ANEMIA CKD ON HD
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK K
ANGKATAN X
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
karunianya sehingga kami diberikan kesehatan dan dapat menyusun makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas keperawatan gawat darurat dengan judul
“Asuhan Keperawatan Anemia Ckd On Hd”
Dan harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu
pengetahauan. Tentunya kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
A. Definisi.............................................................................................................................2
B. Etiologi.............................................................................................................................2
C. Klasifikasi........................................................................................................................3
D. Manifestasi Klinis.............................................................................................................6
E. Pathway............................................................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................8
G. Penatalaksanaan...............................................................................................................9
BAB IV PENUTUP
A. kesimpulan.....................................................................................................................17
B. saran...............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik
adalah anemia (Suwitra, 2014). Menurut KDIGO diagnosis anemia dengan PGK
pada dewasa dan anak yang berusia >15 tahun apabila konsesntrasi Hb <13 g/dL
pada laki-laki dan 12.0 g/dL pada perempuan (Aisyafitri, 2018). Penyebab
terpenting terjadinya anemia pada pasien penyakit ginjal kronik adalah
menurunnya produksi eritropoietin (Thomas et al., 2009). Eritropoietin
merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah sel progenitor terkait
eritropoiesis sehingga terbentuk eritrosit baru (Hoffbrandet al., 2005).
Menurut Dmitrieva et al., anemia yang umum terjadi pada pasien penyakit ginjal
kronik adalah anemia normositik normokrom, namun dapat terjadi anemia
mikrositik hipokrom atau anemia makrositik. Jenis anemia terbanyak pada
pasien penyakit ginjal kronik stadium 2-5 adalah anemia normositik sedangkan
pasien dengan stadium 1 mengalami anemia mikrositik (Dmitrieva et al.,2013).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan dapat memahami mengenai anaemia dan melakukan asuhan
keperawatan yang komprehensif
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengertian Anemia
b. Untuk mengetahui tentang klasifikasi Anemia
c. Untuk mengetahui tentang etiologi Anemia.
d. Untuk mengetahui tentang epidemiologi Anemia.
e. Untuk mengetahui tentang gejala dan tanda anemia
f. Untuk mengetahui tentang pencegahan Anemia.
g. Untuk mengetahui tentang cara pengobatan Anemia.
1
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Anemia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya kadar
hemoglobin di bawah nilai normal (Henrika et. al., 2008). Anemia adalah suatu
kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah
(eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam
membawa oksigen (Badan POM, 2011).
B. Etiologi
Menurut BPOM 2011, penyebab anemia yaitu:
2
C. Klasifikasi
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan
hemoglobin yang dikandungnya (Masrizal, 2007).
1. Anemia Makrositik Hipokrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena
konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak MCV >
73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik
(defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik
(penyakit hati, dan myelodisplasia).
2. Anemia Mikrositik Hipokrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl,
MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %). Penyebab anemia mikrositik hipokrom antara
lain:
a. Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
b. Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.
c. 3) Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.
3. Anemia Normositik Normokrom
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut,
hemolisis, dan penyakit-penyakit seperti gangguan endokrin, ginjal, dan hati.
Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi
hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 – 101 fl, MCH 23 – 31 pg
, MCHC 26 – 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.
Adapun klasifikasi anemia akibat gangguan eritropoiesis (Wikipedia).
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan anemia yang disertai oleh pansitopenia pada
darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam
bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau
pendesakan sumsum tulang.1 pada anemia aplastik terjadi penurunan
produksi sel darah dari sumsum tulang sehingga menyebabkan
retikulositopenia, anemia, granulositopenia, monositopenia dan
trombositopenia.
3
eritropoietik akan menimbulkan anemia dimana timbul gejala-gejala anemia
antara lain lemah, dyspnoe d’effort, palpitasi cordis, takikardi, pucat dan
lain-lain. Pengurangan elemen lekopoisis menyebabkan granulositopenia
yang akan menyebabkan penderita menjadi peka terhadap infeksi sehingga
mengakibatkan keluhan dan gejala infeksi baik bersifat lokal maupun
bersifat sistemik. Trombositopenia tentu dapat mengakibatkan pendarahan
di kulit, selaput lendir atau pendarahan di organ-organ
Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut
koilorika. Selain itu, anemia jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah
menjadi licin, adanya peradangan pada sudut mulut dan nyeri pada saat
menelan.selain gejala khas tersebut pada anemia defisiensi besi juga terjadi
gejala umum anemia seperti lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang
3. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi vitamin
b12 dan asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel
4
megaloblast dalam sumsum tulang belakang. Sel megaloblast adalah sel
prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar. Timbulnya megaloblast
adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena terjadi gangguan sintesis
dna sel-sel eritoblast akibat defiensi asam folat dan vitamin b12 dimana
vitamin b12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan dna inti sel dan
secara khusus untuk vitamin b12 penting dalam pembentukan myelin.
Akibat gangguan sintesis dna pada inti eritoblast ini maka maturasi inti lebih
lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel menjadi lebih besar karena
pembelahan sel yang lambat. sel eritoblast dengan ukuran yang lebih besar
serta susunan kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast.
sel megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan saat masih dalam
sumsum tulang sehingga terjadi eritropoesis inefektif dan masa hidup
eritrosit lebih pendek yang berujung pada terjadinya anemia.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta
dan neural tube defect (ntd). Ntd yang terjadi bisa berupa anensefali, spina
bifida (kelainan tulang belakang yang tidak menutup), meningo-ensefalokel
(tidak menutupnya tulang kepala). Kelainan-kelainan tersebut disebabkan
karena gagalnya tabung saraf tulang belakang untuk tertutup. Anemia
defisiensi vitamin b12 dan asam folat mempunyai gejala yang sama seperti
terjadinya ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada defisiensi
vitamin b12 disertai dengan gejala neurologik seperti mati rasa.
4. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah
penghancuran atau pemecahan sel darah merah sebelum waktunya.
Hemolisis berbeda dengan proses penuaan yaitu pemecahan eritrosit karena
memang sudah cukup umurnya. Pada dasarnya anemia hemolitik dapat
dibagi menjadi dua 7 golongan besar yaitu anemia hemolitik karena faktor
di dalam eritrosit sendiri (intrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat
herediter dan anemia hemolitik karena faktor di luar eritrosit
(ekstrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat didapatkan seperti malaria
dan transfusi darah. Proses hemolisis akan mengakibatkan penurunan kadar
5
hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia. Hemolisis dapat terjadi
perlahan-lahan, sehingga dapat diatasi oleh mekanisme kompensasi tubuh
tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba sehingga segera menurunkan kadar
hemoglobin.
5. Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu
membuat sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang
disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan dan sinar rontgen atau
radiasi. Mekanisme terjadinya anemia jenis ini adalah karena kerusakan sel
induk dan kerusakan mekanisme imunologis.
Anemia jenis ini biasanya ditandai dengan gejala perdarahan seperti petikie
dan ekimosis (perdarahan kulit), perdarahan mukosa dapat berupa
epistaksis, perdarahan sub konjungtiva, perdarahan gusi, hematemesis
melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ dalam
lebih jarang dijumpai , tetapi jika terjadi perdarahan pada otak sering
bersifat fatal. Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal jantung akibat
anemia berat dan kematian akibat infeksi yang disertai perdarahan.
D. Manifestasi Klinis
1. Lemah, letih, lesu, dan lelah.
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas.
4. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP.
5. Takikardi
6. Gejala lanjut berupa pucat pada kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan
telapak tangan.
6
E. Pathway
Defisiensi B12, Asam folat, depresi sumsum tulang, eripoetin menurun
Mekanisme anaerob
ATP berkurang
Kelelahan
Intoleransi aktivitas
7
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Handayani dan Andi (2008), pemeriksaan penunjang untuk membantu
menegakkan diagnosa pada anemia adalah sebagai berikut:
8
RDW merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk
mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan
nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling awal dari
kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum, jenuh
transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan
naiknya RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat
besi, dan apabila disertai dengan eritrosit protoporphirin
dianggap menjadi diagnostik. Nilai normalnya adalah 15 %.
b. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah
(LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
c. Eritrosit Protoporfirin (EP)
Keuntungan EP adalah stabilitasnya dalam individu, sedangkan besi
serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi individu yang
luas. EP secara luas dipakai dalam survei populasi walaupun dalam
praktik klinis masih jarang.
d. Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun
setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Besi
serum yang rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun
donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid
artritis, dan malignansi. Besi serum dipakai kombinasi dengan
parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik.
e. Serum Transferin (Tf)
Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama
dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada
kekurangan besi dan dapat menurun secara keliru pada peradangan
akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan.
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah
hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik dari kekurangan
9
zat besi adalah tidak ada besi retikuler. Keterbatasan metode ini seperti sifat
subjektifnya sehingga tergantung keahlian pemeriksa, jumlah struma
sumsum yang memadai dan teknik yang dipergunakan.
G. Penatalaksanaan
1. Anemia Aplastik
Penatalaksanaan anemia aplastik terdiri dari terapi suportif, terapi
imunosupresi dan transplantasi sel hematopoietik (hematopoietic cell
transplantation). Terapi suportif meliputi transfusi produk darah, terapi
infeksi, dan pemberian growth factors. Terapi imunosupresif berupa
kombinasi antithymocyte globulin dan siklosporin A. Transplantasi sel
hematopoietik bisa menggunakan human leucocyte antigen-matched sibling
donor atau unrelated donor.
4. Anemia megaloblastik
a. Anemia defisiensi asam folat
1) Tingkatkan asupan asam folat dalam diet pasien dan berikan 1 mg
asam folat disetiap hari nya
2) Berikan asupan asam folat per IM untuk sindrom malobsorpsi
10
3) Resepkan suplemen tambahan sesuai kebutuhan, karena jumlahnya
dalam multi vitamin mungkin tidak adekuat untuk sepenuhnya
menggantikan defisiensi cadangan tubuh.
b. Penatalaksanaan medis: defisiensi vitamin B12
1) Berikan pengganti vitamin B12, vegetarian dapat mencegah atau
mengatasi defisiensi dengan suplemen vitamin oral/susu
2) Sejumlah kecil dosis vitamin B12 per oral dapat diserap dengan
difusi aktif, sekali pun tidak ada faktor intrinsik, tetapi dosis besar
(2mg/hari) diperlukan jika vitamin B12 akan diberikan secara oral
3) Terapi vitamin B12 harus dilanjutkan seumur hidup, untuk
mencegah kekambuhan anemia pernisiosa
4) Resepkan asam folat untuk pasien alkoholisme selama mereka sering
mengkonsumsi alkohol.
11
3) Syok
Perfusi perifer buruk
Kulit lembab dan dingin
Tekanan darah rendah
Peningkatan frekuensi jantung
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
yang kurang, anoreksia
c. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik
3. Intervensi Keperawatan
12
ada tanda tanda neurology terhadap
peningkatan tekanan aktivitas
intrakranial (tidak Monitor jumlah
lebih dari 15 mmHg) drainage cairan
2. mendemonstrasikan serebrospinal
kemampuan kognitif Monitor intake dan
yang ditandai dengan: output cairan
berko Restrain pasien jika
munikasi dengan perlu
jelas dan sesuai Monitor suhu dan
dengan angka WBC
kemampuan Kolaborasi
menun pemberian
jukkan perhatian, antibiotik
konsentrasi dan Posisikan pasien
orientasi pada posisi
memp semifowler
roses informasi Minimalkan stimuli
memb dari lingkungan
uat keputusan
dengan benar Peripheral Sensation
3. m Management
enunjukkan fungsi (Manajemen sensasi
sensori motori cranial perifer)
yang utuh : tingkat
Monitor adanya
kesadaran mambaik,
daerah tertentu
tidak ada gerakan
yang hanya peka
gerakan involunter
terhadap
panas/dingin/tajam/
tumpul
Monitor adanya
paretese
13
Instruksikan
keluarga untuk
mengobservasi
kulit jika ada lsi
atau laserasi
Gunakan sarun
tangan untuk
proteksi
Batasi gerakan
pada kepala, leher
dan punggung
Monitor
kemampuan BAB
Kolaborasi
pemberian
analgetik
Monitor adanya
tromboplebitis
Diskusikan
menganai
penyebab
perubahan sensasi
14
untuk keperluan sesuai dengan tinggi yang dibutuhkan
metabolisme badan pasien.
tubuh. Mampumengidentifika Anjurkan pasien
si kebutuhan nutrisi untuk
Tidk ada tanda tanda meningkatkan
Batasan malnutrisi intake Fe
karakteristik : Menunjukkan Anjurkan pasien
peningkatan fungsi untuk
- Berat
pengecapan dari meningkatkan
badan 20 %
menelan protein dan vitamin
atau lebih di
Tidak terjadi C
bawah ideal
penurunan berat badan Berikan substansi
- Dilaporkan
yang berarti gula
adanya intake
Yakinkan diet yang
makanan yang
dimakan
kurang dari
mengandung tinggi
RDA
serat untuk
(Recomended
mencegah
Daily
konstipasi
Allowance)
Berikan makanan
- Membran
yang terpilih
mukosa dan
( sudah
konjungtiva
dikonsultasikan
pucat
dengan ahli gizi)
- Kelemahan
Ajarkan pasien
otot yang
bagaimana
digunakan
membuat catatan
untuk
makanan harian.
menelan/mengu
Monitor jumlah
nyah
nutrisi dan
- Luka,
kandungan kalori
inflamasi pada
Berikan informasi
rongga mulut
15
- Mudah tentang kebutuhan
merasa nutrisi
kenyang, sesaat Kaji kemampuan
setelah pasien untuk
mengunyah mendapatkan
makanan nutrisi yang
- Dilaporkan dibutuhkan
atau fakta
adanya
Nutrition Monitoring
kekurangan
makanan BB pasien dalam
- Dilaporkan batas normal
adanya Monitor adanya
perubahan penurunan berat
sensasi rasa badan
- Perasaan Monitor tipe dan
ketidakmampua jumlah aktivitas
n untuk yang biasa
mengunyah dilakukan
makanan Monitor interaksi
- Miskonsepsi anak atau orangtua
- Kehilangan BB selama makan
dengan Monitor
makanan cukup lingkungan selama
- Keengganan makan
untuk makan Jadwalkan
- Kram pada pengobatan dan
abdomen tindakan tidak
- Tonus otot jelek selama jam makan
- Nyeri Monitor kulit
abdominal kering dan
dengan atau perubahan
16
tanpa patologi pigmentasi
- Kurang Monitor turgor
berminat kulit
terhadap Monitor
makanan kekeringan, rambut
- Pembuluh darah kusam, dan mudah
kapiler mulai patah
rapuh Monitor mual dan
- Diare dan atau muntah
steatorrhea Monitor kadar
- Kehilangan albumin, total
rambut yang protein, Hb, dan
cukup banyak kadar Ht
(rontok) Monitor makanan
- Suara usus kesukaan
hiperaktif Monitor
- Kurangnya pertumbuhan dan
informasi, mis perkembangan
informasi Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
Faktor-faktor yang
jaringan
berhubungan :
konjungtiva
Ketidakmampuan Monitor kalori dan
pemasukan atau intake nuntrisi
mencerna Catat adanya
makanan atau edema, hiperemik,
mengabsorpsi zat- hipertonik papila
zat gizi lidah dan cavitas
berhubungan oral.
dengan faktor Catat jika lidah
biologis, berwarna magenta,
17
psikologis atau scarlet
ekonomi.
18
neuromuskular/ melakukan secara
otot-otot saraf mandiri, tapi beri
bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan
bantuan hanya jika
pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas
rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia
klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas sehari-
hari.
19
BAB III
TINJAUAN KASUS: ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N L √P
No. RM : D. 40. 16. 84 Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Mawar No. 18
Diagnosis Medis : Anemia CKD on HD
Datang tanggal : 4 Oktober 2020 Pukul : 07.00
Datang dengan : Ambulans Mobil Pribadi √ Lainnya : Keluarga
Tindakan prehospital : Neck Collar OPA NPA Intubasi ETT
Oksigen :____L/menit Nasal Sungkup :_____
Infus :___,___ml RJP Bidai
√ Lainnya : Tidak Ada
PENGKAJIAN PRIMER
KESADARAN √ Dapat bicara Tidak sadar
AIRWAY √ Bebas/paten Obstruksi Darah Trakea : √ Midline
Stridor Sputum Trakeostomi Deviasi Ka/Ki
BREATHING Reguler Bradipnea Bunyi napas : Ka Ki
√ Ireguler √ Takipnea Normal
Simetris Sesak √ √ Vesikuler menurun
Asimetris Ortopnea Wheezing
√ Retraksi Apnea Ronkhi Kering
Flail Chest Ronkhi Basah
CIRCULATION Kulit : Hangat Warna : Normal Nadi : Teraba adekuat
√ Dingin √ Pucat √ Teraba lemah
Panas Sianosis Reguler
Kering Kemerahan √ Ireguler
Diaforesis Tidak teraba
Pengisian kapiler : < 2 detik Turgor : Normal
√ > 2 detik √ Berkurang
20
PENGKAJIAN SEKUNDER
DISABILITY GCS : E 4 V5 M6 Total : 15
Pupil √ Isokor √ Reflek + Diameter : Ki : 4 mm
Anisokor Reflek - Ka : 4 mm
Respon sensorik √ Normal Respon motorik √ Normal
Tidak normal Tidak normal
EXPOSURE Tidak ada jejas Luka terbuka √ Bengkak Memar/kontusio
Deformitas Nyeri tekan Krepitasi Luka bakar
Fraktur terbuka Fraktur tertutup Amputasi Paralisis
Lainnya
21
Umur : 30 Tahun Tanggal : 4 Oktober 2020
22
Paraf & Nama Perawat
Keterangan :
1. Tidak berisiko = 0 – 24
2. Risiko rendah = 25 – 50
3. Risiko tinggi = ≥ 51
ANALISA DATA
23
pucat dan akral klien Anemia
teraba dingin
Data Primer: Hb
A. Bebas/paten, trakea
midline
B. Pernafasan ireguler, Suplai O2 ke jaringan
takipnea, vesikuler
menurun, terdapat
retraksi dinding dada. Perfusi Perifer tidak efektif
C. Kulit teraba dingin,
turgor kulit berkurang
dan pucat. Nadi teraba
lemah dan ireguler,
CRT > 2 detik.
Data Sekunder:
Hb: 6,8 g/dl
TD: 150/90 mmHg
RR: 22 x/menit
Nadi: 100 x/menit
Suhu: 36,6 ̊c
SaO2: 91%
2. Ds: Hb Intoleransi Aktivitas
Klien mengatakan
tubuhnya lemas
Klien mengatakan Suplai O2 ke jaringan
pusing
24
midline Kelelahan
C. Nadi teraba lemah dan
ireguler Intoleransi Aktivitas
Data Sekunder:
TD: 150/90 mmHg
RR: 22 x/menit
Nadi: 100 x/menit
Suhu: 36,6 ̊c
SaO2: 91%
GCS: E4 V5 M6
3. Ds: Hb
Klien mengatakan
pusing
Suplai O2 ke jaringan
Do:
Klien tampak lemas Susunan Saraf pusat
Data Sekunder Resiko Injury
GCS: E4 V5 M6 Reaksi antar Syaraf
SaO2: 91% berkurang
Hb: 6,8 g/dl
Assessment resiko jatuh: Pusing
85 (resiko tinggi)
Resiko jatuh
25
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
26
kulit berkurang me
dan pucat. Nadi nunjukkan
teraba lemah dan perhatian,
ireguler, CRT > 2 konsentrasi dan
detik. orientasi
Data Sekunder: me
Hb: 6,8 g/dl mproses informasi
TD: 150/90 mmHg me
RR: 22 x/menit mbuat keputusan
Nadi: 100 x/menit dengan benar
Suhu: 36,6 ̊c 3. Menunjukkan fungsi
SaO2: 91% sensori motori
cranial yang utuh :
tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan
involunter
27
Do: Klien tampak dan RR Monitor respon
lemas 2. Mampu melakukan kardivaskuler terhadap
Tampak edema pada aktivitas sehari hari aktivitas (takikardi,
ekstremitas (kaki) (ADLs) secara mandiri disritmia, sesak nafas,
klien 3. Keseimbangan diaporesis, pucat,
Data Primer: aktivitas dan istirahat perubahan
B. Bebas/ paten, hemodinamik)
trakea midline Bantu klien untuk
D. Nadi teraba mengidentifikasi
lemah dan aktivitas yang mampu
ireguler dilakukan
Data Sekunder: Bantu untuk memilih
TD: 150/90 mmHg aktivitas konsisten yang
RR: 22 x/menit sesuai dengan
Nadi: 100 x/menit kemampuan fisik,
Suhu: 36,6 ̊c psikologi dan sosial
SaO2: 91% Bantu untuk
GCS: E4 V5 M6 mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang.
3. Resiko Injury b/d NOC: NIC : Environment
penurunan Hb Risk Kontrol Management (Manajemen
Ds: Immune status lingkungan)
Klien Safety Behavior Sediakan lingkungan
28
mengatakan Setelah dilakukan yang aman untuk pasien
pusing tindakan keperawatan Identifikasi kebutuhan
selama1 x 8 jam. Klien keamanan pasien, sesuai
Do: tidak mengalami injury dengan kondisi fisik dan
Klien tampak dengan kriterian hasil: fungsi kognitif pasien
lemas 1. Klien terbebas dari dan riwayat penyakit
Data Sekunder cidera terdahulu pasien
GCS: E4 V5 M6 2. Klien mampu Menghindarkan
SaO2: 91% menjelaskan lingkungan yang
Hb: 6,8 g/dl cara/metode berbahaya (misalnya
Assessment resiko untukmencegah memindahkan perabotan
jatuh: 85 (resiko injury/ceder atau barang-barang yang
tinggi) 3. Mampu memodifikasi dapat membahayakan)
gaya hidup Memasang side rail
untukmencegah injury tempat tidur
4. Mampu mengenali Menyediakan tempat
perubahan status tidur yang nyaman dan
kesehatan bersih
Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh
seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin yang berarti
juga minimnya oksigen ke seluruh tubuh. Penyebab anemia yaitu Kurang
gizi/malnutrisi, Kurang zat besi dalam zat makanan, Malabsorpsi, Kehilangan
darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid, dan Penyakit kronik: TBC, paru,
cacing usus, malaria, dan lainlain. Kebanyakan anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi (Fe) dan perdarahan akut dan tidak jarang
keduanyasaling berintekrasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari pembahasan, maka dapat disarankan
agar mahasiswa dapat memahami dengan baik tentang anemia sehingga dapat
membantu dalam kegiatan promosi kesehatan tentang anemia. Disarankan untuk
memahami tentang pengertian, penyebab, gejala, cara penanganan dan
pencegahan anemia sehingga angka kejadian anemia dapat menurun.
30
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM. (2011) Tentang Anemia dan factor penyebabnya melalui pionas.pom.go.id
Bakta, I.M,. 2009. Pendeatan Terhadap Pasien Anemia. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Zat Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas
Andalas. Diakses dari http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/
view/23/22
Ullya Aisyafitri .2018. Gambaran Anemia pada Pemeriksaan darah tepi Penderita
Penyakit Ginjal Kronik dengan Terapi Hemodialisis di RSU Santo Antonius
Pontianak .Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2.