KRONIS
PUSKESMAS CIPTOMULYO
OLEH:
DELLA CITRA DEVI
201910300511012
KELOMPOK 2
Mahasiswa,
Pembimbing Institusi,
( )
LAPORAN PENDAHULUAN
1 Definisi
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140
mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua
jenis yaitu hiperteni primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder
yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak
ginjal (adrenal). Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-
menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi (Pratama, 2016).
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi yang berdampak pada sistem
kardiovaskular dan serebrovaskular, ginjal dan retina yang sering disebut dengan kerusakan organ
target. Kerusakan organ target tersebut seperti hipertrofi ventrikel kiri, peningkatan ketebalan intima
media dari pembuluh darah, mikroalbuminuria yang mengikuti disfungsi glomerulus, penurunan
kognitif dan retinopati hipertensi lalu terjadi komplikasi mayor, yaitu stroke, gagal jantung kongestif
dan miokard infark, gagal ginjal dan oklusi vaskular retina (Larasati, 2017).
2 Etiologi
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Yang dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi
sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan
anak ginjal, dll. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang
terusmenerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbul kankomplikasi. Oleh karena itu,
hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Syahrini, 2017).
3 Klasifikasi
Pada pemeriksaan tekanan darah, yang diukur adalah tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan darah
diklasifikasikan sebagai normal apabila sistoliknya kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80
mmHg, atau biasa ditulis dengan 120/80 mmHg.
1) Prahipertensi
Tekanan darah sistolik 120–139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80–89 mmHg tergolong
prahipertensi. Individu dengan prahipertensi tergolong berisiko lebih tinggi terkena hipertensi.
Jika tekanan darah 110/85 mmHg atau 130/79 mmH, penderita tergolong individu yang berisiko
terkena hipertensi. Pada kondisi ini biasanya diperlukan perubahan gaya hidup guna mengurangi
risiko terkena hipertensi di masa depan.
2) Hipertensi tingkat 1
Tekanan darah sistolik 140–159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90–99 mmHg. Jika tekanan
darah sistolik atau diastolik berada pada rentang ini, penderita sudah memerlukan pengobatan
karena risiko terjadinya kerusakan pada organ menjadi lebih tinggi.
3) Hipertensi tingkat 2
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > dari 100 mmHg. Pada tahap ini,
penderita biasanya membutuhkan lebih dari satu obat. Kerusakan organ tubuh mungkin sudah
terjadi, begitu juga dengan kelainan kardiovaskular, walaupun belum tentu ada gejala. (Nareza,
2020)
4 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg,
sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang,
lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.
Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain tekanan darah diastolik < 100 mmHg, proteinuria samar
sampai +1, peningkatan enzim hati.
Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih, proteinuria
+ 2 persisten atau lebih, nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri abdomen atas, oliguria, kejang,
kreatinin meningkat, trombositopenia, peningkatan enzim hati, pertumbuhan janin terhambat, edema
paru. Pemeriksaan Diagnostik CT-Scan Hepar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar, MRI
memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa mendasar tentang lesi-lesi masih
belum terungkapkan. (Mukaromah, 2019)
5 Faktor Resiko
Faktor resiko hipertensi di Indonesia meliputi umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, konsumsi
minuman beralkohol, berkafein lebih dari 1 kali sehari, kurangnya aktivitas fisik dan obesitas. Faktor
resiko yang relevan terhadap mekanisme terjadinya hipertensi :
1) Faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi termasuk:
a. Pola makan tidak sehat
b. Konsumsi garam berlebihan
c. Rendah diet kalium
d. Konsumsi tinggi lemak jenuh dan lemak trans
e. Asupan buah dan sayuran rendah
f. Aktivitas fisik yang kurang
g. Merokok dan minum alkohol
h. Kelebihan berat badan atau obesitas
2) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain:
a. Riwayat keluarga dengan hipertensi
b. Usia dan jenis kelamin. Wanita usia di atas 65 tahun cenderung mengalami hipertensi.
c. Penyakit yang ada bersama seperti diabetes atau penyakit ginjal yang diwariskan
(Syahrini, 2017)
6 Pemeriksaan Diagnostik
Penegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan 3 kali pengukuran tekanan darah selama 3 kali
kunjungan (Fitri, 2015). Diagnosis hipertensi dapat dilakukan dengan cara :
1. Anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi mengalami keluhan sakit kepala, rasa seperti
berputar dan penglihatan kabur. Pada saat anamnesis di dapatkan mengenai faktor resiko
kardiovaskuler seperti merokok, obisitas, aktivitas fisik yang kurang, konsumsi alkohol, diabetes
mellitus, penurunan laju GFR, dan riwayat keluarga.
2. Pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan tekanan darah. Tekanan darah rata-rata diambil 2
kali setiap kunjungan.
3. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk komplikasi yang telah atau sedang terjadi. Pemeriksaan
penunjang meliputi tes darah lengkap, tes urinalisa, pemeriksaan kimia darah (untuk mengetahui
kadar potassium, sodium, creatinin, High Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein
(LDL), glukosa).
4. Pemeriksaan EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri, funduskopi, USG ginjal, foto
thoraks.
Pada kasus hipertensi sekunder pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan hipotiroidisme
dapat dilakukan fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3), hiperparatiroidisme (kadar PTH, Ca2+),
hiperaldosteronisme primer berupa kadar aldosteron plasma, renin plasma, CT scan/MRI abdomen.
Pada hipertensi renovaskuler dapat dilakukan CT angiografi arteri renalis, USG ginjal, Doppler
Sonografi (Krisnanda, 2017).
7 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang diterapakan pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut:
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik
3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan/farmakologik
Jenis obat anti hipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
a) Diuretik. Adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran garam (NaCl).
Dengan turunnya kadar Na+, maka tekanan darah akan turun, dan efek hipotensinya kurang kuat.
Obat yang banyak beredar adalah spironolactone, HCT, chlortalidone, dan iodopanide.
b) Alfa-blocker. Adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan menyebabkan vasodilatasi
perifer serta turunnya tekanan darah. Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek
sampingnya agak kuat. Obat yang termasuk dalam jenis alfa-blocker adalah prazosindan
terazosin.
c) Beta-blocker. Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti. Diduga
kerjanya berdasarkan beta blokase pada jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi
jantung. Obat yang terkenal dari jenis beta-blocker adalah propanolol, atenolol, pindolol dan
sebagainya.
d) Obat yang bekerja sentral. Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan noradrenalin
sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergic perifer dan turunnya tekanan darah. Penggunaan
obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang termasuk dalam jenis ini
adalah clonidine, gauanfacine, dan metildopa.
e) Vasodilator. Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriola sehingga daya
tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun. Obat yang termasuk dalam jenis
ini adalah Hidralazine dan Ecarazine.
f) Antagonis kalsium. Mekanisme obat antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion
kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasodilatasi dan turunnya tekanan darah.
Obat jenis antagonis kalsium adalah nifedipin dan verapamil.
g) Penghambat ACE. Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanna darah dengan cara
menghambat angiotension converting enzyme yang berdaya vasoikonstriksi kuat. Obat jenis ini
yang popular adalah captopril (Ccpoten) dan enalapril.(Abdurachman, 2020)
Daftar Pustaka
Abdurachman, R. (2020, April 01). PENGARUH PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK
DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA HIPERTENSI DI UNIT REHABILITASI PUCANG GADING SEMARANG. Diambil
kembali dari Repository Universitas Muhammadiyah Semarang:
http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/3445
Fitri, D. R. (2015). DIAGNOSE ENFORCEMENT AND TREATMENTOF HIGH BLOOD
PRESSURE. J MAJORITY, Volume 4 No 3, 48-49.
Larasati, H. E. (2017). Dukungan keluarga dalam management penyakit hipertensi. Fakultas
kedokterran,Universitas Lampung, 40.
Mukaromah, A. (2019). penyakit hipertensi pada usia lanjut. 25-50.
Nareza, d. M. (2020, april 16). Klasifikasi Hipertensi dan Faktor Risiko yang Memengaruhi.
Pratama, A. Y. (2016). Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke. Majority, Volume 5,
Nomer 3, 17-18.
Syahrini, E. N. (2017). FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PRIMER DI PUSKESMAS.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 315-325.
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Hub.
No. Nama Gender TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan Agama
dg KK
1. Tn. S P Kepala 70 tahun Tamat SD Ibu Rumah Islam
Keluar Tangga
ga
2.
3.
4.
5.
Komposisi keluarga : Keluarga ini merupakan keluarga inti, terdiri dari Ny S sebagai
kepala keluarga, Ny. S sebagai kepala keluarga dan memiliki 5
anak sudah menikah semua
Genogram (gambarkan keluarga klien) :
Identitas religius - Agama yang di anut keluarga agama islam dan meyakini segala bentuk
perintah agama seperti sholat.
- Setiap anggota keluarga memiliki keyakinan yang sama.
Status ekonomi - Total pendapatan tidak menentu Ny S kadang diberikan oleh anaknya dan
Ny S membantu memasak tetangga
- Penghasilan keluarga mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari
- Ny S memiliki tabungan
Aktivitas rekreasi Ny S biasanya memanfaatkan waktu luang selain rekreasi bersama anak dan
waktu luang cucunya biasanya melakukan aktifitas kumpul bersama seperti nonton TV
bersama.
1. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahap
perkembangan - Tahap perkembangan dengan anak pertamanya
keluarga saat ini - Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang menyenangkan
- Mempertahankan keakraban keluarga dan saling merawat
Tahap
perkembangan Tidak ada tahap perkembangan yang belum terpenuhi dikarenakan Ny S merasa
yang belum bersyukur dengan kehidupan sekarang ini
terpenuhi
Riwayat keluarga Ny.S saat ini tinggal sendiri terkadang ditemani cucunya. Keluhan yang
inti dirasakan saat ini adalah penyakit Hipertensi, memiliki riwayat hipertensi
sudah sejak 34 tahun yang lalu, kadang mengeluh batuk dan demam karena
cuaca yang dingin. Sedangkan keluhan kesehatan keluarga lainnya tidak ada
masalah.
Riwayat Keluarga Ny S adalah keluarga asli jawa. Kedua orang tua Ny S tidak
keluarga memiliki riwayat hipertensi. Ny S mengatakan selalu minum obat tekanan
sebelumnya darah tinggi terkadang Ny S mengkonsumsi segala makanan.
2. DATA LINGKUNGAN
Karakteristik rumah (deskripsikan kepemilikan, penerangan,ventilasi, lantai, tangga, kebersihan)
- Jenis rumah permanen
- Luas bangunan : 7x12 m
- Status rumah : milik pribadi
- Atap rumah : genteng
- Ventilasi rumah ada
- Cahaya dapat masuk rumah
- Penerangan : listrik
- Lantai : keramik
- Kebersihan rumah : bersih
- Memiliki tempat sampah
- Sampah diambil petugas
- Sumber air dari sumur
- Memiliki jamban
- Pembuangan limbah baik
DENAH RUMAH
3. STRUKTUR KELUARGA
Pola komunikasi
Komunikasi antar anggota keluarga cukup akrab dan itu terjadi
sepanjang hari. Ketika ada suatu masalah dalam keluarga, selalu
diselesaikan dengan cara dimusyawarahkan dengan anaknya.
Antar anggota keluarga saling mendukung satu sama lain dan ketika ada
Struktur
kekuasaan anggota keluarga yang merasa memiliki masalah, anggota keluarga lain
keluarga
pasti membantu.
Struktur peran
Dalam keluarga ini yang memiliki peran mencari nafkah adalah Ny S
Struktur nilai
Keluarga Ny S menerapkan aturan/nilai-nilai sesuai agama islam dengan
mengharapkan anak dan cucunya nanti menjadi anak yang taat dalam
menjalankan ajaran agama .
4. FUNGSI KELUARGA
Fungsi afektif
Diantara anggota keluarga terdapat rasa saling memiliki, saling
membantu dan menikmati hasil jerih payah dalam kebersamaan. Setiap
anggota keluarga memiliki orang yang dipercaya dalam anggota
keluarga. Memiliki rasa saling mengerti, perhatian dan kasih sayang satu
sama lain. Meskipun Ny S tinggal sendiri tetapi anaknya sering
kerumahnya terkadang juga komunikasi lewat telfon.
Fungsi sosialisasi Hubungan dalam keluarga terjalin baik dan juga interaksi. Anggota
keluarga belajar disiplin misalnya disiplin dalam norma dan budaya yang
dianut. Hubungan dengan saudara nya juga terjalin dengan baik
Fungsi reproduksi Ny E mengatakan tidak ingin memiliki anak lagi karena sudah berumur.
5. STRESS DAN KOPING KELUARGA
Kondisi stress dan
koping keluarga 2. Stresor jangka pendek dan jangka panjang
Ny S mengatakan terkena hipertensi sejak 6 tahun yang lalu dan
suaminya meninggal sekitar 10 tahun yang lalu. Cara keluarga
dalam mengatasi stressor tersebut yakni tetap sabar dan menerima
segala cobaan karena sudah takdir.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga tiap kali ada masalah selalu mencoba untuk
menyelesaikan dengan cara baik- baik dan diselesaikan secara
bersama-sama.
Topik : hipertensi
Waktu : 30 Menit
Penyuluh/Pembicara : Della
A. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat mengetahui
bagaimana Cara manajemen hipertensi yang tepat.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit diharapkan peserta mampu:
1. Menyebutkan pengertian hipertensi dengan benar
2. Memahami penyebab dan gejala hipertensi dari hipertensi
3. Memahami bagaimana pencegahan hipertensi
C. METODE PENYULUHAN
1) Ceramah
2) Tanya jawab / diskusi
D. MEDIA
1. Leaflet
E. KEGIATAN PENYULUHAN
F. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hiperteni primer atau esensial yang
penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal (adrenal).
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-
menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi (Pratama,
2016).
2. Penyebab
Faktor resiko yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu sebagai berikut :
a. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
1) Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko
terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya
dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya
meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan bertambahnya
umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada
segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih.
Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur.
Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon.
Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya
hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang
cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi
6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan
17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan
14,6% pria dan 13,7% wanita. Ahli lain mengatakan pria lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan
darah sistolik. Sedangkan menurut Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse
mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi. Menurut MN. Bustan
bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini
disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.
3) Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai
hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita
hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama
pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung
meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Dari data statistik terbukti bahwa
seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya menderita hipertensi. Menurut Sheps, hipertensi cenderung merupakan
penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka
sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua
orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit
tersebut 60%.
4) Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya
kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur)
daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat
genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi
terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan
dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala.
3. Tanda Gejala
- Sakit kepala
- Lem as
- Masalah dalam penglihatan
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Aritmia
-Adanya darah dalam urine
4. Pencegahan
Pencegahan Primer.
1) Pola Makan yang Baik
a) Mengurangi asupan garam dan lemak tinggi
Terlalu banyak mengonsumsi garam dapat meningkatkan tekanan darah hingga
ke tingkat yang membahayakan. Panduan terkini dari British Hypertension
Society menganjurkan asupan natrium dibatasi sampai kurang dari 2,4 gram
sehari. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan darah TDS/TDD 6/3
mmHg.
b) Meningkatkan konsumsi sayur dan buah
Dengan mengonsumsi sayur dan buah secara teratur dapat menurunkan risiko
kematian akibat hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner, menurunkan
tekanan darah, dan mencegah kanker. Sayur dan buah mengandung zat kimia
tanaman (phytochemical) yang penting seperti flavonoids, sterol, dan phenol.
Mengonsumsi sayur dan buah dengan teratur dapat menurunkan tekanan darah
TDS/TDD 3/1 mmHg.
2) Perubahan Gaya Hidup
a) Olahraga teratur
Melakukan olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-
8 mmHg. Di usia tua, fungsi jantung dan pembuluh darah akan menurun,
demikian juga elastisitas dan kekuatannya. Tetapi jika berolahraga secara teratur,
maka sistem kardiovaskular akan berfungsi maksimal dan tetap terpelihara.
b) Menghentikan rokok
Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan
menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah
meningkat. Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat
untuk mencegah penyakit kardiovaskular pada penderita hipertensi.
c) Membatasi konsumsi alkohol
Minum alkohol secara berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan
darah. Wanita sebaiknya membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 14 unit per
minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit perminggu.31 Menghindari konsumsi
alkohol bisa menurunkan TDS 2-4 mmHg.
d) Mengurangi Kelebihan Berat Badan
Dibandingkan dengan yang kurus, orang yang gemuk lebih besar peluangnya
mengalami hipertensi. Penurunan berat badan pada penderita hipertensi dapat
dilakukan melalui perubahan pola makan dan olahraga secara teratur.
Menurunkan berat badan bisa menurunkan TDS 5-20 mmHg per 10 kg penurunan
BB.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan hipertensi yang sudah pernah terjadi
atau menjadi berat. Pencegahan ini ditujukan untuk mengobati para penderita dan
mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit, yaitu :
1) Melalui diagnosis dini
(pemeriksaan tekanan darah secara teratur).
2) Pemberian pengobatan (kepatuhan berobat).
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu :
1) Menurunkan tekanan darah sampai
batas yang aman dan mengobati penyakit yang dapat memperberat hipertensi.
2) Follow up penderita hipertensi yang mendapat terapi dan rehabilitasi dimana Follow
up ditujukan untuk menentukan kemungkinan dilakukannya pengurangan atau
penambahan dosis obat.