Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ANEMIA CKD ON HD

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK K

ALMA RISA FITRIANA 21120005

AMBAR OKTAWIDASWARA 21120006

AMELIA RIZKY DAMAYANTI 21120007

ANGGITA FARAH SALEKHA 21120008

SHOFI ALFIYYAH 21120059

SINDI RISMAWATY 21120061

SUCI NURINDAH SARI 21120063

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

ANGKATAN X

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb,.

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
karunianya sehingga kami diberikan kesehatan dan dapat menyusun makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas keperawatan gawat darurat dengan judul
“Asuhan Keperawatan Anemia Ckd On Hd”

Dan harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu
pengetahauan. Tentunya kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Jakarta, 19 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................1

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi.............................................................................................................................2

B. Etiologi.............................................................................................................................2

C. Klasifikasi........................................................................................................................3

D. Manifestasi Klinis.............................................................................................................6

E. Pathway............................................................................................................................7

F. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................8

G. Penatalaksanaan...............................................................................................................9

H. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................................10

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PENUTUP

A. kesimpulan.....................................................................................................................17

B. saran...............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik
adalah anemia (Suwitra, 2014). Menurut KDIGO diagnosis anemia dengan PGK
pada dewasa dan anak yang berusia >15 tahun apabila konsesntrasi Hb <13 g/dL
pada laki-laki dan 12.0 g/dL pada perempuan (Aisyafitri, 2018). Penyebab
terpenting terjadinya anemia pada pasien penyakit ginjal kronik adalah
menurunnya produksi eritropoietin (Thomas et al., 2009). Eritropoietin
merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah sel progenitor terkait
eritropoiesis sehingga terbentuk eritrosit baru (Hoffbrandet al., 2005).

Menurut Dmitrieva et al., anemia yang umum terjadi pada pasien penyakit ginjal
kronik adalah anemia normositik normokrom, namun dapat terjadi anemia
mikrositik hipokrom atau anemia makrositik. Jenis anemia terbanyak pada
pasien penyakit ginjal kronik stadium 2-5 adalah anemia normositik sedangkan
pasien dengan stadium 1 mengalami anemia mikrositik (Dmitrieva et al.,2013).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan dapat memahami mengenai anaemia dan melakukan asuhan
keperawatan yang komprehensif
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengertian Anemia
b. Untuk mengetahui tentang klasifikasi Anemia
c. Untuk mengetahui tentang etiologi Anemia.
d. Untuk mengetahui tentang epidemiologi Anemia.
e. Untuk mengetahui tentang gejala dan tanda anemia
f. Untuk mengetahui tentang pencegahan Anemia.
g. Untuk mengetahui tentang cara pengobatan Anemia.

1
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Anemia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya kadar
hemoglobin di bawah nilai normal (Henrika et. al., 2008). Anemia adalah suatu
kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah
(eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam
membawa oksigen (Badan POM, 2011).

Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi,


abnormalitas kandungan hemogobin sel darah merah, atau keduanya (Corwin,
2009). Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit
yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel
jaringan tubuh.

B. Etiologi
Menurut BPOM 2011, penyebab anemia yaitu:

1. Defisit nutrient. Kurang mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi,


vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
2. Perdarahan.
3. Kehamilan. Wanita hamil rentan mengalami anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit seperti gagal ginjal kronik.
5. Hemolisis (eritrosit mudah pecah).
6. Penekanan sum-sum tulang (misalnya oleh kanker).
7. Obat-obatan tertentu seperti beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin, anti inflamasi, dll) dan obat yang dapat
menghambat penyerapan zat besi seperti antasida, pil KB, dll.

2
C. Klasifikasi
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan
hemoglobin yang dikandungnya (Masrizal, 2007).
1. Anemia Makrositik Hipokrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena
konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak MCV >
73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik
(defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik
(penyakit hati, dan myelodisplasia).
2. Anemia Mikrositik Hipokrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl,
MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %). Penyebab anemia mikrositik hipokrom antara
lain:
a. Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
b. Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.
c. 3) Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.
3. Anemia Normositik Normokrom
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut,
hemolisis, dan penyakit-penyakit seperti gangguan endokrin, ginjal, dan hati.
Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi
hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 – 101 fl, MCH 23 – 31 pg
, MCHC 26 – 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.
Adapun klasifikasi anemia akibat gangguan eritropoiesis (Wikipedia).
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan anemia yang disertai oleh pansitopenia pada
darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam
bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau
pendesakan sumsum tulang.1 pada anemia aplastik terjadi penurunan
produksi sel darah dari sumsum tulang sehingga menyebabkan
retikulositopenia, anemia, granulositopenia, monositopenia dan
trombositopenia.

Pada anemia aplastik terdapat pansitopenia sehingga keluhan dan gejala


yang timbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. Hipoplasia

3
eritropoietik akan menimbulkan anemia dimana timbul gejala-gejala anemia
antara lain lemah, dyspnoe d’effort, palpitasi cordis, takikardi, pucat dan
lain-lain. Pengurangan elemen lekopoisis menyebabkan granulositopenia
yang akan menyebabkan penderita menjadi peka terhadap infeksi sehingga
mengakibatkan keluhan dan gejala infeksi baik bersifat lokal maupun
bersifat sistemik. Trombositopenia tentu dapat mengakibatkan pendarahan
di kulit, selaput lendir atau pendarahan di organ-organ

2. Anemia defisiensi zat besi


Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang
yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi
besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi
serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun. Anemia jenis ini
merupakan anemia yang paling sering terjadi.

Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi, sehingga cadangan besi


makin menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron
depleted state. Jika kekurangan besi berlanjut terus maka penyediaan besi
untuk eritropoesis berkurang sehingga dapat menimbulkan anemia. Pada
saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim
yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta
berbagai gejala lainnya.

Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut
koilorika. Selain itu, anemia jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah
menjadi licin, adanya peradangan pada sudut mulut dan nyeri pada saat
menelan.selain gejala khas tersebut pada anemia defisiensi besi juga terjadi
gejala umum anemia seperti lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang

3. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi vitamin
b12 dan asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel

4
megaloblast dalam sumsum tulang belakang. Sel megaloblast adalah sel
prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar. Timbulnya megaloblast
adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena terjadi gangguan sintesis
dna sel-sel eritoblast akibat defiensi asam folat dan vitamin b12 dimana
vitamin b12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan dna inti sel dan
secara khusus untuk vitamin b12 penting dalam pembentukan myelin.
Akibat gangguan sintesis dna pada inti eritoblast ini maka maturasi inti lebih
lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel menjadi lebih besar karena
pembelahan sel yang lambat. sel eritoblast dengan ukuran yang lebih besar
serta susunan kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast.
sel megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan saat masih dalam
sumsum tulang sehingga terjadi eritropoesis inefektif dan masa hidup
eritrosit lebih pendek yang berujung pada terjadinya anemia.

Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta
dan neural tube defect (ntd). Ntd yang terjadi bisa berupa anensefali, spina
bifida (kelainan tulang belakang yang tidak menutup), meningo-ensefalokel
(tidak menutupnya tulang kepala). Kelainan-kelainan tersebut disebabkan
karena gagalnya tabung saraf tulang belakang untuk tertutup. Anemia
defisiensi vitamin b12 dan asam folat mempunyai gejala yang sama seperti
terjadinya ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada defisiensi
vitamin b12 disertai dengan gejala neurologik seperti mati rasa.

4. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah
penghancuran atau pemecahan sel darah merah sebelum waktunya.
Hemolisis berbeda dengan proses penuaan yaitu pemecahan eritrosit karena
memang sudah cukup umurnya. Pada dasarnya anemia hemolitik dapat
dibagi menjadi dua 7 golongan besar yaitu anemia hemolitik karena faktor
di dalam eritrosit sendiri (intrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat
herediter dan anemia hemolitik karena faktor di luar eritrosit
(ekstrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat didapatkan seperti malaria
dan transfusi darah. Proses hemolisis akan mengakibatkan penurunan kadar

5
hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia. Hemolisis dapat terjadi
perlahan-lahan, sehingga dapat diatasi oleh mekanisme kompensasi tubuh
tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba sehingga segera menurunkan kadar
hemoglobin.

Seperti pada anemia lainnya pada penderita anemia hemolitik juga


mengalami lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang. Pada anemia
hemolitik yang disebabkan oleh faktor genetik gejala klinik yang timbul
berupa ikterus, splenomegali, kelainan tulang dan ulkus pada kaki.

5. Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu
membuat sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang
disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan dan sinar rontgen atau
radiasi. Mekanisme terjadinya anemia jenis ini adalah karena kerusakan sel
induk dan kerusakan mekanisme imunologis.

Anemia jenis ini biasanya ditandai dengan gejala perdarahan seperti petikie
dan ekimosis (perdarahan kulit), perdarahan mukosa dapat berupa
epistaksis, perdarahan sub konjungtiva, perdarahan gusi, hematemesis
melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ dalam
lebih jarang dijumpai , tetapi jika terjadi perdarahan pada otak sering
bersifat fatal. Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal jantung akibat
anemia berat dan kematian akibat infeksi yang disertai perdarahan.

D. Manifestasi Klinis
1. Lemah, letih, lesu, dan lelah.
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas.
4. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP.
5. Takikardi
6. Gejala lanjut berupa pucat pada kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan
telapak tangan.

6
E. Pathway
Defisiensi B12, Asam folat, depresi sumsum tulang, eripoetin menurun

Kehilangan sel darah merah

Penurunan jumlah eritrosit

Penurunan kadar HB Resiko infeksi

Suplai oksigen menurun

Hipoksia kompresi jantung Susunan saraf pusat menurun

Beban kerja jantung Reaksi diantar saraf berkurang

Takikardi, anging pusing


Ketidakefektifan pola
napas
Ketidakefektifan Resiko injury
perfusi jaringan
perifer

Mekanisme anaerob

ATP berkurang

Kelelahan

Intoleransi aktivitas

7
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Handayani dan Andi (2008), pemeriksaan penunjang untuk membantu
menegakkan diagnosa pada anemia adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Laboratorium Hematologis


a. Tes Penyaring
Tes ini dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan
pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk
morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen-komponen berikut ini:
1) Kadar Hemoglobin
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan
suatu ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi
setelah anemia berkembang.
2) Penentuan Indeks Eritrosit
Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung
dengan flowcytometri atau menggunakan rumus:
 Mean Corpusculer Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun
apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat
anemia mulai berkembang. Nilai normal 70-100 fl,
mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl.
 Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)
MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah
merah. Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg
dan makrositik > 31 pg.
 Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit.
Nilai normal 30-35% dan hipokrom < 30%.
3) Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide /
RDW).

8
RDW merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk
mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan
nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling awal dari
kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum, jenuh
transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan
naiknya RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat
besi, dan apabila disertai dengan eritrosit protoporphirin
dianggap menjadi diagnostik. Nilai normalnya adalah 15 %.
b. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah
(LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
c. Eritrosit Protoporfirin (EP)
Keuntungan EP adalah stabilitasnya dalam individu, sedangkan besi
serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi individu yang
luas. EP secara luas dipakai dalam survei populasi walaupun dalam
praktik klinis masih jarang.
d. Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun
setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Besi
serum yang rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun
donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid
artritis, dan malignansi. Besi serum dipakai kombinasi dengan
parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik.
e. Serum Transferin (Tf)
Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama
dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada
kekurangan besi dan dapat menurun secara keliru pada peradangan
akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan.
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah
hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik dari kekurangan

9
zat besi adalah tidak ada besi retikuler. Keterbatasan metode ini seperti sifat
subjektifnya sehingga tergantung keahlian pemeriksa, jumlah struma
sumsum yang memadai dan teknik yang dipergunakan.

G. Penatalaksanaan
1. Anemia Aplastik
Penatalaksanaan anemia aplastik terdiri dari terapi suportif, terapi
imunosupresi dan transplantasi sel hematopoietik (hematopoietic cell
transplantation). Terapi suportif meliputi transfusi produk darah, terapi
infeksi, dan pemberian growth factors. Terapi imunosupresif berupa
kombinasi antithymocyte globulin  dan siklosporin A. Transplantasi sel
hematopoietik bisa menggunakan human leucocyte antigen-matched sibling
donor atau unrelated donor.

2. Anemia pada penyakit ginjal


Penatalaksanaan anemia pada penyakit ginjal membutuhkan hormone
eryththropoietin dan zat besi.

3. Anemia defisiensi besi


a. Uji specimen feses untuk darah samar/okulta
b. Individu berusia 50th atau lebih harus secara periodic melakukan
pemeriksaan kolonoskopi, endoskopi, atau pemeriksaan sinar X pada
saluran GI untuk mendeteksi ulserasi, gastritis, polip, atau kanker.
c. Berikan sediaan besi yang telah diresepkan, (Oral, Intramuscular (IM)
atau IV)
d. Minta pasien melanjutkan penggunaan sediaan besi selama 6 hingga
12 bulan.

4. Anemia megaloblastik
a. Anemia defisiensi asam folat
1) Tingkatkan asupan asam folat dalam diet pasien dan berikan 1 mg
asam folat disetiap hari nya
2) Berikan asupan asam folat per IM untuk sindrom malobsorpsi

10
3) Resepkan suplemen tambahan sesuai kebutuhan, karena jumlahnya
dalam multi vitamin mungkin tidak adekuat untuk sepenuhnya
menggantikan defisiensi cadangan tubuh.
b. Penatalaksanaan medis: defisiensi vitamin B12
1) Berikan pengganti vitamin B12, vegetarian dapat mencegah atau
mengatasi defisiensi dengan suplemen vitamin oral/susu
2) Sejumlah kecil dosis vitamin B12 per oral dapat diserap dengan
difusi aktif, sekali pun tidak ada faktor intrinsik, tetapi dosis besar
(2mg/hari) diperlukan jika vitamin B12 akan diberikan secara oral
3) Terapi vitamin B12 harus dilanjutkan seumur hidup, untuk
mencegah kekambuhan anemia pernisiosa
4) Resepkan asam folat untuk pasien alkoholisme selama mereka sering
mengkonsumsi alkohol.

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Lakukan pemeriksaan fisik Airway, Breathing, Circulation,
Disability, Exposure
b. Riwayat kesehatan
c. Riwayat diet
d. Observasi manifestasi anemia
1) Manifestasi umum
 Kelemahan otot
 Mudah lelah
 Kulit pucat
2) Manfiestasi sistem saraf pusat
 Sakit kepala
 Pusing
 Kunang-kunang
 Penurunan lapang pandang
 Apatis
 Depresi

11
3) Syok
 Perfusi perifer buruk
 Kulit lembab dan dingin
 Tekanan darah rendah
 Peningkatan frekuensi jantung
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
yang kurang, anoreksia
c. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik

3. Intervensi Keperawatan

DIANGOSA TUJUAN DAN


INTERVENSI
NO KEPERAWATA KRITERIA HASIL
(NIC)
N (NOC)
1 Perfusi jaringan NOC : NIC :
tidak efektif b/d Circulation status Intrakranial Pressure
penurunan Tissue Prefusion : cerebral (ICP) Monitoring
konsentrasi Hb Kriteria Hasil : (Monitor tekanan
dan darah, suplai 1. mendemonstrasikan intrakranial)
oksigen berkurang status sirkulasi yang  Berikan informasi
ditandai dengan : kepada keluarga
 Tekan  Set alarm
an systole dan  Monitor tekanan
diastole dalam perfusi serebral
rentang yang  Catat respon pasien
diharapkan terhadap stimuli
 Tidak  Monitor tekanan
ada ortostatik intrakranial pasien
hipertensi dan respon
 Tidak

12
ada tanda tanda neurology terhadap
peningkatan tekanan aktivitas
intrakranial (tidak  Monitor jumlah
lebih dari 15 mmHg) drainage cairan
2. mendemonstrasikan serebrospinal
kemampuan kognitif  Monitor intake dan
yang ditandai dengan: output cairan
 berko  Restrain pasien jika
munikasi dengan perlu
jelas dan sesuai  Monitor suhu dan
dengan angka WBC
kemampuan  Kolaborasi
 menun pemberian
jukkan perhatian, antibiotik
konsentrasi dan  Posisikan pasien
orientasi pada posisi
 memp semifowler
roses informasi  Minimalkan stimuli
 memb dari lingkungan
uat keputusan
dengan benar Peripheral Sensation
3. m Management
enunjukkan fungsi (Manajemen sensasi
sensori motori cranial perifer)
yang utuh : tingkat
 Monitor adanya
kesadaran mambaik,
daerah tertentu
tidak ada gerakan
yang hanya peka
gerakan involunter
terhadap
panas/dingin/tajam/
tumpul
 Monitor adanya
paretese

13
 Instruksikan
keluarga untuk
mengobservasi
kulit jika ada lsi
atau laserasi
 Gunakan sarun
tangan untuk
proteksi
 Batasi gerakan
pada kepala, leher
dan punggung
 Monitor
kemampuan BAB
 Kolaborasi
pemberian
analgetik
 Monitor adanya
tromboplebitis
 Diskusikan
menganai
penyebab
perubahan sensasi

2 Ketidakseimbanga NOC : NIC :


n nutrisi kurang
 Nutritional Status : Nutrition
dari kebutuhan
food and Fluid Intake Management
tubuh b/d intake
 Weight control
yang kurang,  Kaji adanya alergi
Kriteria Hasil :
anoreksia makanan
 Adanya peningkatan  Kolaborasi dengan
berat badan sesuai ahli gizi untuk
Definisi : Intake dengan tujuan menentukan jumlah
nutrisi tidak cukup  Beratbadan ideal kalori dan nutrisi

14
untuk keperluan sesuai dengan tinggi yang dibutuhkan
metabolisme badan pasien.
tubuh.  Mampumengidentifika  Anjurkan pasien
si kebutuhan nutrisi untuk
 Tidk ada tanda tanda meningkatkan
Batasan malnutrisi intake Fe
karakteristik :  Menunjukkan  Anjurkan pasien
peningkatan fungsi untuk
- Berat
pengecapan dari meningkatkan
badan 20 %
menelan protein dan vitamin
atau lebih di
 Tidak terjadi C
bawah ideal
penurunan berat badan  Berikan substansi
- Dilaporkan
yang berarti gula
adanya intake
 Yakinkan diet yang
makanan yang
dimakan
kurang dari
mengandung tinggi
RDA
serat untuk
(Recomended
mencegah
Daily
konstipasi
Allowance)
 Berikan makanan
- Membran
yang terpilih
mukosa dan
( sudah
konjungtiva
dikonsultasikan
pucat
dengan ahli gizi)
- Kelemahan
 Ajarkan pasien
otot yang
bagaimana
digunakan
membuat catatan
untuk
makanan harian.
menelan/mengu
 Monitor jumlah
nyah
nutrisi dan
- Luka,
kandungan kalori
inflamasi pada
 Berikan informasi
rongga mulut

15
- Mudah tentang kebutuhan
merasa nutrisi
kenyang, sesaat  Kaji kemampuan
setelah pasien untuk
mengunyah mendapatkan
makanan nutrisi yang
- Dilaporkan dibutuhkan
atau fakta
adanya
Nutrition Monitoring
kekurangan
makanan  BB pasien dalam
- Dilaporkan batas normal
adanya  Monitor adanya
perubahan penurunan berat
sensasi rasa badan
- Perasaan  Monitor tipe dan
ketidakmampua jumlah aktivitas
n untuk yang biasa
mengunyah dilakukan
makanan  Monitor interaksi
- Miskonsepsi anak atau orangtua
- Kehilangan BB selama makan
dengan  Monitor
makanan cukup lingkungan selama
- Keengganan makan
untuk makan  Jadwalkan
- Kram pada pengobatan dan
abdomen tindakan tidak
- Tonus otot jelek selama jam makan
- Nyeri  Monitor kulit
abdominal kering dan
dengan atau perubahan

16
tanpa patologi pigmentasi
- Kurang  Monitor turgor
berminat kulit
terhadap  Monitor
makanan kekeringan, rambut
- Pembuluh darah kusam, dan mudah
kapiler mulai patah
rapuh  Monitor mual dan
- Diare dan atau muntah
steatorrhea  Monitor kadar
- Kehilangan albumin, total
rambut yang protein, Hb, dan
cukup banyak kadar Ht
(rontok)  Monitor makanan
- Suara usus kesukaan
hiperaktif  Monitor
- Kurangnya pertumbuhan dan
informasi, mis perkembangan
informasi  Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
Faktor-faktor yang
jaringan
berhubungan :
konjungtiva
Ketidakmampuan  Monitor kalori dan
pemasukan atau intake nuntrisi
mencerna  Catat adanya
makanan atau edema, hiperemik,
mengabsorpsi zat- hipertonik papila
zat gizi lidah dan cavitas
berhubungan oral.
dengan faktor  Catat jika lidah
biologis, berwarna magenta,

17
psikologis atau scarlet
ekonomi.

3 Defisit perawatan NOC : NIC :


diri b/d kelemahan
 Self care : Activity of Self Care assistane :
fisik
Daily Living (ADLs) ADLs
Definisi : Kriteria Hasil :
 Monitor
Gangguan  Klien terbebas dari kemempuan klien
kemampuan untuk bau badan untuk perawatan
melakukan ADL  Menyatakan diri yang mandiri.
pada diri kenyamanan terhadap  Monitor kebutuhan
kemampuan untuk klien untuk alat-
Batasan
melakukan ADLs alat bantu untuk
karakteristik :
 Dapat melakukan kebersihan diri,
ketidakmampuan
ADLS dengan bantuan berpakaian,
untuk mandi,
berhias, toileting
ketidakmampuan
dan makan.
untuk berpakaian,
 Sediakan bantuan
ketidakmampuan
sampai klien
untuk makan,
mampu secara utuh
ketidakmampuan
untuk melakukan
untuk toileting
self-care.
 Dorong klien untuk
melakukan
Faktor yang
aktivitas sehari-hari
berhubungan :
yang normal sesuai
kelemahan,
kemampuan yang
kerusakan kognitif
dimiliki.
atau perceptual,
 Dorong untuk
kerusakan

18
neuromuskular/ melakukan secara
otot-otot saraf mandiri, tapi beri
bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
 Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan
bantuan hanya jika
pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
 Berikan aktivitas
rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia
klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas sehari-
hari.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS: ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N L √P
No. RM : D. 40. 16. 84 Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Mawar No. 18
Diagnosis Medis : Anemia CKD on HD
Datang tanggal : 4 Oktober 2020 Pukul : 07.00
Datang dengan : Ambulans Mobil Pribadi √ Lainnya : Keluarga
Tindakan prehospital : Neck Collar OPA NPA Intubasi ETT
Oksigen :____L/menit Nasal Sungkup :_____
Infus :___,___ml RJP Bidai
√ Lainnya : Tidak Ada
PENGKAJIAN PRIMER
KESADARAN √ Dapat bicara Tidak sadar
AIRWAY √ Bebas/paten Obstruksi Darah Trakea : √ Midline
Stridor Sputum Trakeostomi Deviasi Ka/Ki
BREATHING Reguler Bradipnea Bunyi napas : Ka Ki
√ Ireguler √ Takipnea Normal
Simetris Sesak √ √ Vesikuler menurun
Asimetris Ortopnea Wheezing
√ Retraksi Apnea Ronkhi Kering
Flail Chest Ronkhi Basah
CIRCULATION Kulit : Hangat Warna : Normal Nadi : Teraba adekuat
√ Dingin √ Pucat √ Teraba lemah
Panas Sianosis Reguler
Kering Kemerahan √ Ireguler
Diaforesis Tidak teraba
Pengisian kapiler : < 2 detik Turgor : Normal
√ > 2 detik √ Berkurang

20
PENGKAJIAN SEKUNDER
DISABILITY GCS : E 4 V5 M6 Total : 15
Pupil √ Isokor √ Reflek + Diameter : Ki : 4 mm
Anisokor Reflek - Ka : 4 mm
Respon sensorik √ Normal Respon motorik √ Normal
Tidak normal Tidak normal
EXPOSURE Tidak ada jejas Luka terbuka √ Bengkak Memar/kontusio
Deformitas Nyeri tekan Krepitasi Luka bakar
Fraktur terbuka Fraktur tertutup Amputasi Paralisis
Lainnya

Temuan Head to toe: terdapat cimino di tangan kiri


KELUHAN UTAMA : pusing, lemas, hemoglobin 6,8 g/dl sebelum dilakukannya
hemodialisa, klien merupakan rujukan dari ruang hemodialisa
RIWAYAT KESEHATAN/ MEKANISME TRAUMA : Hipertensi tidak terkontrol,
CKD on HD. Medikasi : hemodialisis
NYERI √ Tidak Ya Akut Kronik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ringan Sedang Berat
Skor : Lokasi : Karakteristik :
Durasi :
*) Tekanan darah : 150/90 Frekuensi nadi : 100x/menit Suhu : 36,6oC
mmHg
Frekuensi napas : **) Berat badan : kg ***) Sat O2 : 91%
22x/menit

ALERGI : tidak ada alergi


PEMERIKSAAN PENUNJANG : darah lengkap, GDS, Rapid *hasil pemeriksaan lab
tidak diketahui
RESIKO JATUH : Tidak √ Ya

Nama : Ny. N No. Rm : D. 40. 16. 84

21
Umur : 30 Tahun Tanggal : 4 Oktober 2020

PENGKAJIAN RISIKO JATUH

No. Pengkajian Skala Skoring


1. Riwayat jatuh : apakah Tidak 0 √
pasien pernah jatuh dalam 3 Ya 25
bulan terakhir?
2. Diagnose sekunder : Tidak 0
apakah pasien memiliki Ya 25 √
lebih dari satu penyakit
3. Alat bantu jalan :
- Bed rest/dibantu 0
perawat 15
- Kruk/tongkat/walker 30 √
- Berpegangan pada
benda – benda di sekitar
4. Terapi intravena : apakah Tidak 0
saat ini pasien terpasang Ya 20 √
infus?
5. Gaya berjalan/cara
berpindah : 0
- Normal/ bed rest/
immobile (tidak dapat
bergerak sendiri 10 √
- Lemah (tidak bertenaga) 20
- Gangguan/ tidak normal
(pincang/diseret)
6. Status mental :
- Pasien menyadari 0 √
kondisi dirinya
- Pasien mengalami 15
keterbatasan daya ingat
Total Nilai 85

22
Paraf & Nama Perawat

Keterangan :

1. Tidak berisiko = 0 – 24
2. Risiko rendah = 25 – 50
3. Risiko tinggi = ≥ 51

STATUS PSIKOLOGIS : Tidak Depresi Kuatir Gelisah


Marah Takut Resiko bunuh diri
√ Lainnya : Cemas
EDUKASI : Topik : Anemia CKD on HD

ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Ds: GFR Perfusi perifer tidak
 Klien mengatakan efektif
tubuhnya lemas CKD
 Klien mengatakan
kakinya bengkak Hormon EPO

Do: Produksi SDM


 Kulit klien terlihat

23
pucat dan akral klien Anemia
teraba dingin
Data Primer: Hb
A. Bebas/paten, trakea
midline
B. Pernafasan ireguler, Suplai O2 ke jaringan
takipnea, vesikuler
menurun, terdapat
retraksi dinding dada. Perfusi Perifer tidak efektif
C. Kulit teraba dingin,
turgor kulit berkurang
dan pucat. Nadi teraba
lemah dan ireguler,
CRT > 2 detik.
Data Sekunder:
Hb: 6,8 g/dl
TD: 150/90 mmHg
RR: 22 x/menit
Nadi: 100 x/menit
Suhu: 36,6 ̊c
SaO2: 91%
2. Ds: Hb Intoleransi Aktivitas
 Klien mengatakan
tubuhnya lemas
 Klien mengatakan Suplai O2 ke jaringan
pusing

Do: Klien tampak lemas Hipoksia


Tampak edema pada
ekstremitas (kaki) klien Mekanisme Anaerob
Data Primer:
A. Bebas/ paten, trakea ATP Berkurang

24
midline Kelelahan
C. Nadi teraba lemah dan
ireguler Intoleransi Aktivitas
Data Sekunder:
TD: 150/90 mmHg
RR: 22 x/menit
Nadi: 100 x/menit
Suhu: 36,6 ̊c
SaO2: 91%
GCS: E4 V5 M6
3. Ds: Hb
 Klien mengatakan
pusing
Suplai O2 ke jaringan
Do:
 Klien tampak lemas Susunan Saraf pusat
Data Sekunder Resiko Injury
GCS: E4 V5 M6 Reaksi antar Syaraf
SaO2: 91% berkurang
Hb: 6,8 g/dl
Assessment resiko jatuh: Pusing
85 (resiko tinggi)
Resiko jatuh

25
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Masalah Hasil Tindakan Keperawatan


. Keperawatan
1. Perfusi Perifer tidak NOC : NIC :
efektif b/d penurunan  Circulation status Peripheal Sensation
konsentrasi  Tissue Prefusion : Management
hemoglobin cerebral  Monitor adanya daerah
Ds: Setelah dilakukan tertentu yang hanya
 Klien tindakan keperawatan peka terhadap
mengatakan selama 1x 8 jam panas/dingin/tajam/tum
tubuhnya lemas diharapkan masalah pul
 Klien perfusi perifer teratasi  Monitor adanya
mengatakan dengan kriteria hasil: tromboplebitis
kakinya bengkak 1. Mendemonstrasikan  Inspeksi kulit dan
status sirkulasi yang palpasi tubuh
Do: ditandai dengan :  Instruksikan keluarga
 Kulit klien  Tek untuk mengobservasi
terlihat pucat dan anan systole dan kulit jika ada lesi atau
akral klien teraba diastole dalam laserasi
dingin. rentang yang  Lakukan penilaian yang
Data Primer: diharapkan komprehensif pada
D. Bebas/paten,  Tid sirkulasi perifer
trakea midline ak ada ortostatik  Batasi gerakan pada
E. Pernafasan hipertensi kepala, leher dan
ireguler, 2. Mendemonstrasikan punggung
takipnea, kemampuan kognitif  Diskusikan menganai
vesikuler yang ditandai penyebab perubahan
menurun, dengan: sensasi
terdapat retraksi  ber  Kolaborasi dalam
dinding dada. komunikasi dengan pemberian transfuse
F. Kulit teraba jelas dan sesuai (PRC)
dingin, turgor dengan kemampuan

26
kulit berkurang  me
dan pucat. Nadi nunjukkan
teraba lemah dan perhatian,
ireguler, CRT > 2 konsentrasi dan
detik. orientasi
Data Sekunder:  me
Hb: 6,8 g/dl mproses informasi
TD: 150/90 mmHg  me
RR: 22 x/menit mbuat keputusan
Nadi: 100 x/menit dengan benar
Suhu: 36,6 ̊c 3. Menunjukkan fungsi
SaO2: 91% sensori motori
cranial yang utuh :
tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan
involunter

2. Intoleransi aktivitas NOC : NIC:


b/d  Self Care : ADLs  Observasi adanya
ketidakseimbangan  Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam
antara suplai dan  Konservasi energi melakukan aktivitas
kebutuhan oksigen Setelah dilakukan  Kaji adanya faktor yang
Ds: tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
 Klien selama 1 x 8 jam. Pasien  Monitor nutrisi dan
mengatakan bertoleransi terhadap sumber energi yang
tubuhnya lemas aktivitas dengan kriteria adekuat
 Klien hasil :  Monitor pasien akan
mengatakan 1. Berpartisipasi dalam adanya kelelahan fisik
pusing aktivitas fisik tanpa dan emosi secara
disertai peningkatan berlebihan
tekanan darah, nadi

27
Do: Klien tampak dan RR  Monitor respon
lemas 2. Mampu melakukan kardivaskuler terhadap
Tampak edema pada aktivitas sehari hari aktivitas (takikardi,
ekstremitas (kaki) (ADLs) secara mandiri disritmia, sesak nafas,
klien 3. Keseimbangan diaporesis, pucat,
Data Primer: aktivitas dan istirahat perubahan
B. Bebas/ paten, hemodinamik)
trakea midline  Bantu klien untuk
D. Nadi teraba mengidentifikasi
lemah dan aktivitas yang mampu
ireguler dilakukan
Data Sekunder:  Bantu untuk memilih
TD: 150/90 mmHg aktivitas konsisten yang
RR: 22 x/menit sesuai dengan
Nadi: 100 x/menit kemampuan fisik,
Suhu: 36,6 ̊c psikologi dan sosial
SaO2: 91%  Bantu untuk
GCS: E4 V5 M6 mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang.
3. Resiko Injury b/d NOC: NIC : Environment
penurunan Hb  Risk Kontrol Management (Manajemen
Ds:  Immune status lingkungan)
 Klien  Safety Behavior  Sediakan lingkungan

28
mengatakan Setelah dilakukan yang aman untuk pasien
pusing tindakan keperawatan  Identifikasi kebutuhan
selama1 x 8 jam. Klien keamanan pasien, sesuai
Do: tidak mengalami injury dengan kondisi fisik dan
 Klien tampak dengan kriterian hasil: fungsi kognitif pasien
lemas 1. Klien terbebas dari dan riwayat penyakit
Data Sekunder cidera terdahulu pasien
GCS: E4 V5 M6 2. Klien mampu  Menghindarkan
SaO2: 91% menjelaskan lingkungan yang
Hb: 6,8 g/dl cara/metode berbahaya (misalnya
Assessment resiko untukmencegah memindahkan perabotan
jatuh: 85 (resiko injury/ceder atau barang-barang yang
tinggi) 3. Mampu memodifikasi dapat membahayakan)
gaya hidup  Memasang side rail
untukmencegah injury tempat tidur
4. Mampu mengenali  Menyediakan tempat
perubahan status tidur yang nyaman dan
kesehatan bersih
 Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
 Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
 Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh
seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin yang berarti
juga minimnya oksigen ke seluruh tubuh. Penyebab anemia yaitu Kurang
gizi/malnutrisi, Kurang zat besi dalam zat makanan, Malabsorpsi, Kehilangan
darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid, dan Penyakit kronik: TBC, paru,
cacing usus, malaria, dan lainlain. Kebanyakan anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi (Fe) dan perdarahan akut dan tidak jarang
keduanyasaling berintekrasi.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari pembahasan, maka dapat disarankan
agar mahasiswa dapat memahami dengan baik tentang anemia sehingga dapat
membantu dalam kegiatan promosi kesehatan tentang anemia. Disarankan untuk
memahami tentang pengertian, penyebab, gejala, cara penanganan dan
pencegahan anemia sehingga angka kejadian anemia dapat menurun.

30
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM. (2011) Tentang Anemia dan factor penyebabnya melalui pionas.pom.go.id

Bakta, I.M,. 2009. Pendeatan Terhadap Pasien Anemia. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna Publishing

Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

IqFadhilah. 2014. Penyakit anemia, gejala, penyebab, dan cara pencegahan.diakses


dari http://www.idmedis.com/2014/03/Penyakit-anemia-gejala-penyebab-dan-
cara-pencegahan.html

Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Zat Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas
Andalas. Diakses dari http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/

view/23/22

NANDA International, (2016). Diagnosis Keperawatan: Definisi Dan Klasifikasi. Edisi


ke 10. Jakarta: EGC.

Ullya Aisyafitri .2018. Gambaran Anemia pada Pemeriksaan darah tepi Penderita
Penyakit Ginjal Kronik dengan Terapi Hemodialisis di RSU Santo Antonius
Pontianak .Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2.

Wikipedia. 2020. Anemia. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Anemia

Anda mungkin juga menyukai