Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II
Disusun oleh:
Kelompok 9
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa karena atas asung kerta wara nugrahanya penulis dapat menyusun
Asuhan Keperawatan Teoritis yang berjudul “Asuhan Keperawatan Teoretis Syok
Kardiogenik”. Asuhan Keperawatan ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada
waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Yustina Putu Yusniawati, S.Kep., M.Kep selaku Koordinator Mata
Ajar Keperawatan Gawat Darurat di Institut Teknologi dan Kesehatan Bali;
2. Ibu Ns. Ni Made Dewi Wahyunadi, S.Kep., M.Kep selaku Pengampu Mata
Ajar Keperawatan Gawat Darurat di Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
serta Pembimbing dalam pembuatan tugas ini;
3. Serta berbagai pihak lain yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Definisi…………………………………………………………………… 3
2.2 Etiologi…………………………………………………………………… 3
2.3 Patofisiologi……………………………………………………………… 5
2.4 Manifestasi Klinis………………………………………………………... 6
2.5 Komplikasi………………………………………………………………. 8
2.6 Penatalaksanaan………………………………………………………… 9
2.7 WOC Syok Kardiogeniki……………………………………………….. 14
2.8 Konsep Asuhan Keperawata Syok Kardiogenik……………………….. 16
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 34
3.2 Saran…………………………………………………………………….. 34
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4 Apa saja manifestasi klinis syok kardiogenik?
5 Apa saja komplikasi syok kardiogenik?
6 Apa saja penatalaksanaan dari syok kadiogenik?
7 Bagaimana asuhan keperawatan dari syok kardiogenik?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka didapatkan tujuan masalah sebagai
berikut:
A. Tujuan Umum
1) Untuk mengetahui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan teoritis
pada pasien dengan syok kardiogenik
B. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi dari syok kardiogenik
2) Untuk mengetahui etiologi dari syok kardiogenik
3) Untuk mengetahui patofisiologi dari syok kardiogenik
4) Untuk mengetahui menifestasi klinis dari syok kardiogenik
5) Untuk mengetahui komplikasi dari syok kardiogenik
6) Untuk mengetahui penatalaksanaan dari syok kardiogenik
1.4 Manfaat
A. Bagi masyarakat
Masyarakat lebih tahu dan paham tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan syok kardiogenik.
B. Bagi mahasiswa
Mahasiswa lebih mengetahui tentang pembuatan asuhan keperawatan
pada pasien dengan syok kardiogenik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori Syok Kardiogenik
1. Definisi
Syok kardiogenik adalah syok yang diakibatkan atau disebabkan oleh
tidak kuatnya perfusi jaringan akibat dari kerusakan fungsi ventrikel kiri.
Syok kardiogenik terjadi ketika jantung tidak mampu mempertahankan
kardiak output yang cukup untuk perfusi jaringan. Hal ini biasanya muncul
setelah adanya penyakit infark miokardial (Manurung, 2016).
Syok Kardiogenik merupakan keadaan gawat darurat jantung yang
disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah
jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali. Syok ini dapat timbul
akibat infak miokard akut (IMA) yang luas menimbulkan istemik, injuri
sampai infaks dengan gangguan irama jantung, atau sebagai fase terminal
dari beberapa penyakit jantung lainnya. Syok Kardiogenik adalah sindrom
klinik akibat gagal perfusi yang disebabkan oleh gangguan fungsi jantung,
ditandai dengan nadi lemah, penurunan tekanan rerata arteri (MAP) <65
mmHg, peningkatan LVEDP (>18 mmHg), dan penurunan curah jantung
CO <3,2 L/menit (PERKI 2015).
2. Etiologi
a. Menurut Manurung (2016) etiologi syok kardiogenik:
1) Koroner
Syok kardiogenik koroner lebih sering dan tampak paling
sering terjadi pada pasien dengan infark miokard.
2) Non Koroner
a) Tamponade jantung
b) Embolisme pulmonal
c) Kardiomiopati
d) Kerusakan katup
e) Disritmia
3
b. Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak
fungsi jantung atau akibat penurunan fungsi kontraktilitas jantung
kronik.Secara praktis, syok kradiogenik timbul karena gangguan
mekanik atai miopatik. Etiologi syok kardiogenik adalah (Bakta dan
Suastika, 1999 dalam Mayoclinic, 2014):
4
8) Kardiomiopati tingkat akhir
9) Stenosis valvular berat
10) Regurgitasi valvular akut
11) Miksoma atrium kiri
12) Komplikasi bedah jantung
c. Menurut Reni (2015) dari berbagai penelitian dilaporkan adanya faktor
predisposisi timbulnya syok kardiogenik:
1) Umur yang relatif lebih tua pada syok kardiogenik, umunya lebih
dari 60 tahun.
2) Telah terjadi payah jantung sebelumnya.
3) Adanya infark lama dan baru.
4) Lokasi pada dinding anterior lebih sering menimbulkan syok.
5) Infark miokard yang meluas secara progresif.
6) Komplikasi mekanik infark mikard akut, anatara lain septum sobek,
insufisiensi mitral, disenergi ventrikel.
7) Gangguan irama dan nyeri hebat.
8) Faktor ekstramiokardial: obat-obatn penyebab hipotensi atau
hipovolemia.
3 Patofisiologi
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan
jantung pada fase termimal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke
aliran darah koroner berdampak pada supply O2 kejaringan khususnya pada
otot jantung yang semakin berkurang, hal ini akan menyababkan iscemik
miokard pada fase awal, namun bila berkelanjutan akan menimbulkan injuri
sampai infark miokard. Bila kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik
akan menyebabkan kondisi yang dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi
syok, metabolisme yang pada fase awal sudah mengalami perubahan pada
kondisi anaerob akan semakin memburuk sehingga produksi asam laktat
terus meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat seperti terbakar maupun
tertekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri, kelemahan fisik juga
5
terjadi sebagai akibat dari penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah.
Semakin Menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung semakin
kehilangan kemampuan untuk berkontraksi utuk memompa darah.
Penurunan jumlah strok volume mengakibatkan berkurangnnya cardiac
output atau berhenti sama sekali. Hal tersebut menyebakkan suplay darah
maupun O2 sangatlah menurun kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi
penurunan kesadaran dengan akral dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari
otot jantung dengan meningkatkan denyut nadi yang berdampak pada
penurunan tekanan darah Juga tidak memperbaiki kondisi penurunan
kesadaran. Aktifitas ginjal juga terganggu pada penurunan cardiac
output,yang berdampak pada penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR ).
Pada kondisi ini pengaktifan system rennin, angiotensin dan aldostreron
akan , menambah retensi air dan natrium menyebabkan produksi urine
berkurang( Oliguri < 30ml/jam. Penurunan kontraktilitas miokard pada fase
syok yang menyebabkan adanya peningkatan residu darah di ventrikel, yang
mana kondisi ini akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun
stenosis valvular .Hal tersebut dapat mennyebabkan bendungan vena
pulmonalis oleh akumulasi cairan maupun refluk aliran darah dan akhirnya
memperberat kondisi edema paru
4. Manifestasi Klinis
Syok kardiogenik yang muncul akibat infark miokard biasanya muncul
setelah pasien masuk ke rumah sakit, namun demikian, sebagian kecil pasien
datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan syok. Timbulnya syok
kardiogenik dalam hubungannya dengan IMA dapat dikategorikan dalam :
a. Timbulnya tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setelah infark
akibat gangguan miokard masih atau ruptur dinding bebas ventrikel kiri
b. Timbulnya secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat infark be
rulang
c. Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark miokard disertai
timbulnya bising mitral sistolik, ruptur septum atau disosiasi
6
elektromekanik. Episode ini dapat disertai atau tanpa nyeri dada, tetapi
sering disertai dengan sesak nafas akut.
Pada pasien Syok kardiogenik yang muncul akibat infark miokard terlihat
tanda-tanda :
a. Hipoperfusi (curah jantung yang rendah) yang terlihat dari adanya sinus
takikardia
b. Volume urine yang sedikit
c. Ekstremitas dingin.
d. Hipotensi sistemik ( TDS< 90mmHg atau turunnnya TD < 30 mmHg
dari TD rata-rata) belakangan akan muncul dan meyebabkan hipoperfusi
jaringan.
e. Kebanyakan pasien yang datang dengan infark miokard akut merasakan
nyeri dada yang muncul tiba-tiba seperti diperas atau ditimpa beban
berat di substernal. Nyeri ini dapat menyebar hingga ke lengan kiri atau
leher. Nyeri dada bisa saja tidak khas, terutama jika lokasinya hanya di
epigastrium, leher atau lengan. Kualitas nyerinya bisa seperti terbakar,
seperti ditusuk-tusuk atau seperti ditikam.
Manifestasi lain pasien-pasien syok kardiogenik antara lain :
a. Kulit berwarna keabu-abuan atau bisa juga sianosis. Suhu kulit
dingin dan bisa muncul gambaran mottled skin pada ekstremitas;
b. Nadi cepat dan halus/lemah serta dapat juga disertai dengan irama
yang tidak teraturjika terdapat aritmia;
c. Distensi vena jugularis dan ronkhi basah di paru biasanya ada
namun tidak harusselalu. Edema perifer juga biasanya bisa
dijumpai;
d. Suara jantung terdengar agak jauh, bunyi jantung III dan IV bisa
terdengar;
e. Tekanan nadi lemah dan pasien biasanya dalam keadaan
takikardia;
7
f. Tampak pada pasien tanda-tanda hipoperfusi misalnya perubahan
status mental dan penurunan jumlah urine;
g. Murmur sistolik biasanya terdengar pada pasien dengan
regurgitasi mitral, murmurbiasanya terdengar di awal sistol;
h. Dijumpainya thrill parasternal menandakan adanya defek septum
ventrikel;
i. Diagnosa diferensial yang mungkin dipikirkan pada kasus syok
kardiogenik antara lain:
1) Sepsis bacterial
2) Syok septik
3) Syok distributive
4) Syok hemoragik
5) Infark miokard
6) Iskemik miokard
7) Ruptur miokard
8) Miokarditis
9) Edema paru kardiogenik
10) Emboli paru
5. Komplikasi
Syok kardiogenik dapat membahayakan nyawa jika tidak segera
ditangani. Beberapa komplikasi lanjutan yang dapat terjadi adalah kerusakan
pada organ ginjal, hati, dan otak dikarenakan pasokan oksigen yang kurang.
Kondisi syok kardiogenik yang ditangani secara dini dapat menurunkan
potensi kematian. Namun jika tidak ditangani, kesempatan pulih akan sangat
kecil. (Marianti, 2019)
Menurut Reni (2015) komplikasi yang bisa terjadi akibat dari syok
kardiogenik adalah:
a. Henti jantung paru
b. Disritmia
c. Gagal multisistem organ
8
d. Gagal ginjal
e. Kerusakan hati
f. Stroke
g. Trombroemboli
6. Penatalaksanaan
Menurut Reni (2015) penatalaksaan medis syok kardiogenik:
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya
dilakukan intubasi.
2. Berikan oksigen 8-15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70-120 mmHg.
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada
harus diatasi dengan pemberian morfin.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa
yang terjadi.
5. Bila mungkin pasang CVP.
6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.
9
- Menyediakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Memberikan dukungan untuk mengurangi kecemasan
- Memberikan pemahaman terhadap pasien tentang kondisinya
10
Aspirin dapat menurunkan proses pembentukan blood clot dan
membantu menjaga aliran darah.
2. Agen trombolitik
Agen trombolitik akan menghancurkan blood clot yang
menyumbat aliran darah ke jatung. Semakin cepat pasien
mendapatkan agen trombolitik, maka semakin besar pula
kesempatan hidupnya. Trombolitik akan diberikan jika emergency
cardiac catheterization tidak tersedia.
3. Superaspirin
Obat ini akan mencegah permbentukan blood clot, misalnya
clopidogrel oral, platelet glycoprotein Iib/IIIa receptor blocker.
4. Antikoagulan
Obat-obatan ini misalnya heparin, yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya blood clot. Heparin dberikan secara IV atau injeksi yang
diberikan selama beberapa hari pertama setelah serangan jantung.
11
ekrja ventrikel kiri (Smeltzer dan Bare, 2001 dalam Muttaqin
2010).
5. Prosedur Bedah
Prosedur bedah dilakukan jika obat-obatan dan penggunaan lat bantu
medis tidak bisa mengatasi syok kardiogenik. Prosedur bedah akan
megembalikan aliran darah dan memperbaiki kerusakan jantung.
Prosedur bedah yang dilakukan dalam 6 jam setelah onset terjadinya
tanda gejala syok akan meningkatkan harapan hisup lebih besar. Tipe
prosedur bedah yang digunakan antara lain:
a. Percutaneous coronary intervention (PCI) dan stent
PCI yang juga dikenal dengan nama coronary angiplasty,
merupakan prosedur yang digunakan untuk membuka arteri
koroner yang mengalami obstruksi. Kemudian pada saat itu juga
digunakan stent yang berfungsi untuk menjaga arteri koroner tetap
terbuka selama prosedur PCI.
b. Coronary artery bypass grafting
Pada prosedur ini, arteri dan vena yang berasal dari baggian tubuh
lainnya digunakan untukmembuat jalan pintas pada arteri kornaria.
Kemudian akan terbentuk sebuah jalan baru untuk memberikan
perfusi ke jantung.
12
Pembedahan untuk memeprbaiki ruptur septal (didning antar
ventrikel)
Transplantasi jantung
Pembedahan jenis ini jarang dilakukan dalam keadaan emergensi
seperti ini. Tindakan ini direkomendasikan jika ini merupakan
jalan yang paling baik untuk meningkatkan harapan hisup pasien
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).
13
WOC Syok Kardiogenik
Koroner: Non koroner:
Infark miokard akut Kardiomiopati, tamporade jantung
Nekrosis miokard
Beban jantung ↑
Strock volume ↓ Suplai O2 dan
nutrisi tubuh
SYOK KARDIOGENIK
Penuruan curah berkurang
Gagal jantung jantung
Ketidakseimbangan
kebutuhan O2
Forward failure Backward jaringan dan suplai
failure O2 miokard
COP ↓ Bendungan atrium kiri
Kelemahan otot
Tekanan vena
Penurunan Aliran darah arteri
pulmonalis ↑
perfusi perifer coroner ↓ Intoleransi aktivitas
Tekanan
Penurunan Asupan oksigen
hidrostatik ↑
perfusi koroner ke jantung
menurun ↓ Edema paru
Penurunan
perfusi paru
Pengembangan Gangguan
Hipotensi asidosis paru tidak optimal pertukaran gas
dan hipoksemia
14
Sesak nafas
Perfusi Perifer
Tidak Efektif Pola nafas tidak
efektif
Hipoksia
myokardium
Mekanisme
anaerob
Nyeri dada
Gangguan rasa
nyaman: Nyeri
15
2.2 Tinjauan Teoretis Asuhan Keperawatan Syok Kardiogenik
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang mana
dilakukan pengumpulandata, pengelompokan data, serta analisa data yang
menghasilkan suatu masalah keperawatan yang dikumpulkan melalui
wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan,pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik dan review catatan sebelumnya (Swari, 2017).
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Penilaian mengenai kepatenan jalan nafas, meliputi
pemeriksaan mengenai adanya obstuksi jalan nafas, adanya benda
asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan nafas
bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas tambahan
seperti snoring.
2) Breathing
Frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak nafas. Palpasi pengembangan
paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya suara nafas tambahan
seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
3) Circulation
Dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output
serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, dan nadi.
4) Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
16
b. Pengkajian sekunder
1) Identitas pasien
Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, agama, suku bangsa, pekerjaan, alamat, no telepon, no
registrasi, tanggal MRS, penanggung).
2) Keluhan utama
Klien dengan syok kardiogenik memiliki gejala yang hampir
mirip dan yang paling sering adalah nafas pendek dan cepat , tiba-
tiba sesak, tachycardia dan denyun nadi cepat dan lemah. Gangguan
eliminasi yang biasanya muncul adalah output urin yang rendah
atau tidak ada (oliguria). Gangguan lain yang mungkin muncul
adalah tekanan darah sistolik < 90 MmHg, berkeringat dingin pada
jari tangan dan kaki, pucat,dan kelelahan karena hiperventilasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien dengan syok kardiogenik yang disebabkan oleh
infark miokard akut dapat mempunyai gejala seperti nyeri dad
seperti ditekan atau berat pada sub-sternum yang mendadak, nyeri
dada yang menjalar ke lengan kiri atau leher dan nyeri atipikal
seperti nyeri pada epigastrium, nyeri hanya pada leher atau lengan
dan terasa seperti terbakar, tajam, dan ditusuk. Gejala lain yang
mungkin muncul mual, muntah, keringat dingin.
4) Riwayat penyakit terdahulu
Kaji apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung,
riwayat infark miokard, riwayat operasi pada jantung, riwayat
hiperlipidemia, riwayat hipertensi, riwayat merokok,sebelumnya
atau pernah mengalami hal yang sama seperti yang dialami klien
sekarang.
17
5) Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah ada salah satu keluarga pernah menderita penyakit
jantung, riwayat hipertensi serta riwayat penyakit jantung koroner
sebelumnya.
c. Pemeriksaan fisik
1) Kulit
Kulit tampak pucat atau sianosis, ektremitas teraba dingin,
berkeringat berat, dan berjerawat.
2) Status jantung
Detak jantung cepat (takikardia), laju nadi pada ferifer cepat
dan lemah, aritmia, nadi teraba tidak teratur, tekanan nadi atau pulse
pressure rendah, suara jantung terdengar jauh, suara jantung ke-3
dan ke-4 dapat terdengar, tekanan darah rendah,
3) Status respirasi
Nyeri dada, sesak nafas berat, nafas lebih cepat,
4) Status mental
Hilang kesadaran, gelisah, agitasi, kebingungan, pusing, biasanya
mengalami kecemasan menyeluruh dan depresi.
5) Status eliminasi
Output urin yang rendah atau tidak ada sama sekali (oliguria).
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menyingkirkan anemia.
Hasil leukosit yang tinggi menandakan adanya infeksi
sementara trombosit yang rendah dapat menunjukkan
koagulupati yang terjadi akibat sepsis.
b) Pemeriksaan troponin
Pemeriksaan ini untuk dikombinasi dengan CKMB
berguna untuk mendiagnosis miokard infark akut yang sudah
18
terjadi beberapa waktu yang lalu, jika kadartroponin meningkat
tampa klinis iskemia, pertimbangan lain kerusakan jantung
seperti miokarditis.
c) Mioglobin
Peningkatan mioglobin 4 kali lipat dalam 2 jam adalah
sesnsitif namun tidak spesifik untuk infark miokard.
d) Analisa gas darah ( AGD)
Pemeriksaan ini untuk menunjukan keadaan asam basa di
tubuh dan tingkat oksigenasi darah arteri. Peningkatan kadar
laktat merupakan indikator tidak spesifik hipoksia jaringan.
e) Brain natriuretic peptide ( BNP)
BNP merupakan indikator untuk penyakit jantung
kongestif. Kadar BNP yang rendah disertai dengan hipoksia
dapat menyingkirkan syok kardiogenik.
2) Elektrokardiografi ( EKG )
EKG bermanfaan untuk mendiagnosa infark atau iskemia
miokard. Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk mengetahui aritmia
jantung (detak jantung tidak teratur) seperti takikardia ventrikel atau
fibrilasi ventrikel yang menjadi penyebab syok kardiogenik.
3) Ekokardiografi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari penyebab dari syok
kardiogenik seperti : defek septum ventrikel akut, ruptur dinding
miokardium,tamponade jantung, ruptur otot papiler, fungsi sistolik
dan disfungsi diastolik dan untuk melihat struktur, ketebalan, dan
gerak tiap denyut jantung dengan menggunakan gelombang suara
dalam pemeriksaannya.
4) Rontgen toraks
Rontgen toraks dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain
syok atau nyeri dada misalnya diseksi aorta, tension pneumotoraks,
pneumomediastinum, perforasi esofagus, emboli paru. Dapat
19
terlihat tanda gagal jantung ventrikel kiri redistribusi vaskuler
pulmo, edema pulmo, intersitial, bayangan hilus yang
membesar,adanya garis kerley B, kardiomegali, efusi pleura
bilateral, bayangan opek perihiler bilateral.
5) Ultrasonografi ( USG)
USG dilakukan untuk membantu dalam tata laksana cairan.
Pada pasien yang bernafas spontan, adanya kolaps pada vena cava
inferior saat bernafas menandakan dehidrasi. Jika vena cava tidak
kolaps menandakan euvolemia intravaskular.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
aleolar – kapiler
d. Perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran arteri
atau vena
e. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan
spasme refleks otot sekunder akibat gangguan viseral jantung
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay
dengan kebutuhan oksigen
20
3. Perencanaan
22
kesadaran
2. Posisi semi fowler atau
2. Posisikan pasien semi
fowler membantu menjaga
fowler atau fowler dengan
keadekuatan ventilasi
kaki kebawah atau posisi
nyaman
23
2 Pola nafas Setelah diberikan asuhan 1. Buka jalan nafas, gunakan 1. Membuka jalan napas untuk
tidak efektif keperawatan selama … x … teknik chin lift atau jaw menjamin jalan masuknya
berhubungan menit diharapkan pola nafas trust bila perlu udara keparu secara normal
dengan kembali efektif dengan sehingga menjamin
gangguan kriteria hasil: kecukupan oksigenasi tubuh.
pertukaran gas 2. Monitoring vital sign 2. Tanda vital dapat digunakan
1. Menunjukan jalan nafas
untuk mengidentifikasi
yang paten.
perubahan yang terjadi pada
2. Tanda-tanda vital dalam
keadaan umum pasien dan
rentang normal (tekanan
peningkatan respirasi adalah
darah, nadi, pernafasan)
tanda dypsnea
3. Posisikan pasien untuk 3. Membantu pemasukan O2
memaksimalkan ventilasi ke dalam tubuh dan
ventilasi pada sisi yang
tidak sakit.
24
bronkodilator nafas
3 Gangguan Setelah diberikan asuhan 1. Monitor pola nafas 1. TTV merupakan indikator
pertukaran gas keperawatan … x … menit (seperti bradipnea, dari satus kesehatan,
berhubungan diharapkan pernafasan takipnea, hiperventilasi) ukuran-ukuran ini
dengan pasien dalam rentang menandakan keefektifan
perubahan normal dengan kriteria hasil sirkulasi, respirasi, fungsi
membran : neural dan endokrin tubuh
aleolar – 2. Pertahankan kepatenan
1. Menunjukan 2. Untuk mempertahankan
kapiler jalan nafas
peningkatan ventilasi jalan nafas pasien
dan oksigenasi yang 3. Jelaskan tujuan dan 3. Memberikan pemahaman
adekuat. prosedur pemantauan mengenai prosedur
2. Memelihara kebersihan 4. Kolaborasi penentuan 4. Untuk meningkatkan aliran
paru-paru dan bebas dosis oksigen darah dan suplai oksigen ke
dari tanda distress
seluruh tubuh
pernafasan.
25
rentang normal.
TD:120/80 mmHg
N:80-100x/menit
S: 36,5◦C-37,5◦C
RR: 16-20 x/menit.
4 Perfusi perifer Setelah diberikan asuhan 1. Periksa sirkulasi perifer 1. Asokontriksi sistemik
tidak efektif keperawatan … x … menit (memeriksa denyut nadi diakibatkan karena
berhubungan diharapkan perfusi jaringan perifer, edema, waktu penurunan curah jantung
dengan perifer efektif dengan pengisian kapiler, warna, mungkin dibuktikan oleh
penurunan Kriteria hasil : dan suhu). penurunan perfusi kulit dan
aliran arteri penurunan nadi.
1. Cardiac output normal
atau vena.
2. Menurunkan statis vena,
2. Klien tidak nyeri 2. Dorong latihan kaki aktif
meningkatkan aliran balik
atau pasif, hindari latihan
3. Warna kulit normal vena dan menurunkan resiko
isometrik.
tromboflebis.
26
4. Tdak ada edema (vena) 3. Agar keluarga dan pasien
mengetahui tanda dan gejala
3. Informasikan tanda dan
darurat pasien
gejala darurat yang harus
dilaporkan
5 Gangguan rasa Setelah diberikan asuhan 1. Kaji PQRST 1. Pengkajian yang optimal
nyaman nyeri keperawatan selama … x … akan memberikan data yang
berhubungan jam, diharapkan pasien objektif untuk mencegah
dengan trauma merasa nyaman dengan kemungkinan komplikasi
27
jaringan dan kriteria hasil : dan mengetahui faktor
spasme refleks penyebab nyeri
1. Keluhan nyeri menurun
otot sekunder
2. Membantu dalam
akibat 2. Klien tidak gelisah
menurunan persepsi atau
gangguan 2. Ajarkan teknik distraksi
3. Klien tidak meringis respon nyeri. Memberikan
viseral jantung dan relaksasi misalnya kontrol situasi,
4. Tanda-tanda vital
napas dalam perlahan, meningkatkan perilaku
dalam rentang normal
perilaku diskraksi, positif.
TD:120/80 mmHg visualisasi, bimbingan
N:80-100x/menit imajinasi.
S: 36,5◦C-37,5◦C 3. Meskipun morfin IV adalah
RR: 16-20 x/menit. pilihan, suntikan narkotik
3. Kolaborasi dalam lain dapat dipakai fase akut
pemberian obat sesuai atau nyeri dada beulang
indikasi, contoh: analgesik, yang tidak hilang dengan
misalnya morfin, meperidin nitrogliserin untuk
(demerol). menurunkan nyeri hebat,
memberikan sedasi, dan
mengurangi kerja miokard.
Hindari suntikan IM dapat
28
menganggu indikator
diagnostik dan tidak
diabsorsi baik oleh jaringan
kurang perfusi.
6 Intoleransi Setelah diberikan asuhan 1. Periksa tanda vital sebelum 1. Hipertensi ortostatik dapat
aktivitas keperawatan selama … x … dan segera setelah aktivitas, terjadi dengan aktivitas
berhubungan menit, diharapkan pasien khususnya bila pasien karena efek obat
dengan dapat melakukan aktifitas menggunakan vasolidator, (vasodilatasi), perpindahan
ketidakseimba dengan mandiri dengan diuretik, penyekat beta. cairan, (diuretik) atau
ngan suplay Kriteria Hasil: pengaruh fungsi jantung.
dengan
1. Tanda tanda vital normal 2. Penurunan atau
kebutuhan 2. Catat respon kardio
ketidakmampuan
oksigen TD:120/80 mmHg pulmonal terhadap
miokardium untuk
N:80-100x/menit aktivitas, catat takikardi,
meningkatkan volume
S: 36,5◦C-37,5◦C disritmia, dispnea,
sekuncup selama aktivitas,
RR: 16-20 x/menit. berkeringat, pucat.
dapat menyebabkan
peningkatan segera pada
frekwensi jantung dan
29
kebutuhan oksigen, juga
meningkatkan kelelahan
dan kelemahan.
3. Dapat menunjukkan
3. Evaluasi peningkatan meningkatan dekompensasi
intoleran aktivitas. jantung dari pada kelebihan
aktivitas.
30
rehabilitasi jantung atau aktivitas menghindari kerja
aktivitas jantung. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung
dibawah stress, bila disfusi
jantung tidak dapat
membaik kembali.
31
4. Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Semua
tindakan keperawatan dicatat dalam format yang telah ditetapkan oleh
institusi (Aziz, 2017).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai ke efektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif
ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisi data dan perencanaa (Aziz, 2017)
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesinpulan
Syok Kardiogenik merupakan keadaan gawat darurat jantung yang
disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah
jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.syok kardiogenik
disebabkan oleh gangguan fungsi jantung, ditandai dengan nadi lemah,
penurunan tekanan rerata arteri (MAP) <65 mmHg, peningkatan LVEDP (>18
mmHg), dan penurunan curah jantung CO <3,2 L/menit.
Gambaran syok pada umumnya seperti takikardi, oliguria, vasokondriksi
verifier, asidosis metabolic merupakan gambaran klinik pada syok kardiogenik.
Penanganan dari syok kardiogenik salah satunya dengan melakukan bedress total
dan melakukan menajemen stress.
3.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, kami dapat menyampaikan saran yang sekiranya
dapat bermanfaat. Adapun saran dari kami, yaitu :
1. Perawat diharapkan selalu berpedoman pada SOP dan kode etik keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan;
2. Perawat diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.
33
DAFTAR PUSTAKA
34