Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS CERPEN “PSBB” KARYA KENDUNG DARMA ROMANSHA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Prosa Fiksi yang diampu oleh

Dr. Sri Widayati, M.Hum.

Disusun Oleh :

Okta Alfriani 2288201032

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUM


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan

sayangnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Analisis

Cerpen “PSBB” Karya Kendung Darma Romansha. Sholawat serta salam

semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi besar kita Muhammad

SAW, yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yang

terang-benderang.

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu syarat penyelesaian tugas

mata kuliah Kajian Prosa Fiksi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Muhammadiyah Kotabumi.

Pada dasarnya saya sebagai manusia biasa tidak luput dari segala

kesalahan yang dilakukan, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya

harapkan guna kesempurnaan makalah ini nantinya. Akhirnya hanya kepada Allah

SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak, khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisinya,

aamiinyaarobbal alamin.

Kotabumi, 21 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tema...............................................................................................3

2.2 Tokoh dan Penokohan.....................................................................4

2.2.1 Teknik Pelukisan Tokoh.......................................................7

2.3 Alur.................................................................................................10

2.4 Latar................................................................................................13

2.3 Alur.................................................................................................10

2.4 Sudut Pandang................................................................................16

2.5 Gaya Bahasa....................................................................................17

2.6 Amanat............................................................................................19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................20

ii
3.2 Saran...............................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai alat

utama untuk mengomunikasikan segala perasaan dan pikiran, dan yang

menjadi dasar penggunaan bahasanya terletak pada keberdayaan pilihan kata

yang digunakan sehingga mengusik dan meninggalkan kesan kepada

sensitifitas pembaca. Sebagai karya sastra memiliki imaginasi dan emosi,

maka dalam hal ini karya sastra dimanfaatkan sebagai komsumsi intelektual

dan emosional. Karya sastra yang dalam bentuk penyajiannya berupa cerita

yang mengangkat persoalan kehidupan sebagai tema ceritanya, dan dalam

cerita itulah dituangkan gagasan- gagasan pengarang mengenai hidup dan

kehidupan. Namun akan sia sia ketika mengharapkan kehidupan sebagaimana

disajikan dalam karya sastra Atmazaki dalam Abdullatip Munawar dan Dwi

Muhammad Wicaksono (2022).

Cerpen atau cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan suatu

kebulatan ide. Cerpen juga bisa disebut sebagai karangan fiktif yang berisikan

tentang sebagian kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan

secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh saja. Dalam cerpen terdapat

unsur-unsur yang membangun cerpen yaitu tema, penokohan, alur dan bahasa

yang digunakan. Unsur tersebut memiliki hubungan fungsional dalam

membangun cerita sehingga menghasilkan pemaknaan yang utuh terhadap

karya.

1
Penulis memilih cerita pendek “PSBB” Karya Kendung Darma Romansha

sebagai bahan untuk dianalisis. Cerita pendek “PSBB” Karya Kendung Darma

Romansha ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga

mahasiswa mudah untuk menganalisisnya. Selain itu, cerita pendek ini isinya

menarik sehingga sangat cocok sebagai bahan pembelajaran di kelas. Untuk

itu peneliti menggunakan cerita pendek “PSBB” sebagai bahan untuk

dianalisis. Analisis difokuskan pada tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,

dan amanat.

Beberapa pesan yang tertangkap oleh penulis dalam cerpen “PSBB” antara

lain adalah Bijak-bijaklah dalam memilih pergaulan karena lingkungan yang

baik dapat menentukan masa depan yang baik pula.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Kumpulan Cerpen “ WABAH “ karya Rizqin Turama, dkk. Penyunting Wening

Udasmoro dan Arifah Rahmawati di terbitkan oleh kerjasama Fakultas Ilmu

Budaya UGM, dalam cerpen yang berjudul PSBB karya Kendung Darma

Romansha memiliki Tema, Latar, Amanat dan Penokohan sebagai berikut.

2.1 Tema

Menurut Aminuddin dalam Kharisma Bintang Destriadi (2022) menyatakan

bahwa, “Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan

juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang

diciptakannya”. Artinya tema adalah dasar pemikiran dalam sebuah karya

sastra. Senada dengan pernyataan Aminuddin, menurut Tarigan dalam

Kharisma Bintang Destriadi (2022) menyatakan bahwa, “tema adalah

pandangan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai tertentu yang

membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya

sastra”. Artinya tema adalah suatu gambaran yang berada dalam kehidupan

yang diterapkan kepada karya sastra. Menurut Hartoko & Rahmanto dalam

Kharisma Bintang Destriadi (2022) sebuah karya sastra dan yang terkandung

dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-

persamaan atau perbedaan-perbedaan”. Artinya tema adalah sebuah dasar ide

pokok yang bermakna dalam karya sastra dan berkesinambungan.

berpendapat bahwa, “Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang

3
Maka dapat disimpulkan dari semua pendapat ahli di atas tema adalah

makna atau gagasan yang terkandung dalam sebuah cerita dan kekuatan

sekaligus unsur pemersatu semua fakta dalam cerita.

Tema dalam cerita PSBB karya Kendung Darma Romansha yaitu : “

Lingkungan pertemanan yang tidak baik dapat pula menentukan masa depan

yang suram.” Terlihat pada kutipan “Jangan kumpul-kumpul lagi sama anak

berandal itu. Nanti kamu kumat lagi. Gara-gara gaul sama mereka kamu di

penjara. Makanya orang hidup itu nggak usah neko-neko, kaya anak

konglomerat saja.”

2.2 Tokoh dan Penokohan

Menurut Aminuddin dalam Kharisma Bintang Destriadi (2022) berpendapat

bahwa, “Tokoh adalah pelaku yang menjalankan lakon dalam sebuah cerita

fiksi. Masing-masing pengarang mempunyai cara tersendiri dalam

memunculkan tokoh-tokoh dalam ceritanya”. Artinya tokoh adalah pelaku

yang berada dalam cerita dan pengarang juga dapat membuat karakter pelaku

sebagaimana dengan pembawaan alur cerita.

Senada dengan pernyataan Aminuddin, menurut Semi dalam Kharisma

Bintang Destriadi (2022) berpendapat bahwa, “Tokoh ialah pelaku dalam

karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun hanya

ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dan

menjadi peran utama dalam karya sastra. Dikenal pula dua jenis tokoh, yaitu

tokoh datar dan tokoh bulat”. Artinya tokoh adalah pemeran yang berada

dalam cerita dan secara langsung membuat interaksi kepada pemeran yang

lainnya.

4
Abrams dalam Natalia Intan Pertiwi (2018) mengatakan tokoh cerita

adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang

oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan seperti

diekspresikan dalam ucapan serta apa yang dilakukan dalam tindakan.

Lanjut Abrams dalam Natalia Intan Pertiwi (2018) mengatakan bahwa

dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita.

Tokoh dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Tokoh utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaaannya dalam cerita

yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,

baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama

senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap

halaman buku cerita yang bersangkutan.

b) Tokoh tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang permunculannya dalam keseluruhan

cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada

keterkaitan dengan tokoh utama, secara langsung dan tidak langsung.

Maka dapat disimpulkan dari pendapat para ahli di atas tokoh dan

penokohan adalah peran yang dimain kan oleh tokoh itu sendiri baik

protagonis maupun antagonis untuk menghidupi cerita itu sendiri.

Dalam cerita “PSBB” karya Kendung Darma Romansha memiliki

tokoh dan penokohan sebagai berikut :

5
a. Tokoh utama yaitu Wawan

Watak tokoh wawan dari cerpen PSBB karya Kendung Darma

Romansha yaitu tokoh yang terlalu berserah diri kepada nasib yang di

timpanya. Terlihat pada kutipan “Di perjalanan pulang, kita

berpapasan. Aku melihatmu murung dan tak punya daya hidup. Aku

menanyaimu lalu kamu bilang padaku kalau kamu baru saja melamar

kerja di toko Haji Karyo.”

b. Tokoh tambahan yaitu Rasjo, Ibu, dan Anak Wawan

1. Watak tokoh Rasjo dari cerpen PSBB karya Kendung Darma

Romansha yaitu tidak mau mengakui kesalahannya dan malah

mengkambing hitamkan wawan. Terlihat pada kutipan “Sejujurnya

aku ingin mengatakan kalau orang yang membegal di bawah

jembatan kretek adalah aku.”

2. Watak tokoh ibu dari cerpen PSBB karya Kendung Darma

Romansha yaitu sebagai penasehat wawan agar wawan tidak

terpengaruh oleh pergaulan yang tidak benar. Terlihat pada kutipan

“Jangan kumpul-kumpul lagi sama anak berandal itu. Nanti kamu

kumat lagi. Gara-gara gaul sama mereka kamu di penjara. Makanya

orang hidup itu nggak usah neko-neko, kaya anak konglomerat

saja.”

3. Watak tokoh anak wawan dari cerpen PSBB karya Kendung Darma

Romansha yaitu percaya terhadap omangan orang tuanya bahwa

orang tuanya bukanlah begal tetapi super hero terlihat pada

kutipan :

6
“Kata orang-orang bapakku begal.”

“Loh, bapak kan memang Robin Hood. Sudah pernah liat

filmnya?” kamu mencoba mengalihkan

Anakmu mengangguk. “Bapakku pahlawan, dong?”

“Jadi hasan baru tahu kalau bapak pahlawan?” kamu tersenyum

kepadanya

c. Tokoh bawahan yaitu polisi

Watak tokoh polisi dari cerpen PSBB karya Kendung Darma

Romansha yaitu terlalu cepat mengambil keputusan tanpa menyelidiki

lebih dalam lagi sehingga salah sasaran dan merugikan semua orang

terlihat pada kutipan. “Bagaimana perasaan seseorang yang tidak

bersalah dan menghadapi hukuman sosial di kampungnya. Kenpa ada

polisi segoblok itu. Harusnya polisi semacam itu dipecat, sebab ia

akan membawa aib yang lebih besar lagi. Bayangkan jo, kalau salah

tangkap ini terus berulang.”

2.2.1 Teknik Pelukisan Tokoh

Menurut Minderop dalam Iba Harliyana, dkk (2020), dalam

menyajikan dan menentukan karakter (watak) para tokoh, pada

umunya pengarang menggunakan dua cara atau metode dalam

karyanya. Pertama, metode langsung (telling) dan kedua, metode tidak

langsung (showing). Metode langsung atau direct method (telling)

mencakup: karakterisasi pengunaan nama tokoh (characterization

though the use of name), karakterisasi melalui penampilan tokoh

(characterization though appearance), dan karakterisasi melalui

7
tuturan pengarang (characterization by the authir). Sedangkan metode

tidak langsung (showing) mencakup: karakterisasi melalui dialog,

karakterisasi melalui lokasi dan situasi, karakterisasi jati diri tokoh

yang dituju penutur, karakterisasi melalui nada suara, tekanan, dialek,

dan kosakata, dan karakterisasi melalui tindakan para tokoh.

Sumardjo dalam Iba Harliyana, dkk (2020), mengatakan ada beberapa

jalan yang dapat menuntun kita sampai pada karakter, yaitu: melalui

apa yang diperbuatnya, melalui ucapanucapannya, melalui

penggambaran fisik tokoh, melalui pikiran-pikirannya, dan melalui

penerangan langsung.

Selanjutnya, Karmini dalam Iba Harliyana, dkk (2020), juga

mengatakan secara garis besar, ada dua cara atau teknik melukiskan

tokoh cerita, yaitu secara analitik dan dramatik. Walaupun pendapat

kedua pakar ini terdapat perbedaan istilah, namun secara esensial tidak

berbeda, keduanya menyarankan pada pelukisan tokoh secara

langsung dan pelukisan tokoh secara tidak langsung.

 Macam-Macam Teknik Pelukisan Tokoh

a) Teknik Pelukisan Tokoh Secara Langsung

Teknik ini sering disebut juga teknik analitik, yaitu pelukisan

tokoh dilakukan dengan memberi deskripsi atau menjelaskan

tokoh secara langsung. Teknik ini menjelaskan fisik maupun

watak tokoh secara langsung. Teknik yang melukiskan tokoh

dalam sebuah paragraf atau penjabaran secara tertulis secara

rinci.Pada teknik ini terkadang penjelasan tokoh dilakukan pada

8
awal untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang

tokoh yang sedang dibacanya

b) Teknik Tokoh Secara tidak langsung

Teknik dramatik merupakan teknik yang melukiskan tokoh

secara tidak langsung pada pendeskripsian. Pengarang tidak

membuat pelukisan tokoh dengan secara eksplisit tentang fisik

maupun watak dari tokoh yang dilukiskan. Pengarang

membiarkan pembaca untuk bereksplorasi saat membaca.

Pengarang melukiskan tokoh melalui percakapakan atau

pelukisan dilakukan secara bertahap. Terkadang pengarang

melakukan pelukisan tokoh secara bertahap menurut alur yang

sedang dikarangnya. Nurgiyantoro dalam Iba Harliyana, dkk

(2020) membagi teknik penggambaran dramatik menjadi

delapan bagian, yaitu: 1) teknik cakapan, 2) teknik tingkah

laku, 3) teknik pikiran dan perasaan, 4) teknik arus kesadaran,

5) teknik reaksi tokoh, 6) teknik reaksi tokoh lain, 7) teknik

pelukis fisik, 8) teknik pelukisan latar.

Dalam cerpen PSBB karya Kendung Darma Romansha teknik yang

digunakan yaitu teknik dramatik karena melalui cakapan, tingkah

laku, pikiran dan perasaan tokoh dalam cerita contohnya pada

kutipan “Ketika memasuki kampungmu, orang-orang melihatmu

dengan tatapan yang aneh. Seolah-olah kamu adalah biang kerok

dari semua masalah di kampung. “Bagimana perasaan seorang

9
yang tidak bersalah dipaksa harus merasakan bersalah dan

menghadapi hukuman sosial di kampungnya”.

2.3 Alur

Aminudin dalam Kharisma Bintang Destriadi (2022) berpendapat bahwa,

“Alur adalah rangkaian peristiwa yang dibentuk oleh tahapan-tahapan

peristiwa sehingga menjalani suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku

dalam cerita”. Artinya alur adalah sebuah peristiwa yang terstruktur dan

diperankan oleh tokoh yang berada dalam cerita tersebut.

Menurut Sudjiman dalam Kharisma Bintang Destriadi (2022) menyatakan

bahwa, “Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalani dengan

saksama yang menggerakkan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan

selesaian”. Artinya dalam alur atau plot banyak peristiwa yang direka

sehingga menimbulkan beberapa jalan cerita sehingga menimbulkan puncak

dalam isi cerita.

Maka dapat disimpulkan dari semua pendapat ahli di atas alur adalah

rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita melalui

rumitan ke arah klimaks dan selesaian.

Alur dalam cerita PSBB karya Kendung Darma Romansha yaitu

menggunakan alur maju mundur karena meceritakan kejadian yang berjalan

terus menerus dan masih melibatkan kejadian yang sudah lalu terlihat pada

kutipan. “ Orang pertama yang ingin kau temui adalah anakmu. Kamu sudah

cerai dengan istrimu lebih tepatnya diceraikan setahun yang lalu. Katamu ia

sudah tidak kuat lagi mengdapai nyinyiran orang, dan katamu lagi ia merasa

kasihan dengan anakmu yang harus menanggung malu dosa orangtuanya.

10
Atas alasan itu ia menceraikanmu. Dua bulan setelahnya ia kawin lagi dan

menitipkan anak kalian ke orangtuamu.”

Secara teoritis kronologis tahap-tahap pemplotan menurut Nurgiyantoro

dalam Khrisna Bayu Kurnianto (2013) adalah sebagai berikut:

(1) Tahap Situation Berisi pelukisan dan pengenalam situasi latar dan tokoh

cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi

awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk melandasi cerita yang

dikisahkan pada tahap berikutnya.

(2) Tahap Pemunculan Konflik Masalah dan peristiwa yang menyulut

terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahap ini merupakan tahap

awalnya munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan

atau dikembangkan menjadi konflik pada tahap-tahap berikutnya.

(3) Tahap Peningkatan Konflik. Konflik yang telah dimunculkan pada tahap

sebelumya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intesitasnya.

Peristiwaperistiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam

dan menegangkan. Pada tahap ini konflik hampir mencapai pada klimaks.

(4) Tahap Klimaks Konflik atau pertentangan pertentangan yang terjadi, yang

dilalui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mengalami titik

intesitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama

yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.

(5) Tahap Penyelesaian Konflik yang tekah mencapai klimaks diberi

penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-

subkonflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada, juga diberi jalan

keluar, cerita diakhiri. Tahap ini berkesesuaian dengan tahap akhir.

11
Contoh pengalur dalam cerita PSBB karya Kendung Darma Romansha

yaitu :

1) Tahap Situation

Tahap penyituasian di dalam cerpen PSBB karya Kendung Darma

Romansha diawali melalui pengambaran pengarang tentang tokoh

kamu yang baru saja diceraikan oleh istrinya karena banyak menahan

malu akibat perbuatannya lalu selang 2 bulan istri dari tokoh kamu

menikah lagi dan menitipkan anak mereka kepada ibu si tokoh aku.

2) Tahap Pemunculan Konflik

Pemunculan konflik pada saat pengumuman napi dibebaskan, tetapi

tokoh aku tidak merasakan senang maupun sedih karena dia berfikir

agak aneh jika orang yang tidak bersalah merasakan senang keluar

dari penjara.

3) Tahap Peningkatan Konflik

Peningkatan konflik muncul ketika tokoh kamu berjalan menuju

rumah melewati perkampungan dan orang-orang kampung melihat

tokoh aku seperti biang kerok kampung padahal tokoh kamu adalah

orang yang tidak bersalah tetapi dialah korban dari ulah temannya

sendiri.

4) Tahap Klimaks Konflik

Klimaks konflik muncul ketika merebaknya kabar pembegalan dan

maling di kampung sebelah, ketika itu pula tokoh kamu di fitnah

bahwa ada keterkaitannya dengan apa yang terjadi di kampung

sebelah.

12
5) Tahap Penyelesaian

Diakhir cerita tokoh kamu bertemu dengan tokoh aku disini

diceritakan bahwa tokoh aku melihat tokoh kamu murung karena tidak

diterima kerja di toko haji karyo ulah perbuatannya dahulu menjadi

pertimbangan haji karyo, tetapi ketika tokoh aku melamar pekerjaan di

toko haji karyo ia diterima dan disitulah tokoh aku merasa menyesal

karena sejak awal dia tidak jujur bahwa perbuatan yang dilakukan

oleh tokoh kamu adalah perbutannya bukan perbutan tokoh kamu.

2.4 Latar

Menurut Aminuddin dalam Kharisma Bintang Destriadi (2022) berpendapat

bahwa, “latar atau setting dalam sebuah karya sastra adalah untuk membuat

sebuah cerita terasa nyata dan logis bagi pembaca. Dalam artian, sebuah

peristiwa dalam sebuah cerita tentu tidak akan terlepas kapan dan dimana

peristiwa itu terjadi dan situasi pendukungnya”. Artinya latar atau setting

adalah tempat di mana dimuatnya sebuah cerita agar lebih terasa meyakinkan.

Menurut Tarigan dalam Kharisma Bintang Destriadi (2022) menyatakan

bahwa, “latar adalah latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam suatu

cerita”. Artinya latar adalah tempat penggambaran suatu peristiwa itu terjadi.

Burhan Nurgiantoro dalam Natalia Intan Pertiwi (2018) mengatakan

bahwa unsur latar dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok, antara lain

sebagai berikut:

a) Latar Tempat

Mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah

karya fiksi.Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-

13
tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu

tanpa nama jelas. Latar tempat tanpa nama jelas biasanya hanya berupa

penyebutan jenis dan sifat umum tempat-tempat tertentu, misalnya desa,

sungai, jalan, hutan, kota, kecamatan, dan sebagainya.

b) Latar Waktu

Berhubungan dengan masalah “kapan” terjadi peristiwa-peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” itu biasanya

dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat

dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

c) Latar Sosial

Mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial

masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Selain itu

latar sosial juga berhubungan dengan status sosial yang bersangkutan.

Tata cara kehidupan sosial, masyarakat mencakup berbagai masalah

dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup,

adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan

bersikap, dan lain-lain. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan

dengan status

sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

Maka dapat disimpulkan dari pendapat ahli di atas latar adalah

tempat terjadinya pristiwa tersebut kapan terjadinya, dimana terjadinya

dan bagaimana suasananya.

Latar pada cerpen “PSBB” karya Kendung Darma Romansha yaitu

sebagai berikut :

14
1) Latar Tempat

a. Kantor polisi terlihat pada kutipan “Ketika diumumkannya

pembebasan para napi oleh seorang menteri, sejujurnya kamu

senang, tapi agaknya aneh jika seorang yang tak bersalah merasa

senang keluar dari penjara? Semua napi pasti senang.”

b. Perkampungan terlihat pada kutipan “Ketika memasuki

kampungmu, orang-orang melihat mu dengan tatapan yang aneh.

Seolah-olah kamu adalah biang kerokdari semua masalah di

kampung.”

c. Rumah terlihat pada kutipan “Itu dialog terpanjang ibumu sejak

kamu di rumah.”

d. Toko kelontong Haji Karyo terlihat pada kutipan “Setelah sampai

di toko kelontong haji karyo, orang-orang mulai menatapmu

dengan pandangan yang aneh.”

2) Latar waktu

a. Setahun yang lalu terlihat pada kutipan “Orang pertama yang ingin

kau temui adalah anakmu. Kamu sudah cerai dengan istrimu lebih

tepatnya diceraikan setahun yang lalu.”

b. Dua bulan terlihat pada kutipan “Dua bulan setelahnya ia kawin

lagi dan menitipkan anak kalian ke orangtuamu.”

c. Empat hari terlihat pada kutipan “ Empat hari setelah keluar dari

penjara, sesuai dugaanmu, kampung sebelah ada yang

kemalingan.”

15
d. Satu bulan lebih terlihat pada kutipan “ Lebih dari satu bulan,

ketika situasi dirasa mulai aman, kamu memberanikan diri keluar

rumah untuk mencari pekerjaan.”

e. Malam hari terlihat pada kutipan “Kemudian malam harinya ibu

menemuiku di ruang tamu. Pintu depan sengaja kubuka rasanya

sumpek jika melihat pintu tertutup.”

3) Latar suasana

a. Sedih terlihat pada kutipan “semua kesedihan ini bermula dari

kerja polisi yang tidak becus.”

b. Senang terlihat pada kutipan “Itu dialog terpanjang ibumu sejak

kamu di rumah. Kamu senang, artinya ibumu sudah kembali

normal seperti biasanya. Kamu justru khawatir jika ibumu lebih

banyak diam.”

c. Bimbang terlihat pada kutipan “Sejujurnya aku ingin mengatakan

kalau orang yang membegal di bawah jembatan kretek adalah aku,

tapi aku tidak punya kekuatan untuk mengakui sebuah kejahatan

dan sama sekali aku tidak berniat mencelakakanmu. Aku juga

tidak tahu kenapa kamu yang tertuduh.”

2.5 Sudut Pandang

Aminuddin dalam Kharisma Bintang Destriadi (2022) menyatakan bahwa,

“Titik pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita

yang dipaparkannya”. Artinya menjelaskan bahwasanya pandangan seorang

penulis menjelaskan bahwa tokoh yang diceritakannya memuat suatu karakter

atau kepribadian sang tokoh. Menurut Nurgiantoro dalam Kharisma Bintang

16
Destriadi (2022) berpendapat bahwa, “Sudut pandang ini memiliki pengaruh

yang sangat penting dalam sebuah cerita. Sudut pandang yang digunakan

pengarang akan menentukan bagaimana penerimaan pembaca terhadap cerita

yang dibaca”. Artinya sudut pandang adalah suatu tanggapan pembaca

kepada hasil karya dari seorang penulis.

Maka dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli di atas sudut

pandang adalah pandangan pengarang terhadap tokoh yang diceritakan dalam

cerita tersebut.

Sudut pandang dalam cerpen “PSBB” karya Kendung Darma Romansha

itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan kedalam dua macam, pertama

gaya “kamu”, dan kedua gaya “aku” yaitu :

1. Pada tokoh “kamu” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku

yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri,

maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si

“aku” menjadi fokus, pusat kesadaran, pusat cerita. Si “kamu” yang

menjadi tokoh utama cerita praktis menjadi tokoh protagonis. Hal itu

amat memungkinkan pembaca menjadi merasa benar-benar terlibat.

2. Pada tokoh “aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca,

sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian “dibiarkan”

untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya yang menjadi

tokoh antagonis dalam cerita tersebut.

2.6 Gaya Bahasa

Menurut Semi dalam Kharisma Bintang Destriadi (2022) menyatakan bahwa,

“Gaya bahasa atau gaya penceritaan adalah tingkah laku pengarang dalam

17
menggunakan bahasa tersebut menyangkut pilihan materi bahasa, pemakaian

ulasan dan pemanfaatan gaya bertutur”. Artinya gaya bahasa adalah

implementasi dari tingkahlaku dan pemilihan kosakata yang dimuat

pengarang dan diterapkan kepada karya satra. Senada dengan pernyataan

Semi, Menurut Tarigan dalam Kharisma Bintang Destriadi (2022)

mengemukakan bahwa, Berhasil tidaknya seorang pengarang fiksi justru

tergantung pada kecakapannya mempergunakan majas atau gaya bahasa

dalam karyanya. Pengguna majas ini sedikit banyak dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu usia, pendidikan pengalaman, temperamen,

keterampilan serta tidak langsung menuturkan cerita tersebut. Selain itu,

pengarang juga sering kali mempergunakan aneka majas seperti metafora,

personifikasi, ironi, alegori dan lain sebagainya untuk menjadikan sebuah

cerita lebih menarik dan memiliki nilai rasa yang tinggi.

Maka dapat disimpulkan dari pendapat ahli di atas gaya bahasa adalah

penerapan tindak tutur seorang pengarang yang kurang lebihnya dituangkan

kepada karya satra yang dimuat secara literatur sehingga karyanya lebih

menarik saat dibaca.

Gaya bahasa yang digunakan pada cerpen “PSBB” karya Kendung Darma

Romansha yaitu mengunakan bahasa sehari-hari dalam kehidupan dan masih

ada tutur kata yang kasar terlihat pada kutipan “Ini salah satu keuntungan

mempunyai menteri yang dongok. Aku tidak mengerti kenapa presiden

memilih menteri setolol Yoasu, membebaskan tehanan pada situasi yang

tidak menguntungkan, ketika wabah menjalar ke hampir seluruh daerah.”

18
2.7 Amanat

Menurut Nuraeni dalam Kharisma Bintang Destriadi (2022) mengemukakan

bahwa,“Amanat merupakan pesan dari suatu peristiwa yang diungkapkan

oleh pengarangkepada pembaca. Menentukan amanat dan pesan itu sendiri,

tergantung kepadapembaca karena setiap pembaca memiliki persepsi dan

pemahaman serta nilai rasatersendiri bila pembaca telah selesai

membacanya”. Artinya amanat adalah pesan yang disampaikan kepada

pembaca sehingga pembaca dapat mengartikan isi pesanyang disampaikan

oleh seorang penulis. Menurut Koesasih dalam Kharisma Bintang Destriadi

(2022) menyatakan bahwa, “Amanat merupakanajaran moral atau pesan

didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepadapembaca melalui

karyanya itu”. Artinya amanat adalah ajaran yang diberikan secaratersirat

oleh seorang penulis kepada pembacanya.

Maka dapat disimpulkan dari semua pendapat para ahli di atas amanat

adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang untuk pembaca atau

pendengar yang dapat dijadikan cerminan kehidupan.

Amanat dalam cerita “PSBB” karya Kendung Darma Romansha yaitu : “

Bijak-bijaklah dalam memilih pergaulan karena lingkungan yang baik dapat

menentukan masa depan yang baik pula.”

Pada kutipan “ Jangan kumpul-kumpul lagi sama anak berandal itu. Nanti

kamu kumat lagi. Gara-gara gaul sama mereka kamu di penjara. Makanya

orang hidup itu nggak usah neko-neko, kaya anak konglomerat saja.”

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa cerpen “PSBB” karya Kendung Darma Romansha hanya

di fokuskan pada tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya

bahasa dan amanat. Di bawah ini akan diuraikan mengenai unsur intrinsik

dalam cerita pendek “PSBB” karya Kendung Darma Romansha.

Pertama, dalam cerita pendek “PSBB” memiliki tema lingkungan

pertemanan yang tidak baik dapat pula menentukan masa depan yang suram,

yang di mana dalam cerpen ini mengisahkan tentang tokoh kamu yang di

jadikan kambing hitam oleh kawannya sendiri.

Kedua, dalam cerita pendek “PSBB” memiliki 5 tokoh yang bernama

wawan menjadi tokoh utama. Tokoh aku merupakan tokoh yang dekat dengan

tokoh utama, tokoh ibu, dan anak wawan juga bisa di katakan tokoh

tambahan, sedangkan polisi menjadi tokoh bawahan.

Ketiga, alur dalam cerita pendek “PSBB” menggunakan alur maju mundur

karena meceritakan kejadian yang berjalan terus menerus dan masih

melibatkan kejadian yang sudah berlalu.

Keempat, latar dalam cerita pendek “PSBB” meliputi (1) latar tempat,

kantor polisi, rumah, perkampungan, dan toko klontong haji karyo. (2) latar

waktu terjadinya pada, setahun yang lalu, dua bulan, empat hari, satu bulan

lebih, dan malam hari. (3) latar suasana dalam cerita “PSBB” yaitu sedih,

senang,dan bimbang.

20
Kelima, Jika dilihat dari sudut pandang cerita pendek “PSBB”

menggunakan dua sudut pandang yaitu tokoh aku dan kamu.

Keenam, jika dilihat dari gaya bahasa cerita pendek “PSBB” menggunakan

sehari-hari dalam kehidupan dan masih ada tutur kata yang kasar.

Ketujuh, dalam cerita pendek “PSBB” terdapat pesan atau amanat yang

ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca yaitu Bijak-bijaklah dalam

memilih pergaulan karena lingkungan yang baik dapat menentukan masa

depan yang baik pula.

3.2 Saran

Tentunya sebagai penyusun saya juga menyadari jika dalam penyususnan

makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna

adapun nantinya penyusun akan segera melakukan perbaikan susunan makalah

ini dengan menggunkan beberapa sumber seperti jurnal ilmiah atau artikel

ilmiah serta keritik yang bisa membangun dari para pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki, Munawar Abdullatip & Wicaksono Dwi M. (2022). Analisis Cerpen

“Cinta Laki- Laki Biasa” Karya Asma Nadia Dengan Pendekatan Objektif.

Inspirasi Dunia: Jurnal Riset Pendidikan dan Bahasa Vol.1, No.4

Aminuddin, Destriadi, Kharisma Bintang. (2022). Analisis Pendidikan Karakter

Pada Kumpulan Cerpen Mekar Semalam Karya Mushoffa Sebagai

Alternatif Bahan Ajar Peserta Didik Kelas XI di SMAN 3 Cikampek.

Skripsi(S1) Thesis, FKIP UNPAS.

Tarigan, Destriadi, Kharisma Bintang. (2022). Analisis Pendidikan Karakter Pada

Kumpulan Cerpen Mekar Semalam Karya Mushoffa Sebagai Alternatif

Bahan Ajar Peserta Didik Kelas XI di SMAN 3 Cikampek. Skripsi(S1)

Thesis, FKIP UNPAS.

Hartoko & Rahmanto, Destriadi, Kharisma Bintang. (2022). Analisis Pendidikan

Karakter Pada Kumpulan Cerpen Mekar Semalam Karya Mushoffa Sebagai

Alternatif Bahan Ajar Peserta Didik Kelas XI di SMAN 3 Cikampek.

Skripsi(S1) Thesis, FKIP UNPAS.

Semi, Destriadi, Kharisma Bintang. (2022). Analisis Pendidikan Karakter Pada

Kumpulan Cerpen Mekar Semalam Karya Mushoffa Sebagai Alternatif

Bahan Ajar Peserta Didik Kelas XI di SMAN 3 Cikampek. Skripsi(S1)

Thesis, FKIP UNPAS.

22
Abrams, Intan, Pertiwi Natalia. (2018). Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek

“Radio Kakek” Karya Ratih Kumala Dan Rencana Pembelajarannya di

Kelas XI SMA. Skripsi(S1), FKIP USDY.

Minderop, Harliyana Iba, dkk. (2020). Teknik Pelukisan Tokoh Dalam Novel

Bulan Kertas Karya Arafat Nur. Jurnal Metamorfosa, Vol.8, No.1

Sumardjo, Harliyana Iba, dkk. (2020). Teknik Pelukisan Tokoh Dalam Novel

Bulan Kertas Karya Arafat Nur. Jurnal Metamorfosa, Vol.8, No.1

Karmini, Harliyana Iba, dkk. (2020). Teknik Pelukisan Tokoh Dalam Novel Bulan

Kertas Karya Arafat Nur. Jurnal Metamorfosa, Vol.8, No.1

Nurgiyantoro, Harliyana Iba, dkk. (2020). Teknik Pelukisan Tokoh Dalam Novel

Bulan Kertas Karya Arafat Nur. Jurnal Metamorfosa, Vol.8, No.1

Sudjiman, Destriadi, Kharisma Bintang. (2022). Analisis Pendidikan Karakter

Pada Kumpulan Cerpen Mekar Semalam Karya Mushoffa Sebagai

Alternatif Bahan Ajar Peserta Didik Kelas XI di SMAN 3 Cikampek.

Skripsi(S1) Thesis, FKIP UNPAS.

Nurgiyantoro, Bayu Kurnianto Khrisna, dkk. (2019). Relasi Antara Penokohan

Tokoh Utama dan Alur pada Film Forget me Not. J-Litera: Jurnal Kajian

Bahasa, Sastra, dan Budaya Jepang. Vol.1, No.1

Burhan Nurgiantoro, Intan, Pertiwi Natalia. (2018). Analisis Unsur Intrinsik

Cerita Pendek “Radio Kakek” Karya Ratih Kumala Dan Rencana

Pembelajarannya di Kelas XI SMA. Skripsi(S1), FKIP USDY.

23
Nuraeni, Destriadi, Kharisma Bintang. (2022). Analisis Pendidikan Karakter

Pada Kumpulan Cerpen Mekar Semalam Karya Mushoffa Sebagai

Alternatif Bahan Ajar Peserta Didik Kelas XI di SMAN 3 Cikampek.

Skripsi(S1) Thesis, FKIP UNPAS.

Koesasih, Destriadi, Kharisma Bintang. (2022). Analisis Pendidikan Karakter

Pada Kumpulan Cerpen Mekar Semalam Karya Mushoffa Sebagai

Alternatif Bahan Ajar Peserta Didik Kelas XI di SMAN 3 Cikampek.

Skripsi(S1) Thesis, FKIP UNPAS.

24
25
26
27
28
29
30
31
32

Anda mungkin juga menyukai