuk teori, tetapi
digunakan untuk kritik sastra.
Karya sastra yang baik seharusnya mempunyai jarak estetik yang jauh, kalau realistik itu bukan
karya sastra yang baik karena tidak ada bedanya dengan biografi, dll.
Perkembangan teori sastra muttakir, tidak bisa mengabaikan lingkungan pengarang, karena itu
berpengaruh sekali dalam karyanya.
Ada 3 sistem kode yang dipahami oleh pengkaji karya sastra
1. Sistem kode bahasa
2. Sistem kode budaya
3. Sistem kode sastra
10. Etika/moral
11. Humaniora
12. Religi/agama
13. Estetika
14. Cabang seni lain
contoh lagi
kita tidak pernah kenal
tapi sering berpapasan di jalan
aku hanya ingin mengatakan
kau manis sekali ....
contoh lagi
tadi pagi kau hampir menabrakku
kau terkejut dan senyum tersipu
kau semakin manis
ah ..., aku jadi tak bisa lupa kau!
Simpulan:
1. Pembaca dan pengarang mempunyai kemampuan/penguasaan bahasa sebaik-baiknya
agar dapat memahami dan mencipta karya sastra
2. Pembaca dan pengarang perlu bersikap kreatif dalam menghadapi bahasa sastra, dan
perlu bersikap kritis terhadap penggunaan bahasa sehari-hari
3. Bahasa karya sastra adalah bahasa tersendiri yang tidak terlepas dari sesnsi bahasa pada
umumnya
Sastra adalah wadah filsafat tertentu atau perwujudan dari suatu aliran filsafat
Batas antara sastra dengan filsafat kadang-kadang sangat kabur
Pemisahan antara sastra dengan filsafat tidak dapat dipertanggung jawabkan
Filsafat dalam sastra dapat ditemui pada waktu seorang pujangga berperan sebagai filsuf,
atau sebaliknya bila seorang filsuf berperan sebagai pujangga
Tema inspirasinya
Mitos
Resepsi tanggapan terhadap cerita rakyat, cerita lain
Sumber inspirasi
Formalisme
Strukturalisme
Post-strukturalisme (dekonstruksi)
Post-modernisme
Semiotik
Hermeneutik
Sosiologi sastra
Feminisme
Psikoanalisis
13. Estetika
14. Stilistika
15. Naratologi
16. Strukturalisme genetik
17. Teori-teori sastra marxis
Formalisme
Konsep Dasar cara pendekatan dalam ilmu dan kritik sastra yang mengesampingkan data
biografis, psikologis, ideologis, dan sosiologis, yang memusatkan perhatian pada bentuk karya
sastra itu sendiri
Formalisme Rusia
1. Aliran teori dan kritik sastra di Rusia (19151930) yang mencari unsur-unsur khas
bahasa dalam teks sastra
2. Unsur khas itu adalah bentuk baru yang menyimpang dari bentuk bahasa biasa.
Otomatisasi didobrak (deotomatisasi)
3. Pembaca merasa asing terhadap bentuk-bentuk menyimpang itu, sehingga melihat
kenyataan dengan cara baru
4. Bahasa sehari-hari dimanipulasi dengan berbagai cara dalam metrum, irama, sintaksis,
dan gramatikal.
Strukturalisme
Konsep dasar:
1. Struktur adalah keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks
2. Strukturalisme adalah aliran ilmu dan kritik yang memusatkan perhatian pada relasi-relasi
antarunsur
3. Unsur-unsur itu sendiri tidak penting, tetapi memperoleh arti dalam relasi-relasi itu
4. Relasi yang ditelaah dapat berkaitan dengan unsur-unsur dalam mikroteks, makroteks,
dan intertekstual.
5. Kaitan dapat ditelaah berdasarkan periodisitas, korespondensi, repetisi, kontras, dan
gradasi.
Penelitian dengan teori struktur bukan menjadi pijakan untuk menganalisis aspek-aspek
ekstrinsik dari karya sastra.
Mikroteks satu teks karya sastra
Makroteks unsur karya sastra yang sudah ada dari karya sastra yang ada
Repetisi diulang-ulang
Tema motif-motif yang diulang-ulang (peristiwa yang berhubungan)
Postrukturalisme/Dekonstruksi
Konsep Dasar:
1. Dekonstruksi adalah cara membaca sebuah teks, dari perspektif sastra maupun filsafat
berdasarkan metode fenomenologi (Heidegger) dan skeptisisme (Nietzshe)
2. Bahasa bukan jendela transparan dari realitas yang belum dibahasakan seperti ditafsirkan
oleh tradisi intelektual Barat
Dekonstruksi
1. Secara linguistik, literer, dan kultural sebuah teks selalu berkaitan dan mengacu pada
teks-teks lain yang diolah, diubah, dan disinambungkan
2. Yang dilacak ialah paradoks dan aporia dalam teks
3. Dekonstrusi adalah koreksi terhadap strukturalisme
4. Beberapa konsep strukturalisme dilacak sampai ke akar-akarnya
5. Konsep arti versi Saussure ditafsirkan sedemikian rupa sehingga pengertian tentang teks
dibongkar
6. Makna sebuah teks sastra tidak bulat dan statis, sebagaimana diyakini kaum
strukturalisme, tetapi selalu bergerak dinamis tanpa ujung akhir
7. Tokoh-tokoh pemikir deonstruksi adalah Jacques Derrida
Semiotik
1. Ilmu yang meneliti tanda, sistem tanda, dan proses suatu tanda diartikan
2. Tanda adalah sesutau yang merujuk kepada sesuatu yang lain, atau yang mewakili
sesuatu yang lain tersebut
3. Tanda selalu bersifat representatif
4. Tanda selalu mempunyai hubungan dengan tanda-tanda lain, dengan sesuatu yang
dilambangkan, dan dengan sesuatu yang memakai tanda itu (pengirim dan penerima
tanda)
5. Apabila diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat tidak mempunyai
arti pada dirinya sendiri
6. Selalu sebagai relasi antara pengemban arti (signifiant), apa yang diartikan (signifie)
7. Dalam penelitian sastra harus diperhatikan hubungan sintaktik (tanda dengan tanda),
semantik (tanda dengan simbol), dan pragmatik (tanda dengan pemakai tanda)
8. Semiotik tidak hanya diterapkan pada bahasa, melainkan pada semua bentuk ungkapan
Pendekatan dalam Semiotik
1. Semiotik sintaktik menafsirkan bunyi dan kalimatnya
2. Semiotik semantik menafsirkan maknanya
3. Semiotik pragmatik menafsirkan berdasarkan siapa yang mengirim tanda tersebut
Pemikiran Tokoh Semiotik
1. Ferdinand de Saussure
1. Bahasa pada dasarnya adalah sebuah sistem tanda
2. Sebagai sistem tanda bahasa (makna) bersifat konvensional
3. Tanda mempunyai sifat representatif (denotatum), sifat interpretatif (interpretant),
dan dasar yang menopang tanda itu (ground)
4. Hubungan antara tanda dan acuannya (denotatum) dapat dibedakan atas ikon
(kemiripan tekstur), indeks (kedekatan eksistensi), dan simbol (konvensi)
5. Charles Sanders Peirce
1. Teori peirce dikembangkan atas adasar pemikiran bahwa tanda-tanda
memungkinkan manusia berpikir, berinteraksi, dan memberi makna pada
apa yang ditampilkan alam semesta
2. Ia memusatkan perhatian pada berfungsinya tanda secara umum
Penelitian Sastra
Istilah dasar:
1.
2.
3.
4.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sejarah
Psikologi
Moral
Budaya
Kemanusiaan
Dan lain-lain