Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT

KRONIS

PUSKESMAS CIPTOMULYO

OLEH:
DELLA CITRA DEVI
201910300511012

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PUSKESMAS CIPTOMULYO

KELOMPOK 2

NAMA : DELLA CITRA DEVI


NIM : 201910300511012
TGL PRAKTEK : 8 NOVEMBER-11 DESEMBER 2021

Malang, November 2021


Pembimbing Lahan,

Mahasiswa,

(Della Citra Devi) ( )

Pembimbing Institusi,

( )
LAPORAN PENDAHULUAN
1 Definisi
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140
mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua
jenis yaitu hiperteni primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder
yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak
ginjal (adrenal). Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-
menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi (Pratama, 2016).
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi yang berdampak pada sistem
kardiovaskular dan serebrovaskular, ginjal dan retina yang sering disebut dengan kerusakan organ
target. Kerusakan organ target tersebut seperti hipertrofi ventrikel kiri, peningkatan ketebalan intima
media dari pembuluh darah, mikroalbuminuria yang mengikuti disfungsi glomerulus, penurunan
kognitif dan retinopati hipertensi lalu terjadi komplikasi mayor, yaitu stroke, gagal jantung kongestif
dan miokard infark, gagal ginjal dan oklusi vaskular retina (Larasati, 2017).
2 Etiologi
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Yang dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi
sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan
anak ginjal, dll. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang
terusmenerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbul kankomplikasi. Oleh karena itu,
hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Syahrini, 2017).
3 Klasifikasi
Pada pemeriksaan tekanan darah, yang diukur adalah tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan darah
diklasifikasikan sebagai normal apabila sistoliknya kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80
mmHg, atau biasa ditulis dengan 120/80 mmHg.
1) Prahipertensi
Tekanan darah sistolik 120–139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80–89 mmHg tergolong
prahipertensi. Individu dengan prahipertensi tergolong berisiko lebih tinggi terkena hipertensi.
Jika tekanan darah 110/85 mmHg atau 130/79 mmH, penderita tergolong individu yang berisiko
terkena hipertensi. Pada kondisi ini biasanya diperlukan perubahan gaya hidup guna mengurangi
risiko terkena hipertensi di masa depan.
2) Hipertensi tingkat 1
Tekanan darah sistolik 140–159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90–99 mmHg. Jika tekanan
darah sistolik atau diastolik berada pada rentang ini, penderita sudah memerlukan pengobatan
karena risiko terjadinya kerusakan pada organ menjadi lebih tinggi.
3) Hipertensi tingkat 2
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > dari 100 mmHg. Pada tahap ini,
penderita biasanya membutuhkan lebih dari satu obat. Kerusakan organ tubuh mungkin sudah
terjadi, begitu juga dengan kelainan kardiovaskular, walaupun belum tentu ada gejala. (Nareza,
2020)
4 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg,
sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang,
lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.
Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain tekanan darah diastolik < 100 mmHg, proteinuria samar
sampai +1, peningkatan enzim hati.
Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih, proteinuria
+ 2 persisten atau lebih, nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri abdomen atas, oliguria, kejang,
kreatinin meningkat, trombositopenia, peningkatan enzim hati, pertumbuhan janin terhambat, edema
paru. Pemeriksaan Diagnostik CT-Scan Hepar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar, MRI
memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa mendasar tentang lesi-lesi masih
belum terungkapkan. (Mukaromah, 2019)
5 Faktor Resiko
Faktor resiko hipertensi di Indonesia meliputi umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, konsumsi
minuman beralkohol, berkafein lebih dari 1 kali sehari, kurangnya aktivitas fisik dan obesitas. Faktor
resiko yang relevan terhadap mekanisme terjadinya hipertensi :
1) Faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi termasuk:
a. Pola makan tidak sehat
b. Konsumsi garam berlebihan
c. Rendah diet kalium
d. Konsumsi tinggi lemak jenuh dan lemak trans
e. Asupan buah dan sayuran rendah
f. Aktivitas fisik yang kurang
g. Merokok dan minum alkohol
h. Kelebihan berat badan atau obesitas
2) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain:
a. Riwayat keluarga dengan hipertensi
b. Usia dan jenis kelamin. Wanita usia di atas 65 tahun cenderung mengalami hipertensi.
c. Penyakit yang ada bersama seperti diabetes atau penyakit ginjal yang diwariskan
(Syahrini, 2017)
6 Pemeriksaan Diagnostik
Penegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan 3 kali pengukuran tekanan darah selama 3 kali
kunjungan (Fitri, 2015). Diagnosis hipertensi dapat dilakukan dengan cara :
1. Anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi mengalami keluhan sakit kepala, rasa seperti
berputar dan penglihatan kabur. Pada saat anamnesis di dapatkan mengenai faktor resiko
kardiovaskuler seperti merokok, obisitas, aktivitas fisik yang kurang, konsumsi alkohol, diabetes
mellitus, penurunan laju GFR, dan riwayat keluarga.
2. Pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan tekanan darah. Tekanan darah rata-rata diambil 2
kali setiap kunjungan.
3. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk komplikasi yang telah atau sedang terjadi. Pemeriksaan
penunjang meliputi tes darah lengkap, tes urinalisa, pemeriksaan kimia darah (untuk mengetahui
kadar potassium, sodium, creatinin, High Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein
(LDL), glukosa).
4. Pemeriksaan EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri, funduskopi, USG ginjal, foto
thoraks.
Pada kasus hipertensi sekunder pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan hipotiroidisme
dapat dilakukan fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3), hiperparatiroidisme (kadar PTH, Ca2+),
hiperaldosteronisme primer berupa kadar aldosteron plasma, renin plasma, CT scan/MRI abdomen.
Pada hipertensi renovaskuler dapat dilakukan CT angiografi arteri renalis, USG ginjal, Doppler
Sonografi (Krisnanda, 2017).
7 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang diterapakan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut:
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik
3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan/farmakologik
Jenis obat anti hipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
a) Diuretik. Adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran garam (NaCl).
Dengan turunnya kadar Na+, maka tekanan darah akan turun, dan efek hipotensinya kurang kuat.
Obat yang banyak beredar adalah spironolactone, HCT, chlortalidone, dan iodopanide.
b) Alfa-blocker. Adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan menyebabkan vasodilatasi
perifer serta turunnya tekanan darah. Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek
sampingnya agak kuat. Obat yang termasuk dalam jenis alfa-blocker adalah prazosindan
terazosin.
c) Beta-blocker. Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti. Diduga
kerjanya berdasarkan beta blokase pada jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi
jantung. Obat yang terkenal dari jenis beta-blocker adalah propanolol, atenolol, pindolol dan
sebagainya.
d) Obat yang bekerja sentral. Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan noradrenalin
sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergic perifer dan turunnya tekanan darah. Penggunaan
obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang termasuk dalam jenis ini
adalah clonidine, gauanfacine, dan metildopa.
e) Vasodilator. Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriola sehingga daya
tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun. Obat yang termasuk dalam jenis
ini adalah Hidralazine dan Ecarazine.
f) Antagonis kalsium. Mekanisme obat antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion
kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasodilatasi dan turunnya tekanan darah.
Obat jenis antagonis kalsium adalah nifedipin dan verapamil.
g) Penghambat ACE. Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanna darah dengan cara
menghambat angiotension converting enzyme yang berdaya vasoikonstriksi kuat. Obat jenis ini
yang popular adalah captopril (Ccpoten) dan enalapril.(Abdurachman, 2020)

Daftar Pustaka
Abdurachman, R. (2020, April 01). PENGARUH PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK
DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA HIPERTENSI DI UNIT REHABILITASI PUCANG GADING SEMARANG. Diambil
kembali dari Repository Universitas Muhammadiyah Semarang:
http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/3445
Fitri, D. R. (2015). DIAGNOSE ENFORCEMENT AND TREATMENTOF HIGH BLOOD
PRESSURE. J MAJORITY, Volume 4 No 3, 48-49.
Larasati, H. E. (2017). Dukungan keluarga dalam management penyakit hipertensi. Fakultas
kedokterran,Universitas Lampung, 40.
Mukaromah, A. (2019). penyakit hipertensi pada usia lanjut. 25-50.
Nareza, d. M. (2020, april 16). Klasifikasi Hipertensi dan Faktor Risiko yang Memengaruhi.
Pratama, A. Y. (2016). Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke. Majority, Volume 5,
Nomer 3, 17-18.
Syahrini, E. N. (2017). FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PRIMER DI PUSKESMAS.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 315-325.
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Data Dasar Keluarga


Nama Kepala Keluarga (KK) : Ny. S
Usia : 70 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat / No. Tlp. : Jl. Pelabuhan ketapang 696
Tipe keluarga : Keluarga inti

Hub.
No. Nama Gender TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan Agama
dg KK
1. Tn. S P Kepala 70 tahun Tamat SD Ibu Rumah Islam
Keluar Tangga
ga
2.
3.
4.
5.

Komposisi keluarga : Keluarga ini merupakan keluarga inti, terdiri dari Ny S sebagai
kepala keluarga, Ny. S sebagai kepala keluarga dan memiliki 5
anak sudah menikah semua
Genogram (gambarkan keluarga klien) :

Latar belakang - Keluarga berasal dari Suku Jawa


budaya - Latar belakang etnis keluarga ini adalah etnis jawa
- Tempat tinggal keluarga berada pada lingkungan etnis homogen yang
sebagian besar suku jawa
- Keluarga tidak memiliki kebiasaan untuk menghindari makanan tertentu
- Bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa
- Keluarga menggunakan jasa pelayanan kesehatan

Identitas religius - Agama yang di anut keluarga agama islam dan meyakini segala bentuk
perintah agama seperti sholat.
- Setiap anggota keluarga memiliki keyakinan yang sama.

Status ekonomi - Total pendapatan tidak menentu Ny S kadang diberikan oleh anaknya dan
Ny S membantu memasak tetangga
- Penghasilan keluarga mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari
- Ny S memiliki tabungan

Aktivitas rekreasi Ny S biasanya memanfaatkan waktu luang selain rekreasi bersama anak dan
waktu luang cucunya biasanya melakukan aktifitas kumpul bersama seperti nonton TV
bersama.
1. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahap
perkembangan - Tahap perkembangan dengan anak pertamanya
keluarga saat ini - Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang menyenangkan
- Mempertahankan keakraban keluarga dan saling merawat

Tahap
perkembangan Tidak ada tahap perkembangan yang belum terpenuhi dikarenakan Ny S merasa
yang belum bersyukur dengan kehidupan sekarang ini
terpenuhi

Riwayat keluarga Ny.S saat ini tinggal sendiri terkadang ditemani cucunya. Keluhan yang
inti dirasakan saat ini adalah penyakit Hipertensi, memiliki riwayat hipertensi
sudah sejak 34 tahun yang lalu, kadang mengeluh batuk dan demam karena
cuaca yang dingin. Sedangkan keluhan kesehatan keluarga lainnya tidak ada
masalah.

Riwayat Keluarga Ny S adalah keluarga asli jawa. Kedua orang tua Ny S tidak
keluarga memiliki riwayat hipertensi. Ny S mengatakan selalu minum obat tekanan
sebelumnya darah tinggi terkadang Ny S mengkonsumsi segala makanan.

2. DATA LINGKUNGAN
Karakteristik rumah (deskripsikan kepemilikan, penerangan,ventilasi, lantai, tangga, kebersihan)
- Jenis rumah permanen
- Luas bangunan : 7x12 m
- Status rumah : milik pribadi
- Atap rumah : genteng
- Ventilasi rumah ada
- Cahaya dapat masuk rumah
- Penerangan : listrik
- Lantai : keramik
- Kebersihan rumah : bersih
- Memiliki tempat sampah
- Sampah diambil petugas
- Sumber air dari sumur
- Memiliki jamban
- Pembuangan limbah baik
DENAH RUMAH

Karakteristik lingkungan (deskripsikan kebersihan lingkungan,polusi)


- Kebersihan lingkungan : bersih
- Rumah tertata rapi walaupun berdempetan dengan tetangga
- Perkumpulan sosial : PKK
- Fasilitas kesehatan dekat : Mantri dan Posyandu lansia
-

3. STRUKTUR KELUARGA
Pola komunikasi
Komunikasi antar anggota keluarga cukup akrab dan itu terjadi
sepanjang hari. Ketika ada suatu masalah dalam keluarga, selalu
diselesaikan dengan cara dimusyawarahkan dengan anaknya.

Antar anggota keluarga saling mendukung satu sama lain dan ketika ada
Struktur
kekuasaan anggota keluarga yang merasa memiliki masalah, anggota keluarga lain
keluarga
pasti membantu.
Struktur peran
Dalam keluarga ini yang memiliki peran mencari nafkah adalah Ny S

Struktur nilai
Keluarga Ny S menerapkan aturan/nilai-nilai sesuai agama islam dengan
mengharapkan anak dan cucunya nanti menjadi anak yang taat dalam
menjalankan ajaran agama .

4. FUNGSI KELUARGA

Fungsi afektif
Diantara anggota keluarga terdapat rasa saling memiliki, saling
membantu dan menikmati hasil jerih payah dalam kebersamaan. Setiap
anggota keluarga memiliki orang yang dipercaya dalam anggota
keluarga. Memiliki rasa saling mengerti, perhatian dan kasih sayang satu
sama lain. Meskipun Ny S tinggal sendiri tetapi anaknya sering
kerumahnya terkadang juga komunikasi lewat telfon.

Fungsi sosialisasi Hubungan dalam keluarga terjalin baik dan juga interaksi. Anggota

keluarga belajar disiplin misalnya disiplin dalam norma dan budaya yang
dianut. Hubungan dengan saudara nya juga terjalin dengan baik

Fungsi Ny S biasanya pergi ke MANTRI atau POSYANDU LANSIA untuk mengecek


perawatan tekanan darah karena keduanya memiliki riwayat hipertensi. Biasanya kalau tekanan
keluarga darah naik Ny E minum obat Amlodipin

Fungsi reproduksi Ny E mengatakan tidak ingin memiliki anak lagi karena sudah berumur.
5. STRESS DAN KOPING KELUARGA
Kondisi stress dan
koping keluarga 2. Stresor jangka pendek dan jangka panjang
Ny S mengatakan terkena hipertensi sejak 6 tahun yang lalu dan
suaminya meninggal sekitar 10 tahun yang lalu. Cara keluarga
dalam mengatasi stressor tersebut yakni tetap sabar dan menerima
segala cobaan karena sudah takdir.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga tiap kali ada masalah selalu mencoba untuk
menyelesaikan dengan cara baik- baik dan diselesaikan secara
bersama-sama.

4. Strategi koping yang digunakan


Keluarga dalam menghadapi masalah bukannya menghindar
melainkan sangat mendukung satu sama lain.

6. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keluarga


Dengan adanya asuhan keperawatan keluarga ini, diharapkan mampu memberikan
informasi mengenai kesehatan dan dapat memberikan solusi terhadap masalah kesehatan
yang sedang dialami keluarga saat ini.

7. Fungsi Perawatan Kesehatan


Fungsi perawat sebagai educator dalam memberikan pendidikan kesehatan. Tidak hanya
mengenai kesehatan keluarga melainkan mengenai kesehatan lingkungan tempat tinggal
keluarga juga.
PEMERIKSAAN FISIK

Fokus pada anggota keluarga yang sakit

A. KEADAAN UMUM (TTV)


a. Tekanan Darah : 130/80
b. Nadi : 76x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,5
B. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE
1. Kepala
a. Kebersihan : Bersih
b. Kerontokan rambut : tidak
c. Keluhan : Tidak ada
d. Jika ada, jelaskan :
2. Mata
a. Konjungtiva : anemis
b. Sclera : ikterik
c. Penglihatan : normal
d. Peradangan : tidak
e. Riwayat katarak : tidak
f. Penggunaan kacamata: tidak
g. Keluhan : tidak
h. Jika ya, jelaskan :
3. Hidung
a. Bentuk : simetris
b. Peradangan : tidak
c. Penciuman : tidak terganggu
d. Pernafasan cuping hidung :-
4. Mulut dan tenggorokan
a. Kebersihan : bersih
b. Mukosa : lembab
c. Peradangan/stomatitis: tidak
d. Gigi geligi : tidak ada caries
e. Radang gusi : tidak
f. Kesulitan mengunyah : tidak
g. Kesulitan menelan : tidak
5. Telinga
a. Kebersihan : bersih
b. Peradangan : tidak
c. Pendengaran : normal
d. Jika terganggu, jelaskan:
e. Keluhan lain : tidak
f. Jika ya, jelaskan :
6. Leher
a. Pembesaran kelenjar thyroid : tidak
b. JVD : tidak
c. Kaku kuduk : tidak
d. Keluhan lain :
7. Dada
a. Bentuk dada : normal chest
b. Retraksi :
c. Wheezing :-
d. Ronchi :-
e. Suara jantung tambahan: tidak
f. Keluahan lain :
8. Abdomen
a. Bentuk :
b. Nyeri tekan : tidak
c. Hypersonan/sonan : tidak
d. Supel : tidak
e. Bising usus :
f. Massa : tidak ada
g. Keluhan lain :-
9. Ekstermitas
a. Kekuatan otot :
0 : lumpuh
1 : ada kontraksi
2 : melawan gravitasi dengan sokongan
3 Melawan gravitasi tapi tidak ada tahanan
4 Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
b. Postur tubuh : tegap
c. Rentang gerak : maksimal
d. Deformitas : tidak
e. Tremor :tidak
f. Edema kaki : tidak
g. Edema tipe :
h. Penggunaan alat bantu : tidak
i. Reflek

Area Kanan Kiri


Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
Achiles + +
Keterangan :
Refleks + : normal
Reflek - : menurun
10. Integumen
a. Kebersihan : bersih
b. Warna : tidak pucat
c. Kelembaban : lembab
d. Gangguan pada kulit : tidak ada

Perifer : tidak sianoti


Analisa Data

DATA MASALAH ETIOLOGI


KEPERAWATAN
Data mayor : Resiko perfusi Hipertensi
DS serebral tidak efektif
 Pasien mengatakan sudah 34
tahun yang lalu memiliki darah
tinggi.
DO
 Selalu minum obat hipertensi
 TTV:
 TD: 140/80
 N: 76 x
 RR : 20
 Suhu : 36,3

Data mayor : Defisit pengetahuan Kurang terpapar informasi


DS : tentang ( Manajemen
 Pasien mengatakan masih Hipertensi )
belum begitu tahu tentang
hipertensi
 Pasien mengatakan masih
belum banyak tahu tentang
pantangan makanan penderita
hipertensi
 Pasien sering kali masih
mengkonsumsi semua jenis
makanan.
DO :
 Perilaku tiak mengikuti
program pengobatan
 Perilaku tidak menjalankan
aturan

Skoring Diagnosa Keperawatan


1. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi = 3,32
2. Defisit pengetahuan tentang ( Manajemen Hipertensi ) b.d Kurang terpapar informasi = 3,66
Diagnosa berdasarkan Prioritas
1. Defisit pengetahuan tentang ( Manajemen Hipertensi ) b.d Kurang terpapar informasi
2. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi
Diagnosis Tujuan dan Kriteria
Hari Hari
Keperawatan Hasil Rencana Intervensi (SIKI) Implementasi Evaluasi
/ Tgl / Tgl
(SDKI) (SLKI)
1.Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi kesehatan (I.12383) Observasi S
pengetahuan ( L.12111)  mengidentifikasi  Ny S mampu
tentang Setelah dilakukan Observasi kesiapan dan menyebutkan
( Manajemen asuhan keperawatan  identifikasi kesiapan kemampuan menerima pengertian
Hipertensi ) selama 2 x 24 jam dan kemampuan informasi hipertensi
b.d Kurang diharapkan pasien: menerima informasi Terapeutik walaupun tidak
terpapar 1. Perilaku sesuai Terapeutk  menyediakan materi dan lancar
informasi anjuran  sediakan materi dan media penyuluhan  Ny s tampak
( D.0111) meningkat media penyuluhan kesehatan ( leaflet) lebih memahami
2. Kemampuan kesehatan Edukasi tentang
menjelaskan  jadwalkan pendidikan  Menjelaskan pengertian pengelolaan
pengetahuan kesehatan sesuai dan tanda gejala hipertensi
tentang suatu kesepakatan hipertensi O
topik meningkat  Menjelaskan tips  Tampak
3. Pertanyaan Edukasi pengelolaan hipertensi mengerti
tentang masalah  jelaskan faktor resiko penjelasan
yang dihadapi yang dapat perawat
menurun mempengaruhi A
kesehatan  Masalah teratasi
 ajarkan perilaku hidup sebagian
sehat P
 ajarkan strategi yang  Lanjutkan
dapat yang digunakan intervensi
untuk meningkatkan mandiri oleh px
perilaku hidup sehat
2. Resiko Perfusi Serebal Perawatan Sirkulasi (I.02079) Observasi S:
perfusi serebral (L.02014) )  pasien
tidak efektif Observasi  Mengodentifikasi i faktor mengatakan
b.d hipertensi Setelah dilakukan  identifikasi taktor risiko gangguan sirkulasi memahami
(D.0017 asuhan keperawatan risiko gangguan (mis, diabetes, perokok, penjelasan dari
selama 2 x 24 jam sirkulasi (mis, orang tua, hipertensi dan perawat
diharapkan pasien: diabetes, perokok, kadar kolesterol tinggi)  pasien
1. Mengeluh sakit orang tua, hipertensi Edukasi mengatakan
kepala menurun dan kadar kolesterol  Menganjurkan sudah
2. Nilai rata rata tinggi) berolahraga rutin melakukan
TD membaik Terapeutik  Menganjurkan olahraga latihan
3. TD sistolik  Hindari pengukuran menggunakan obat fisik
membaik tekanan darah pada penurun tekanan darah O:
4. TD diastolic ekstremitas dengan  Mengajarkan program  Mengeluh sakit
Membaik keterbatasan perfusi diet untuk memperbaiki kepala menurun
 Hindari penekanan sirkulasi (mis. rendah  Nilai rata rata
dan pemasangan lemak jenuh, minyak TD membaik
tourniquet pada area ikan omega 3)  TD sistolik
yang cedera  Menginformasikan membaik
 Lakukan pencegahan tanda dan gejala darurat  TD diastolic
infeksi yang harus dilaporkan Membaik
Edukasi (mis. rasa sakit yang  TTV:
 Anjurkan berhenti tidak hilang saat TD: 130/80
merokok Istirahat) N: 76x
 Anjurkan berolahraga  Menganjurkan istirahat RR : 20
rutin yang cukup Suhu : 36,5
 Anjurkan 
menggunakan obat A: Masalah teratasi
penurun tekanan sebagian
darah, antikoagulan,
dan penurun P: Lanjutkan intervensi
kolesterol, jika perlu mandiri oleh px
 Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
 Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
 Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
 Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
(mis. rasa sakit yang
tidak hilang saat
Istirahat)
1.Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi kesehatan (I.12383) Observasi S:
pengetahuan ( L.12111)  mengidentifikasi  Ny S mampu
tentang Setelah dilakukan Observasi kesiapan dan menyebutkan
( Manajemen asuhan keperawatan  identifikasi kesiapan kemampuan menerima pengertian
Hipertensi ) selama 2 x 24 jam dan kemampuan informasi hipertensi
b.d Kurang diharapkan pasien: menerima informasi Terapeutik dengan lancar
terpapar 1. Perilaku sesuai Terapeutk  menyediakan materi dan  Ny S tampak
informasi anjuran  sediakan materi dan media penyuluhan lebih memahami
( D.0111) meningkat media penyuluhan kesehatan ( leaflet) tentang
2. Kemampuan kesehatan Edukasi pengelolaan
menjelaskan  jadwalkan pendidikan  Menjelaskan pengertian Hipertensi
pengetahuan kesehatan sesuai dan tanda gejala  Ny S sudah
tentang suatu kesepakatan hipertensi mulai menjaga
topik meningkat  Menjelaskan tips pola makan
Edukasi pengelolaan hipertensi O:
3. Pertanyaan
 jelaskan faktor resiko  Menjelaskan diet  Tampak
tentang masalah
yang dapat hipertensi mengerti
yang dihadapi
mempengaruhi  Menjelaskan pentingnya penjelasan dari
menurun kesehatan perawat
menjaga kesehatan
 ajarkan perilaku hidup A:
sehat  Masalah teratasi
ajarkan strategi yang P:
dapat yang digunakan  Lanjutkan
untuk meningkatkan intervensi
perilaku hidup sehat mandiri oleh
pasien
2. Resiko Perfusi Serebal Perawatan Sirkulasi (I.02079) Observasi S:
perfusi serebral (L.02014) )  pasien
tidak efektif Observasi  Mengodentifikasi i faktor mengatakan
b.d hipertensi Setelah dilakukan  identifikasi taktor risiko gangguan sirkulasi sudah
(D.0017 asuhan keperawatan risiko gangguan (mis, diabetes, perokok, memahami
selama 2 x 24 jam sirkulasi (mis, orang tua, hipertensi dan penjelasan dari
diharapkan pasien: diabetes, perokok, kadar kolesterol tinggi) perawat
1. Mengeluh sakit orang tua, hipertensi Edukasi  pasien
kepala menurun dan kadar kolesterol  Menganjurkan mengatakan
2. Nilai rata rata tinggi) berolahraga rutin sudah
TD membaik Terapeutik  Menganjurkan terus melakukan
3. TD sistolik  Hindari pengukuran menggunakan obat olahraga latihan
membaik tekanan darah pada penurun tekanan darah fisik
4. TD diastolic ekstremitas dengan  Mengajarkan program  pasien sudah
Membaik keterbatasan perfusi diet untuk memperbaiki melakukan diet
 Hindari penekanan sirkulasi (mis. rendah dan menjaga
dan pemasangan lemak jenuh, minyak pola makan
tourniquet pada area ikan omega 3) O:
yang cedera  Menginformasikan  Mengeluh sakit
 Lakukan pencegahan tanda dan gejala darurat kepala menurun
infeksi yang harus dilaporkan  Nilai rata rata
Edukasi (mis. rasa sakit yang TD membaik
 Anjurkan berhenti tidak hilang saat  TD sistolik
merokok Istirahat) membaik
 Anjurkan berolahraga  Menganjurkan istirahat  TD diastolic
rutin yang cukup Membaik
 Anjurkan  TTV:
menggunakan obat TD: 140/80
penurun tekanan N: 76x
darah, antikoagulan, RR : 20
dan penurun Suhu : 36,3
kolesterol, jika perlu 
 Anjurkan minum obat A: Masalah teratasi
pengontrol tekanan
darah secara teratur P: Lanjutkan intervensi
 Anjurkan menghindari mandiri oleh px
penggunaan obat
penyekat beta
 Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
(mis. rasa sakit yang
tidak hilang saat
Istirahat)
SATUAN ACARA PENYULUHAH HIPERTENSI

Topik  : hipertensi

Sub Topik : manajemen hipertensi

Hari /Tanggal  : kamis, november 2021

Waktu   : 30 Menit 

Tempat : bakalan krajan

Penyuluh/Pembicara : Della

Peserta  : anggota keluarga Tn H

A. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat mengetahui
bagaimana Cara manajemen hipertensi yang tepat.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit diharapkan peserta mampu:
1. Menyebutkan pengertian hipertensi dengan benar
2. Memahami penyebab dan gejala hipertensi dari hipertensi
3. Memahami bagaimana pencegahan hipertensi
C. METODE PENYULUHAN

1) Ceramah
2) Tanya jawab / diskusi

D. MEDIA
1. Leaflet
E. KEGIATAN PENYULUHAN

N WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN 


O
1. 2 menit Pembukaan : a. Menjawab salam
a. Membuka/memulai kegiatan dengan b. Mendengarkan
mengucapkan salam c. Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri d. Mendengarkan &
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan memperhatikan
d. Menyebutkan materi penyuluhan e. Menjawab
b. Bertanya kepada peserta apakah sudah pertanyaan
mengetahui hipertensi
2. 10 menit Penyampaian materi: a. Memperhatikan
a. Menjelaskan tentang Pengertian hipertensi dengan baik
b. Menjelaskan tentang penyebab dan gejala
hipertensi
c. Menjelaskan tentang bagaimana pencegahan
hipertensi.
3. 7 menit Evaluasi : a. Menanyakan hal
a. Memberikan kesempatan pada peserta untuk yang belum jelas
bertanya b. Memperhatikan
jawaban penyuluh
4. 1  menit Terminasi : a. Mendengarkan.
a. Mengucapkan terima kasih atas partisipasinya b. Menjawab salam
b. Mengucapkan salam penutup.

F. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hiperteni primer atau esensial yang
penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal (adrenal).
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-
menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi (Pratama,
2016).

2. Penyebab
Faktor resiko yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu sebagai berikut :
a. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
1) Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko
terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya
dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya
meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan bertambahnya
umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada
segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih.
Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur.
Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon.
Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya
hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang
cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi
6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan
17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan
14,6% pria dan 13,7% wanita. Ahli lain mengatakan pria lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan
darah sistolik. Sedangkan menurut Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse
mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi. Menurut MN. Bustan
bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini
disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.
3) Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai
hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita
hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama
pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung
meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Dari data statistik terbukti bahwa
seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya menderita hipertensi. Menurut Sheps, hipertensi cenderung merupakan
penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka
sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua
orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit
tersebut 60%.
4) Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya
kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur)
daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat
genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi
terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan
dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala.

b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol


1) Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan
peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko
merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih
dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang
tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.
Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segara
setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap
oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran
darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi
terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin
(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa
jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok
dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10
mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti
mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah
juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan
berada pada level tinggi sepanjang hari.
2) Konsumsi Asin/Garam
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan
hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya
hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume
plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan
ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem
pendarahan) yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di
samping ada faktor lain yang berpengaruh. Reaksi orang terhadap natrium berbeda-
beda. Pada beberapa orang, baik yang sehat maupun yang mempunyai hipertensi,
walaupun mereka mengkonsumsi natrium tanpa batas, pengaruhnya terhadap tekanan
darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada kelompok lain, terlalu banyak natrium
menyebabkan kenaikan darah yang juga memicu terjadinya hipertensi. Garam
merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal.
Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang
rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi
meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi
melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam
menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar
tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia
yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata
rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih
tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan
110 mmol natrium atau 2400 mg/hari. Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan
adanya kaitan antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu.
Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang
meningkatkan volume darah.
3) Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan
yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko
aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi
lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan
peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak
sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan
tekanan darah.
4) Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat cenderung
hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti.
Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki
tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit.
Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei menunjukkan
bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol. Mekanisme
peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga,
peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan
darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Diperkirakan konsumsi
alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus hipertensi.
Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari meningkatkan risiko
mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan
tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa
dalam jangka panjang, minum-minuman beralkohol berlebihan akan merusak jantung
dan organ-organ lain.
5) Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 25
(berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu faktor
risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita
hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang
obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas
tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi
dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Olah raga ternyata juga dihubungkan
dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur
(aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga maka
risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan garam bertambah maka
risiko timbulnya hipertensi juga akan bertambah. Obesitas erat kaitannya dengan
kegemaran mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa
tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke
jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri.
Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin
dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.
Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang
melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika
asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Kurangnya
aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko
kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin
besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
6) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis,
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi
berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara
pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan pemaparan
tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi. Penggunaan
Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi belum ada
data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena estrogen dari
dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi hormonal estrogen. 12 MN Bustan
menyatakan bahwa dengan lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun
berturut-turut), akan meningkatkan tekanan darah perempuan. Oleh karena hipertensi
timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh faktor yang
telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi
tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu maka pencegahan hipertensi yang
antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat menjadi sangat
penting.

3. Tanda Gejala
- Sakit kepala
- Lem as
- Masalah dalam penglihatan
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Aritmia
-Adanya darah dalam urine
4. Pencegahan
Pencegahan Primer.
1) Pola Makan yang Baik
a) Mengurangi asupan garam dan lemak tinggi
Terlalu banyak mengonsumsi garam dapat meningkatkan tekanan darah hingga
ke tingkat yang membahayakan. Panduan terkini dari British Hypertension
Society menganjurkan asupan natrium dibatasi sampai kurang dari 2,4 gram
sehari. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan darah TDS/TDD 6/3
mmHg.
b) Meningkatkan konsumsi sayur dan buah
Dengan mengonsumsi sayur dan buah secara teratur dapat menurunkan risiko
kematian akibat hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner, menurunkan
tekanan darah, dan mencegah kanker. Sayur dan buah mengandung zat kimia
tanaman (phytochemical) yang penting seperti flavonoids, sterol, dan phenol.
Mengonsumsi sayur dan buah dengan teratur dapat menurunkan tekanan darah
TDS/TDD 3/1 mmHg.
2) Perubahan Gaya Hidup
a) Olahraga teratur
Melakukan olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-
8 mmHg. Di usia tua, fungsi jantung dan pembuluh darah akan menurun,
demikian juga elastisitas dan kekuatannya. Tetapi jika berolahraga secara teratur,
maka sistem kardiovaskular akan berfungsi maksimal dan tetap terpelihara.
b) Menghentikan rokok
Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan
menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah
meningkat. Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat
untuk mencegah penyakit kardiovaskular pada penderita hipertensi.
c) Membatasi konsumsi alkohol
Minum alkohol secara berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan
darah. Wanita sebaiknya membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 14 unit per
minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit perminggu.31 Menghindari konsumsi
alkohol bisa menurunkan TDS 2-4 mmHg.
d) Mengurangi Kelebihan Berat Badan
Dibandingkan dengan yang kurus, orang yang gemuk lebih besar peluangnya
mengalami hipertensi. Penurunan berat badan pada penderita hipertensi dapat
dilakukan melalui perubahan pola makan dan olahraga secara teratur.
Menurunkan berat badan bisa menurunkan TDS 5-20 mmHg per 10 kg penurunan
BB.

Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan hipertensi yang sudah pernah terjadi
atau menjadi berat. Pencegahan ini ditujukan untuk mengobati para penderita dan
mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit, yaitu :
1) Melalui diagnosis dini
(pemeriksaan tekanan darah secara teratur).
2) Pemberian pengobatan (kepatuhan berobat).

Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu :
1) Menurunkan tekanan darah sampai
batas yang aman dan mengobati penyakit yang dapat memperberat hipertensi.

2) Follow up penderita hipertensi yang mendapat terapi dan rehabilitasi dimana Follow
up ditujukan untuk menentukan kemungkinan dilakukannya pengurangan atau
penambahan dosis obat.

5. Perawatan Keluarga Pada Lansia Hipertensi


a. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
b. Olahraga dan aktifitas fisik
c. Perubahan pola makan
d. Menghilangkan stres
e. Konsumsi TOGA (Tumbuhan Obat Keluarga), seperti:
1) Mengkudu
Buah mengkudu mengandung sejenis fitonutrien, yaitu scopoletin. Scopoletin berfungsi
memperlebar saluran darah yang mengalami penyempitan. Dinding pembuluh darah yang
lebar dapat mempercepat proses aliran darah ke jantung dan mempercepat penghantaran
darah ke seluruh tubuh, mencegah terjadinya konstriksi pembuluh darah, sehingga tekanan
darah menjadi normal (5). Selain scopoletin, juga terdapat arginin yang berfungsi dalam
sintesis nitric oksida (NO), suatu vasodilator yang dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah (6).
2) Bunga Rosella
Antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosella terdiri atas senyawa gossipetin,
antosianin, dan glukosida hibiscin yang mempunyai efek diuretic, memperlancar peredaran
darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi sebagai
obat kuat.
3) Timun
Tanaman mentimun mengandung zat saponin, protein, Fe atau zat besi, sulfur, lemak,
kalsium, vitamin A, vitamin B1, dan juga vitamin C. berbagai zat ini bersifat porgonik yang
disinyalir mampu menurunkan tekanan darah dalam tubuh. Menurut penelitian Zauhani,
pemberian jus mentimun sebanyak 100 gram kepada lansia selama lima hari mampu
menurunkan hipertensi. Cara pembuatan minuman herbal ini yaitu dengan memblender 100
gram mentimun yang diberi 100 cc air tanpa diberi tambahan apapun 3 kali dalam sehari.
4) Seledri
Tanaman seledri (Apium Graveolens Linn) varietas secalinum mengandung berbagai zat
aktif antara lain flavonoid (apigenin), senyawa butyl phthalide, dan kalium yang mempunyai
efek menurunkan tekanan darah. Menurut penelitian Upik Rahmawati (2010), pemberian jus
seledri kepada ibu rumah tangga usia 40-60 tahun mampu menurunkan hipertensinya.
Sedangkan menurut penelitian Tantya Marlien (2009) pemberian air rebusan seledri pada
wanita dewasa selama 3 hari mampu menurunkan hipertensi secara signifikan. Cara membuat
minuman herbal ini yaitu dengan mencuci bersih seledri dan ditambahkan air bersih
secukupnya kemudian direbus. Setelah mendidih air rebusan disaring dan diminum sehari
tiga kali sebanyak dua sendok makan.

Anda mungkin juga menyukai