Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS INTRINSIK

Novel Hijrah Itu Cinta Karya Abay Adhitya

DI SUSUN OLEH : KLP 1


1. ARIFANDI FAOZAN
2. BAIQ JULITA VISHAK ISTIVANI
3. I MADE SUMERTA
4. DHIYA JAUZA ZAHRA
5. LILIANA NAPISTI

SMA NEGERI 1 GEUNG


TA 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ANALISIS UNSUR
INTRINSIK NOVEL. Tugas ini kami susun untuk memenuhi tugas mata pelajaran
BAHASA INDONESIA .

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam
proses penulisan ini. Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita.

Kami juga menyadari bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan tugas yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Terima kasih.

Gerung, 12 Desember 2023


DAFTAR ISI
Judul........................................................................................................
Kata pengantar.........................................................................................
Daftar isi..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................
1.4 Manfaat........................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tema ............................................................................................
2.2 Tokoh...........................................................................................
2.3 Penokohan....................................................................................
2.4 Sudut Pandang.............................................................................
2.5 Alur..............................................................................................
2.6 Setting..........................................................................................
2.7 Gaya Bahasa................................................................................
2.8 Amanat...........................................................................................
BAB III ANALISIS INTRINSIK Novel Hijrah Itu Cinta Karya Abay Adhitya
3.1 Analisis Tema...................................................................................
3.2 Analisis Tokoh.................................................................................
3.3 Analisis Penokohan.........................................................................
3.4 Analisis Sudut Pandang....................................................................
3.5 Analisis Alur.....................................................................................
3.6 Ana;isis Setting................................................................................
3.7 Analisis Gaya Bahasa........................................................................
3.8 Amanat.............................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................
4.2 Saran................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra adalah bentuk hasil dari sebuah proses berpikir seseorang yang dapat
disampaikan dalam bentuk lisan maupun tertulis dengan merangkai kata-kata yang dapat
membentuk kalimat dengan bertujuan untuk memberikan berbagai informasi dengan
menggunakan bahasa sebagai bentuk penyampaiannya. Menurut Sumardjo & Saini (1997:3)
Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide,
semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona
dengan alat bahasa. Sedangkan menurut Esten (2011:3) sastra adalah cipta seni, sebagai
sebuah cipta seni, sastra memiliki nilai keindahan tinggal. Karya sastra mengkomunikasikan
ide dan menyalurkan pikiran serta perasaan penulisnya.
Novel merupakan sebagai salah satu jenis karya sastra yang dibangun oleh unsur
intrinsik. Menurut Nurgiyantoro (2009:4), novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan
sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan dan bersifat imajinatif. Menurut
Wiyatmi dalam Nuryanti (2020:2) menjelaskan novel sebagai bagian dari karya sastra
berbentuk narasi yang isinya merupakan suatu kisah sejarah atau sebuah deretan peristiwa.
Sedangkan menurut Tarigan dalam Selfiana,dkk (2022:2) mendefinisikan novel merupakan
bentuk cerita prosa yang fiktif dengan panjang tersendiri, dimana melukiskan para tokoh,
gerak serta adegan dari kehidupan sesungguhnya yang mewakili pada suatu alur atau suatu
kondisi yang agak kacau atau tidak beraturan. Novel itu dibangun melalui berbagai unsur
intrinsiknya seperti tema, penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan amanat, dan sebagainya.
Semua unsur tersebut memiliki sifat imajinatif. Dalam menganalalisis unsur intrinsik itu
perlu dilakukan agar dapat mengapresiasi sebuah karya sastra meskipun hal ini bukan
menjadi salah satunya dalam mengapresiasi karya sastra.
Dalam sebuah karya sastra tentunya memiliki unsur pembangun cerita, seperti unsur
intrinsik. Novel merupakan sebuah totalitas. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai
unsur- unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling
bergantungan. Unsur intrinsik dalam sebuah novel adalah unsur yang secara langsung ikut
serta dalam membangun cerita.
Menurut Waluyo (2011:6), unsur-unsur pembangun cerita yaitu meliputi: tema, plot atau
kerangka cerita, penokohan dan perwatakan, setting atau tempat kejadian yang dapat
dikatakan sebagai latar, sudut pandang, latar belakang, dialog atau percakapan, gaya bahasa,
waktu cerita dan waktu penceritaan, dan yang terakhir ada amanat. Hijrah itu Cinta
merupakan salah satu novel dari salah satu sang motivator yang bernama Abay Adhitya atau
biasa disapa kang Abay. Dalam novel ini kang Abay menceritakan tentang proses hijrah
seseorang yang mempunyai masa lalu kelam.
Pada dasarnya novel diciptakan bukan hanya untuk kepentingan tertentu. Latar belakang
di atas yang menjadi alasan peneliti cukup tertarik untuk menganalisis novel “Hijrah itu
Cinta” karya Abay Adhitya. Tujuannya agar dapat menganalisis unsur intrinsik yang dapat
disampaikan kepada para remaja, kisah yang terkandung pada novel ini dapat mengajarkan
bahwa proses hijrah itu tidak mudah, namun jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh
karena Allah akan memberikan hasil yang terbaik.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk menemukan fakta dengan interprestasi yang tepat. Peneliti dapat melibatkan
sebagai kombinasi data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk membuat
analisis (Nazir,2005)
1.3 Tujuan
Bertujuan untuk menghasilkan data berupa deskriptif, data yang didapatkan tersebut
dihasilkan dari hasil beberapa karya orang lain, karya tersebut diuraikan melalui kata-kata
sehingga membentuk sebuah kalimat yang memiliki makna bukan berupa angka.
1.4 Manfaat
Agar bisa menambah pengetahuan pembaca dan menambah ilmu bagi pembaca.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tema
Istilah tema menurut Scharbach (dalam Aminuddin, 2010: 91) berasal dari bahasa latin
yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian adalah karena tema
adalah ide yang mendasar suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak
pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Sedangkan menurut (Stanton,
2007: 36) tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman
manusia sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat, sebuah cerita yang
khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana.(Herman et al.,
2019)
2.2 Tokoh
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 165) mengemukakan bahwa tokoh cerita (character)
adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sejalan dengan
Abrams, Baldie (dalam Nurgiyantoro, 2010: 166) juga menjelaskan bahwa tokoh adalah
orang yang menjadi pelaku dalam cerita fiksi atau drama, sedang penokohan
(characterization) adalah penghadiran tokoh dalam cerita fiksi atau drama dengan cara
langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk menafsirkan kualitas dirinya
lewat kata dan tindakannya.
2.3 Penokohan
Adapun penokohan atau karakter menurut Minderop (2011: 2) berarti orang, masyarakat,
ras, sikap mental dan moral, kualitas nalar, orang terkenal, tokoh dalam karya sastra. Adapun
menurut Jauhari (2013: 161) penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau
pelaku dalam sebuah cerita. Lebih lanjut Stanton (2007:33) mengemukakan bahwa
penokohan merupakan istilah karakter yang dapat dipakai dalam dua konteks, dapat merujuk
pada individu-individu yang muncul dalam cerita dan merujuk pada sikap, ketertarikan,
keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu atau tokoh-tokoh.
2.4 Sudut Pandang
Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja
dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. (Nurgiyantoro, 2010: 248).
Sedangkan menurut Tarigan (2011: 136), Sudut pandang adalah posisi fisik, tempat persona
pembicara melihat dan menyajikan gagasan-gagasan atau peristiwa-peristiwa yang
merupakan perspektif atau pemandangan fisik dalam ruang dan waktu yang dipilih oleh
penulis bagi personanya, serta mencakup kualitas-kualitas emosional dan mental persona
yang mengawasi sikap dan nada.
2.5 Alur/Plot
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga
menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin, 2010:
83). Sedangkan (Stanton, 2007: 36) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi
urutan kejadian, namun kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat , peristiwa satu
disebabkaan atau menyebabkaan terjadinya peristiwa yang lain. Hal ini sejalan dengan
pendapat Foster (dalam Tuloli 2000) mengemukakan alur atau plot merupakan rentetan
peristiwa dalam suatu fiksi (novel dan cerpen) tersusun dalam uraian waktu dan berdasarkan
hukum sebab akibat, alur atau plot sama dengan kerangka cerita, yang menjadi susunan
stuktur cerita. Alur merupakan struktur penceritaan yang dapat bergerak maju (alur maju),
mundur (alur mundur), atau gabungan dari kedua alur tersebut (alur campuran).
Berikut penjelasanya.
a) Alur Maju (Progresi)
Nurgiyantoro (2010: 153) mengemukakan Alur maju (progresi) yaitu apabila
pengarang dalam mengurutkan peristiwa-peristiwa itu menggunakan urutan waktu maju
dan lurus. Artinya segala peristiwa-peristiwa itu diawali dengan pengenalan masalah dan
diakhiri dengan pemecahan masalah dari cerita masa lalu hingga masa yang akan datang.
Sesuai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur maju merupakan alur yang
menceritakan dari cerita masa lalu ke cerita yang akan datang, sehingga alur maju
memiliki klimaks di akhir cerita dan merupakan jalinan/ rangkaian peristiwa dari masa
lalu ke masa kini yang berjalan teratur dan berurutan sesuai dengan urutan waktu
kejadian dari awal sampai akhir cerita. Alur maju ini juga disebut juga alur Krognitif,
yang memiliki tahap-tahap seperti awal, peruwitan, klimaks, antiklimaks dan akhir.
b) Alur Mundur (Flashback)
Nurgiyantoro (2010: 154) mengemukakan bahwa alur mundur adalah apabila
pengarang mengurutkan peristiwa-peristiwa itu tidak dimulai dari peristiwa awal,
melainkan mungkin dari peristiwa tengah atau akhir. Sesuai pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa alur mundur (Flashback) merupakan alur yang menceritakan masa
lampau yang memiliki klimaks pada awal cerita. Alur mundur merupakan rangkaian
peristiwa dari masa lalu ke masa kini yang disusun tidak teratur dari urutan kejadian masa
kini hingga kejadian kejadian akhir cerita. Adapun tahapan alur mundur yang disebut
juga alur tak kognitif seperti: akhir, anti klimaks, klimaks, perumitan dan awal.
c) Alur campuran
Alur campuran adalah alur yang menceritakan masa lampau ke masa sekarang
dan kembali lagi ke masa lampau atau sebaliknya, dari masa sekarang ke masa lampau
kemudian kembali lagi ke masa sekarang atau masa yang akan datang. Tarigan (2011:
156) memaparkan bahwa unsur-unsur alur terbagi atas lima bagian, yaitu situation
(pengarang mulai melukiskan suatu keadaan atau situasi), generating circumstances
(peristiwa yang bersangkut-paut, yang berkait-kaitan mulai bergerak), rising action
(keadaan mulai memuncak), climax (peristiwa-peristiwa mencapai klimaks), dan
denouement (pengarang memberikan pemecahan sosial dari semua peristiwa).
2.6 latar/setting
Latar menurut definisi Stanton (2007: 35) adalah lingkungan yang melingkupi
sebuah peristiwa dalam cerita semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang
sedang berlangsung. Wujud latar dapat berupa lokasi dalam cerita, waktu, dan suasana.
Sejalan dengan pendapat Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 214) yang mengungkapkan
bahwa latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan.
2.7 Gaya Bahasa
Abrams (Dalam Nurgiyantoro, 2009: 276) mengungkapkan bahwa Gaya bahasa
(style) merupakan cara pengucapan pengarang dalam mengemukakan sesuatu terhadap
pembaca. Sedangkan Keraf (2008: 112) berpendapat gaya bahasa adalah kemampuan atau
keahlian penulis untuk mempergunakan kata-kata secara indah. Lebih lanjut Tarigan (2009:
4) mengemukakan bahwa gaya bahasa adalah bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata
dalam berbicara dan menulis untuk menyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau
pembaca.
Nurgiyantoro (2009: 290-309) membagi gaya bahasa ke dalam empat unsur, yakni leksikal,
struktur kalimat, retorika, dan penggunaan kohesi.
a) Leksikal
Unsur leksikal dapat disebut juga sebagai diksi atau pilihan kata. Pengarang akan
menggunakan pilihan kata tertentu dalam mengisahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam novel. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan efek keindahan melalui segi
bentuk dan makna serta memberikan kepahaman kepada pembaca tentang isi cerita secara
utuh, karena pada dasarnya karya fiksi merupakan dunia kata yang dapat ditafsirkan.
b) Struktur Kalimat
Struktur kalimat atau unsur gramatikal adalah sebuah gagasan yang diungkapkan pengarang
melalui bentuk kalimat yang berbeda-beda struktur dan kosakatanya.Struktur kalimat tetap
harus mengedepankan kebermaknaan tanpa menghilangkan sifat estetis yang ingin dicapai.
d) Retorika
Retorika merupakan suatu cara pengarang mengungkapkan cerita melaui
pendayagunaan unsur-unsur retorika yang berupa pemajasan, penyiasatan struktur, dan
pencitraan. Berikut penjelasan tentang unsur-unsur tersebut.
1) Pemajasan
Pemajasan adalah teknik pengungkapan bahasa atau penggayabahasaan yang tidak
mengarah pada makna harfiah malainkan makna yang tersirat didalam kalimat-kalimat
tersebut. Pemajasan yang merupakan bahasa kias sengaja diciptakan pengarang untuk
ditafsirkan oleh pembaca terkait dengan peristiwa-peristiwa agar terkesan estetis serta
mendukung suasana dan nada tertentu dalam cerita.
2) Penyiasatan Struktur
Penyiasatan struktur merupakan gaya pengarang dalam memadukan unsur retoris dan
pemajasan yang bisa berbentuk pengulangan (pengulangan kata, frase, dan kalimat)
maupun bentuk-bentuk yang lain seperti, repetisi, pararelisme, anaphora, polisindenton,
asindenton, antithesis, alitrasi, klimaks, antiklimaks, dan pertanyaan retoris. Dari
penyiasatan struktur yang seperti itu diharapkan novel memiliki nilai keindahan yang
memanjakan pembaca menikmati isi cerita.
3) Pencitraan
Pencitraan dapat diartikan dengan penginderaan. Dalam karya fiksi akan terdapat
perasaan indera pada tubuh ikut menerima rangsangan terhadap peritiwa-peristiwa yang
diungkapkan. Pembaca akan dibawa kepada pengalaman melihat, mendengar, mencium,
mengecap, dan kinestetik secara imajinasi. Pembaca harus menghadirkan pengalaman
penginderaan dalam menafsirkan tiap peristiwa agar tersampaikan makna yang
dimaksudkan oleh pengarang.
e) Kohesi
Kohesi merupakan unsur penyiasatan struktur yang bersifat menghubungkan atau
bertugas sebagai pengait antara kalimat satu dengan kalimat yang lain. Kohesi bisa
berupa kata sambung dalam bentuk preposisi maupun konjungsi, dapat juga berupa
kelompok kata seperti, oleh karena, akan tetapi, dan jadi.
2.8 Amanat
Amanat atau nilai moral merupakan unsur isi dalam karya fiksi yang mengacu
pada nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan yang dihadirkan pengarang
melalui tokoh-tokoh di dalamnya. Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2009: 321). Sedangkan
menurut Siswandarti (2009: 44) amanat adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan
pengarang melalui cerita, baik tersurat maupun tersirat. Sejalan dengan Siswandarti,
Siswanto (2008:161-162) mengungkapkan amanat adalah sebuah gagasan yang menjadi
dasar karya sastra, yang merupakan pesan yang ingin disampaikan seorang pengarang
kepada pendengar atau pembaca.
BAB III
ANALISLIS INTRINSIK
Novel Hijrah Itu Cinta Karya Abay Adhitya
3.1 Tema
Tema yang terkandung dalam Novel “Hijrah itu Cinta” karya Abay Adhitya
adalah ketuhanan, seberat apapun proses hijrah yang dirasakan oleh para tokoh jika untuk
kembali ke jalan yang telah diridai Allah senantiasa akan dipermudah.
Dibuktikan dari kutipan berikut:
“Barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya akan diterima sebagai
hijrah karena Allah dan Rasul-Nya.” (hlm.272)
“Tetapi, jika kamu berhijrah karena Allah, maka kamu akan mendapatkan semuanya, berupa
kebahagiaan sejati dari Allah.” (Abay Adhitya, 2018)
3.2 Analisis tokoh

1. Senja 12. Deden


2. Satria 13. Fitria
3. fajar 14. Dion
4. Teh sinta 15. Abah Iwan
5. Riki Hidayat 16. Bang Mirza
6. Mang Didin
7. Bi Ratna
8. Resti
9. Yulia
10. Mirna
11. Angga

3.3 Analisis Penokohan


a) Senja memiliki watak baik dan perhatian. “Dalam perjalanan pulang, Senja mendekati
Fajar dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. “Kamu enggak hafal karena enggak
punya ini, kan? Kata Senja sambil tersenyum dan menunjukkan juz amma yang dimilikinya
pada Fajar. Nih, aku pinjemin.” (hlm. 35-36)
b) Satria memiliki watak peduli dan pemberani. “Satria tidak rela Abah Iwan ditangkap.
Dia khawatir terjadi sesuatu pada Abah Iwan kalau beliau sampai ditangkap. Satria
memejamkan mata, mengumpulkan tenaga dan sisa-sisa keberanian.” (hlm.247)
c) Fajar memiliki watak kerja keras. “Selama tiga minggu, Fajar menghafalkan tidak hanya
surah Adh-Dhuha, tetapi semua surah pendek dalam juz amma dengan penuh semangat.”
(hlm. 36) “Saya masih fresh graduate, tapi saya siap bekerja keras dan professional. Untuk
gaji saya serahkan pada kebijakan perusahaan. Insya Allah saya akan mengikuti.” (hlm.107)
d) Teh Sinta sebagai Ibu Senja, memiliki watak bijaksana. “Nak, Allah itu Maha Adil. Maha
Pengasih dan Maha Penyayang. Tanpa Allah, Ibu tak akan bisa membesarkanmu. Selama
ini Allah beri kita ujian, agar kita tumbuh menjadi hamba-Nya yang selalu berdoa,
berusaha, dan bertawakal. Ibu merasakan itu, Nak. Ibu merasa kuat setelah menerima
semua takdir yang terjadi dan bersangka baik kepada Allah.” (hlm. 83)
e) Riki Hidayat (Kang Umar) sebagai Ayah Senja, memiliki watak perhatian. “Pesan
terakhir Ayah, Nak, Jika kamu bertemu lelaki yang kamu cintai sungguh-sungguh, tolong
sampaikan surat ini kepadanya agar dia mengerti masa lalumu. Agar dia bisa mencintaimu
sepenuh hati karena Allah semata.” (hlm 61)
f) Mang Didin memiliki watak baik dan perhatian. “Kamu ke surge enggak bisa sendirian.
Kamu butuh teman berjuang, teman belajar, teman hijrah. Resti lagi semangat-semangatnya
belajar. Jadi, bisa barengan.” (hlm. 90)
g) Bi Ratna memiliki watak ramah dan perhatian. “Mama selalu dukung, biar lebih berkah
dan tenang keluarga kita. Apalagi pindahnya ke Bandung, bisa lebih dekat dengan Teh
Sinta.” (hlm. 104)
h) Resti memiliki watak baik dan peduli. “Tapi, enggak apa-apa kok suka film Korea. Aku
juga suka, sesekali, hehehe. Tapi jangan berlebihan sukanya.” (hlm. 92)
i) Yulia memiliki watak periang. “Iye, kenalin Mpok Senja, nama aye Yulia, tapi sering
dipanggil Shireen Sungkar.” (hlm. 90)
j) Mirna memiliki watak menjerumuskan. “Mirna adalah teman Senja sejak kuliah. Teman
nongkrong di kafe dan nge-mal. Mirna jugalah yang pertama kali mengajak Senja dugem,
serta mencoba minuman beralkohol.” (hlm. 90)
k) Angga memiliki watak peduli. “Sat, kapan kamu mau berhenti dan berubah? Kasihan
perempuan-perempuan yang kamu taklukkan, lalu kamu tinggalkan begitu saja. Aku enggak
pengin melihat sahabat sendiri menzalimi orang lain.” (hlm. 20-21)
l) Deden atau Demoy memiliki watak pantang menyerah. “Deden harus datang ke kajian
dengan berjalan kaki karena tidak punya uang. Dia berjalan kaki dari daerah Taman Sari ke
Masjid Trans Studio Bandung sepanjang kurang lebih 10 km. Bagi Deden, berjalan jauh itu
sudah biasa, anak punk memang terbiasa konvoi jalan kaki.” (hlm. 123)
m) Fitria memiliki watak ceroboh. “Selama ini dia merasa sudah menyerahkan semua yang
dia miliki pada kekasihnya itu. Cinta, kesetiaan, juga kehormatan paling berharga.” (hlm.
112)
n) Dion memiliki watak kejam. “Gue belum siap jadi bapak, jadi suami. Lebih baik
gugurkan kandungannya.” (hlm. 110)
o) Abah Iwan selaku pimpinan di Kampung Hijrah, memiliki watak baik hati dan peduli.
“Sebuah pertobatan agung akan melahirkan banyak kebaikan. Kalian sampai di tempat ini
semuanya atas kehendak Allah. Selamat datang di Kampung Hijrah.” (hlm. 148)
p) Bang Mirza memiliki watak peduli. “Pasalnya sejak awal masuk Kampung Hijrah, Bang
Mirza sebagai pembimbingnya sudah mewanti-wanti pentingnya mengedepankan adab
sebelum mempelajari ilmu.
3.4 Sudut Pandang
Sudut pandang yang terdapat pada novel “Hijrah itu Cinta” karya Abay Adhitya
menggunakan sudut pandang campuran. Penulis menempatkan posisi masuk ke dalam
sebuah cerita melainkan bukan sebagai pelaku utama, dan ada masanya penulis berada di luar
cerita menjadi bagian orang serba tahu.
Seperti pada kutipan berikut.
“Senja dan Satria, keduanya saling tertarik satu sama lain. Mereka bertemu kali pertama pada
satu malam di kawasan jalan Braga, Bandung.” (Abay Adhitya, 2018)
3.5 Analisis Alur
Alur merupakan bentuk proses cerita yang terbentuk dengan keadaan sebab akibat
maupun bersifat kronologis. Alur pada awal cerita alur mundur dan pada akhir cerita alur
maju, Dibuktikan dalam kutipan berikut:
“Awal cerita, tangisnya semakin menjadi ketika mengingat dosa-dosa di masa lalu. Kegilaan
demi kegilaan yang pernah dilakukannya semasa muda muncul seperti adegan film yang
tergambar di depan mata. Meneror dan mencabik-cabik hatinya penuh penyesalan. Di tengah
cerita, saat kamu memutuskan untuk berubah, Allah akan berikan petunjuk dan hidayah.
Biarkan kesadaran dirimu untuk taat meuntunmu mengambil keputusan di setiap proses yang
kamu lewati. Di akhir cerita, Satria terlihat menikmati perannya sebagai seorang
pembimbing. Lebih dari satu tahun berlalu sejak hari bahagia itu, saat Allah mempersatukan
dia dan Senja dalam sebuah pernikahan impian dan dikaruniai anak laki-laki yang diberi
nama Umar Hidayat.”
3.6 Analisis Setting
Latar yang terdapat dalam novel Hijrah itu Cinta karya Abay Adhitya adalah latar waktu,
latar tempat, latar suasana. Dibuktikan dalam kutipan berikut.
 Latar waktu yang terdapat pada novel “Hijrah itu Cinta” Karya Abay Adhitya adalah :
a. Malam hari. Seperti pada kutipan berikut.
“Malam itu, Senja baru saja keluar dari diskotek. Ini adalah kali kedua Senja main ke sana.
Kali pertama diajak temannya bulan lalu. Dan sekarang, dia memberanikan datang seorang
diri untuk melepas penat setelah seharian dipenuhi jadwal pemotretan.” (hlm. 3).
b. Siang hari.
“Senja sampai di kantor Mang Didin pukul 12.00 siang lewat beberapa menit. Matahari
semakin terik, Senja bergegas mencari musala kantor untuk shalat zhuhur.” (hlm.164)
c. Sore hari. “Sore hari di rumah Senja, Mang Didin datang menengok Ibu yang masih
dalam masa pemulihan. Ibu ingin membicarakan sesuatu yang penting terkait Senja dengan
Mang Didin.” (hlm.172)
d. Pagi hari.
“Pagi yang cerah di rumah Satria, setelah shalat shubuh dia jogging keliling kompleks
perumahan. Saat kembali, Mama sudah membuatkan teh manis untuknya.” (hlm. 212)
 Latar tempat yang terdapat pada novel “Hijrah itu Cinta” Karya Abay Adhitya,
dibuktikan dalam kutipan berikut.
a. Braga
“Di kawasan jalan Braga memang berjejer tempat hiburan malam, dan senja ingin segera
meninggalkan lokasi itu.” (hlm. 4)
b. Pasopati
“Satria sampai terlebih dahulu di skate park yang lokasinya berada di bawah flyover tol
Pasopati. Persis di samping Taman Jomblo juga Taman Film Pasopati.” (hlm. 14)
c. Halaman rumah
“Di halaman rumah, mereka berdua saling bertatapan mesra. Satria mengecup kening Senja
lembut.” (hlm. 23)
d. Kamar
“Sementara di dalam kamar, air mata Ibu mengalir deras tak terbendung. Ada penyesalan
yang semakin besar dia rasakan.” (hlm. 25)
e. Dapur
“Dengan langkah pelan, Senja pergi ke dapur mengambil air minum. Ketika melewati kamar
Ibu, tak sengaja Senja melihat kamarnya terbuka. Senja mengintip Ibu yang sedang shalat.”
(hlm. 27)
f. Bogor
“Dulu mereka semua tinggal satu atap di rumah kakek Senja di Bogor. Saat itu Senja masih
kecil, dan Mang Didin kuliah di IPB.” (hlm. 28) “Semua orang di Desa Ciapus Bogor
memanggilnya yatim atau si yatim. Ayahnya memang sudah meninggal sejak dia berumur 3
tahun.” (hlm. 30)
g. Kelas
“Satu waktu di dalam kelas, semua murid dites hafalan surah-surah pendek. Satu per satu
mereka maju. Senja dipanggil dan dites hafalan surah Al-Ikhlas.” (hlm.35)
h. Restoran
“Dia akan mengajak Senja makan malam di restoran hotel kelas atas di daerah Dago, lalu
mengajaknya menginap di sana. Ini adalah malam minggu, suasananya pasti akan sangat
mendukung.” (hlm.49)
i. Rumah sakit
“Ibu kamu sakitnya makin parah. Perutnya semakin sakit. Demamnya semakin tinggi dan
sempat tak sadarkan diri. Dia terus manggil-manggil kamu. Sekarang Mamang mau bawa
Ibu ke rumah sakit Antapani.” (hlm. 51)

j. Masjid
“Mereka sampai di Masjid Al-Lathiif menjelang magrib. Masjid sudah terlihat penuh
dengan jamaah yang meluber hingga keluar.” (hlm. 99) “Beberapa hari kemudian, dia
paksakan dirinya hadir di kajian ilmu Ustaz Hanan Attaqi di Masjid Trans Studio
Bandung.” (hlm. 123)
k. Ciwidey
“Mengendarai sepeda motor, Satria, Angga, dan Demoy berangkat dari kota Bandung
menuju Ciwidey. Satria dengan motor balapnya sementara Angga dengan motor vespanya.”
(hlm. 127)
Latar suasana yang terdapat pada novel “Hijrah itu Cinta” Karya Abay Adhitya, dibuktikan
dalam kutipan berikut. a. Sedih “Seorang lelaki paruh baya menangis dalam doanya setelah
shalat di sepertiga malam. Tangisnya semakin menjadi ketika mengingat dosa-dosa di masa
lalu.” (hlm. 1) “Setiap kali Satria mendengar atau mengingat pertengkaran orang tuanya,
perasaan sedih muncul dalam hati Satria.” (hlm. 9)
“Sementara di dalam kamar, air mata Ibu mengalir deras tak terbendung. Ada penyesalan
yang semakin besar dia rasakan.” (hlm. 25) “Dan, Fajar hanya bisa melihat dengan tatapan
sedih saat teman-temannya, satu demi satu, bersorak-sorai menyambut ayah mereka tiba.”
(hlm. 32) “Fajar meninggalkan rumah Senja dengan perasaan kecewa karena merasa
kehilangan teman terbaiknya.” (hlm. 37) “Tentang panggilan jadah yang meneror serta
melukai hatinya. Tentang hinaan juga cacian dari tetangga yang diterima Ibu yang
membuatnya menangis tersedu-sedu.”(hlm. 40)
b. Bahagia
“Di kamarnya hari itu, Senja tersenyum membaca beberapa pesan dari Satria. Ya, seminggu
setelah pertemuan di malam itu, Senja dan Satria sering berkirim pesan. Mereka merasa
nyaman satu sama lain.” (hlm. 12) “Senja tiba di rumah dengan perasaan bahagia. Sejam
yang lalu, dia resmi menjadi kekasih Satria. Kekasih impian yang dia harapkan bisa mengisi
kekosongan hatinya akan sosok lelaki bernama ayah. “Satria menoleh menatap Senja
dengan penuh senyuman. Senyuman yang menyembunyikan semua getir kerinduan. Pada
sosok wanita yang telah menjadi jalan baginya mengenal jalan cinta sang Mahacinta.” (hlm.
230)
c. Terharu
“Hari ini sejarah mencatat, seorang anak yatim, anak dari seorang buruh cuci, berhasil
diwisuda menjadi sarjana di salah satu kampus terbaik di Indonesia.” (hlm. 43)
“kamu tahu, Nak, di awal masa kehamilan, kakekmu seolah tak mau menerima
kehadiranmu. Tapi, pelan-pelan ketika kamu lahir, dia bahagia bisa memiliki cucu.
Kesedihannya hanyalah karena masyarakat selalu menghukum kita seolah kita telah gagal
menjadi manusia.” (hlm. 84)
“Tidak ada yang tahu kapan hati seseorang akan terbuka. Angga merasa terkejut dengan
perubahan Satria, tapi dia merasa bersyukur bahwa doa-doanya selama ini didengar Allah
Swt.”
d. Gelisah
“Tiba-tiba dia merasa sangat takut kalau harus kehilangan ibunya. Perempuan yang
tercipta dari sejuta air mata.”
“Tubuhnya sedari tadi bersandar pada dinding bercat putih. Wajahnya gelisah. Tiba- tiba
dia memegang kepalanya, teringat nasihat dari sahabatnya Angga.”
“Bayangan dosa-dosa di masa lalu menyerangnya tanpa ampun dalam mimpi. Terkadang
dia terbangun dari tidurnya sambil berteriak ketakutan.” “Dia merasa sendirian
menghadapi masalah berat ini. Dia bingung harus berbuat apa atau bercerita kepada siapa.
Apakah dia harus menuruti keinginan kekasihnya agar menggugurkan kandungannya?.”
e. Tegang
“Tangan Senja bergetar memegang surat tersebut. Jantungnya berdetak kencang menyadari
bahwa pertanyaan-pertanyaan yang selama ini meneror hidupnya akan segera terjawab.”
“Untuk kali pertama dalam hidup,dia merasakan getaran aneh di seluruh tubuh yang terasa
menyiksa dari atas kepala hingga ujung kaki.” (hlm. 65) “Gawat, Kampung Hijrah
diserang, eh, dikepung…,”
3.7 Analisis Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan adalah metamonia. Karena memakai kata yang punya
berkaitan dengan sebuah merek dagang yaitu travel binder.
3.8 Amanat
Amanat merupakan nasihat atau pesan yang disampaikan oleh penulis dalam novel
“Hijrah itu Cinta” karya Abay Adhitya adalah sebagai berikut.
“Seburuk apapun masa lalu setiap manusia, jika manusia tersebut bersungguh-sungguh untuk
melakukan proses hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka Allah dan Rasul-Nya akan diberi
petunjuk. Selain itu, jika berada dalam keadaan gelisah, sedih, kebingungan, depresi, sakit,
kesulitan, ditempa ujian, maka bacalah surah Adh-Dhuha dan resapi maknanya. Karena Allah
berjanji demi waktu Dhuha, Allah tidak akan pernah meninggalkan hambanya. Allah akan
selalu mencintai dan memberikan petunjuk kepada hambanya. Optimislah dan teruslah
bersangka baik kepada Allah.” (Abay Adhitya, 2018)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa novel “Hijrah itu Cinta” karya Abay Adhitya yaitu tema dalam
novel tersebut adalah ketuhanan, dimana seseorang yang memiliki masa lalu yang kelam dan
ingin kembali ke jalan yang diridai Allah melalui proses hijrah yang dengan atas izin Allah
hingga akhirnya dapat membuat orang tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Penokohan dalam novel tersebut setiap tokoh memiliki perwatakan yang berbeda sehingga
dapat menghidupkan novel tersebut dengan isi cerita yang mengesankan ketika dibaca. Alur
yang terdapat pada novel "Hijrah itu Cinta" karya Abay Adhitya adalah alur mundur
Pada awal cerita dan alur mundur pada akhir cerita. Latar yang ditemukan pada novel
tersebut yaitu meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Sudut pandang yang
ditemukan pada novel tersebut adalah sudut pandang campuran yang dimana pengarang
menempatkan posisi masuk ke dalam sebuah cerita melainkan bukan sebagai pelaku utama,
dan ada masanya penulis berada di luar cerita menjadi bagian orang serba tahu. Amanat yang
terkandung pada novel tersebut yaitu optimislah dan teruslah berprasangka baik kepada
Allah, apapun proses yang senantiasa melibatkan Allah, maka Allah akan memberikan
petunjuk. Melalui penelitian tersebut peneliti mengharapkan hasil penelitiannya dapat
memberikan berguna sehingga mampu memberikan pelajaran atau memotivasi untuk
bermuhasabah diri bagi para pembaca.
4.2 Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, peneliti dapat memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa Siswa diharapkan dapat memanfaatkan novel HIJRAH ITU CINTA sebagai
bahan bacaan yang bermanfaat untuk menambah wawasan tentang karya sastra. Novel
tersebut juga diharapkan mampu menambah sikap apresiasi terhadap karya sastra secara
lebih baik. Siswa juga diharapkan dapat meneladani sifat-sifat baik dalam nilai-nilai
pendidikan karakter yang terdapat dalam novel tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Herman, S., Studi, P., Mesin, T., Mesin, J. T., Teknik, F., Sriwijaya, U., Saputra, R. A., IRLANE
MAIA DE OLIVEIRA, Rahmat, A. Y., Syahbanu, I., Rudiyansyah, R., Sri Aprilia and
Nasrul Arahman, Aprilia, S., Rosnelly, C. M., Ramadhani, S., Novarina, L., Arahman, N.,
Aprilia, S., Maimun, T., … Jihannisa, R. (2019). ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL
ASSALAMUALAIKUM HAWA YANG TERSEMBUNYI KARYA HERI SATRIAWAN.
Jurusan Teknik Kimia USU, 3(1), 18–23.

Adhitya, Abay. 2018. Hijrah itu Cinta. Yogyakarta: Bunyan [2] Nurgiyantoro, B. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012, 164- 210.

Hermawan, Asep. 2015. “Unsur Intrinsik Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata Sebagai
Alternatif Bahan Ajar Membaca SMP.” Riksa Bahasa Volume 1,(Nomor 2, November 2015
karena):152.

Nuryanti, N., Sahabuddin, C., & Muttalib, A. (2020). Analisis Novel Tentang Kamu Karya Tere
Liye Menggunakan Teori Strukturalis (Unsur Intrinsik). Journal Peqguruang, 2(2), 174–
180.

H. Isnaini, "Komunikasi Tokoh Pingkan dalam Merepresentasikan Konsep “Modern Meisje”


Pada Novel Hujan Bulan Juni " MUKASI: Jurnal Ilmu Komunikasi vol. Volume 1, Nomor
2, pp. 164- 172 2022.

Kholifah, Eka Maezunatin, Syahrul Udin, and Muhamad Sholehhudin. 2021. “Analisis Unsur
Intrinsik Novel Tulang Rusuk Menuju Surga Karya Mellyana Dhian.” Edutama 1–7.

Anda mungkin juga menyukai