Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH ANALISIS STRUKTURAL DALAM NASKAH DRAMA

“BUNGA SEMERAH DARAH” KARYA W.S. RENDRA

disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Kajian Drama Indonesia I


Dosen pengampu Dewi Angelina S.S., M.Hum.

Oleh:
Adelia Ma’arifatul M (29)
Ainun Nafhah (36)
Diana Purnawati (43)
Nur Hidayati (44)

JURUSAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JEMBER
2018
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah Analisis Struktural dalam Naskah Drama “Semerah
Darah” karya W.S. Rendra. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian Drama Indonesia I.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik berupa
moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:

1. Dewi Angelina, S.S.,M. A selaku dosen pengampu mata kuliah Kajian Drama
Indonesia I
2. Sahabat-sahabat yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
3. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jember, 18 maret 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

PRAKATA................................................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah........................................................................................ 1
1.2 Permasalahan ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan Umum/ Manfaat ...................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus/Tujuan ......................................................................... 3
1.4 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 3
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Judul ......................................................................................................... 4
1.5.2 Wawancang dan Kramagung .................................................................... 4
1.5.3 Babak dan Adegan .................................................................................... 4
1.5.4 Tema ......................................................................................................... 4
1.5.5 Penokohan dan Perwatakan ...................................................................... 5
1.5.6 Konflik ...................................................................................................... 5
1.5.7 Alur ........................................................................................................... 5
1.5.8 Latar .......................................................................................................... 6
1.5.9 Teknik Dialog ........................................................................................... 6
1.5.10 Tipe Drama .............................................................................................. 6

BAB II ANALISIS
2.1 Judul ..................................................................................................................... 11
2.2 Wawancang dan Kramagung ............................................................................... 11
2.3 Babak dan Adegan ............................................................................................... 12
2.4 Tema .................................................................................................................... 14
2.5 Penokohan dan Perwatakan ................................................................................. 19
2.6 Konflik ................................................................................................................. 24
2.7 Alur ...................................................................................................................... 25
2.8 Latar ..................................................................................................................... 27
2.9 Teknik Dialog ...................................................................................................... 29
2.10 Tipe Drama ........................................................................................................

3
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN:
1. SINOPSIS

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Drama merupakan salah satu jenis karya sastra yang memproyeksikan kehidupan
manusia dalam bentuk naskah dan ditampilkan dalam bentuk pementasan. Drama berbeda
dengan karya sastra prosa lainnya. Karena terdapat dua unsur yang membangun drama
berbeda dengan karya prosa yang lainnya. Dua unsur tersebut ialah unsur naskah dan unsur
pertunjukan. Menurut Maslikatin (2007:109) unsur-unsur naskah drama sebagian besar sama
dengan novel, namun karena bentuk fisik dan karakter antara naskah drama dan novel
berbeda maka secara fisik unsur-unsur drama juga berbeda dengan cerita prosa yang lain
(novel, novelet, dan cerpen).
Banyak para sastrawan atau budayawan yang gemar menulis naskah drama. Salah
satunya ialah budayawan yang bernama Wisran Hadi. Wisran Hadi merupakan budayawan
Indonesia asal Padang yang pernah mendapatkan penghargaan dari Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Sastrawan terbaik Indonesia pada tahun 1991
dan tahun 2000. Hal yang menarik dari karya-karyanya ialah ia mampu menghidupkan dan
mentransformasikan mitos dan nilai-nilai lama Minangkabau dan Melayu dalam bentuk seni
yang baru.
WILLYBRORDUS SURENDRA BHAWANA RENDRA adalah sastrawan yang
lahir di kota Solo, 7 November 1935. Ayahnya seorang tumenggung jago perang dan guru-
guru beladiri. Ibundanya adalah seorang penari srimpi di keraton dan diasuh oleh istri
Hamengku Buwana VII. Willybrordus berkuliah di jurusan Sastra Inggris di fakultas sastra
dan kebudayaan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan meraih gelar sarjana muda
(B.A). Tahun 1964 sampai Agustus 1967 ia belajar di American Academy of Dramatic Arts.
Karya-karya WS Rendra yaitu :
1. Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
2. Kaki Palsu
3. Bunga Semerah Darah
4. Bib Bob Rambate Rata (Teater Mini Kata)- 1967
5. SEKDA (1977)
6. Selamat Anak Cucu Sulaiman ( dimainkan 6 kali)
7. Mastodon dan Burung Kondor (1972)

5
8. Hamlet (terjemahan dari karya William Shakespeare, aslinya berjudul “Oedipus
Rex”)
9. Lysistrata (Terjemahan)
10. Odipus di Kolonus (Odipus Mangkat) terjemahan dari karya Sophokles
11. Antigone (terjemahan dari karya Sophokles)
12. Lingkaran Kapur Putih
13. Panembahan Reso (1986)
14. Kisah Perjuangan Suku Naga
15. Shalawat Barzanji
16. Sobrat
Dari sekian banyak naskah drama karya WS Rendra, penulis memilih naskah
drama yang berjudul “Bunga Semerah Darah”. Dari naskah drama tersebut, penulis akan
menggunakan kajian analisis objektif atau yang sering disebut dengan analisis struktural.
Menurut Nurgiyantoro (2005:37) Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi,
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan
hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Dengan demikian, pada dasarnya
analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar
berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan.

1.2 Permasalahan
Bagaimana keterkaitan antar unsur struktural dalam naskah drama “Bunga Semerah
Darah”?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum/ Manfaat
Dengan adanya makalah analisis naskah drama ini, dapat menambah wawasan
serta pengetahuan kita akan bagaimana cara menganalisis sebuah karya prosa
dengan menggunakan analisis struktural.
1.3.2 Tujuan Khusus/ Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini, agar kita semua dapat mengetahui bagaimana
cara menganalisis sebuah karya prosa dengan menggunakan analisis struktural.

6
1.4 Tinjauan Pustaka
Ada beberapa tulisan ataupun semacam jurnal yang pernah membahas tentang
naskah drama “Nyonya-nyonya”. Yaitu:
1. Dalam sebuah jurnal yang di tulis oleh Rika Nila Varima yang berjudul “Analisis
Nilai-nilai Pendidikan Naskah Drama Bunga Semerah Darah Karya W.S Rendra”
Dalam analisis jurnal tersebut, penulis menggunakan Metode penelitian deskriptif
kualitatif. Dari hasil pengelompokan tersebut didapatkan pembahasan masing-masing
nilai. Yaitu nilai pendidikan yang akan dijabarkan pada nilai pendidikan religius,
nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan budaya.
2. Dalam Sebuah Jurnal Elektronik penulis skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa
Dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim
Raja Ali Haji TanjungPinang 2015 oleh Septiya Ningrum. Dengan judul
“ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NASKAH DRAMA BUNGA
SEMERAH DARAH KARYA W.S RENDRA”. Dalam jurnal tersebut, menjelaskan
tentang Dialog dalam naskah drama mengandung makna yang dapat dianalisis
melalui analisis tindak tuturnya. Salah satu jenis dari tindak tutur tersebut yang dapat
dianalisis adalah tindak tutur ilokusi. Dalam naskah drama bunga semerah darah,
analisis tindak tutur ilokusi dapat digunakan untuk mengetahui bagaimanakah tujuan
suatu tuturan.
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Judul
Judul merupakan sebuah inti keseluruhan cerita yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca. Menurut Jones (dalam Maslikatin 2007:23) Judul
karangan dapat menunjukkan unsur-unsur tertentu dari karya sastra, yaitu:
dapat menunjukkan tokoh utama, dapat menunjukkan alur atau waktu, dapat
menunjukkan objek yang dikemukakan dalam suatu cerita, dapat
mengidentifikasi keadaan atau suasana cerita, dan dapat mengandung beberapa
pengertian.
1.5.2 Wawancang dan Kramagung
Wawancang dan Kramagung merupakan salah satu unsur dalam naskah drama
yang membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Perbedaan
Wawancang dan Kramagung menurut Tambajong (dalam Maslikatin
2007:110) Wawancang ialah ucapan atau dialog yang dicetak lepas yang harus

7
diucapkan oleh tokoh cerita. Sedangkan kramagung ialah petunjuk teknis yang
harus dilakukan tokoh cerita secara lahiriah yang disebut stage direction.
1.5.3 Babak dan Adegan
Babak dan adegan juga merupakan salah satu unsur dalam naskah drama yang
membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Perbedaan antara babak dan
adegan menurut Sumardjo dan Saini (dalam Maslikatin 2007:114) Babak
merupakan bagian dari naskah drama yang menerangkan semua peristiwa yang
terjadi di suatu tempat, pada urutan waktu tertentu atau kesatuan peristiwa
yang terjadi pada suatu urutan waktu. Sedangkan Adegan ialah bagian dari
babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang disebabkan
oleh datang dan perginya seorang atau lebih tokoh.
1.5.4 Tema
Tema merupakan ide pokok pengarang dalam menuliskan ceritanya. Tema
menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro 2005:67) adalah makna
yang dikandung oleh sebuah cerita. Menurut Nurgiyantoro (2005:82) membagi
tema menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor ialah makna
pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. dan
makna-makna tambahan inilah yang dapat disebut sebagai tema minor.
Menurut Esten (dalam Maslikatin 2007:25) untuk menentukan tema mayor ada
tiga cara yaitu: menentukan persoalan mana yang menonjol, menentukan
persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik, menentukan
persoalan mana yang membutuhkan waktu penceritaan.
1.5.5 Penokohan dan Perwatakan
Penokohan dan perwatakan merupakan istilah yang berbeda. Penokohan
merupakan cara pengarang dalam menentukan tokoh-tokohnya dalam cerita
tersebut. Sedangkan perwatakan merupakan cara pengarang dalam
menentukan watak atau karakter pada setiap tokoh dalam cerita tersebut.
Menurut Maslikatin (2007:25) tokoh merupakan unsur yang sangat penting
dalam karya sastra. Tanpa tokoh cerita, karya sastra (prosa tidak bisa berjalan,
karena tokohlah yang bertugas menyampaikan cerita (informasi/amanat)
kepada pembaca. Berdasarkan tingkat kepentingannya dalam cerita, tokoh
dibagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama ialah
tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam karya sastra. Ia merupakan
tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun

8
yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh bawahan ialah tokoh yang
keberadaannya mendukung tokoh utama. (Nurgiyantoro, 2005:176).
1.5.6 Konflik
Konflik merupakan sebuah pertentangan antar tokoh dalam sebuah karya
sastra prosa. Menurut Wellek & Warren (dalam Nurgiyantoro 2005:122)
konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua
kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.
Stanton (dalam Maslikatin, 2007:126) membagi konflik menjadi tiga yaitu
konflik internal (internal conflict), konflik eksternal (external conflict), central
conflict. Konflik Internal adalah konflik yang terjadi dalam diri seseorang.
Konflik eksternal merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dan segala
sesuatu di luar dirinya, bisa orang atau alam. Dari kedua konflik itu muncul
konflik sentral. Konflik sentral dapat berasal dari konflik internal, konflik
eksternal, atau perpaduan antara konfik internal dan eksternal.
1.5.7 Alur
Alur merupakan urutan kejadian atau peristiwa dalam sebuah cerita karya
sastra prosa. Menurut Maslikatin (2007:39) alur merupakan susunan cerita.
Setiap pengarang mempunyai cara untuk menyusun ceritanya. Dalam drama
alur memegang peranan penting. Karena naskah drama baru dianggap selesai
kalau sudah dipentaskan, maka alur cerita harus tergambar jelas di naskah dan
harus bisa dipentaskan. (Maslikatin, 2007:129).
1.5.8 Latar
Latar merupakan tempat,keadaan atau kondisi dalam cerita yang digambarkan
oleh pengarang. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:216) Latar atau
setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur
pokok, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menyaran pada
lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar
waktu merupakan latar yang berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Sedangkan latar
sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
(Nurgiyantoro, 2005:227-233).

9
1.5.9 Teknik Dialog
Teknik dialog merupakan sebuah cara pengarang menggambarkan atau
menyampaikan jalan ceritanya. Maslikatin (2007:139) menyatakan dialog
merupakan bqgian yang sangat penting dalam naskah drama karena naskah
drama merupakan deretan-deretan dialog. Menurut Boulton (dalam Maslikatin,
2007:139) membagi teknik dialog menjadi dua bagian, yaitu: pertama the
technique of dialogue individuals: teknik dialog sendiri (monolog) dan the
technique of dialogue conversation: teknik percakapan, dialog antara tokoh
satu dan tokoh lain.
1.5.10 Tipe Drama
Tipe drama merupakan karakter atau sifat yang pengarang terapkan dalam
naskahnya. Menurut Boulton (dalam Maslikatin, 2007:141) membagi drama
menjadi 17 macam, yaitu (1) drama tragedi, (2) melodrama, (3) heroic play
(drama kepahlawanan), (4) problem play (drama problema), (5) comedy
(komedi), (6) comedy of errors (komedi kekeliruan atau kesalahan), (7)
comedy of manners (komedi bergaya aneh), (8) sentimental comedy (komedi
sentimental), (9) comedy of character/humor (komedi watak/humor), (10)
farce (lawak), (11) drama of ideas (drama ide), (12) didaktic play (drama
didaktik), (13) history play (drama sejarah), (14) drama tragedi-komedi, (15)
symbolic play (drama simbolik), (16) drama tari, dan (17) pantomime
(pantomim).

10
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Judul
Judul adalah kepala tulisan yang berfungsi sebagai daya tarik pembaca sekaligus
sebagai penjabaran dari topik atau tema. Dari hasil analisis Naskah drama “Bunga Semerah
Darah” karya W.S. Rendra, menunjukkan bahwa judul tersebut termasuk dalam bentuk-
bentuk semiotika. Semiotika adalah ilmu (teori) tentang lambang dan tanda (KBBI Edisi V).
Sebelum membahas makna keseluruhan judul, haruslah mengetahui makna dari bunga mawar
merah itu sendiri, sebab bunga mawar merah memiliki makna tersendiri. Bunga mawar merah
memiliki arti sebuah simbol universal dari romantisme, gairah dan hal yang paling penting
cinta sejati. Sejak abad 18, arti bunga mawar merah sudah diidentikkan dengan bunga yang
romantis. Hingga saat ini, arti bunga mawar tetap menjadi bunga yang menjadi sebuah simbol
rahasia penuh arti antara sepasang kekasih. Bunga mawar merah juga sebagai Simbol
keinginan. Sejak dahulu, bunga mawar merah tidak hanya dikenal sebagai lambang cinta,
tapi juga kesetiaan. Namun, ditelusuri dari periode primitif, warna merah juga dikenal
sebagai simbol emosi. Warna merah menyimbolkan penyempurnaan, keinginan, dan gairah
terdalam. Oleh karena itu, mawar merah dapat melambangkan keinginan.
Dalam “Bunga Semerah Darah” karya W.S Rendra, terdapat dialog Mirah
menunjukkan bahwa ia menginginkan sebuah bunga semerah darah sebagai bukti
pengorbanan cintanya begitu besar dan kesetiannya terhadap suaminya Amat dan anaknya,
meskipun Amat meninggalkannya karena kesalahpahamannya terhadap Mirah tiap kali Den
Harjo menagih uang sewa rumah.
Data :
372. MIRAH
Jangaaaaan ... BATUK-BATUK Ak.. mau be .. beli k-k .. kembang,
untuk obat, Ali. Kembang semerah darah yang hanya tumbuh
oleh .... air ...mata. BATUK- BATUK, TERENGAH.
(BSM : 67)
Pada dialog ini, Mirah berbicara tentang bunga semerah darah, tapi dalam konteks
sebenarnya, Mirah menyampaikan makna dalam dialognya. Sebelum Mirah
meninggal ia menyampaikan sesuatu pada anaknya, Ali untuk membelikannya
bunga semerah darah ini sebagai simbol untuk pengorbanannya melawan TBC
hingga ia meninggal membawa air mata atas penyesalannya tidak dapat membawa
Amat kembali kerumahnya hingga ia meninggal dengan kesetiannya dan murni
cintanya terhadap Amat.

11
Dapat disimpulkan bahwa W.S Rendra mengambil “Bunga Semerah Darah sebagai
judul adalah sebuah makna pengorbanan cinta sejati dan kesetiaan seseorang kepada
kekasihnya yang meninggalkannya karena ketidak percayaan seorang pasangan terhadap
kekasihnya . Hingga sang kekasih melakukan pengorbanan untuk bertahan hidup demi
membuktikan bahwa cintanya akan hidup sampai ia mati.
2.2 Wawancang dan Kramagung
Wawancang dan Kramagung merupakan salah satu unsur dalam naskah drama yang
membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Wawancang merupakan dialog atau
ucapan yang harus diucapkan oleh tokoh. Sedangkan kramagung merupakan petunjuk teknis
yang harus dijalankan oleh tokoh.
Wawancang dalam naskah drama “Semerah darah”: yaitu bejumlah 553
wawancang.
Data :
005. MIRAH
Jangan kau coba hal itu pada saya!
(BSM : 02)
Mirah terlihat marah sebab kedatangan Den Harjo menagih uang sewa tidak secara
baik-baik namun dengan kekerasan hingga memegang tangan Mirah dan menariknya
hingga kesakitan. Dan ini merupakan awal mula konflik pertengkaran Mirah dan
Amat.
Kramagung dalam naskah drama “Semerah darah” terdapat berjumlah 301
kramagung.
Data :
006. Den Hardjo
Ma’af tak ku sengaja. MENYALAKAN ROKOK. Namun begitu
saya kira wanita itu dimana-mana sama saja. MENDEKATI MIRAH.
Mirah, turuti kemauanku.
007. MIRAH
Kau ingin ku maki-maki?
(BSM : 02)
Kramagung pada data diatas ditunjukkan kata bercetak miring pada dialog Den
Harjo. ia melakukan suatu tindakan yakni menyalakan rokok dan mendekati mirah
dengan angkuhnya.
043. AMAT
Tolol! Kau tak tahu batas-batasnya. PERGI KE POJOK RUANG.
Ku kira istri yang cantik itu bisa mendatangkan bahagia! MEMUNGUT
ONGGOKAN PAKAIAN DI SUDUT. Apa ini? Pakaian siapa, Mirah?
044. MIRAH
GUGUP. Oh, pakaian Den Bel Hardjo.
(BSM : 09)
Dalam dialog ini Mirah melakukan tindakan atau ekspresi dalam memerankan
mimik gugup untuk mendukung perannya.

12
2.3 Babak dan Adegan
Menurut Sumardjo dan Saini (dalam Maslikatin 2007:114) Babak merupakan bagian
dari naskah drama yang menerangkan semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat, pada
urutan waktu tertentu atau kesatuan peristiwa yang terjadi pada suatu urutan waktu.
Sedangkan Adegan ialah bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan
peristiwa yang disebabkan oleh datang dan perginya seorang atau lebih tokoh. Babak dalam
naskah drama Bunga Semerah Darah , terbagi dalam empat babak. Yaitu:
a. Babak pertama terjadi di rumah Amat.
Data:
008. DEN RAHARDJO
Ha, ha, aku termasuk laki-laki yang suka dimaki-maki.
Turutilah kemauanku . nanti kujadikan kau kaya raya.
Ku beri kau rumah yang serba mewah, Mirah!
009. MIRAH
Aku tak butuh suatu pun juga. Keluar!
(BSM : 03)
Babak 1 ini bercerita tentang Den Rahardjo yang mau menghasut Mirah untuk jadi
istrinya dengan berjanji bahwa dia akan menjadikan Mirah kaya raya. Babak 1 ini
terjadi di rumah Mirah, menurut data di atas dari kalimat Mirah bahwa Mirah
menyuruh Den Rahardjo untuk keluar membuktikan bahwa babak 1 ini terjadi di
rumah Mirah
b. Babak kedua terjadi di sudut pasar.
Data:
PANGGUNG
RUNTUHAN GEDUNG PADA JALAN SUDUT PASAR
229. UJANG
Apakah itu indah? Ah, tidak, Ujang. Hidup kami tidak indah.
230. UJANG
Segala yang benar itu indah. MENUNJUK PADA PUINGAN TEMBOK.
Meski puing-puing ini sekalipun, juga mengandung keindahan.
(BSM : 38-39)
Babak 2 ini terjadi di runtuhan gedung di sudut pasar. Kalimat runtuhan gedung ini
sudah di jelaskan dalam naskah, dan pada dialog Ujang dia menunjuk puingan
tembok menyatakan bahwa babak inin terjadi di runtuhan gedung di pasar.

c. Babak ketiga terjadi di rumah Ali


Data:
319. DEN HARDJO
DARI LUAR MENGETUK PINTU DENGAN KASAR.
Mirah!
320. ALI
BANGKIT CEPAT-CEPAT. Ya, masuk! MEMBUKA PINTU.

13
O, jangan keras-keras Den Hardjo. Ibu baru sakit.
(BSM : 59)
Babak 3 ini terjadi di umah Ali. Dari data di atas dialog Ali yang mengatakan “ya,
masuk” kepada Den rahardjo menunjukkan bahwa babak 3 ini terjadi di rumah Ali.
d. Babak keempat terjadi di tempat judi.
Data:
PANGGUNG
IDEM BABAK II
377. AMAT
Ha ha ha ... Kau kalah lagi. Gadis manis pintar benar kau
berjudi, he?. MEMBERIKAN UANG. Lihat sakuku licin tandas.
378. SUTI
Uangmu habis?.. aku akan pergi.
(BSM : 72)
Babak ke 4 ini terjadi di sudut pasasr. Analisis ini diperoleh dari data di dalam
naskah yang menunjukkan bahwa panggung pada babak ke 4 ini yaitu idem dari
babak 2 yang berarti tempatnya sama dengan di babak ke 2, dan babak ke 2 terjadi di
runtuhan gedung sudut pasar. Sedangkan Amat dan Suti sedang berjudi di tempat
itu, dengan melihat dari data dialog Amat “Gadis manis pintar juga kau berjudi”
membuktikan bahwa mereka sedang berjudi.

Adegan dalam naskah bunga semerah darah :


a. Adegan dalam babak pertama:
Adegan 1 , Terjadi di rumah Mirah, saat Den Hardjo meminta dia menjadi istrinya.
Data:
010. DEN HARDJO
Ingat, kau bisa menjadi istri priayi yang kaya, seperti aku ini, hanya
dengan syarat yang mudah. Satu syarat, yaitu cerai dengan
suamimu! Mudah bukan?
011. MIRAH
Kau buaya darat, Den Rahardjo
(BSM : 03)
Dari data di atas dapat di lihat bahwa Den Rahardo meminta Mirah untuk
menceraikan suaminya dan menjadi istrinya dengan iming-iming uang dan
kekayaan, namun Mirah dengan tegas menolak tawaran tersebut.
Adegan 2, Ketika suami Mirah, si Amat datang dan merasa cemburu dengan
kedekatan Mirah dan Den Rahardjo.
Data:
039. AMAT
JENGKEL. Mirah, memang alasan banyak sekali. Teman-temanku
supir becak yang lain selalu mengatakan, bahwa Den Hardjo
sering main mata dengan kau.
040. MIRAH
TERTAWA. Ah, terlalu sekali. Kau seperti anak kecil
yang suka cemburu, Ha ha ha

14
041. AMAT
MARAH. Tolol! Jangan berani tertawa! Bagaimana aku
takkan curiga, sedang kau selalu ramah tamah
dengan Den Hardjo? Terlalu ramah malahan.
Ingat ia buaya darat.
( BSM : 08)
Dari data di atas terlihat Amat datang saat terjadi perseteruan Den Rahardjo dengan
Mirah. Amat merasa cemburu dengan kedekatan mereka, terlihat pada dialog Amat
“Jangan berani tertawa! Bagaimana aku takkan curiga, sedang kau selalu ramah
tamah dengan Den Hardjo?”
Adegan 3 , Ali anak Mirah tiba-tiba muncul dan membela ibunya karena Ali percaya
bahwa ibunya bukanlah seperti yang Amat katakan.
Data :
063. AMAT
Tolol. Jangan kau bela ibumu. Ia orang hina!
077. MIRAH
Aku bekerja mati-matian untuk keluarga, tapi ia pulang marah-marah saja.
Aku mati-matian mempertahankan kehormatanku, tapi ia
katakan aku perempuan hina.
078. ALI
Sudahlah, Mak. Saya tak percaya begitu saja. Tapi ceritakanlah
apa yang terjadi. Bukankah Ali berhat tau ya Mak?
( BSM : 11-13)
Dari data di atas terlihat Ali yang tiba-tiba datang setelah Mirah dan Amat cekcok.
Dari data di atas terlihat Ali yang tidak terima dan tidak percaya pada kata-kata
Ayahnya dan orang lain bahwa ibunya selingkuh, terdapat pada kalimat “Sudahlah,
Mak. Saya tak percaya begitu saja”

b. Adegan dalam babak kedua.


Adegan 1, Terjadi di sudut pasar, Ali yang dijauhi teman-temannya karena dia tidak
mau bekerja sebagai pencopet lagi.
Data :
152. ALI
Diamlah, aku tidak mau mencopet lagi. Itu tak boleh. Itu pekerjan
salah. Ibuku berkata begitu dan aku akan menurut.
157. ANAK 1
Lebih menjijikkan lagi kau. Kau cari puntung rokok yang
kotor, sedang kami tinggal mencopet. Ayo bung!
( BSM : 28)
Dari data di atas adegan pertama menceritakan tentang Ali yang di jauhi teman-
temannya karena tidak mau bekerja sebagai pencopet lagi, pada dialog Ali
“Diamlah, aku tidak mau mencopet lagi. Itu tak boleh. Itu pekerjan salah. Ibuku
berkata begitu dan aku akan menurut” menjelaskan bahwa dia tidak mau mencopet
karena tidak dilarang oleh ibunya
Adegan 2, Tiba-tiba datang Ujang dan mulai bercerita tentang seni dan sastra.
Data :

15
212. UJANG
Tentang sastera, umpamanya.
213. ALI
Siapa “sastera” itu? Ayahmukah?
214. UJANG
Bukan, itu bukan nama orang. Tetapi sastera itu seni
215. ALI
O, ya, ya. Hmm, jangan marah, apakah seni itu?
216. UJANG
Mungkin kau sukar mengerti. Pendeknya saja begini. Seni itu
yang baik-baik dan yang indah-indah. Tahu kan?
(BSM : 36-37)
Adegan ini ditandai dengan datangnya Ujang yang seorang penulis yang
mengajarkan dia pengetahuan tentang sastra. Dari dialog Ujang dan Ali di atas
terlihat bahwa Ujang adalah orang yang berpendidikan.

Adegan 3, Suti yang tiba-tiba datang dan memarahi anaknya karena mencuri baju
adiknya sendiri.
Data :
233. SUTI
MASUK DENGAN MENARIK RAMBUT ANAK 1
Ayo, pulangkan baju adikmu. Kau boleh mencopet orang lain, tapi jangan
mencopet ibumu. Ayo, kembalikan baju adikmu
234. ANAK 1
Kau marah, kalau baju adik aku curi, tapi kau
tak mencuri uang. Kau ibu macam apa!
(BSM : 39)
Dalam adegan ini muncul Suti yang sedang memarahi anaknya karena telah mencuri
bajunya sendiri. Dalam dialog Suti mengatakan “Kau boleh mencopet orang lain,
tapi jangan mencopet ibumu” menandakan bahwa dia menyetujui anaknya untuk
mencopet, di sisni juga tergambar tekanan ekonomi dari keluarga Suti sehingga dia
menyetujui anaknya untuk mencuri.

c. Adegan dalam babak ketiga.


Adegan 1, Terjadi di rumah Mirah, Suti yang datang meminta hutang yang belum
dibayar oleh Ali.
Data :
267. SUTI
Aku minta uang Ali! Dulu kau masih berhutang padaku
Rp. 2,50, bukan? Nah, sekarang aku butuh uang!
268. ALI
Jangan sekarang, ibuku sedang sakit
269. SUTI
BERTERIAK. Aku tak punya uang lagi, sedang

16
anakku yang bayi juga sakit. Ia menangis
minta bubur
(BSM : 48)
Adegan ini ditandai dengan datangnya Suti yang menagih hutang kepada Ali karena
anaknya sakit. Uang yang seharg Rp. 2,50 jadi rebutan. Terlihat tekanan ekonomi di
antara Suti dan Ali.

Adegan 2, Mirah masuk untuk melerai pertangkarang Ali dan Suti.


Data :
293. MIRAH
TERKEJUT, MEMEKIK. Ali! Jangaaan! BATUK
294. ALI
TERTEGUN. MUKANYA SEPERTI BATU-TEGANG-PERLAHAN-LAHAN
PISAU TERJATUH. BADANNYA LEMAS, LALU TERHENYAK.
TIBA-TIBA DENGAN CEPAT MUKANYA DIBENAMKAN
KE DALAM TANGAN.
Kita sebagai anjing perebut tulang.
(BSM : 53)
Mirah yang sedang sakit masuk untuk melerai pertengkaran Suti dan Ali. Dialog Ali
“Kita sebagai anjing perebut tulang” membuktikan penyesalannya, hanya karena
uang dia hampir membunuh seseorang.

Adegan 3, Den Rahardjo yang tiba-tiba masuk memarahi Mirah.


Data :
321. DEN RAHARDJO
Bangunkan Mirah, lekas1 ia tak boleh malas-malas saja.
BERTERIAK. Mirah!
322. ALI
Ssstt! Biarkan ibuku tidur, ia sakit keras. Ia dalam keadaan
berbahaya, jadi harus banyak-banyak istirahat.
( BSM : 59)
Setelah pertikaian Ali dengan Suti tadi masuklah Den Rahardjo yang mebentak-
bentak mirah untuk segera bekerja “Bangunkan Mirah, lekas ia tak boleh malas-
malas saja” dialog Den Rahardjo tersebut menyatakan bahwa dia ingin Mirah segera
bekerja dan melunasi.

Adegan 4, Bujang datang memberi kabar tentang istrinya yang menangis karena
anjingnya.
Data :
332. BUJANG
Bini tuan menangis keras-keras. Tuan harus pulang segera
333. DEN RAHARDJO
TERKEJUT. Kenapa?
334. BUJANG
Karena... karena anjingnya yang bagus sakit, sakit keras, badannya penuh kutu.
(BSM : 60-61)

17
Adegan ini ditandai dengan datangnya Bujang, yaitu asisten pribadi Den Rahardjo,
dia mengatakan bahwa istrinya menangis karena anjingnya sakit dan badannya
penuh kutu.

Adegan 5, Mirah yang keluar dengan batuknya yang bertambah parah.


Data :
366. MIRAH
MENGERANG, DADANYA DIPEGANG. Aduuhh.. paru-patuku sesak
367. ALI
Den Rahardjo itu jahanam sungguh. Ibu sakit, ia tak boleh
memaki-maki ibu. tidurlah Bu. MENAGIS. Bu, Bu, sakitkah kau?
(BSM : 66)
Adegan ini ditandai dengan datangnya Mirah dengan sakit batuknya yang bertambah
parah. Dialog ini “Ibu sakit, ia tak boleh memaki-maki ibu. tidurlah Bu”
menunjukkan bahwa sakit yang di derita Mirah bertambah parah karena Den
Rahardjo yang memarahinya

Adegan 6, Suti yang mendapati bahwa Mirah sudah mati.


Data :
376. SUTI
MASUK DENGAN MENANGIS MENGGENDONG BAYI. Ali,
di mana kau? Mirah.. anakmu jahanam sungguh. Aku tadi kemari
meminta hutang. Ia terlalu lama mengajak berbantah, hingga
anakku yang sakit terlalu lama aku tinggal. Waktu aku pulang
kudapati anakku ini mati. Ali akan aku bunuh Mira, di mana Ali.
MENGGONCANG BADAN. Mirah, jangan diam saja! TERKEJUT LALU
MEMEKIK NGERI. Aiii.. orang mati! Tolooonggggggg!
REBAH KAREN ATERKEJUT. MAYAT BAYI TERPELANTING
(BSM : 68)
Adegan dalam babak ini ditandai dengan Suti yang menemukan Mirah telah mati.
Suti yang ingin meminta pertanggung jawaban Ali, karena bertengkar dengannya
saat itu membuat bayinya yang sakit meninggal dunia. Namun malah dia menemui
Mirah yang sudah tak bernyawa.

d. Adegan dalam babak keempat


Adegan 1, Amat dan Suti sedang asyik berjudi.
Data :
380. SUTI
Aku mau berjudi saja kemari ini. aku butuh uang.
381. AMAT
Dan kau yakin pasti menang, bukan? Tunggu saja, aku
akan mencari sebentar. Lalu berjudi lagi denganmu.
( BSM : 72)
Adegan dalam babak ini dimulai saat Suti dan Amat sedang berjudi di sudut pasar
dengan alasan Suti sedang butuh uang.

18
Adegan 2 , Ujang yang masuk menasehati Amat bahwa istrinya sedang sakit keras.
Data :
386. UJANG
Jangan lekas lupa pada istri, ia sakit keras, pulanglah.
388. AMAT
Ya, sayang ujang. Sebetulnya saya amat cinta pada Sumirah, tapi apa
boleh buat, ia melupakan saya. Ia bercumbu dengan Den Hardjo.
Aku kecewa, karena itu aku harus bercumbu dengan
gadis lain juga. Hahaha.. betul ia sakit?
(BSM : 73)
Dalam adegan ini Ujang datang untuk memperingati Amat bahwa istrinya Mirah
sedang sakit keras, namun Amat tidak mempercayainya, dialog Amat “karena itu
aku harus bercumbu dengan gadis lain juga” membuktikan bahwa Amat juga sudah
berselingkuh dengan wanita lain.

Adegan 3, Den Rahardjo datang dan menyindir tentang Mirah kepada Amat.
Data :
410. DEN RAHARDJO
O, Amat! TERUS BERJALAN, TIBA-TIBA TERHENTI.
He Amat, aku akan bicara dengan kau soal Mirah
411. AMAT
MARAH. Kau dengan Mirah kedua-duanya
orang hina semua!
(BSM : 77)
Dalam adegan ini den Rahardjo datang dan menyindir Amat tentang Mirah. Amat
yang dendam dengan Den Rahardjo membuat Amat marah karena sindirannya.

Adegan 4, Ali masuk tiba-tiba dan mengamuk pada Den Rahardjo.


Data :
459. ALI
MENGELUARKAN PISAU. Berikan uang itu! Ayo, lekas!
460. DEN RAHARDJO
Kau gila! Copet! Toloong! Copet ngamuuukkkk!
(BSM : 83)
Dalam adegan ini Ali tiba-tiba masuk dan melabrak Den Rahardjo, dia meminta
pertanggung jawaban karena ibunya telah meninggal gara-gara Den Rahardjo. Ali
meminta uang kepada Den Rahardjo dengan pisau sehingga Den Rahardjo berteriak.

Adegan 5, Anak sekolahan masuk karena mendengar teriakan Den Rahardjo.


Data :
463. ANAK SEKOLAH 1
MASUK TERGESA-GESA. Mana copetnya?

19
(BSM : 83)
Dalam adegan ini anak-anak sekolah yang mendengar teriakan Den Rahardjo
datang.
Adegan 6, Anak sekolah yang lain masuk.
Data :
467. ANAK SEKOLAH II. III, IV, V
MASUK LALU RIBUT-RIBUT TAK TENTU CAKAPNYA.
Mana copetnya? Pukul sampai mati! Copet gila!
497. ANAK SEKOLAH
Pukul! Pukul! Copet dia! Pukul!
498. ALI
BELATI TERTANCAP DI PERUT. Aaaaa..
TERHOYONG.. RUBUH
(BSM : 464)
Adegan ini ditandai dengan anak-anak sekolah yang lain ikut masuk dengan
perasaan marah dan langsung mengeroyok Ali, namun tiba-tiba belati yang ia
pegang sudah tertancap di tubuh Ali, dan Ali pun meninggal
Adegan 7, Polisi datang.
Data :
499. POLISI
MASUK CEPAT-CEPAT. Ada apa? Mengapa dia?
500. DEN RAHARDJO
Ia copet. GUGUP. Ia mencopet saya
(BSM : 89)
Dalam adegan ini, dialog Den Rahardjo “Ia copet. GUGUP. Ia mencopet saya” Den
Rahardjo terlihat gugup menandakan bahwa Den Rahardjo yang menikam Ali,
namun Den Rahardjo mengeak dan menuduh Ali sebagai pencopet.

2.4 Tema
Tema merupakan ide pokok pengarang dalam menuliskan ceritanya. Dalam analisis
ini, penulis menggunakan landasan teori dari Burhan Nurgiyantoro (2005:82) yang membagi
tema menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor ialah makna pokok cerita
yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. dan makna-makna tambahan inilah
yang dapat disebut sebagai tema minor.
Tema mayor dalam naskah drama “Bunga Semerah Darah”: Penindasan kaum
borjuis kepada kaum ploretar.
Data:
010. DEN HARDJO
Ingat, kau bisa menjadi istri priayi yang kaya, seperti aku ini,
hanya dengan syarat yang mudah. Satu syarat, yaitu cerai
dengan suamimu! Mudah bukan?
011. MIRAH
Kau buaya darat, Den Rahardjo
(BSM : 03)

20
Dari data di atas menunjukkan bahwa Den Rahardjo adalah orang yang kaya, rakus
dan berkuasa, dengan kekuasaannya itulah dia berpikir bisa mendapatkan semua
keinginannya termasuk menjadikan Mirah istrinya dengan memaksa Mirah untuk
bercerai dengan suaminya. Dari kalimat Den Rahardjo “Nanti kujadikan kau kaya
raya” menunjukkan bahwa kau di sini yaitu Mirah mempunyai ekonomi yang kurang
atau miskin. Ini sudah menjelaskan tema penindasan yang dilakukan kaum borhuis
kepada kaum ploretar.

Tema Minor dalam naskah Bunga Semerah Darah karya W.S Rendra :

a. Anak yang menuruti perintah orang tua.


Data:
152. ALI
Diamlah, aku tidak mau mencopet lagi. Itu tak boleh. Itu pekerjan salah.
Ibuku berkata begitu dan aku akan menurut.
157. ANAK 1
Lebih menjijikkan lagi kau. Kau cari puntung rokok yang kotor, s
edang kami tinggal mencopet. Ayo bung!
(BSM : 28)
Dari dialog Ali yang mengatakan “Diamlah, aku tidak mau mencopet lagi. Itu tak
boleh. Itu pekerjan salah. Ibuku berkata begitu dan aku akan menurut” membuktikan
bahwa Ali adalah anak yang menuruti perintah orang tua

b. Kesetiaan yang dibalas dengan penghianatan


Data:
051. AMAT
Cacing pita kau. Dengar, ia mau kau mencucikan pakaiannya, supaya ia
bisa sering bertemu dengan kau. Bisa main mata. Tahu kau?
052. MIRAH
Meski ia kurang jar padaku, tapi aku menolaknya
061. AMAT
Nah, lihat ibumu orang hina! Aku mau ceraikan dia! MENAMPAR
(BSM : 11)
Analisis : Dari dialog di atas terlihat Amat yang cemburu dan menuduh Mirah
berselingkuh dengan Den Rahardjo, dari dialog Mirah “Meski ia kurang jar padaku,
tapi aku menolaknya” membuktikan bahwa Mirah tetap setia dengan Amat, meski
Amat tidak percaya dengannya.

c. Keangkuhan karena harta


Data:
010. DEN RAHARDJO
Ingat, kau bisa menjadi istri priyai yang kaya, seperti aku ini,
hanya dengan syarat yang mudah. Satu sayrat, yaitu cerai dengan
suamimu! Mudah bukan?
(BSM : 03)
Dari data di atas terlihat Den Rahardjo yang merasa punya segalanya, sehingga dia
dengan mudah meminta apa saja dengan jaminan uang dan kaya raya, uang dan
kekayaannya menjadikan Den Rahardjo sombong dan angkuh

21
d. Suami yang tidak percaya dengan istrinya
Data:
053. AMAT
Bohong. Kau pakai baju merah itu untuk memikat hatinya
054. MIRAH
Habis, aku tak punya baju lain, kang Amat! MARAH
(BSM : 10)
Dari data di atas terlihat bahwa Amat sangat tidak percaya dengan omongan istrinya,
Mirah.

e. Ibu yang hawatir dengan anaknya


Data:
271. SUTI
Kau hanya memikirkan ibumu saja. Kau tak mau memikirkan anakku.
Kau tidak thu anakku sakit perut, ia buang kotoran campur darah dan
nanah. Ia menangis terus saja, ia butuh bubur. Sudah dua hari aku
tak keluar rumah, karena harus menunggu anakku yang bayi itu.
Jadi uangku habis sekarang.
(BSM : 49)
Dari data di atas terlihat Suti yang sedang bingung karena anaknya yang sakit butuh
makan bubur sedangkan dia sedang tidak punya uang. Kehawatiran seorang ibu pada
anaknya terlihat dari dialog suti di atas.

2.5 Penokohan dan Perwatakan


Penokohan dan perwatakan merupakan istilah yang berbeda. Penokohan merupakan
cara pengarang dalam menentukan tokoh-tokohnya dalam cerita tersebut. Sedangkan
perwatakan merupakan cara pengarang dalam menentukan watak atau karakter pada setiap
tokoh dalam cerita tersebut.
Dalam Naskah Drama “Bunga Semerah Darah” pengarang menentukan peran
masing-masing tokoh, berikut :
a. Mirah
Seorang istri yang cantik, dan setia kepada suami. Meskipun kehidupannya serba
kekurangan.
Data:
077. MIRAH
Aku bekerja mati-matian untuk keluarga, tapi ia pulang
marah-marah saja. Aku mati-matian mempertahankan
kehormatanku, tapi ia katakan aku perempuan hina.
(BSM : 13)
Dialog di atas enunjukkan bahwa tokoh Mirah sangat setia menunggu suaminya dan
dengan sabar ia menerima segala kekurangan pada keluarganya namun kesetiaannya
dibalas dengan hinaan dan fitnah dari suaminya sendiri
035. AMAT
GUGUP. Tahukah kalau kau cantik?

22
(BSM : 07)
Data di atas menunjukkan sifat dan perawakan si Mirah sebagai tokoh yang cantik.

b. Amat
Seorang suami yang pencemburu, suka marah-marah, pemabuk dan penjudi .
Data:
039. AMAT
JENGKEL. Mirah, memang alasan banyak sekali. Teman-temanku
supir becak yang lain selalu mengatakan, bahwa Den Hardjo
sering main mata dengan kau.
(BSM : 08)
Data di atas menunjjukan bahawa si Amat sangat mudah sekali terpengaruh oleh
keadaan sekitar tanpa mau menelusurinya secara mendalam
040. MIRAH
TERTAWA. Ah, terlalu sekali. Kau seperti anak kecil
yang suka cemburu, Ha ha ha ha
(BSM : 08)
Dialog tersebut menunjukkan bahwa Mirah sebagai istrinya si Amat merasa bahwa
suaminya sangat pecemburu.
022. MIRAH
Jiwamu dan dirimu dirasuki oleh kehidupan, tetapi yang kau
salahkan keluargamu. Kau mendongkol hanya karena dapat
uang sedikit, tapi kemarahanmu kau tumpahkan di rumah.
Mengapa kau mendongkol kang Amat? Bukankah aku akan
ikut menerima kesedihan ini dengan tidak mendongkol?
(BSM : 05)
Data tersebut menunjukkan bahwa si Amat mudah terpancing emosi, suka mengeluh
dan melimpahkan kekesalannya terhadap orang lain.
384. UJANG
MASUK TIBA-TIBA. Amaaatt! Mabukkah kau?
(BSM : 72)
Dialog diatas menunjukkan bahwa Amat , suami Mirah suka mabuk.

c. Den Rahardjo
Saudagar yang kaya raya, buaya darat, sombong dan semena-mena.
Data:
010. DEN HARDJO
Ingat, kau bisa menjadi istri priayi yang kaya, seperti aku ini, hanya
dengan syarat yang mudah. Satu syarat, yaitu cerai
dengan suamimu! Mudah bukan?
( BSM : 03)
Dialog itu menunjukkan bahwa Den Hardjo sangat sombong dan beranggapan bisa
mendapatkan apa saja dengan sangat mudah termasuk perempuan.

349. DEN RAHARDJO


Terus terang saja memang begitu. Rumah ini buruk dan tengik. Uang
sewa tak seberapa. Jadi kau harus pergi. Rumah ini akan saya rusakan

23
akan saya jadikan kandang yang lebih berguna. Yaitu kandang
anjing-anjing bini saya. Bini saya suka anjing-anjing yang baik.
dan anjing itu tidak boleh terlantar, tahu? jadi kau harus
pergi atau bayar uang sewa.
(BSM : 63)
Percakapan itu menunjukkan bahwa sifat semena-mena pada diri Den Hardjo kepada
keluarga si Amat.

d. Ali
Anak yang berbakti pada orang tua, penurut, baik dan cerdas.
Data:
152. ALI
Diamlah, aku tidak mau mencopet lagi. Itu tak boleh. Itu pekerjan
salah. Ibuku berkata begitu dan aku akan menurut.
(BSM : 28)
247. ALI
Jadi untuk merintis jalannya, kemelaratan harus dihilangkan,
betulkah?
248. BUJANG
Ya, betul. Nah, kau pandai Ali. Diberantasnya kemelaratan ini
dengan pedoman sebagai dasar. Yaitu “memasukkan susila”.
Karena dalam susila akan kita dapati kedamaian. Dan orang
yang bersusila itu akan lebih mudah dan tenang
menghadapi kemelaratan. Betul tidak, Ali?
(BSM : 42)
Pada percakapan no. 152, menunjukkan bahwa si Ali sangat nurut kepada orang
tuanya terutama ibunya senidiri. Lalu di percakapan no. 247 dan 248 adalah
percakapn si Ali dengan Si Bujang yang menimbulkan kepandaian yang di miliki si
Ali. Ia sangat pandai seperti yang di katakan Bujang di percakapan tersebut.

e. Suti
Ibu dari anak 1 memiliki watak kasar , pendendam, pemeras, tidak sabaran atau
pemaksa, keras kepala dan tidak pengertian.
Data:
233. SUTI
MASUK DENGAN MENARIK RAMBUT ANAK 1.
Ayo, pulangkan baju adikmu. Kau boleh mencopet orang lain, tapi
jangan mencopet ibumu. Ayo, kembalikan baju adikmu.
235. SUTI
MENARIK RAMBUT ANAK,1 TERUS
Diam! Ayo, Pulang! MENYERET.
(BSM : 39)
267. SUTI
Aku minta uang, Ali! Dulu kau masih berutang
padaku Rp.2,50, bukan? Nah, sekarang aku butuh uang!
268. ALI
Jangan Sekarang. Ibuku sedang sakit.

24
269. SUTI
BERTERIAK. Aku tak punya uang lagi, sedang anakku
yang bayi juga sakit. Ia menangis minta bubur.
270. ALI
Jangan berteriak, ibuku sakit keras. Dengar Suti, ibuku
Sakit keras. Ia butuh dukun, maka uangku sudah habis
Untuk memanggil dukun itu. Lagi pula ia harus makan
Tiga kali sehari, untuk itu kubutuhkan uang pula. Dari
Itu lain kali sajalah kau datang,
Tentu kubayar hutang itu.
271. SUTI
Kau hanya memikirkan ibumu saja. Kau tak mau
memikirkan anakku. Kau tidak tahu anakku sakit perut, ia
buang kotoran campur darah dan nanah. Ia menangis terus
saja, ia butuh bubur. Sudah dua hari aku tak keluar rumah, karena
harus menunggu anakku yang bayi itu. Jadinya uangku
habis sekarang.
282. ALI
Suti, ibuku sakit batuk.
283. SUTI
Ali, anakku sakit kotoran darah.
284. ALI
MENGACUNGKAN UANG.
Kami yang paling butuh uang.
285. SUTI
MEREBUT. Anakku lebih butuh lagi.
286. ALI
TERKEJUT, GERAM. Kau tukang peras, Suti!.
(BSM : 48-51)
435. SUTI
Aku dendam!Anakku yang bayi juga mati. SEDIH.
(BSM : 80)
Dari sedemikian banyak data-data yang menunjukkan perwatakan yang di miliki
Suti sudah sangat jelas bahwa ia adalah orang yang tidak baik. Ia memiliki watar
Antagonis, tidak memiliki rasa kemanusiaan dan bukan tipe orang yang penyabar.
Sifat pemaksa dan pendendamnya selalu tumbuh dan twrus menjalar tidak pernah
habis.

f. Ujang
Seorang penulis yang bijaksana, berpendidikan, dan baik hati.
Data :
397. UJANG
Dengar, jiwamu mengalami kehampaan karena kecewa. Karena
istrimu kau anggap memperkosa susila. Ya, kau kecewa, tetapi juga
dendam. Dendammu itu memberontak dalam jiwanya. Tetapi keadaan
ini tak dapat pelepasan. Karena kau kelewt cinta pada istrimu.jadi
lalu dendam itu kau lepas pada susila. Kau rusak susila karena
dendam. Alangkah anehnya, banyak orang yang memeperkosa susila,

25
karena dendam. Kecewa dan putus asa. Inilah suatu tanda
kelemahan jiwa manusia. Kau lemah. Amat!
(BSM : 74)
208. UJANG
O, menulis buku-buku
212. UJANG
Tentang sastera, umpamanya.
(BSM : 36)
224. UJANG
Ah, aku hanya mencari objek saja
225. ALI
Ah, kau pakai kata-kata sukar lagi. Apakah orang-orang
tukang tulis itu suka omong-omong yang sukar-sukar?
Apakah yang dinamakan indah itu
kata-kata yang sukar, Ujang?
(BSM : 38)
256. UJANG
Rp. 2,50,- boleh?
TERTAWA, SAMBIL MENGELUARKAN KERTAS RINGGIT
257. ALI
Baik hari benar kau. Terima kasih.
MENGELUARKAN KALENG PUNTUNG.
(BSM : 44)
Bujang adalah tokoh yang bijaksana. Ia dapat memilah dan memilih mana yang baik
dan buruk. Pekerjaannya sebagai penulis sudah tertera di data di atas. Ia selalu
melihat kaum proletar dan menyelamatkannya dengan tulisan-tulisan yang ia buat
ketika sudah melihat keadaan sekitar dan realita.

2.6 Konflik
Konflik merupakan sebuah pertentangan antar tokoh dalam sebuah karya sastra
prosa. Stanton (dalam Maslikatin, 2007:126) membagi konflik menjadi tiga yaitu konflik
internal (internal conflict), konflik eksternal (external conflict), central conflict.
a. Konflik Eksternal, Dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Konflik Fisik, Konflik manusia dengan manusia.
Data:
001.MIRAH
MENGEJUTKAN. Aaaaaaiiiiiiii, lepaskan saya!
KEADAAN
DI PANGGUNG ADA 2 ORANG: DEN HARDJO DAN MIRAH.
DEN HARDJO MEMEGANG TANGAN MIRAH
DAN MENARIKNYA
002.DEN HARDJO
MELEPASKAN PEGANGAN. Tak kusangka kau akan
pandai berteriak. Jangan marah, Mirah!

003.MIRAH

26
Kau buaya
(BSM : 02)
457. ALI
Kau bohong! TIBA-TIBA MENERKAM DAN
MEREBUT DOMPET DARI SAKU.
458. DEN RAHARDJO
Kau copet! Kembalikan! MENAMPAR DANMEREBUT LAGI
DOMPETNYA. Kau tidak bisa melawan saya, tahu? Copet!
(BSM : 83)
Dialog 001 dan 002 menunjukkan bahwa di sana ada perdebatan yang menimbulkan
kekerasan fisik secara langsung yaitu pemaksaan dan penolakan. Den Hardjo
memaksa si Mirah agar bermesraan dengannya dan si Mirah menolak karena harus
membela harga dirirnya serta suaminya. Kemudian, di percakapan 457 dan 458
adalah kekerasan Den Hardjo kepada si Ali akibat kemarahan Ali yang tidak jelas.
Dan penuduhan Den Hardjo kepada Ali sebagai pencopet.

2. Konflik Sosial
a) Konflik antara manusia dengan manusia.
Data:
267. SUTI
Aku minta uang, Ali! Dulu kau masih berutang
padaku Rp.2,50, bukan? Nah, sekarang aku butuh uang!
268. ALI
Jangan Sekarang. Ibuku sedang sakit.
269. SUTI
BERTERIAK. Aku tak punya uang lagi, sedang anakku
yang bayi juga sakit. Ia menangis minta bubur.
270. ALI
Jangan berteriak, ibuku sakit keras. Dengar Suti, ibuku
Sakit keras. Ia butuh dukun, maka uangku sudah habis
Untuk memanggil dukun itu. Lagi pula ia harus makan
Tiga kali sehari, untuk itu kubutuhkan uang pula. Dari
Itu lain kali sajalah kau datang,
Tentu kubayar hutang itu.
(BSM : 48)
282. ALI
Suti, ibuku sakit batuk.
283. SUTI
Ali, anakku sakit kotoran darah.
284. ALI
MENGACUNGKAN UANG.
Kami yang paling butuh uang.
285. SUTI
MEREBUT. Anakku lebih butuh lagi.
286. ALI
TERKEJUT, GERAM. Kau tukang peras, Suti!.
(BSM : 51)

27
Konflik yang diciptakan di sini adalah kurangnya rasa kemanusiaan. Kebingungan
antar tokoh karena sama-sama meliki permasalahan yang rumit. Dan uang adalah
jalan keluar dari kepelikan itu sendiri.

b) Konflik Internal
Dalam naskah drama yang penulis analisis kali ini, penulis tidak menemukan
adanya konflik internal dalam masing-masing tokoh.

2.7 Alur
Naskah drama Bunga Semerah Darah karya Wisran W.S Rendra menggunakan alur
maju. Drama ini terdiri dari empat babak. Dari setiap babak ke babak berikutnya merupakan
kelanjutan cerita dari babak sebelumnya. Kejadian yang terjadi pada babak kedua sebagai
sebab-akibat dari kejadian di babak pertama, begitu seterusnya.
a. Babak pertama “Di dalam rumah Mirah”
Menceritakan Den Rahardjo yang memaksa Mirah untuk menikahinya dan
menceraikan suaminya Amat.
Data:
010. DEN HARDJO
Ingat, kau bisa menjadi istri priayi yang kaya, seperti aku ini, hanya
dengan syarat yang mudah. Satu syarat, yaitu cerai
dengan suamimu! Mudah bukan?
011. MIRAH
Kau buaya da rat, Den Rahardjo
(BSM : 03)
039. AMAT
JENGKEL. Mirah, memang alasan banyak sekali. Teman-temanku
supir becak yang lain selalu mengatakan, bahwa
Den Hardjo sering main mata dengan kau.
040. MIRAH
TERTAWA. Ah, terlalu sekali. Kau seperti anak kecil
yang suka cemburu, Ha ha ha ha
(BSM : 08)
Di babak pertama ini menceritakan Den Rahardjo yang memaksa Mirah untuk
menikahinya dan menceraikan suaminya Amat. Dan juga terdapat adegan dialog
antara Amat dan Mirah yang cekcok karenan Amat merasa cemburu dengan
kedekatan Mirah dan Den Rahardjo.
b. Babak kedua “Runtuhan gedung pada jalan sudut pasar”
Menceritakan Ali yang dijauhi teman-temannya karena dia sudah tidak mau bekerja
sebagai pencopet lagi.
Data:
152. ALI
Diamlah, aku tidak mau mencopet lagi. Itu tak boleh. Itu pekerjan
salah. Ibuku berkata begitu dan aku akan menurut.

28
157. ANAK 1
Lebih menjijikkan lagi kau. Kau cari puntung rokok yang kotor,
sedang kami tinggal mencopet. Ayo bung!
(BSM : 28)
Menceritakan Ali yang dijauhi teman-temannya karena dia sudah tidak mau bekerja
sebagai pencopet lagi.

c. Babak ketiga “Di dalam rumah Mirah”


Data :
319. DEN HARDJO
DARI LUAR MENGETUK PINTU DENGAN KASAR. Mirah!
320. ALI
BANGKIT CEPAT-CEPAT. Ya, masuk! MEMBUKA PINTU.
O, jangan keras-keras Den Hardjo. Ibu baru sakit.
(BSM : 59)
Pada babak ke 3 menceritakan kejadian di rumah Mirah, Suti yang datang meminta
hutang yang belum dibayar oleh Ali, menuntuk Ali karena Suti membutuhkan uang
untuk anaknya yang sedang sakit. Selain itu, Den Hardjo memaksa Ali dan Mirah
untuk membayar uang sewa rumah, pada saat kondisi ibu Ali si Mirah sedang sakit
keras, sehingga terjadi cekcok berkepanjangan antara Den Harjdo dan Ali.

d. Babak keempat “Di tempat judi”


Data :
377. AMAT
Ha ha ha ... Kau kalah lagi. Gadis manis pintar benar kau
berjudi, he?. MEMBERIKAN UANG. Lihat sakuku licin tandas.
378. SUTI
Uangmu habis?.. aku akan pergi.
(BSM : 72)
Pada babak ke 4, menceritakan Amat sedang asyik berjudi dengan Suti.
Menceritakan kejadian matinya Ali karena berkelahi melawan Den Hardjo.

2.8 Latar
Latar merupakan tempat,keadaan atau kondisi dalam cerita yang digambarkan oleh
pengarang. W.S Rendra membagi unsur latar ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat,
waktu, dan sosial.
a. Latar Tempat
Merupakan penggambaran “lokasi” terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra.
Dalam drama Bunga Semerah Darah karya W.S Rendra ini, penggambaran latar terjadi di
berbagai tempat dan dibagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.
1) Di dalam rumah Mirah ( Perdebatan antara Mirah dengan Den Rahardjo yang
memintanya menceraikan amat ).
Data:

29
008. DEN RAHARDJO
Ha, ha. Aku termasuk laki-laki yang suka dimaki-maki. Turutilah
kemauanku. Nanti kujadikan kau kaya-raya. Ku beri kau rumah
yang serba mewah, Mirah
009. MIRAH
Aku tak butuh satu pun juga. Keluar!
(BSM : 03)
Pada babak 1, latar tempat terjadi di dalam rumah Mirah yang hampir reyot karena
dalam cerita ini Mirah dan keluarganya termasuk orang-orang pinggiran yang tidak
mampu dan tidak memiliki apapun

2) Di Runtuhan Gedung Sudut Pasar.


Data:
230. UJANG
Segala yang benar itu indah. MENUNJUK PADA PUINGAN TEMBOK.
Meski puing-puing ini sekalipun, juga mengandung keindahan.
( BSM : 39)
Pada babak ke 2 latar tempat ini runtuhan sebuah gedung disudut pasar,
menceritakan Ali berkumpul dengan teman sebayanya yang asyik makan nasi sisa.

3) Di Dalam Rumah Mirah.


Data:
319. DEN RAHARDJO
DARI LUAR MENGETUK PINTU DENGAN KERAS. Mirah!
320. Ali
BANGKIT CEPAT-CEPAT. Ya, masuk! MEMBUKA PINTU.
O, jangan keras-keras Den Rahardjo. Ibu baru sakit.
(BSM : 59)
Pada babak ke 3, latar kembali terjadi didalam rumah Mirah karena diadegankan
Mirah sedang terbaring lemah karena sakit keras.

4) Di Tempat Judi.
Data:
380. SUTI
Aku mau berjudi saja kemari ini. aku butuh uang.
381. AMAT
Dan kau yakin pasti menang, bukan? Tunggu saja, aku akan
mencari sebentar. Lalu berjudi lagi denganmu.
(BSM : 72)
Babak ke 4 latar terjadi ditempat judi, dari data diatas pada dialog “Aku mau berjudi
saja kemari ini” yang dilontarkan Suti pada Amat.

b. Latar Waktu
Merupakan penggambaran “kapan” terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra.
Latar waktu dalam naskah drama Bunga Semerah Darah:

30
1) Sehari untuk.
Data:
023. AMAT
Sudah aku katakan, bahwa kau perempuan lembik sebagai cacing. Kau
tak tahu betapa busuk keringat supir becak! Becak majikanku
memang seberat batu gunung! MENGGELIAT. Aduuhh! Sama
berat dengan nasibku sendiri. Sehari suntuk hanya dapat uang sedikit.
Tauke-tauke itu memang harus mencium tanah 7 kali, karena menghisap
sewaan becak, yang seberat itu, hingga tinggal sedikit uang
untuk dibawa pulang. Gila sungguh. Kau juga gila!
(BSM : 05)
Latar waktu pada drama ini tidak dijelaskan karena hanya menggambarkan situasi
suasana yang terjadi, namun bisa dipastikan terjadi pada siang hari terbukti pada
pemain drama yakni anak sekolah.

c. Latar sosial
Merupakan penggambaran “kehidupan sosial” dalam sebuah karya sastra. Latar
sosial dalam naskah drama Bunga Semerah Darah merupakan penggambaran kehidupan
sosial masyarakat menengah kebawah yang mengalami krisis ekonomi.
Data:
269. SUTI
BERTERIAK. Aku tank punya uang lagi, sedang anakku yang
bayi juga sakit. Ia menangis minta bubur.
270. ALI
Jangan berteriak. Ibuku sakit keras. Dengar Suti, ibuku sakit keras.
Ia butuh dukun, maka uangku sudah habis untuk memanggil
dukun itu. Lagi pula ia harus makan tiga kali sehari,
untuk itu ku butuhkan uang pula. Dari itu lain kali
sajalah kau datang, tentu ku bayar hutang itu.
( BSM : 48)
Latar sosial dalam naskah drama Bunga Semerah Darah merupakan penggambaran
kehidupan sosial masyarakat menengah kebawah yang mengalami krisis ekonomi

2.9 Teknik Dialog


Teknik dialog merupakan sebuah cara pengarang menggambarkan atau
menyampaikan jalan ceritanya. Menurut Boulton (dalam Maslikatin, 2007:139) membagi
teknik dialog menjadi dua bagian, yaitu: pertama the technique of dialogue individuals, dan
the technique of dialogue conversation.
Teknik dialog dalam naskah drama Bunga Semerah Darah ini banyak menggunakan
the technique of dialogue conversation atau teknik percakapan. Teknik dialog monolog dalam
drama ini tidak ada. Data yang menunjukkan the technique of dialogue conversation atau
teknik percakapan.

31
a. Dialog antara tokoh Amat dengan Mirah.

Data :
039. AMAT
JENGKEL. Mirah, memang alasan banyak sekali. Teman-temanku
supir becak yang lain selalu mengatakan, bahwa Den Hardjo
sering main mata dengan kau.
040. MIRAH
TERTAWA. Ah, terlalu sekali. Kau seperti anak kecil
yang suka cemburu, Ha ha ha ha
(BSM : 08)
b. Dialog antara tokoh Ali dengan Den Rahardjo.

Data :
319. DEN HARDJO
DARI LUAR MENGETUK PINTU DENGAN KASAR. Mirah!
320. ALI
BANGKIT CEPAT-CEPAT. Ya, masuk! MEMBUKA PINTU.
O, jangan keras-keras Den Hardjo. Ibu baru sakit.
321. DEN HARDJO
Bangun Mirah, lekas! Ia tak boleh malas-malas saja.
BERTERIAK. Mirah!
(BSM : 59)
2.10 Tipe Drama

Tipe drama yang ditampilkan dalam naskah drama Bunga Semerah darah karya W.S
Rendra ini, yaitu drama tragedi.

Data:

539. AMAT
MATANYA TERBELALAK SEBAGAI ORANG GILA. ANTARA LAMA KEMUDIAN
SEBAGAI ORANG GILA JUGA IA MENGGONCANG BADAN ALI KERAS-KERAS,
SAMBIL MERAUNG SEBAGAI SERIGALA KENGERIAN. Ali...Ali... Aliiiiiii!. IA
MENANGIS DAN BERTERIAK DENGAN SUARA BENAR-BENAR GILA. Aliiii, aku
ikut... Aliii! Anakku, aku ikut pergi bersama ibumu, ya Nak? Kita bersama-sama membeli
kembang semerah darah. Alii!.. Aliii! O, langing, mengapa kau biru seprti laut. Mengapa kau
tidak berawan merah, seperti kembang semerah darah. O, Aliiii.. Aliii!!
(BSM : 96)
Percakapan di atas menunjukkann kematian si Mirah yang terjadi setelah perseteruan
Ali denga Suti. Mirah juga meninggalkan pesan agar ia dibelikan bunga semerah
darah sebagai simbol keberanian dalam menjalani hidup

32
BAB III
KESIMPULAN

Naskah drama memiliki unsur-unsur instrinsik. Tema, penokohan dan perwatakan,


alur, latar, dan konflik adalah unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama.Unsur-unsur tersebut
dapat saling berhubungan dan memiliki keterkaitan ketika dikaji dengan analisis struktural.
Tokoh-tokoh dengan segala perwatakannya dalam naskah drama nyonya-nyonya ini
yang menyebabkan terjadinya konflik dalam drama,baik konflik antartokoh maupun konflik
dengan alam sekitar.Tokoh utama terlibat langsung dengan keseluruhan cerita dalam naskah
drama ini.Tokoh utama menyebabkan terjadinya tema mayor atau tema utama dan tema
minor atau makna tambahan yang pada tema minor ini tokoh bawahan juga berperan
penting.Latar yang menjadi tempat terjadinya peristiwa adalah tempat para tokoh berada
dalam drama tersebut.
Dari analisis yang telah penulis lakukan, sudah sangat jelas nampak pada bab 2
diatas. Jikalau ada unsur keterkaitan antara satu unsur instrinsik yang satu dengan lainnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Maslikatin, Titik. 2007. Kajian Sastra: Prosa, Puisi, Drama. Jember: Jember University
Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

34
LAMPIRAN:
1. SINOPSIS
Naskah Semerah Darah adalah karya W.S Rendra di tahun 1950, lebih tepatnya
sewaktu ia masih mnegenyam pendidikan kelas 2 SMP. Rendra membuat naskah ini dengan
cerita yang apik dan tidak bertele-tele. Di sini ia menggunakan tokoh Utama Ali dan kedua
orang tua si Ali yakni Sumirah dan Amat. Sesuai dengan namanya sudah sangat jelas di ambil
dari tahun 1950 an tersebut. Naskah ini menceritakan tentang 2 objek di dalam kehidupan
nyata yakni kaum borjuis dan proletar di masa itu. Kaum borjuis yang di perankan oleh Den
Harjo sebagai warga masyarakat yang sangat sombong, licik, dan tidak berprikemanusiaan. Ia
hanya sayang kepada anjing-anjing milik istrinya dari pada orang lain. Kaum proletar yang di
perankan oleh keluarga amat yaitu Ali dan Sumirah. Rendra mengemas penderitaan, ketidak
adilan dan penindasan ke dalam bentuk dialog yang mudah di mengerti dan penuh dengan
pesan.
Tokoh Amat yang berperan sebagai suami Mirah memiliki watak pecemburu berat
dan sangat emosional dalam menghadapi sesuatu yang kiranya bisa menyulut emosinya.
Seperti yang di lihat oleh si Amat tentang kesalah pahamannya terhadap sang istri yakni
Sumirah karena dianggap selingkuh dengan Den Hardjo. Padahal Mirah hanya bertugas
mencucikan baju Den hardjo karena ia di janjikan uang upah yang banyak asalkan Mirah mau
menuruti segala keinginan Den Hardjo. Meskipun begitu, Mirah tidak pernah berkhianat
terhadap suaminya ia selalu jujur dan sabar menghadapi Amat yang selalu marah-marah
karena penghasilannya sebagai tukang becak sangat sedikit. Den Hardjo memang menyukai
wajah cantik Mirah sehingga Den Hardjo mengancam akan mengusir si Mirah kalau ia tak
lekas membayar sewa rumahnya yang sekarang di tempati oleh Amat,Mirah dan Ali. Dapat
pula di buktikan pada dialog Den Hardjo No.010 “ingat, kau bisa jadi istri priyayi yang kaya
raya, seperti aku ini, hanya dengan syarat yang mudah. Satu syarat yaitu: cerai dengan
suamimu! Mudah, bukan?”. Percakapan tersebut sangat jelas bahwa Den Hardjo adalah kaum
borjuis yang brengsek.
Naskah ini juga sangat detail menjelaskan secara rinci bagaimana si Ali menyayangi
dan menghidupi ibunya yang sedang terjangkit penyakit TBC sejak suaminya si Amit
meninggalkan rumah itu. Kehidupan yang mereka jalani sangat miris. Lingkungan di
sekitarnya pun miris. Bagaimana bisa anak-anak di didik untuk mencopet dan tidak di
sekolahkan sehingga kurang akan aturan tata norma yang seharusnya di miliki oleh semua
orang.

35
Seperti pada contoh dialog No. 216 Ujang berkata“ Mungkin kau sukar mengerti.
Pendeknya saja begini. Seni itu yang baik-baik dan yang indah-indah. Tahu kau?”
Ali menjawab No. 2018” O yaa, tahu. Nasi dan Uang misalnya”.
Orang tua mereka sibuk sendiri mencari makan berupa beras dan uang yang menjadi
bahan utama dalam “kebahagiaan”. Mereka hanya memikirkan bagaimana sekiranya bisa
hidup dan bertahan hingga waktunya kematian menjemput.
Di percakapan No. 252 Ujang berkata” ya, anak-anak melarat yang sudah tak dapat
diperbaiki lagi itu, akibat dari pengaruh lingkungan yang jelek dan pendidkan yang tak bisa
baik dari orang tuanya”.
253. ALI menjawab “Bagaimana mereka akan bisa mendidik anak-anaknya baik-
baik, sedang sehari-harian mereka kelelahan memikirkan makan mereka”. Orang tua mereka
sibuk sendiri mencari makan berupa beras dan uang yang menjadi bahan utama dalam
“kebahagiaan”. Mereka hanya memikirkan bagaimana sekiranya bisa hidup dan bertahan
hingga waktunya kematian menjemput.
Ali yang hanya bekerja sebagai pemilih putung rokok di lorong-lorong yang kumuh
dan berhenti mecuri karena takut tertangkap polisi, takut tidak ada lagi yang bisa merawat
ibunya yang semakin menjadi-jadi penyakitnya. Ujang sangat ingin membebaskan segala
kesulitan-kesulitan kaum proletar yang tersingkirkan dan berada di balik layar kehidupan
trotoar kota. Ujang adalah orang yang bijak dan baik sekaligus mengerti keadaan Ali yang
menuntut keadilan dan dokter yang bisa menyelamatkan ibunya. Ia tidak mau apa-apalagi
karena ia sendiri tidak tahu tentang hukum-hukum politik yang sedang di sukai oleh
pemerintah waktu itu.
Dalam naskah ini juga terdapat konflik yang membuat para pembaca ikut bingun
dengan suasana yang di ciptakan oleh tokoh Ali dan Suti. Yakni ketika Suti menangih
hutangnya sebesar Rp. 2,50 kepada Ali karena anaknya yang masih bayi sakit parah. Namun
Ali juga tidak memiliki uang untuk membayar hutangnya. Saat itu keadaan Mirah sangat
parah dan Ali harus membelikannya obat dan menghadirkan dukun agar ibunya selamat.
Tetapi anak Suti yang masih bayi juga harus di obati dan ia butuh uang itu sebagai biayanya.
Sehingga terjadilah perdebatan diantara keduanya dengan berebut uang milik Ali sekrang
yakni Rp. 2,50. Sayangnya karena mereka berdua rebutan sobeklah uang satu rupiah dan
tinggallah senilai Rp.1,50. Mereka sama-sama bingung. Si Suti tambah marah karena
bukannya uangnya di bayar malah berkurang. Begitupun Ali. Disanalah mereka berjuang
sama-sama ingin menyelamatkan nyawa orang yang di sayangi namun tidak ada uang yang
cukup untuk membantunya.

36
Mirah yang mendengar perdebatan itu menjadi pusing dan semakin parah. Benar
saja ia sudah merasa nyawanya berada di ujung tanduk. Ali memaksa ibunya untuk berbaring
dan mencarikannya obat meskipun ia sendiri tidak tahu kemana ia harus mencari uang. Mirah
hanya meminta Ali untuk mencarikan ia obat bunga semerah darah. Entah apa maksud dari
semua itu yang jelas Mirah meminta bunga semerah darah kepada Ali dan ia pun pergi
meninggalkan ibunya. Ia mencari Den Hardjo dan mengambil uangnya dengan paksa di
dompet Den Hardjo. Sehingga Alipun di serang warga dan berkelahi dengan Den Hardjo.
Namun na’asnya, belati yang tadinya Ali gunakan untuk membunuh Den Hardjo malah
tertancap balik ke tubuhnya. Dua tragedi kematian yang sangat miris. Ibunya di rumah telah
meninggal karena menunggu obat semerah darah datang dan si Ali yang terbunuh oleh tangan
Den Hardjo sendiri.
Betapa malang nasib keluarga Ali dan Mirah. Ayah Ali yang mendengar kematiaan
Mirah istrinya kembali datng ke rumah. Namun di tengah perjalanan ia menemukan anaknya
yakni Ali terkapar lemah dan bersimbah darah di tubuhnya. Amat sangat menyesali segala
sesuatu yang ia pikirkan selam ini. Ia telah lama meninggalkna keluarganya da kembali
dengan keadaan yang berbeda. Seperti pesan ali terakhir kali di pangkuan ayahnya yakni di
percakapan :
534. ALI
Pak... ibu...tidak... mati... ia... Cuma...sakit! aku juga... hanya mau... pergi...kembang
semerah...darah ...

37

Anda mungkin juga menyukai