MAKALAH HEMATOLOGI
Disusun oleh:
Dosen pembimbing :
Tahun 2017/2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Penulis,
Fyvin Phatarina
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2.Rumusan masalah
1.3.Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang mengandung
hemoglobin untuk menyebarkan oksigen keseluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut
penderita biasanya akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas
secara optimal.
Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu pendek maupun panjang, dengan tingkat
keparahan ringan sampai berat. Pengobatan kondisi ini bervariasi tergantung pada
penyebabnya. Anemia dapat diobati dengan mengkonsumsi suplemen secara rutin atau
prosedur pengobatan khusus.
Penyakit anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah lebih rendah
dari jumlah normal. Anemia juga bisa terjadi jika sel-sel darah merah tidak mengandung
cukup hemoglobin. Hemoglobin adalah protein kaya zat besi yang memberikan warna merah
pada darah. Protein ini membantu sel-sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru
keseluruh tubuh.
6
2.3. Pengertian anemia sel sabit
Anemia sel sabit (Sickle cell Anemia) merupakan penyakit kekurangan sel darah merah
normal yang disebabkan oleh kelainan genetik pada tubuh manusia dimana sel-sel darah
merah berbentuk sabit. Sel darah merah normal berbentuk lingkaran, pipih di bagian
tengahnya, sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan mudah dan
memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk sabit
untuk melewati pembuluh darah, terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit atau
pada persimpangan pembuluh darah. Hal ini disebabkan oleh bentuknya yang seperti bulan
sabit dapat tersangkut pada pembuluh darah, sehingga dapat menyumbat pembuluh darah
dan menyebabkan pasokan oksigen ke seluruh tubuh menjadi terhambat. Pada kondisi
seperti ini yang menyebabkan terjadinya anemia, selain itu sel sabit juga dapat menimbulkan
infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh, bahkan menyebabkan kematian. Untuk dapat
mengidentifikasi sel sabit di dalam darah, yang harus dilakukan adalah dengan cara
mengambil sampel darah penderita. Kemudian sampel darah tersebut diletakkan pada
preparat untuk kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop.
Penyakit sel sabit adalah sekelompok kelainan hemoglobin yang disebabkan oleh
pewarisan gen globin β. Anemia sel sabit homozigot (Hb SS) adalah sindrom berat yang
paling umum, sedangkan keadaan heterozigot ganda Hb SC dan Hb stal βjuga menyebabkan
penyakit sabit.
7
transkranial mendeteksi aliran darah yang tidak normal yang menunjukkan stenosis arteri.
Ini memprediksi stroke pada anak. Krisis vaso-oklusif ini sebagian besar dapat dicegah
dengan transfuse darah regular pada kasus-kasus ini.
2.4.2. Krisis sekuestrasi visceral
Ini disebabkan oleh pembentukan sabit dalam organ dan pengumpulan dan
pengumpulan darah, sering kali dengan eksaserbasi anemiayang berat. Sindrom rongga
dada sel sabit (sickle chest syndrome) akut adalah penyulit yang ditakuti dan merupakan
penyebab kematian tersering pascapubertas. Pasien datang dengan dispnea, Po2 arteri
yang menurun, nyeri dada dan infiltrat paru pada foto sinar X toraks. Pengobatan adalah
dengan analgesia, oksigen, transfusi tukar dan bantuan pernapasan jika perlu.
2.4.3. Krisis aplastik
Ini terjadi sebagai akibat infeksi parvovirus atau defisiensi folat dan ditandai oleh
penurunan kadar hemoglobin yang tiba-tiba, yang biasanya memerlukan transfuse. Krisis
aplastik ditandai oleh penurunan retikulosit dan hemoglobin.
2.4.4. Krisis hemolitik
Ini ditandai oleh peningkatan hemolisis dengan penurunan hemoglobin tetapi
retikulosit meningkat dan biasanya menyertai krisis yang nyeri.
Anemia sel sabit bukanlah penyakit menular. Kondisi ini disebabkan mutasi gen yang
diturunkan dari kedua orang tua (harus keduanya) atau disebut resesif autosomal. Sedangkan
anak yang mewarisi mutasi gen hanya dari salah satu orang tua hanya jadi pembawa penyakit
anemia sel sabit dan tidak menunjukkan gejala apa pun. Mutasi gen pada penderita anemia sel
sabit menyebabkan produksi sel darah merah dengan bentuk yang tidak normal, sehingga
menimbulkan berbagai gangguan pada tubuh.
Berdasarkan mutasi gen yang terjadi, terdapat beberapa jenis penyakit anemia sel sabit. Jenis
yang paling sering terjadi adalah penyakit haemoglobin SS di mana kedua orangtua menurunkan
salinan hemoglobin S. Jenis ini ditandai dengan gejala yang berat. Jenis penyakit sel sabit yang
menunujukkan gejala yang sama parahnya dengan haemoglobin SS adalah haemoglobin SB
8
0 (beta zero) thalassemia, bahkan dapat lebih parah. Jenis penyakit sel sabit yang ringan
adalah haemoglobin SB (beta) thalassemia, dan haemoglobin SC, SD, SE, atau SO.
Kemungkinan seorang anak terkena anemia sel sabit dengan kedua orang tua yang merupakan
pembawa penyakit ini adalah 25%. Artinya, 1 dari 4 anak berpeluang menderita anemia sel sabit.
Sementara 50% akan menjadi pembawa sifat yang tidak menunjukkan gejala, sama seperti orang
tuanya, dan 25% tidak mewarisi kelainan genetik ini sama sekali.
9
sehingga dapat mengarahkan ke pemeriksaan selanjutnya untuk melihat kemungkinan
komplikasi. Untuk mendiagnosis anemia sel sabit pada janin sejak dalam kandungan, dapat
dilakukan dengan pengambilan sampel air ketuban untuk mencari keberadaan gen sel sabit.
10
2.9.3. Penanganan nyeri. Untuk meredakan rasa nyeri ketika terjadi krisis sel sabit, antara lain
dengan:
o Mengompres bagian yang sakit dengan handuk hangat.
o Mengalihkan pikiran dari rasa sakit, misalnya dengan bermain video game,
menonton film, atau membaca buku.
o Minum banyak cairan untuk memperlancar aliran darah yang tersumbat.
o Mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas di apotek, seperti paracetamol.
Apabila rasa sakit belum juga hilang atau malah makin mengganggu, segera temui dokter.
Dokter dapat meresepkan obat pereda nyeri yang lebih kuat.
2.9.4. Mengatasi anemia. Untuk mengatasi gejala anemia, dokter akan memberi
suplemen asam folat yang dapat menstimulasi produksi sel darah merah. Jika anemia
tergolong berat, maka diperlukan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah.
2.9.5. Mengatasi pertumbuhan yang terhambat. Untuk penderita anemia sel sabit usia
remaja yang mengalami keterlambatan pubertas, dokter akan memberikan terapi hormon.
2.9.6. Pencegahan infeksi. Untuk mencegah risiko infeksi, dokter akan menganjurkan pasien
anemia sel sabit, terutama anak-anak, agar melengkapi vaksinasi. Selain vaksinasi, dokter
akan meresepkan antibiotik penisilin untuk jangka waktu yang lama. Sedangkan bagi
pasien dewasa yang sudah diangkat limpanya atau menderita pneumonia, maka
dianjurkan mengonsumsi antibiotik penisilin seumur hidup.
2.9.7. Pencegahan stroke. Untuk mencegah risiko stroke, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan transcranial doppler scan (TCD scan) atau dikenal juga dengan USG
Doppler karotis tiap tahun. Melalui pemeriksaan ini, tingkat kelancaran aliran darah di
dalam otak bisa dilihat.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Anemia sel sabit (Sickle cell Anemia) merupakan penyakit kekurangan sel darah merah
normal yang disebabkan oleh kelainan genetik pada tubuh manusia dimana sel-sel darah merah
berbentuk sabit. Sel darah merah normal berbentuk lingkaran, pipih di bagian tengahnya,
sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan mudah dan memasok
oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk sabit untuk melewati
pembuluh darah, terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit atau pada persimpangan
pembuluh darah. Hal ini disebabkan oleh bentuknya yang seperti bulan sabit dapat tersangkut
pada pembuluh darah, sehingga dapat menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan pasokan
oksigen ke seluruh tubuh menjadi terhambat. Pada kondisi seperti ini yang menyebabkan
terjadinya anemia, selain itu sel sabit juga dapat menimbulkan infeksi serius, dan kerusakan
organ tubuh, bahkan menyebabkan kematian. Untuk dapat mengidentifikasi sel sabit di dalam
darah, yang harus dilakukan adalah dengan cara mengambil sampel darah penderita. Kemudian
sampel darah tersebut diletakkan pada preparat untuk kemudian diamati dengan menggunakan
mikroskop.
3.2. Saran
Pada penyusunan makalah ini penulis menyarankan agar kedepannya jika menggunakan
judul yang sama dengan makalah ini maka penysusunan dari masalah-masalah yang ingin
dipecahkan lebih runtut lagi. Kemudian sumber-sumber yang digunkan dapat ditambah dan
diperdalam lagi. Sehingga pengupasan materi dapat lebih dalam dan lebih teliti kedepannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13