Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

UNSUR PENOKOHAN DALAM KARYA FIKSI


DOSEN PENGAMPU : Trisnawati, M.Pd

Kelompok 6

Dini Yulianti (408220016)


Siti Nurjannah (408220040)
Rima Hamimah (408220036)
Nopi Susanti (408220045)

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATHLAUL ANWAR


BANTEN
2024

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Unsur
Penokohan Dalam Karya Fiksi”

Di dalam pembuatan makalah ini, kami berusaha menguraikan dan menjelaskan mengenai
Unsur Penokohan Dalam Karya Fiksi. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami
menyampaikan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah, yang telah memberikan waktu
dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran, kritik, dan petunjuk dari
berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari. Semoga
makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi pada masa yang akan
datang. Terimakasih

Malingping, 17 April 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................4

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................4
1.3 Tujuan penulisan ..............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................5

2.1 Pengertian dan Hakikat Penokohan .................................................................................5

2.2 Penokohan dan Unsur Fiksi Lain .....................................................................................9

2.3 Relevansi Tokoh ..............................................................................................................10

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................12

3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Fiksi merupakan sebuah keseluruhan yang utuh dan memiliki ciri artistik. Keutuhan dan
keartistikan fiksi terletak pada keterjalinannya yang erat antar berbagai unsur pembangunnya.
Penokohan dan karakteristik sendiri merupakan bagian unsur yang bersama dengan unsur-unsur
yang lain membentuk suatu totalitas. Fiksi adalah suatu bentuk karya kreatif, maka bagaimana
pengarang mewujudkan dan mengembangkan tokoh-tokoh ceritanya tak lepas dari kebebasan
kreatifitasnya. Fiksi mengandung dan menawarkan model kehidupan seperti yang disikapi dan dan
dialami tokoh-tokoh cerita sesuai dengan pandangan pengarang terhadap kehidupan itu sendiri.
Pengarang bebas untuk menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita sesuai dengan dunianya. Dalam
penulisan sebuah cerita, pengarang tidak akan lepas dari apa yang disebut penokohan dan
karakteristik.

Maka dari itu, penulis merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya untuk mengetahui tentang penokohan, karakteristik,
pembedaan tokoh, serta teknik pelukisan tokoh dengan lebih jelas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Hakikat Penokohan !
2. Jelaskan Pengertian Penokohan dan Unsur Fiksi yang lain ?
3. Jelaskan Relevansi Tokoh !
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Tentang Hakikat Penokohan
2. Menjelaskan Pengertian Penokohan dan Unsur Fiksi yang lainnya
3. Menjelaskan Relevansi tokoh

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Hakikat Penokohan

Dalam pembicaraan sebuah cerita fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh
dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan
menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah-istilah tersebut sebenarnya, tidak menyaran pada
pengertian yang persis sama, atau paling tidak dalam tulisan ini akan dipergunakan dalam
pengertian yang berbeda walau memang ada diantaranya yang sinonim. Penokohan merupakan
salah satu unsur penting untuk membangun sebuah struktur yang kehadirannya sangat diperlukan
dalam cerita. Menurut Jones (dalam Nurgiantoro, 1995: 165) penokohan adalah penggambaran
yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita, sedangkan Sudjiman (1988:
23) menyebutkan bahwa penokohan merupakan penyajian watak tokoh penciptaan citra tokoh.

Menurut Aminuddin (dalam Prima Fajri Putra, 2014: 10), tokoh adalah pelaku yang
mengemban peristiwa dalam cerita. Sedangkan penokohan adalah cara pengarang menampilkan
tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut. Hal ini berarti ada dua hal yang
penting, yang pertama berhubungan erat, penampilan dan penggambaran sang tokoh harus
mendukung watak tokoh. Secara wajar, apabila penggambaran tokoh kurang selaras dengan watak
yang dimilikinya atau bahkan sama sekali tidak mendukung watak tokoh yang digambarkan jelas
akan mengurangi bobot ceritanya.

Penokohan merupakan usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang lain
(Santosa, 2008:90). Dari kutipan tersebut, jelas sekali bahwa penokohan merujuk pada
penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu yang ada dalam sebuah cerita.
Penokohan memberikan gambaran kepada pembaca melalui penggambaran fisik, penggambaran
melalui dialog yang dilakukan oleh tokoh, dan reaksi tokoh lain.
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:165) mengatakan bahwa tokoh cerita (karakter) adalah
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Inti dari kutipan di atas adalah seorang tokoh
dengan karakter yang dimilikinya berkaitan dengan penerimaan pembaca. Jadi, sebenarnya

5
pembaca lah yang menentukan suatu makna dari tokoh. Pembaca biasanya akan melihatnya dari
segi kualitas pribadi bukan dari bentuk fisik tokoh. Maka, pembaca adalah salah satu penentu yang
memahami dan menafsirkan tokoh-tokoh sesuai logika dan persepsinya.
Dengan demikian, penokohan memiliki pengertian yang lebih luas, karena mencakup
masalah mengenai siapa saja tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana pelukisan dan
penempatan dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca. Dalam sebuah fiksi , tokoh cerita dapat dibedakan dalam beberapa jenis berdasarkan
perbedaan sudut pandang dan tinjauan. Seorang tokoh dapat saja dikategorikan dalam beberapa
jenis penamaan sebagai berikut:

1.Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Tokoh dalam cerita ada bermacam-macam. Jika ditinjau dari keterlibatan dalam
keseluruhan cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadi dua, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan.

a) Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peran pemimpin (Sudjiman, 1998:17). Berdasarkan
kutipan di atas, dapat dijabarkan bahwa tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak
diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama seringkali
muncul dalam setiap kejadian dan dapat ditemui hampir dalam setiap halaman buku cerita yang
bersangkutan. Selain itu, tokoh ini tergolong penting karena diceritakan terus menerus sehingga
cenderung mendominasi sebagian besar cerita. Oleh karenanya, tokoh utama sangat menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan karena tokoh inilah yang dikenai kejadian dan konflik
dalam cerita.

b) Tokoh tambahan adalah tokoh yang mempunyai porsi peran lebih sedikit dibandingkan dengan
tokoh utama (Wicaksono, 2014:181). Artinya, tokoh tambahan ini jarang sekali diceritakan oleh
penulis. Kemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita cenderung sedikit, tak
dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama. Bukan hanya
tokoh utama yang mampu mempengaruhi perkembangan plot, tokoh tambahan juga bisa
mempengaruhi plot walaupun tidak banyak (tokoh tambahan yang utama).

6
2. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh protagonis dan
tokoh antagonis.
a) Tokoh protagonis merupakan tokoh yang membawa misi kebenaran dan kebaikan untuk
menciptakan situasi kehidupan masyarakat yang damai, aman, dan sejahtera (Hariyanto, 2000:10).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa tokoh protagonis merupakan tokoh yang
dikagumi oleh pembaca. Tokoh ini sering membawa nilai-nilai kebaikan, maka dari itu sering
disebut sebagai tokoh hero, tokoh yang merupakan mengajarkan norma-norma dan nilai-nilai yang
ideal bagi kita. Namun, cita-cita tokoh protagonis ini tidak selalu mulus karena adanya perlawanan
dari tokoh antagonis.
b) Tokoh antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembaca. Menurut Altenbernd & Lewis
(dalam Nurgiyantoro, 1995: 179) penyebab konflik yang tidak dilakukan oleh tokoh disebut
sebagai kekuatan antagonistis atau antagonistic force. Berdasarkan kutipan di atas, tokoh antagonis
dapat dikatakan sebagai tokoh pembuat masalah. Oleh karena itu, tokoh ini biasanya digambarkan
sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negatif, seperti pendendam, culas, pembohong,
menghalalkan segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius.

3.Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat


Bila dilihat dari masalah yang dihadapi, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi 2, yakni
tokoh sederhana dan tokoh bulat/kompleks.
a) Tokoh yang mempunyai karakter sederhana adalah tokoh yang hanya mempunyai karakter
seragam atau tunggal. (Aminuddin, 1984:91). Artinya, tokoh ini hanya memiliki satu watak
tertentu saja. Tokoh jenis ini merupakan tokoh yang tidak memberikan efek kejutan bagi para
pembaca karena tidak semua sisi kehidupannya diungkapkan. Sifat dan tingkah lakunya cenderung
datar/monoton, karena itulah sifat dan tingkah laku tersebut mendapat tekanan terus menerus
dalam cerita. Dengan demikian, pembaca akan lebih mudah memahami watak serta tingkah laku
yang dimiliki oleh tokoh sederhana.
b) Tokoh bulat/kompleks adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi
kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat
diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-
macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga. Oleh karena itu, perwatakannya

7
pun pada umumnya sulit dideskripsikan secara tepat (Nurgiyantoro, 1995:183). Dengan demikian,
tokoh kompleks lebih sulit dipahami, tingkah lakunya sering tidak terduga dan memberikan efek
kejutan bagi para pembaca. Tokoh bulat juga cenderung menyerupai kehidupan manusia yang
sesungguhnya.

4. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang


Jika dilihat dari pengembangan wataknya tokoh terbagi atas tokoh statis dan berkembang.
a) Menurut Alternbernd & Lewis (dalam Nurgiyantoro, 1995:188) tokoh statis (static character)
adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan perkembangan
perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dapat dikatakan bahwa tokoh
semacam ini tidak terpengaruh oleh perubahan lingkungan sekitarnya yang terjadi akibat hubungan
antar tokoh. Tokoh ini merupakan pelaku dalam sastra drama yang dalam keseluruhan drama
tersebut sedikit sekali bahkan tidak berubah wataknya. Tokoh statis adalah tokoh yang datar dan
sederhana, karena ia tidak diungkap semua sisi kehidupannya sehingga dianggap kurang
mencerminkan realitas kehidupan. Dalam tokoh statis dikenal tokoh hitam (tokoh jahat) dan tokoh
putih (tokoh baik). Tokoh hitam adalah tokoh yang sikap, watak, dan tingkah lakunya jahat dari
awal hingga akhir cerita. Begitu pun sebaliknya, tokoh putih adalah tokoh yang selalu baik, tidak
pernah berbuat sesuatu yang mempunyai citra buruk.
b) Tokoh berkembang (developing character) adalah pelaku dalam sastra drama yang dalam
keseluruhan drama tersebut mengalami perubahan atau perkembangan watak. Tidak jauh berbeda
dengan pernyataan di atas, tokoh berkembang juga diartikan sebagai tokoh cerita yang mengalami
perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan serta perubahan
peristiwa dan plot yang dikisahkan. Menurut Nurgiyantoro (1995:188) tokoh berkembang secara
aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lain, yang
kesemuanya itu akan memengaruhi sikap , watak dan tingkah lakunya. Jadi, tokoh berkembang
bisa saja mengalami perkembangan atau perubahan dari awal, tengah, atau akhir cerita sesuai
dengan susunan cerita secara keseluruhan. Tokoh berkembang termasuk tokoh yang kompleks dan
menggambarkan realitas kehidupan karena perkembangan dan perubahan yang senantiasa terjadi
disebabkan oleh lingkungan di sekitarnya.

8
5. Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral
Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia dari
kehidupan nyata, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi 2, antara lain:

a) Tokoh tipikal (typical character) menurut Alternbernd & Lewis (dalam Nurgiyantoro, 1995:190)
adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak
ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya, atau sesuatu yang lain yang bersifat mewakili.
Tokoh tipikal merupakan penggambaran seorang/sekelompok orang yang terikat dalam sebuah
lembaga, yang ada di dunia nyata. Pihak pembaca lah yang akhirnya mampu menafsirkan sendiri
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman terhadap tokoh di dunia nyata dan tokoh di dunia fiksi.
Melalui penokohan tipikal pengarang memberikan reaksi/tanggapan, memperlihatkan sikapnya
terhadap tokoh, permasalahan tokoh, serta sikap tokohnya itu sendiri. b) Tokoh netral (neutral
character) adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh
imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi (Nurgiyantoro, 1995:191). Maka,
dapat dikatakan bahwa kehadiran tokoh netral hanya semata-mata demi cerita, bukan untuk
mewakilkan sesuatu yang ada di luar diri tokoh atau seseorang yang ada di dunia nyata. Pembaca
akan kesulitan untuk menafsirkannya karena kurangnya gambaran yang ada dalam kehidupan
nyata.

2.2 Penokohan dan Unsur Fiksi Lain


Fiksi merupakan sebuah keseluruhan yang utuh dan memiliki ciri artistik. Keutuhan dan
keartistikan fiksi terletak pada keterjalinan yang erat antar berbagai unsure pembangunnya.
Penokohan itu sendiri merupakan bagian, unsur, yang bersama unsur-unsur yang lain membentuk
sebuah totalitas. Namun perlu dicatat, penokohan merupakan unsur yang penting dalam fiksi. Ia
merupakan salah satu fakta cerita di samping. Keutuhan dan keartistikan fiksi terletak pada
keterjalinan yang erat antar berbagai unsur pembangunannya. Penokohan itu merupakan bagian,
unsur, yang bersama dengan unsur-unsur yang membentuk sebuah totalitas, Namun perlu dicatat,
penokohan merupakan unsur yang penting dalam cerita fiksi. Ia merupakan salah satu fakta cerita
disamping kedua fakta cerita yang lain. Dengan demikian penokohan mempunyai peranan yang
besar dalam menentukan keutuhan dan keartistikan sebuah teks fiksi.
Penokohan sebagai salah satu unsur pembangun fiksi dapat dikaji dan dianalisis
keterjalinannya dengan unsur-unsur pembangun lainnya. Jika fiksi yang bersangkutan merupakan

9
sebuah karya yang berhasil, penokohan pasti berjalan secara harmonis dan saling melengkapi
dengan berbagai unsur yang lain misalnya dengan unsur plot dan tema, atau unsur latar, sudut
pandang, gaya amanat, dan lain-lain.
Penokohan dan Pemlotan. Dalam kehidupan sehari-hari manusia yang sebenarnya tidak
ada plot. Plot merupakan sesuatu yang bersifat artifisial. Ia pada hakikatnya hanya merupakan
suatu bentuk pengalaman, yang sendiri sebenarnya tidak memiliki bentuk. Pemunculan peristiwa
itu lebih merupakan suatu bentuk pengalaman yang sebenarnya tidak memiliki bentuk. Penokohan
dan pemlotan merupakan dua fakta cerita yang saling memengaruhi dan menggantungkan satu
dengan yang lain. Plot adalah apa yang dilakukan tokoh dan apa yang menimpanya. Ada kejadian
demi kejadian ketegangan konflik dan sampai ke klimaks yang kesemuanya merupakan hal-hal
yang esensial dalam alur.
Penokohan dan tema. Sebenarnya dikemukakan sebelumnya, tema merupakan dasar
cerita, gagasan sentral, atau makna cerita. Dengan demikian, dalam sebuah cerita fiksi, tema
berfungsi mengikat menyatukan keseluruhan unsur fiksi tersebut. Sebagai unsur cerita itulah
terutama yang sebgai pelaku penyampai tema secara terselubung ataupun terang-terangan. Adanya
perbedaan tema kan menyebabkan perbedaan pemerlakuan tokoh cerita yang “ditugasi”
menyampaikannya. Pengarang pada umumnya akan memilih tokoh-tokoh tertentu yang
dipertimbangkan paling sesuai untuk mendukung temanya.
Dalam kebanyakan cerita fiksi, tema umumnya tidak dinyatakan secara eksplisit. Hal itu
berarti pembacalah yang “bertugas” menafsirkannya. Usaha penafsiran tema antara lain dapat
dilakukan melalui kejadian dan atau konflik yang menonjol. Artinya, melalui konflik utama cerita,
dan itu berarti konflik yang dialami, ditimbulkan, dan ditimpakan kepada tokoh utama. Artinya,
usaha penafsiran tema sudah dilacak dari apa yang dilakukan, dipikirkan, dan dirasakan.

3. Relevansi Tokoh
Berhadapan dengan tokoh-tokoh fiksi pembaca sering memberikan reaksi emotif tertentu
seperti merasa akrab,simpati, empati, benci, antipati, atau berbagai reaksi afektif lainnya. Tidak
jarang pembaca mengidentifikasikan dirinya dengan tokohnya yang diberinya seperti simpati dan
empati. Segala apa yang dirasa oleh pembaca yang menyenangkan atau sebaliknya seolah-olah
pembaca ikut merasakannya. Bahkan banyak tokoh yang menjadi pujaan pembaca dan masyarakat
sehingga kehadirannya dalam cerita dinantikan sebagai kehadiran di dunia nyata.Pembaca telah

10
merasa akrab betul dengan tokoh itu, atau bahkan seolah-olah menjadi bagian hidupnya walau
secara fisik tidak dapat menginderainya. Tokoh cerita yang diperlukan demikian oleh pembaca,
apakah berarti relevan?
Ada beberapa bentuk relevansi tokoh cerita. Seorang tokoh cerita yang ciptaan pengarang
itu, jika disukai banyak orang dalam kehidupan nyata, apalagi sampai digandrungi, berarti
merupakan tokoh fiksi yang mempunyai relevansi, Kemoy (dalam Nurgiantoro, 2015:257). Salah
satu bentuk relevansi tokoh sering dihubungkan dengan keadaan seperti pembaca, kita, atau orang
lain yang kita ketahui. Kita sering mengharapkan tokoh yang demikian.
Namun, sebenarnya hal itu tidak saja berarti membatasi kreativitas imajinasi pengarang,
juga melupakan fungsi tokoh sebagai elemen fiksi. Pengarang mempunyai kebebasan menciptakan
tokoh yang bagaimanapun, dengan hanya merasa terikat bahwa tokohnya relevan dengan
pengalaman kehidupannya sendiri dan mungkin pembaca. Oleh karena itu, dalam kaitannya
dengan relevansi ini, pertanyaaan yang diajukan tidak berbunyi “Apakah tokoh cerita itu seperti
kita?”, melainkan “Apakah relevansi tokoh bagi kita”?
Relevansi tokoh dan penokohan harus dilihat dalam kaitannya dengan berbagai unsur yang
lain dan peranannya dalam cerita secara keseluruhan. tokoh memang unsur yang terpenting dalam
cerita fiksi, namun, bagaimanapun juga, ia tetap terikat oleh unsu-unsur yang lain. Bagaimanapun
jalinan dan bentuk keterikatan unsur tokoh dengan unsur-unsur yang lain dalam sebuah cerita fiksi,
perlu ditinjau satu per satu. Jika tokoh memang berjalinan erat, saling melengkapi dan menentukan
dengan unsur-unsur yang lain dalam membentuk keutuhan artistik, tokoh mempunyai bentuk
relevan dengan cerita secara keseluruhan. Penokohan telah dikembangkan sesuai tuntutan cerita.

BAB III

11
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sastra adalah sebuah karya yang indah, baik itu tulisan serta juga lisan. Fiksi merupakan
salah bentuk narasi yang mempunyai sifat berbentuk cerita. Prosa dalah karya sastra yang berupa
cerita yang berupa paragraf yang berisi rangkaian cerita. Yang termasuk dalam prosa adalah cerpen
dan novel. Cerpen adalah karya sastra yang berupa cerita yang hanya memiliki satu konflik, dan
panjangnya tidak lebih dari seribu kata. Novel adalah karya sastra yang berisi cerita yang panjang
dan komleks.
Penokohan adalah penggambaran karakter oleh penulis yang mewakili tipe-tipe manusia
yang sesuai dengan tema dan amanat, serta menggunakan teknik analitik serta dramatik untuk
melukiskan waktak tokoh tersebut.
Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat dikategorikan ke
dalam beberapa jenis penamaan, antara lain tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh protagonis
dan tokoh antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat, tokoh statis dan tokoh berkembang, serta
tokoh tipikal dan tokoh netral.

DAFTAR PUSTAKA

12
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Sugiarti. 2016. “Kesadaran Ketuhanan Tokoh Utama dalam Kumpulan Cerpen Ketika Mas
Gagah Pergi dan Kembali Karya Helvy Tiana Rosa”. Kembara. Vol.2, No. 1. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Malang.

Mulyadi, B. 2007. Karakter Tokoh Utama Novel Utsukushita To Kanashimi To Karya Kawabata
Yasunari. Semarang: Universitas Diponegoro.

Wicaksono, Andri. 2014. Pengkajian Prosa Fiksi. Garudhawaca.

Sudjiman, Panuti. 1990. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Wahyuningtyas, Sri, dan Wijaya Heru Santosa. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi.
Surakarta: Yuma Pustaka.Wariatunnisa.

Hariyanto, P. 2000. Pengantar Belajar Drama. Yogyakarta: PBSID Universitas Sanata Dharma.

13

Anda mungkin juga menyukai