Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

VERITAS ET SCIENTIA NOBIS LUMEN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jl. Kol. H. Burlian Lrg. Suka Senang No. 204 KM 7 Palembang 30152
Telp. +62 711-412808 Fax. +62 711-415780 Email: fikes@ukmc.ac.id

MAKALAH HEMATOLOGI

“Pemeriksaan Laboratorium pada Anemia Sel Sabit”

Disusun oleh:

Fyvin Phatarina (1634006)

Dosen pembimbing :

dr. Hotman Sinaga, Sp.PK

Tahun 2017/2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang .......................................................................................... 4


1.2. Rumusan masalah ..................................................................................... 5
1.3.Tujuan ........................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian anemia ..................................................................................... 6


2.2. Nilai rujukan trigliserida ........................................................................... 6
2.3. Pengertian anemia sel sabit ....................................................................... 7
2.4. Gambaran klinis pada anemia sel sabit .................................................... 7
2.5. Penyebab anemia sel sabit ....................................................................... 8
2.6. Cara pemeriksaan anemia sel sabit ......................................................... 9
2.7. Temuan laboratorium pada anemia sel sabit ............................................ 9
2.8. Diagnosis pada pemeriksaan anemia sel sabit ......................................... 9
2.9. Cara megobati anemia sel sabit ................................................................ 10

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 12


3.2. Saran ........................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hematologi


dengan judul “Pemeriksaan Laboratorium pada Anemia Sel Sabit” di UNIKA
Musi Charitas program studi DIV Analis Kesehatan.

Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat bagi pembaca. Dan


penulis mengetahui bahwa tidak ada hal yang sempurna sehingga penulis dengan
berbesar hati menerima kritik dan saran demi makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Palembang, 24 Desember 2018

Penulis,

Fyvin Phatarina

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih
rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin”
(Wirjatmadi, Adriani, 2012). “Terdapat dua tipe anemia yang dikenal selama ini, yaitu
anemia gizi dan anemia non-gizi. Anemia gizi contohnya yaitu anemia gizi besi, anemia gizi
vitamin E, anemia gizi asam folat, anemia gizi vitamin B12, dan anemia gizi vitamin B6.
Sedangkan anemia non-gizi seperti anemia sel sabit, talasemia, dan anemia aplastik. Anemia
gizi disebabkan oleh karena tersedianya zat-zat gizi dalam tubuh yang berperan dalam
pembentukan sel darah merah (hemopoiesis). Zat-zat gizi yang berperan dalam hemopoiesis
adalah protein, berbagai vitamin dan mineral (Sulistyoningsih, 2010).
Anemia sel sabit (Sickle cell Anemia) merupakan penyakit kekurangan sel darah merah
normal yang disebabkan oleh kelainan genetik pada tubuh manusia dimana sel-sel darah
merah berbentuk sabit. Sel darah merah normal berbentuk lingkaran, pipih di bagian
tengahnya, sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan mudah dan
memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk sabit
untuk melewati pembuluh darah, terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit atau
pada persimpangan pembuluh darah. Hal ini disebabkan oleh bentuknya yang seperti bulan
sabit dapat tersangkut pada pembuluh darah, sehingga dapat menyumbat pembuluh darah
dan menyebabkan pasokan oksigen ke seluruh tubuh menjadi terhambat. Pada kondisi
seperti ini yang menyebabkan terjadinya anemia, selain itu sel sabit juga dapat menimbulkan
infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh, bahkan menyebabkan kematian. Untuk dapat
mengidentifikasi sel sabit di dalam darah, yang harus dilakukan adalah dengan cara
mengambil sampel darah penderita. Kemudian sampel darah tersebut diletakkan pada
preparat untuk kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop.

4
1.2.Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari anemia?


2. Bagaimana nilai rujukan pada Hb ?
3. Apa masalah klinis dari pemeriksaan anemia?
4. Apa pengertian anemia sel sabit?
5. Apa penyebab anemia sel sabit?
6. Bagaimana cara pemeriksaan anemia sel sabit?
7. Bagaimana temuan laboratorium pada pemeriksaan anemia sel sabit?
8. Bagaimana diagnosis pada pemeriksaan anemia sel sabit ?
9. Bagaimanan cara mengobati anemia sel sabit

1.3.Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari anemia?


2. Mengetahui nilai rujukan pada Hb ?
3. Mengetahui pengertian anemia sel sabit?
4. Mengetahui gambaran klinis dari pemeriksaan anemia sel sabit?
5. Mengetahui penyebab anemia sel sabit?
6. Mengetahui cara pemeriksaan anemia sel sabit?
7. Mengetahui temuan laboratorium pada pemeriksaan anemia sel sabit?
8. Mengetahui diagnosis pada pemeriksaan anemia sel sabit ?
9. Mengetahui cara mengobati anemia sel sabit

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian anemia

Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang mengandung
hemoglobin untuk menyebarkan oksigen keseluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut
penderita biasanya akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas
secara optimal.

Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu pendek maupun panjang, dengan tingkat
keparahan ringan sampai berat. Pengobatan kondisi ini bervariasi tergantung pada
penyebabnya. Anemia dapat diobati dengan mengkonsumsi suplemen secara rutin atau
prosedur pengobatan khusus.

Penyakit anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah lebih rendah
dari jumlah normal. Anemia juga bisa terjadi jika sel-sel darah merah tidak mengandung
cukup hemoglobin. Hemoglobin adalah protein kaya zat besi yang memberikan warna merah
pada darah. Protein ini membantu sel-sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru
keseluruh tubuh.

2.2. Nilai rujukan hemoglobin (Hb)


 Bayi baru lahir = 11-14 g/dL
 Bayi usia 1 bulan = 17-22 g/dL
 Anak (5-11 tahun) = 11-16 g/dL
 Dewasa pria = 14-18 g/dL
 Dewasa wanita = 12-16 g/dL
 Dewasa wanita hamil = 11-12 g/dL

6
2.3. Pengertian anemia sel sabit
Anemia sel sabit (Sickle cell Anemia) merupakan penyakit kekurangan sel darah merah
normal yang disebabkan oleh kelainan genetik pada tubuh manusia dimana sel-sel darah
merah berbentuk sabit. Sel darah merah normal berbentuk lingkaran, pipih di bagian
tengahnya, sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan mudah dan
memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk sabit
untuk melewati pembuluh darah, terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit atau
pada persimpangan pembuluh darah. Hal ini disebabkan oleh bentuknya yang seperti bulan
sabit dapat tersangkut pada pembuluh darah, sehingga dapat menyumbat pembuluh darah
dan menyebabkan pasokan oksigen ke seluruh tubuh menjadi terhambat. Pada kondisi
seperti ini yang menyebabkan terjadinya anemia, selain itu sel sabit juga dapat menimbulkan
infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh, bahkan menyebabkan kematian. Untuk dapat
mengidentifikasi sel sabit di dalam darah, yang harus dilakukan adalah dengan cara
mengambil sampel darah penderita. Kemudian sampel darah tersebut diletakkan pada
preparat untuk kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop.
Penyakit sel sabit adalah sekelompok kelainan hemoglobin yang disebabkan oleh
pewarisan gen globin β. Anemia sel sabit homozigot (Hb SS) adalah sindrom berat yang
paling umum, sedangkan keadaan heterozigot ganda Hb SC dan Hb stal βjuga menyebabkan
penyakit sabit.

2.4. Gambaran klinis pada pemeriksaan anemia sel sabit


Gambaran klinisnya adalah gambaran anemia hemolitik yang diselingi oleh krisis. Krisis
dapat menyumbat pembuluh darah (vaso-oklusif), visceral, aplastik, atau hemolitik.
2.4.1. Krisis vaso-oklusif
Ini adalah yang tersering dan dicetuskan oleh factor-faktor seperti infeksi,
asidosis, dehidrasi, atau deoksigenasi (missal tempat tinggi, oprasi, persalinan, stati
sirkulasi, pajanan terhadap dingin, olah raga berat). Infark yang menyebabkan nyeri yang
hebat terjadi ditulang-tulang (panggul, bahu, dan vertebra umumnya terkena). Jaringan
lunak yang terkena meliputi paru dan limpa. Krisis vaso-oklusif yang paling serius adalah
diotak (stroke terjadi pada 7% pasien) atau korda spinalis. Ultrasonografi Doppler

7
transkranial mendeteksi aliran darah yang tidak normal yang menunjukkan stenosis arteri.
Ini memprediksi stroke pada anak. Krisis vaso-oklusif ini sebagian besar dapat dicegah
dengan transfuse darah regular pada kasus-kasus ini.
2.4.2. Krisis sekuestrasi visceral
Ini disebabkan oleh pembentukan sabit dalam organ dan pengumpulan dan
pengumpulan darah, sering kali dengan eksaserbasi anemiayang berat. Sindrom rongga
dada sel sabit (sickle chest syndrome) akut adalah penyulit yang ditakuti dan merupakan
penyebab kematian tersering pascapubertas. Pasien datang dengan dispnea, Po2 arteri
yang menurun, nyeri dada dan infiltrat paru pada foto sinar X toraks. Pengobatan adalah
dengan analgesia, oksigen, transfusi tukar dan bantuan pernapasan jika perlu.
2.4.3. Krisis aplastik
Ini terjadi sebagai akibat infeksi parvovirus atau defisiensi folat dan ditandai oleh
penurunan kadar hemoglobin yang tiba-tiba, yang biasanya memerlukan transfuse. Krisis
aplastik ditandai oleh penurunan retikulosit dan hemoglobin.
2.4.4. Krisis hemolitik
Ini ditandai oleh peningkatan hemolisis dengan penurunan hemoglobin tetapi
retikulosit meningkat dan biasanya menyertai krisis yang nyeri.

2.5. Penyebab anemia sel sabit

Anemia sel sabit bukanlah penyakit menular. Kondisi ini disebabkan mutasi gen yang
diturunkan dari kedua orang tua (harus keduanya) atau disebut resesif autosomal. Sedangkan
anak yang mewarisi mutasi gen hanya dari salah satu orang tua hanya jadi pembawa penyakit
anemia sel sabit dan tidak menunjukkan gejala apa pun. Mutasi gen pada penderita anemia sel
sabit menyebabkan produksi sel darah merah dengan bentuk yang tidak normal, sehingga
menimbulkan berbagai gangguan pada tubuh.

Berdasarkan mutasi gen yang terjadi, terdapat beberapa jenis penyakit anemia sel sabit. Jenis
yang paling sering terjadi adalah penyakit haemoglobin SS di mana kedua orangtua menurunkan
salinan hemoglobin S. Jenis ini ditandai dengan gejala yang berat. Jenis penyakit sel sabit yang
menunujukkan gejala yang sama parahnya dengan haemoglobin SS adalah haemoglobin SB

8
0 (beta zero) thalassemia, bahkan dapat lebih parah. Jenis penyakit sel sabit yang ringan
adalah haemoglobin SB (beta) thalassemia, dan haemoglobin SC, SD, SE, atau SO.

Kemungkinan seorang anak terkena anemia sel sabit dengan kedua orang tua yang merupakan
pembawa penyakit ini adalah 25%. Artinya, 1 dari 4 anak berpeluang menderita anemia sel sabit.
Sementara 50% akan menjadi pembawa sifat yang tidak menunjukkan gejala, sama seperti orang
tuanya, dan 25% tidak mewarisi kelainan genetik ini sama sekali.

2.6. Cara pemeriksaan anemia sel sabit


Diagnosis anemia sel sabit dilakukan dengan pemeriksaan analisis Hb untuk melihat
keberadaan haemoglobin S atau hemoglobin cacat yang menyebabkan anemia sel sabit.
Jumlah dari Hb yang normal juga akan diperiksa untuk menentukan seberapa berat anemia,
sehingga dapat mengarahkan ke pemeriksaan selanjutnya untuk melihat kemungkinan
komplikasi. Untuk mendiagnosis anemia sel sabit pada janin sejak dalam kandungan, dapat
dilakukan dengan pengambilan sampel air ketuban untuk mencari keberadaan gen sel sabit.

2.7. Temuan laboratoriun pada pemeriksaan anemia sel sabit


2.7.1. Hemoglobin umumnya berkisar 6-9 g/dL – rendah deibandingkan dengan gejala anemia.
2.7.2. Sel-sel sabit dan sel-sel target ditemukan dalam darah. Gambaran atrofi limpa ( missal
badan Howell-Jolly) juga dapat ditemukan.
2.7.3. Uji saring untuk pebentukan sabit positif jika darah mengalami deoksigenasi (misal
dengan ditionat dan Na2HPO4)
2.7.4. HPLC atau elektroforesis hemoglobin pada Hb SS, tidak ada HbA yang terdeteksi.
Jumlah HbF bervariasi dan biasanya berkisar antara 5-15%, jumlah yang lebih besar
umumnya disertai dengan kelaina yang lebih ringan.

2.8. Diagnosis pada pemeriksaan anemia sel sabit


Diagnosis anemia sel sabit dilakukan dengan pemeriksaan analisis Hb untuk melihat
keberadaan haemoglobin S atau hemoglobin cacat yang menyebabkan anemia sel sabit.
Jumlah dari Hb yang normal juga akan diperiksa untuk menentukan seberapa berat anemia,

9
sehingga dapat mengarahkan ke pemeriksaan selanjutnya untuk melihat kemungkinan
komplikasi. Untuk mendiagnosis anemia sel sabit pada janin sejak dalam kandungan, dapat
dilakukan dengan pengambilan sampel air ketuban untuk mencari keberadaan gen sel sabit.

2.9. Cara menobati anemia sel sabit


Penyakit anemia sel sabit umumnya memerlukan pengobatan seumur hidup. Penanganan
anemia sel sabit sejauh ini bertujuan mencegah kekambuhan krisis sel sabit, meredakan
gejala, serta mencegah munculnya komplikasi. Adapun penanganan anemia sel sabit
meliputi:
2.9.1. Transplantasi sumsum tulang.Satu-satunya metode pengobatan yang bisa
menyembuhkan kondisi ini sampai tuntas hanyalah melalui transplantasi sumsum tulang.
Melalui metode ini, sumsum tulang penderita akan diganti dengan sumsum tulang yang
baru yang dapat menghasilkan sel-sel darah merah yang sehat. Namun metode ini
berisiko menimbulkan perlawanan dari tubuh terhadap sel hasil transplantasi, yang justru
dapat menyerang sel lain dalam tubuh. Mengingat risiko transplantasi sumsum tulang,
prosedur ini hanya dianjurkan pada penderita yang masih berusia di bawah 16
tahun, dengan komplikasi yang berat dan tidak memberikan respons terhadap pengobatan
lainnya.
2.9.2. Mengatasi krisis sel sabit. Penanganan untuk mengatasi krisis sel sabit yang utama
adalah dengan menghindari faktor pemicunya. Beberapa upaya untuk mencegah pemicu
adalah dengan minum banyak cairan untuk menghindari dehidrasi, mengenakan pakaian
yang cukup hangat agar tidak kedinginan, menghindari perubahan suhu secara tiba-tiba,
tidak berolahraga berat, menghindari alkohol dan merokok, serta usahakan tetap tenang
dan tidak stres. Jika krisis sel sabit terus berlanjut, dokter akan
meresepkan hydroxyurea.Obat ini mampu menstimulasi tubuh untuk memproduksi satu
jenis hemoglobin bernama haemoglobin fetus (HbF) yang dapat mencegah pembentukan
sel sabit. Namun, obat ini dapat meningkatkan risiko terkena infeksi karena menurunkan
kadar sel darah putih dan diduga dapat berpengaruh buruk jika dikonsumsi dalam jangka
waktu panjang. Selain itu, obat ini juga tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil.

10
2.9.3. Penanganan nyeri. Untuk meredakan rasa nyeri ketika terjadi krisis sel sabit, antara lain
dengan:
o Mengompres bagian yang sakit dengan handuk hangat.
o Mengalihkan pikiran dari rasa sakit, misalnya dengan bermain video game,
menonton film, atau membaca buku.
o Minum banyak cairan untuk memperlancar aliran darah yang tersumbat.
o Mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas di apotek, seperti paracetamol.

Apabila rasa sakit belum juga hilang atau malah makin mengganggu, segera temui dokter.
Dokter dapat meresepkan obat pereda nyeri yang lebih kuat.

2.9.4. Mengatasi anemia. Untuk mengatasi gejala anemia, dokter akan memberi
suplemen asam folat yang dapat menstimulasi produksi sel darah merah. Jika anemia
tergolong berat, maka diperlukan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah.
2.9.5. Mengatasi pertumbuhan yang terhambat. Untuk penderita anemia sel sabit usia
remaja yang mengalami keterlambatan pubertas, dokter akan memberikan terapi hormon.
2.9.6. Pencegahan infeksi. Untuk mencegah risiko infeksi, dokter akan menganjurkan pasien
anemia sel sabit, terutama anak-anak, agar melengkapi vaksinasi. Selain vaksinasi, dokter
akan meresepkan antibiotik penisilin untuk jangka waktu yang lama. Sedangkan bagi
pasien dewasa yang sudah diangkat limpanya atau menderita pneumonia, maka
dianjurkan mengonsumsi antibiotik penisilin seumur hidup.
2.9.7. Pencegahan stroke. Untuk mencegah risiko stroke, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan transcranial doppler scan (TCD scan) atau dikenal juga dengan USG
Doppler karotis tiap tahun. Melalui pemeriksaan ini, tingkat kelancaran aliran darah di
dalam otak bisa dilihat.

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Anemia sel sabit (Sickle cell Anemia) merupakan penyakit kekurangan sel darah merah
normal yang disebabkan oleh kelainan genetik pada tubuh manusia dimana sel-sel darah merah
berbentuk sabit. Sel darah merah normal berbentuk lingkaran, pipih di bagian tengahnya,
sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan mudah dan memasok
oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk sabit untuk melewati
pembuluh darah, terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit atau pada persimpangan
pembuluh darah. Hal ini disebabkan oleh bentuknya yang seperti bulan sabit dapat tersangkut
pada pembuluh darah, sehingga dapat menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan pasokan
oksigen ke seluruh tubuh menjadi terhambat. Pada kondisi seperti ini yang menyebabkan
terjadinya anemia, selain itu sel sabit juga dapat menimbulkan infeksi serius, dan kerusakan
organ tubuh, bahkan menyebabkan kematian. Untuk dapat mengidentifikasi sel sabit di dalam
darah, yang harus dilakukan adalah dengan cara mengambil sampel darah penderita. Kemudian
sampel darah tersebut diletakkan pada preparat untuk kemudian diamati dengan menggunakan
mikroskop.

3.2. Saran
Pada penyusunan makalah ini penulis menyarankan agar kedepannya jika menggunakan
judul yang sama dengan makalah ini maka penysusunan dari masalah-masalah yang ingin
dipecahkan lebih runtut lagi. Kemudian sumber-sumber yang digunkan dapat ditambah dan
diperdalam lagi. Sehingga pengupasan materi dapat lebih dalam dan lebih teliti kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hoffbrand,A.V, P.A.H Moss.2011.“Kapita Selekta Hematologi”. Penerbit Buku Kedokteran.


Jakarta:EGC.
Permaesih,Dewi, Susilowati Herman.”Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada
remaja”.Jurnal Ilmu Kesehatan. 4. (2005).
Nur Safitri, Riska, Fariani Syahrul. “Resiko Paparan Asap Rokok Terhadap Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil”. Jurnal Ilmu kesehatan. 3.3. (2015).
Purwandari, Atik, Freike Lumy, Feybe Polak. “Faktor-Faktor yang Behubungan Dengan
Kejadian Anemia”. Jurnal Ilmu Kesehatan. 4.1. (2016).
Subekti,Imam, I Ketut Eddy Purnama, Mauridhi Hery Purnomo. “Identifikasi Sel Darah
Berbentuk Sabit Pada Citra Sel Darah Penderita Anemia”. Jurnal Ilmu Kesehatan.

13

Anda mungkin juga menyukai