Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN II

METODE PEMERIKSAAN PENYEBAB PENYAKIT

PATOGENESIS PENYAKIT (ANEMIA)

DISUSUN OLEH:

NAMA: IKA PRATIWI

NIM: 2109200414201006

Dosen Pengampu

Ns. Al Edi Dawu S.kep

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik, dan inayahnya
kepada kita semua. Sehingga saya bias menjalani kehidupan ini sesui dengan ridhonya. Syukur
Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini saya
beri judul “konsep holistic care, konsep berubah dan konsep system dan pendekatan system.”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa'at kelak di
Yaumul Akhir. Dan kepada kami yang terlibat dalam pembuatan makalah ini hingga selesai.

Makalah ini bukalah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan,
baik dalam isi maupun sistematikka dan teknik penulisan. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya
semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Amiin

Ranomeeto, 15 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….………….ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………....iii

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………....1


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………..2
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………... …2

BAB 2 PEMBAHASAN ………………………………………………………………….….3

2.1 Konsep Holistic care ……………………………………………………………..3

2.2 Konsep Berubah ……………………………………………………..…………..4

2.3 Konsep Sistem dan Pendekatan Sistem …………………………………………..8

BAB 3 PENUTUP …………………………………………………………………………...14

1.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………14


1.2 Saran ……………………………………………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………..15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan penurunan jumlah hemoglobin darah masih menjadi permasalahan


kesehatan saat ini, serta merupakan jenis malnutrisi dengan prevalensi tertinggi di dunia. Hal ini
ditunjukkan dengan masuknya anemia ke dalam daftar Global Burden of Disease dengan jumlah
penderita sebanyak 1,159 miliar orang di seluruh dunia (sekitar 25 % dari jumlah penduduk dunia).
Sekitar 50% dari semua penderita anemia mengalami defisiensi besi (Mairita dkk, 2018).

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya
terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan dua milyar
dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. World Health Organization (WHO)
menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern, kelompok
yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil, anak usia sekolah, dan remaja
(WHO, 2016).

Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada
nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Penyebab anemia pada
negara dengan prevalensi anemia di atas 20% adalah anemia defisiensi Fe atau kombinasi
defisiensi Fe. Anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel - sel
darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu adalah anemia gizi besi. Di Indonesia 2
Prevalensi anemia pada kelompok umur 5 –14 tahun adalah 26,4% dan pada kelompok umur 15 –
24 tahun adalah 18,4%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan metode pemeriksaan penyebab penyakit anemia
2. Jelaskan Patogenesis penyakit anemia

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui metode pemeriksaan penyebab penyakit
2. Untuk mengetahui pathogenesis penyakit anemia

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mampu mempermudah penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang konsep
patologi dan patofisiologi.
2. Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat.

1
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Metode Pemeriksaan Penyebab Penyakit Anemia

2.1.1 Pemeriksaan Anemia

Anemia merupakan kondisi medis yang ditandai dengan kurangnya sel darah merah atau
hemoglobin di dalam tubuh. Karena itu, penyakit ini juga sering disebut kurang darah. Penyakit
anemia dapat disebabkan oleh banyak hal. Penting untuk menentukan penyebabnya agar
pengobatan bisa diberikan dengan tepat.

Berikut beberapa jenis anemia berdasarkan penyebabnya:

 Anemia defisiensi besi


Kondisi ini disebabkan oleh kadar zat besi yang rendah dalam darah. Anemia defisiensi
besi seringkali terjadi karena tubuh kehilangan banyak darah. Misalnya, menstruasi yang
deras atau pendarahan saluran cerna.
 Anemia defisiensi vitamin
Jenis anemia ini disebabkan oleh tubuh yang kekurangan vitamin B12, asam folat, atau
vitamin C.
 Anemia aplastik
Anemia aplastik terjadi karena sumsum tulang belakang gagal memproduksi sel-sel darah.
 Anemia hemolitik
Anemia ini disebabkan oleh tubuh yang menghancurkan sel-sel darah merah sebelum
waktunya.
 Anemia sel sabit
Penyakit keturunan ini ditandai dengan sel darah merah berbentuk tidak normal, yakni
seperti bulan sabit.
 Talasemia
Talasemia juga termasuk penyakit keturunan. Kondisi ini ditandai dengan kelainan bentuk
hemoglobin, sehingga sel darah merah hancur sebelum waktunya.

Pemeriksaan anemia dilakukan melalui tes darah untuk membantu dokter dalam mendiagnosis
jenis anemia dan mencari tahu penyebab yang mendasarinya.

2.1.2 Apa saja jenis pemeriksaan anemia?

Beberapa jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan meliputi:

 Tes darah lengkap


 Tes kadar retikulosit
 Apus darah tepi
2
Sementara pemeriksaan tambahan lainnya bisa berupa:

 Tes zat besi, vitamin B12, dan asam folat


 Elektroforesis hemoglobin

2.1.3 Kenapa pemeriksaan anemia diperlukan?

Anemia dapat disebabkan oleh banyak hal dan memiliki tingkat keparahan yang bervariasi pada
tiap penderita.

Dengan menjalani pemeriksaan anemia, dokter dapat menentukan jenis anemia, penyebab yang
mendasari, serta tingkat keparahannya. Hal ini penting dilakukan karena pengobatan anemia
tergantung pada penyebabnya.

2.1.4 Siapa yang membutuhkan pemeriksaan anemia?

Pemeriksaan anemia dianjurkan oleh dokter pada orang yang mengalami gejala-gejala anemia.
Gejala tersebut umumnya meliputi:

1. Gejala anemia yang umum

 Rasa lelah
 Kurang bertenaga
 Kulit yang pucat
 Pusing dan sakit kepala

2. Gejala enamia yang parah

Pada penderita anemia berat, gejalanya bisa berupa:

 Kedinginan
 Mati rasa pada tangan dan kaki
 Sesak napas
 Denyut jantung yang cepat atau tidak teratur
 Nyeri dada

2.1.5 Bagaimana pemeriksaan anemia dilakukan?

Pemeriksaan anemia membutuhkan pengambilan sampel darah oleh tenaga medis. Berikut
prosedurnya:

 Tenaga medis akan membersihkan lokasi pengambilan darah (biasanya pada siku bagian
dalam) pasien dengan cairan antiseptik. Langkah ini akan membunuh kuman di permukaan
kulit, sehingga mencegah infeksi.
 Lengan atas akan diikat dengan perban elastis agar aliran darah di lengan dapat terkumpul
dan pembuluh darah vena mudah ditemukan.
3
 Setelah vena ditemukan, darah akan diambil dengan cara menyuntikkan jarum steril ke
pembuluh darah.
 Tabung khusus lalu dipasang di belakang jarum suntik untuk enampung darah pasien.
 Ketika jumlah darah sudah cukup, jarum akan dilepas dan bagian yang ditusuk akan ditutup
dengan perban steril.
 Proses pengambian darah biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit. Pasien
mungkin akan merasa sedikit nyeri saat jarum disuntikkan atau dilepaskan.

2.1.6 Seperti apa hasil pemeriksaan anemia?

Hasil pemeriksaan anemia tergantung pada jenis pemeriksaannya. mari simak penjelasan di bawah
ini:

1. Tes darah lengkap

Anemia biasanya dideteksi dari tes darah rutin. Tes ini disebut tes darah lengkap dan akan
menghitung jumlah serta proporsi sel darah dalam pembuluh darah. Pada penderita anemia,
beberapa komponen tes darah lengkap akan menunjukkan hasil tidak normal. Komponen ini
meliputi:

 Kadar sel darah merah yang rendah


 Kadar hemoglobin yang rendah
 Kadar hematokrit yang rendah
 Indeks sel darah merah yang tidak normal

Indeks sel darah merah terdiri atas mean corpuscular volume (MCV), mean corpuscular


hemoglobin (MCH), dan mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC). Indeks sel darah
merah dapat memberi gambaran terkait ukuran sel darah merah dan kadar hemoglobin dalam sel
darah merah. Karakteristik ini akan membantu dokter untuk menentukan jenis anemia.

2. Apus darah tepi dan hitung jenis

Ketika hasil tes darah lengkap menunjukkan adanya anemia, dokter akan melakukan pemeriksaan
lanjutan berupa apus darah tepi dan hitung jenis sel darah putih. Lewat kedua pemeriksaan
tersebut, dokter dapat melihat bentuk sel darah merah sekaligus ada tidaknya sel abnormal dalam
darah. Dengan ini, dokter dapat mendiagnosis jenis anemia yang dialami oleh pasien.

3. Hitung kadar retikulosit

Retikulosit adalah sel darah merah yang masih muda. Pemeriksaan ini juga bertujuan menentukan
penyebab dan jenis anemia. Misalnya, pasien dengan kadar retikulosit rendah bisa menandakan
gangguan produksi sel darah merah di sumsum tulang belakang.

4. Tes zat besi

4
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis anemia defisiensi besi. Secara umum, tiga jenis tes
zat besi berikut yang bisa dijalani oleh pasien:

 Tes besi serum untuk mengukur jumlah zat besi dalam darah.
 Tes feritin serum untuk mengukur jumlah protein yang membantu dalam menyimpan zat
besi dalam tubuh.
 Tes transferin untuk memeriksa seberapa baik zat besi diangkut dalam darah. Tes ini juga
dikenal dengan nama total iron-binding capacity test (TIBC).

5. Hitung kadar vitamin B12 dan asam folat

Vitamin B12 dan B9 (folat) diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Jika kadar kedua
vitamin ini menunjukan angka di bawah normal, dokter bisa mendiagnosis pasien dengan anemia
defisiensi B12 dan folat.

6. Elektroforesis hemoglobin

Tes elektroforesis hemoglobin dilakukan untuk mengevaluasi bentuk hemoglobin yang tidak
normal. Hal ini ditemukan pada penderita talasemia dan anemia sel sabit.

2.1.7 Apa yang harus dilakukan bila hasil pemeriksaan anemia tidak normal?

Bila hasil pemeriksaan anemia menandakan adanya kelainan, dokter mungkin bisa menganjurkan
pemeriksaan penunjang lain untuk memastikan penyebab anemia. Sebagai contoh, bila pemdarahan
diyakini sebagai penyebab anemia, dokter akan melakukan prosedur endoskopo untuk memeriksa
tanda-tanda pendarahan di saluran pencernaan atas.

Kolonoskopi juga mungkin dilakukan guna mencari tanda perdarahan atau kelainan lain dalam
usus besar. Sampel sel dan sumsum tulang pun dapat diambil untuk memeriksa produksi sel darah.
Tak hanya itu, dokter bisa melakukan pemeriksaan pencitraan untuk mengevaluasi penyebab
anemia lebih lanjut. Pemeriksaan ini umumnya meliputi rontgen dada, ultrasonografi, CT scan,
maupun MRI.

Setelah penyebab anemia ditemukan, dokter akan melakukan langkah pengobatan yang sesuai
dengan diagnosis dan tingkat keparahannya.

2.1.8 Apa saja risiko pemeriksaan anemia?

Pemeriksaan anemia melibatkan pengambilan sampel darah yang memiliki beberapa risiko di
bawah ini:

 Perdarahan
 Penusukan jarum yang diulang beberapa kali untuk menemukan pembuluh darah vena
 Memar karena darah menumpuk di bawah kulit
 Infeksi

5
 Pusing seperti melayang
 Pingsan

2.2 Patogenesis Penyakit Anemia

2.2.1 Definisi Anemia

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis
yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.

Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah yang ditandai
dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal.Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria , maka
pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita , wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan
anemia.Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.

 Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.


 Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.
 Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.

Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah , setiap ganguan pembentukan sel darah merah
,baik ukuran maupun jumlahnya,dapat menyebabkan terjadinya anemia.ganguan tersebut dapat
terjadi ‘’pabrik’’ pembentukan sel (sumsum tulang)maupun ganguan karena kekurangan
komponen penting seperti zat besi , asam folat maupun vitamin B 12. (Soebroto Ikhsan,Cara
Mudah Mengatasi Problem Anemia,Cetakan 1, Yogyakarta 2009)

2.2.2 Penyebab Anemia

Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau gangguan
penyerapan nutrisi oleh usus. Juga adapat menyebabkan seseorang mengal;ami kekurangan darah.
Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui, jika asupan zat besi berkurang, besar
kemungkinan akan terjadi anemia. Pendarahan saluran pencernaan, kebocoran pada saringan darah
di ginjal, menstruasi yang berlerbihan, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi dengan gizi
yang baik dapat mjemiliki resiko anemia.

6
Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada saat terjadi pendarahan
yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak transfusi darah merupakan tindakan penanganan
terutama jika terjadi pendarahan akut. Pendarahan teresebut biasanya tidak kita sadari. Pengeluaran
darah biasanya berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam waktu yang lama.Berikut ini tiga
kemungkinan dasar penyebab anemia :

1. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan.


Bisa disebut anemia hemolitik ,muncul saat sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari
normal (umur sel darah merah normalnya 120 hari).Sumsum tulang penghasil sel darah
merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah.
2. Kehilangan darah.
Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia karena perdarahan berlebihan,pembedahan
atau permasalahan dengan pembekuan darah.Kehilangan darah yang banyak karena
menstruasi pada remaja atau perempuan juga dapat menyebabkan anemia.Semua faktor ini
akan meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi ,karena zat besi dibutuhkan untuk
membuat sel darah merah baru.
3. Produksi sel darah merah yang tidak optimal.
Ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darh merah dalam jumpah
cukup.ini diakibatkan infeksi virus,paparan terhadap kimia beracun atau obat-
obatan(antibiotic, antikejang atau obat kanker).

2.2.3 Gejala Anemia

 Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di antaranya:


 Lemah ,letih,lesu ,mudah lelah dan lunglai.
 Wajah tampak pucat.
 Mata berkunang-kunang.
 Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.
 Sering sakit.
 Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat atau berkurangnya warna
merah muda pada bibir dan bawah kuku.Perubahan ini dapat terjadi perlahan-lahan
sehingga sulit disadari.
 Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah merah ,makaterdapat gejala
lain seperyi jaundice,warna kuning pada bagian putih mata ,pembesaran limpa dan warna
urin seperti teh.

2.2.4 Jenis-jenis Anemia

a) Anemia Defisiensi zat besi

Anemia yang paling banyak terjadi adalah anemia akibat kurangnya zat besi . Zat besi
merupakan bagian dari molekul hemoglobin.Oleh sebab itu , ketika tubuh kekurangan zat besi ,
7
produksi hemoglobin akan menurun. Meskipun demikian , penurunan hemoglobin sebetulnya baru
akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe) dsala tubuh sudah benar-benar habis .Kurangnya zat besi
dalam tubuh bisa disebabkan banyak hal .Kekurangan zat besi pada bayi mungkin disebabkan
prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang menderita kekurangan zat besi.Pada
anak-anak mungkin disebabkan oleh asupan makanan yang kurang mengandung zat besi .
Sedabgkan pada orang dewasa , kurangnya zat besi pada prinsipnya hampir selalu disebabkan oleh
pendaraah menahun atau berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh.

Faktor resiko terjadinya anemia memang lebih besar pada perempuan di bandingkan kaum
pria. cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit daripada pria ,sedangkan kebutuhan
perharinya justru lebih tinggin .setiap harinya seorang wanita akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat
besi melalui ekskresi secara normal .pada saat mentruasi ,kehilangan zat besi bisa bartambah
hingga 1 mg lagi.

Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat pada saat hamil dan melahirkan .ketika
hamil seorang ibu di tuntut untuk memenuhi kebutuhan zat besi untuk dirinya,tetapi juga harus
memenuhi kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janinya.selain itu ,pendarahan saat melahirkan
juga dapat menyebabkan seorang ibu kehilangan banyak zat besi.

b) Anemia Defisiensi Vitamin C

Anemia karena kekurangan vitamin c adalah sejenis anemia yang jarang terjadi,yang
disebabkan oleh kekurangan vitamin c yang berat dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan
vitamin c biasanya adalah kurangnya asupan vitamin c dalam makanan sehari hari.

Salah satu fungsi vitamin c adalah membantu menyeret zat besi,sehingga jika terjadi kekurangan
vitamin c ,maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia. Untuk
mendiagnosa penyakit ini dilakukan pengukuran kadar vitamin c dalam darah. Pada anemia jenis
ini sum-sum tulang menghasilkan sel darah merah berukuran kecil.

c) Anemia Makrositik

Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau asam folat. Anemia
ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan berukuran besar (Makrositer) dengan kadar
hemoglobin per eritrosit yang normal atau lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau
Mean Corpuscular Volume merupakan salah satu karakteristik sel darah merah. Sekitar 90%
anemia makrositik yang terjadi adalah anemia pernisiosa.

Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan vitamin b12 juga
mempengaruhi sistem saraf,sehingga penderita anemia ini akan merasakan kesemutan ditangan dan
kaki ,tungkai dan kaki,dan tangan seolah mati rasa,serta kaki dalam bergerak.gejala lain yang dapat
terlihat diantaranya adalah buta warna tertentu,termasuk warna kuning dan biru,luka terbuka
dilidah atau lidah seperti terbakar,penurunan berat badan,warna kulit menjadi lebih
gelap,linglung,depresi,penurunan fungsi intelektual.

8
Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin untuk
anemia.pada contoh darah yang diperiksadibawah mikroskop ,tampak selah merah berukuran besar
.juga dapat dilihat perubahan sel darah putih dan trombosit,terutama jika penderita anemia dalam
jangka waktu yang lama.jiika diduga terjadi kekurangan ,maka dilakukan pengukuran kadar
vitamin b12 dalam darah.

d) Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih cepatdari
normal.umur sel darah merah normalnya 120 hari .pada anemia hemolitik,umur sel darah merah
lebih pendek sehingga sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan
tubuh akan sel darah merah.

e) Anemia Sel Sabit

Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan
sel darah merah yang berbentuk sabit ,kaku ,dan anemia hemolitik kronik.pada penyakit sel
sabit,sel darah merah memiliki hemoglobin(prootein pengangkut oksigen) yang bentuknya
abnormal,sehingga mengurangi jumlah oksigen dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi
seperti sabit.sel yang berbentuk sabit akan menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil
dalam limpa ,ginjal,otak,tulang,dan organ lainnya ,dan menyebabkan kurangnya pasokan oksigen
ke organ tersebut.sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah,kerusakan
organ ,bahkan sampai pada kematian.

f) Anemia Aplastik

Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam jiwa.

Anemia aplastik terjadi bila” pabrik”(sumsum tulang )pembuatan darah merah terganggu .Pada
anemia aplastik ,terjadi penurunan produksi sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit).Anemia
aplastik disebabkan oleh bahan kimia ,obat-obatan ,virus dan terkait dengan penyakit-penyakit
yang lain.

2.2.5 Pencegahan Primer pada Anemia

a) Pendidikan

Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan
Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang
cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar mengerti, harus diberikan pendidikan yang tepat
misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa
salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi. Asupan zat besi dari makanan dapat
ditingkatkan melalui tiga cara :

9
1) Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang semestinya
dikonsumsi.
2) Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan
mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa
mereduksi penyerapan zat besi.
3) peningkatan gizi berupa makan makanan yang mengandung vitamin zat bezi, seperti sayur-
sayuran (bayam, kangkung, jagung), telur, kismis.

b) Pola istirahat

Mengacu pada kegiatan/aktifitas yang mengakibatkan tubuh mengalami/beresiko terkena


anemia.menghindari kondisi dimana tubuh mengalami gangguan pembentukan sel darah
merah.dan istirahat yang dianjurkan adalah minimal 8 jam per hari.

c) Pola Hidup

menjaga agar sedikitnya jumlah hemoglobin dalam eritrosit. Kekurangan hemoglobin ini
menyebabkan kemampuan darah mengikat oksigen berkurang.

d) Pola Aktifitas

Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara
lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti
perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari
situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen. Melakukan tes darah secara
rutin untuk melihat profil darah dan mencegah terjadinya anemia.

e) Melakukan tes laboratorium

Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara anemia biasa dengan
anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam
folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.

2.2.6 Pencegahan Sekunder pada Anemia

a) . Pengawasan penyakit infeksi

Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak diingini.
Meskipun, jumlah episode penyakit tidak berhasil dikurangi, pelayanan pengobatan yang tepat
telah terbukti dapat menyusutkan lama serta beratnya infeksi. Tindakan yang penting sekali
dilakukan selama penyakit berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan
yang sehat selama dan sesudah sakit. Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya kesehatan
seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan. Jika
terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi, bahwa cacing tambang (Ancylostoma dan Necator)
serta Schistosoma yang menjadi penyebabnya. Sementara peran parasit usus yang lain terbukti

10
sangat kecil. Ada banyak bukti tertulis, bahwa parasit parasit dalam jumlah besar dapat menggaggu
penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu, parasit harus dimusnahkan secara rutin. Bagaimanapun
juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi dengan langkah pelenyapan sumber infeksi,
reinfeksi dapat terjadi sehingga memerlukan obat lebih banyak. Pemusnahan cacing itu sendiri
dapat efektif dalam hal menurunkan parasit, tetapi manfaatnya di tingkat hemoglobin sangat
sedikit. Jika asupan zat besi bertambah, baik melalui pemberian suplementasi maupun fortifikasi
makanan, kadar hemoglobin akan bertambah meskipun parasitnya sendiri belum tereliminasi.

b) Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi

Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti
pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh
dalam pencegahan defisiensi zat besi. Di negara industri, produk makana fortifikasi yang lazim
adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di negara
sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi garam, gula, beras dan saus
ikan.

c). Tranfusi Darah

Suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti kehilangan darah pasien. Darah yang tersimpan di
dalam kantong darah dimasukan ke dalam tubuh melalui selang infus.

d) . Pemberian tablet atau suntikan zat besi

Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi selama 3- 4 bulan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel darah merah hanya sekitar 3 bulan atau
kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120 hari, maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap
hari atau tubuh memerlukan 20 mg zat besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe) dari
makanan sebanyak itu setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet tambah darah sangat penting
dilakukan. Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi yang dapat menolong untuk
mengoreksi keadaan anemia gizi. Karena menurut hasil penelitian anemia gizi di Indonesia
sebagian besar disebabkan karena kekurangan zat besi.

e) .Melakukan tes laboratorium

Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara anemia biasa dengan
anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam
folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.

f). Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

11
2.2.7 Pencegahan Tersier pada Anemia

a. pemberian suntikan untuk


menghentikan
pendarahanpemberian
suntikan untuk
menghentikan pendarahan
seperti vitmin B12 atau B
kompleks.
b. Mengonsumsi bahan
makanan sumber utama zat
besi, asam folat, vitamin
B6, dan vitamin B12
seperti daging dan sayuran
sesuai kecukupan gizi yang
dianjurkan.
c. Melakukan tes
laboratorium untuk
mengetahui kandungan
B12 dalam darah sehingga
bisa membedakan antara
anemia biasa dengan
anemia pernicious. Bila
ternyata kadar vitamin B12
normal, maka dapat
dilakukan pemberian asam
folat dengan dosis 0,1-1,0
mg/hari.
d. Mengkonsumsi Suplemen
asam folat dapat
merangsang pembentukan
sel darah merah.
e. Menjaga kondisi dimana
tubuh kekurangan zat gizi
yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain
besi, vitamin B12 dan asam
folat. Selebihnya
merupakan akibat dari
beragam kondisi seperti
perdarahan, kelainan
genetik, penyakit kronik,
12
keracunan obat, dan
sebagainya. Menghindari
situasi kekurangan oksigen
atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen.

Pengobatan Anemia

Perlu diketahui, anemia hanyalah sebuah gejala dan menemukan penyebabnya adalah langkah
penting dalam penanganan anemia.Pada dasarnya pengobatan akan disesuaikan dengan penyebab
terjadinya anemia .

BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pengobatan Holistic adalah pengobatan dengan menggunakan konsep menyeluruh, yaitu


keterpaduan antara jiwa dan raga, dengan metode alamiah yang ilmiah, serta ilahia yang mana
tubuh manusia merupakan keterpaduan sistem yang sangat kompleks, dan saling berinteraksi satu
sama lainnya dengan sangat kompak dan otomatis terganggunya satu fungsi/ elemen / unsur tubuh
manusia dapat mempengaruhi fungsi yang lainnya. Keterkaitan antara jiwa dan raga tidak
terpisahkan, sebagaimana dikenal bahwa : Didalam raga yang sehat terdapat jiwa yang sehat, dan
juga sebaliknya jiwa yang sehat dapat membentuk raga yang sehat. Dan Pembentukan Jiwa yang
sehat adalah dengan berserah diri secara penuh dan ikhlas kepada Sang Pencipta dan Penguasa
Jagat Raya, yang memiliki segala sesuatu, dan penentu segala sesuatu, Allah SWT.

Pengertian holisme Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan
keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual.

Proses berubah bersifat integral dengan banyak bidang keperawatan, seperti pendidikan
kesehatan, perawatan pasien, dan promosi kesehatan. Proses berubah ini melibatkan individu,
13
keluarga, komunitas, organisasi, keperawatan profesi, dan seluruh sistem pemberian perawatan
kesehatan.

Perubahan dipandang sebagai suatu yg positif/negative, terjadi ketakutan, kebingungan,


kegagalan. Bisa dipandang sebagai suatu motivator dalam meningkatkan prestasi atau penghargaan
Kadang-kadanghdipandang sbg sesuatu yg mengancam keberhasilan, hilangnya penghargaan yg
selama ini didapat misal: uang, kedudukan, prestasi.

Yang di maksud dengan pelayanan kesehatan adalah sebuah upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

3.2 Saran

Berdasarkan apa yang telah kami tulis dalam makalah ini, penulis masih banyak informasi
yang belum diketahui. Jadi, jika ada yang perlu ditambahkan dan memperjelas dalam makalah ini,
maka penulis menerimanya dan memohon maaf sebesar-besarnya. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.(2007). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional.Jakarta:Salemba Medika.

Swanburg. (2001). Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM


Jakarta:

Hidayat, Aziz Alimul A.2007, Edisi 2.Pengantar konsep dasar keperawatan.Penerbit:Salemba


medika Surabaya.

A. Aziz Alimul Hidayat. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 3. Jakarta, Selemba Medika, 2008.

Nursalam (2001), Proses dan Dokumentasi keperawatan konsep dan praktek, salemba medika,
Jakarta.

Simamora, Roymond. 2009. Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan, Jakarta: EGC

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional Jakarta : EGC.

14
Prawitasari, Johana (1993) "Aspek Sosio - Psikologis Usia Lanjut di Indonesia",Buletin Penelitian
Kesehatan Universitas Gajah Mada,21,4,(73-83)

15
1

Anda mungkin juga menyukai