Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH HEMATOLOGI

ANEMIA

Dosen Pembimbing : Ns. Wiwik Sofiah,APP.,MKep

Disusun Oleh :

Sella Octaviani (19043)

Sendy Chaerunisya Salsabilah (19044)

Shellawati Maylani (19045)

Shifa Tiara Abrilia (19046)

Silmiah (19047)

Silvia Vivi Marviani (19048)

Siti Julaiha (19050)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA

Jl. Cumi No. 37 Tanjung Priok Jakarta Utara

TAHUN 2019//2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada

kami untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul Anemia tepat waktu.

Makalah Hematologi (Anemia) disusun guna memenuhi tugas pada bidang studi/mata kuliah

di Akademi Keperawatan Harum Jakarta. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini

dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang topik makalah.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku dosen mata

kuliah. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan

.kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses

penyusunan makalah ini.

kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 28 September 2020

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB 1........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................1
C. TUJUAN........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
A. PENGERTIAN.................................................................................................................3
B. MANIFESTASI KLINIS.....................................................................................................3
C. PATOFISIOLOGI.............................................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................................14
A. PENGKAJIAN PADA KLIEN ANEMIA.............................................................................14
A. MASALAH KEPERAWATAN.........................................................................................16
B. PRIORITAS KEPERAWATAN.........................................................................................16
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................................17
BAB VI....................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................18
A. KESIMPULAN..............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Darah mempunyai bagian utama : suatu cairan jernih yang dinamakan plama,
dan berbagai sel yang terapung dalam plasma : sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Darah beredar mengelilingi tubuh,
memasok jaringan dengan oksigen dan zat-zat gizi dan mengangkut zat-zat
sampah.Kebanyakan sel darah dibuat dalam sumsum tulang yang terdapat dalam
tulang tertentu, khususnya tengkorak, tulang belakang dan panggul.Dalam plasma
banyak terdapat zat-zat kimia seperti protein, yang dibentuk dalam hati
(hepar).Contoh darah dapat diambil dari tusukan pada jari atau tumit, atau dari
pembuluh balik dengan menggunakan jarum suntik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Anemia
2. Manifestasi Klinis Anemia
3. Patofisiologi Anemia
4. Pembagian macam-macam anemia yang sering terjadi pada anak, yang
meliputi : Pengertian, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis,
Penatalaksanaan
5. Pengkajian pada klien Anemia
6. Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada Anemia
7. Prioritas Keperawatan pada klien Anemia
8. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien yang menderita
Anemia
9. Rencana perawatan pada klien Anemia.

1
C. TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari Anemia
2. Agar dapat mengetahui tanda-tanda dari adanya Anemia
3. Untuk mengetahui perjalanan penyakit pada Anemia
4. Untuk mengetahui macam-macam Anemia yang sering terjadi pada anak-
anak yang umumnya sering terjadi pada masa-masa perutmbuhan.
5. Agar dapat mengetahui pengkajian pada klien Anemia
6. Diketahuinya masalah keperawatan yang mungkin muncul pada Anemia
7. Diketahuinya prioritas keperawatan pada Anemia
8. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada Anemia
9. Untuk mengetahui rencana perawatan pada klien Anemia.

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Anemia merupakan kondisi di mana seseorang tidak memiliki sel darah
merah dalam jumlah yang cukup untuk mengantarkan oksigen ke berbagai
jaringan yang terdapat di dalam tubuh.Mengalami anemia dapat membuat
seseorang merasa lelah dan lemas.Terdapat berbagai jenis dari anemia, dan
masing-masing memiliki penyebab yang berbeda.Anemia dapat terjadi sementara
atau dapat menetap selama jangka panjang, dan memiliki derajat keparahan yang
bervariasi dari ringan hingga berat. Terdapatnya anemia dapat disebabkan oleh
adanya kondisi kesehatan lain yang mendasarinya.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit
lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan
Ht < 41% pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita (Kapita selekta
kedokteran, 2001).

B. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala umum anemia antara lain : cepat lelah, takikardi, palpitasi, dan
takipnea pada latihan fisik.

C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi anemia terdiri dari :
1). Penurunan produksi : Anemia defisiensi, anemia aplastik, dll
2). Peningkatan penghancuran : Anemia karena perdarahan, anemia
hemolitk, dll.

A. PEMBAGIAN MACAM-MACAM ANEMIA YANG SERING TERJADI


PADA ANAK-ANAK

4
1. Anemia Defisiensi besi
A). Pengertian :
a) Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah
ini hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam
tubuh berkisar 2-4 g, kira-kira 50 mg/kg BB pada wanita.
Umumnya akan terjadi anemia dimorfik, karena selain
kekurangan Fe juga terdapat kekurangan asam folat (Kapita
Selekta Kedokteran, 2001).
b) Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk
pematangan eritrosit (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
c) Pada anak-anak, anemia defisiensi besi paling sering terjadi antara
usia 6 bulan sampai 3 tahun; remaja dan bayi prematur juga
beresiko (Keperawatan Pediatrik, 2005).
B). Etiologi :
Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik.
Di indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing
tambang (ankilostomiasis). Infestasi cacing tambang pada
seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan
anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia.
Penyebab lain dari anemia adalah :
a) Diet yang tidak mencukupi
b) Absorbsi yang menurun
c) Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi
d) Perdarahan pada saluran cerna, donor darah
e) Hemoglobulinuria
f) Penyimpanan besi yang kurang, seperti pada
hemosiderosis paru.
C). Pathofisiologi :
Anemia defisiensi terjadi dalam tiga tahap :
a) Tahap 1 dikarakteristikkan dengan depresi hemosiderin,
ferritin, dan penyimpanan zat besi lainnya yang terdapat
dalam sumsum tulang, hepar dan limpa.
b) Tahap 2 dikarakteristikkan dengan kurangnya
pengangkutan zat besi mengakibatkan penurunan
saturasi transferin zat besi.
c) Tahap 3 dikarakteristikkan dengan defisit transportasi
zat besi yang khas, yang menghambat produksi
hemoglobulin normal. Protoporfirin eritrosit meningkat,
dan reseptor transferin menjadi lebih banyak seagai
respon terhadap keadaan zat besi yang buruk.
D). Manifestasi Klinis :

5
Meskipun pada anak mungkin asimtomatik, berikut ini
merupakan tanda dan gejala umum anemia defisiensi zat besi :
a) Kulit pucat
b) Keletihan
c) Pika (nafsu makan abnormal untuk memakan yang
bukan makanan seperti tanah dan cat)
d) Sakit kepala, lesu, dan hampir pingsan
e) Iribilitasi
f) Proses pikir lambat, penurunan lapang perhatian, apatis
dan depresi.
E). Temuan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium :
a) HDL akan menyatakan SDM yang normal sampai adanya sedikit
penurunan, hemoglobin dan hematokrit rendah, penurunan MCV
(mikrositik), dan penurunan MCH (hipokromik).
b) Kadar protoporfirin eritrosit (EP, erythrocyte protoporphyrin)
lebih besar dari 35.
c) Uji zat besi akan menyatakan kapasitas besi serum rendah (SIC,
serum iron capacity), penurunan feritin serum, dan peningkatan
TIBC.
d) Hitung retikulosit dapat diperoleh 10 hari setelah terapi dimulai
untuk mengevaluasi efektivitas.
F). Penatalaksanaan Keperawatan :
1). Kaji adanya keletihan, intoleransi aktivitas, dan tanda-tanda lain
akibat kerusakan oksigenasi jaringan.
2). Berikan obat-obatan atau terapi yang direkomendasikan. Biasanya
pengobatan bertujuan untuk memperbaiki penyebab dasar, jika
memungkinkan.

Pilihan-pilihannya dapat mencakup :

a) Zat-zat besi oral (ferrous sulfate)


b) Zat besi parenteral (anak-anak yang mengalami malabsorpsi besi
atau hemoglobulinuria kronis)
c) Transfusi (untuk anemia berat, kasus-kasus infeksi berat,
disfungsi jantung, atau pembedahan darurat).
d) Tingkatkan asupan makanan kaya zat besi yang adekuat (misalnya
: sereal dan formula yang diperkaya zat besi; daging tanpa lemak;
ikan; sayuran berdaun hijau dan berwarna gelap; buncis; dan roti
gandum); anjurkan pemberian susu sebagai sumber makanan yang
dominan.

3). Berikan penyuluhan pada anak dan keluarga


a. Tekankan pemberian suplemen zat besi oral yang tepat

6
a) Berikan suplemen dua sampai tiga dosis bagi
dalam jumlah kecil cairan mengandung vitamin-C
(jus jeruk) di antara waktu makan untuk
meningkatkan absorpsi dan meminimalkan efek
samping.
b) Berikan zat besi tetes untuk bayi atau melalui
sedotan untuk anak yang lebih besar.
c) Gosok gigi anak setelah pemberian obat untuk
meminimalkan kerusakan gigi.
b. Jelaskan efek samping zat besi yang potensial, antara lain
mual dan muntah, diare atau konstipasi, feses berwarna hitam
atau hijau, dan peruabahan warna gigi.
c. Anjurkan orang tua untuk mewaspadai kecelakaan cedera
karena zat besi bersifat toksik dalam dosis berlebihan.
Berikan petunjuk penyimpanan suplemen zat besi yang
aman, jauhkan dari jangkauan anak-anak.
d. Diskusikan tindakan pencegahan infeksi melalui kebersihan
yang baik, nutrisi yang baik, dan istirahat yang adekuat.
4). Pemberian preparat Fe :
a. Fero sulfat 3 × 325 mg secara oral dalam
keadaan perut kosong, dapat dimulai dengan dosis
yang rendah dan dinaikan bertahap. Pada pasien
yang tidak kuat, dapat diberikan bersama makanan.
b. Fero glukonat 3 × 200 mg secara oral sehabis
makan. Bila terdapat intoleransi terhadap pemberian
preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga
tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara
parenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB)
untuk tiap g% penurunan kadar Hb dibawah normal.
c. Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml,
diberikan secara intramuskular mula-mula 50 mg,
kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis
total sesuai perhitungan. Dapat diberikan intravena,
mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila
dalam 3-5 menit tidak menimbulkan reaksi, boleh
diberikan 250-500 mg.

2. Anemia Aplastik
A). Pengertian :
Merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel
hematopeatik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan
trombosit akibat berhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam

7
sumsum tulang (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).Terjadi karena
ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel darah
(Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Anemia aplastik dikarakteristikkan dengan pansitopenia (anemia,
granulositopenia, dan trombositopenia) dan hipoplasia sumsum
tulang (Keperawatan Pediatrik, 2005).
B). Etiologi :
Anemia aplastik mungkin primer (kongenital) atau sekunder
(didapat).
a. Jenis-jenis primer antara lain :

a) Sindrom Fanconi diturunkan sebagai sifat resesif autosomal dan


dihubungkan dengan sitopenia dna anomali kongenital multipel.
b) Sindrom Blackfan-Diamond (anemia hipoplastik), suatu kondisi yang
jarang terjadi, dengan karakteristik destruksi SDM dan sedikit penurunan trombosit
dan SDP, transmisinya masih belum jelas.

b. Penyebab umum anemia aplastik yang didapat antara lain :


a) Idiopatik (penyebab tidak diketahui).
b) Terapi radiasi.
c) Obat-obatan, seperti kloramfenikol, metisilin, sulfonamida, taidis, dan
agens kemoterapeutik.
d) Agens toksik, seperti zat-zat kimia industri dan rumah tangga, termasuk
zat pewarna, lem, penghilang cat, intektisida, produk petroleum,dan benzen.
e) Infeksi, terutama hepatitis dan sepsis.
f) Infiltrasi dan penggantian jaringan mieloid (misal : leukimia dan
limfoma).
g) Defisiensi hemolitik, seperti penyakit sel sabit.
h) Keadaan alergi atau autoimun.

C). Patofisiologi
Pada anemia aplastik, penurunan kapasitas fungsional sumsum
tulang hipoplastik mengakibatkan pansitopenia.
Pensitopenia berat dapat menghasilkan perdarahan masif atau
infeksi.

D). Manifestasi Klinis

Pasien tampak pucat, lemah, mungkin timbul demam, purpura, dan


perdarahan.

Temuan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium : Terdapat


pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak, dan retikulosit

8
menurun. Pada pasien dengan anemia aplastik yang berat ditemukan
neutrofil kurang dari 500 ml, trombosit kurang dari 20.000/ml,
retikulosit kurang dari 1%, dan kepadatan selular sumsum tulang
kurang dari 20%.

E). Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan
etiologinya dari anemianya. Berbagai teknik pengobatan dapat
dilakukan, seperti :
a. Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila
diperlukan trombosit, berikan darah segar atau platelet
concentrate.
b. Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik. Higiene yang
baik perlu untuk mencegah timbulnya infeksi.
c. Kortikosteroid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada
perdarahan akibat trombositopenia berat.
d. Androgen, seperti fluokrimesteron, testosterone,
metandrostenolon, dan nondrolon. Efek samping yang
mungkin terjadi viriliasi, retensi air dan garam, perubahan
hati, dan amnore.
e. Immunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit.
Champlin, dkk menyarankan penggunaannya pada pasien >
40 tahun yang tidak dapat menjalani transplantasi sumsum
tulang dan pada pasien yang telah mendapatkan transfusi
berulang.
f. Transplantasi sumsum tulang.

3. Anemia Sel Sabit


A). Pengertian
Penyakit sel sabit (sickle cell disease) merupakan kelompok
penyakit yang bersifat hemolitik, genetik berat, kronis, dihubungkan
dengan hemoglobin S (Hb S), yang mentrasnformasikan SDM ke
dalam bentuk sabit (seperti bulan sabit) pada saat oksigenasi darah
menurun. Hemoglobin SS (anemia sel sabit) merupakan bentuk
paling umum dari penyakit sel sabit.
Anemia sel sabit ditemukan paling sering pada orang-orang
di pedalaman afrika, tetapi juga juga pada orang-orang mediterania,
karibia, amerika tengah dan selatan, arab, dan pedalaman Indian
timur. Anemia sel sabit merupakan hemoglobinopati yang paling
sering terjadi pada orang afrika amerika dan diperkirakan mencapai 1

9
setiap 375 kelahiran hidup.Ciri sel sabit merupakan gangguan
benigna dan bersifat carrier (Keperawatan Perdiatrik, 2005).
B). Etiologi
Penyakit sel sabit merupakan gangguan resesif
autosomal.Oleh karena itu, setiap anak memiliki 25% kesempatan
untuk menderita penyakit dari kedua orang tua yang menurunkan
sifat ini.

C). Patofisiologi
a. Hemoglobin abnormal (Hb S) menggantikan semua atau
sebagian hemoglobin A normal; di bawah keadaan
peningkatan tekanan oksigen dan pH rendah, SDM
mengalami perubahan bentuk dari yang bulat ke bentuk
bulan sabit.
b. Sel yang sabit tidak dapat meluncur dalam pembuluh darah
seperti halnya sel normal. Bentuk sel yang bersudut
menyebabkan gumpalan, trombosis, obstruksi arteri,
peningkatan viskositas darah, hemolisis, dan kadang-kadang
iskemia dan nekrosis jaringan.
c. Bersamaan dengan pembentukan sel sabit terjadi, perubahan
yang akut dan kronis berkembang dalam berbagai organ dan
struktur.

D). Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis bervariasi; beberapa karakteristik tanda dan gejala
antara lain :
a. Pembesaran limpa akibat kongesti sel sabit
b. Pembesaran dan nyeri tekan hepar akibat stasis darah
c. Hematirua
d. Ketidakmampuan untuk mengonsentrasikan urine
e. Enuresis
f. Sindrom nefrotik (kadang-kadang)
g. Kelemahan tulang
h. Daktilitis (pembengkakan simetris tangan dan kaki)
Masalah lain dapat mencakup :
a. Cedera serebrovaskular (CVA, cerebro vascular accident)
b. Infark miokard (IM)
c. Retardasi pertumbuhan
d. Hambatan kematangan seksual
e. Fertilitas menurun
f. Priapisme

10
g. Infeksi berat yang berulang (terutama dari organisme
pneumokokus dan salmonela).
Krisis sel sabit biasanya dicetuskan oleh infeksi, tetapi mungkin juga
oleh dehidrasi, demam, perjalanan flu, hipoksia, latihan fisik yang
berat, keletihan hebat, atau perubahan ketinggian ekstrim.
Krisis sel sabit dapat terjadi dalam berbagai bentuk :
a. Krisis vaso-okslusif merupakan bentuk yang paling umum
dan menyakitkan. Sel sabit menghambat pembuluh darah,
mengakibatkan demam, nyeri akut abdomen, daktilitis
(peradangan jari-jari tangan dan kaki), priapisme (ereksi
menyakitkan yang tidak diinginkan), dan artralgia tanpa
eksaserbasi anemia. Penatalaksanaan mencakup hidrasi,
penggantian elektrolit, tirah baring, dan antibiotik spektrum
luas. Transfusi dan oksigen digunakan untuk mengobati
kasus-kasus berat.
b. Sekuestrasi splenik (splenic sequestration) terjadi saat limpa
menampung sejumlah besar darah, yang menyebabkan
penurunan volume darah drastis dan syok. Kondisi ini
mengancam kehidupan pasien, dengan gejala-gejala antara
lain : pucat, iritabilitas distensi abdomen dan nyeri, hipotensi,
dan takikardia. Bentuk kronis disebut hipersplenisme.
Penanganannya antara lain transfusi dan splenektomi.
c. Krisis aplastik jarang terjadi. Hal ini menggambarkan
penurunan produksi SDM dan dikarakteristikkan dengan
kegagalan sumsum tulang. Gejala-gejalanya antara lain :
pucat, takikardia, demam, dan CHF. Penanganannya
termasuk transfusi kantung SDM.
d. Krisis hiperhemolitik jarang terjadi, yang menyebabkan
peningkatan kecepatan destruksi SDM. Bentuk krisis ini
secara langsung menyebabkan adanay masalah lain seperti
penyakit virus atau defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase
(G6PD).
e. Anemia megaloblastik kemungkinan akibat dari kebutuhan
nutrisi yang berlebihan terhadap asam folat, vitain B¬¬12,
atau keduanya selama periode eritropoiesis yang signifikan.
f. Stroke dapat terjadi akibat penyekatan sel sabit dalam
pembuluh darah serebral utama, menyebabkan berbagai
derajat kerusakan neurologis.
g. Sindrom dada diduga sebagai akibat dari proses
pembentukan sel sabit (sickling) dalam pembuluh darah kecil
paru yang berasal dari krisis vaso-okslusif atau infeksi.
Gejala-gejalanya sama dengan pneumonia.

11
h. Infeksi hebat, biasanya dari pneumonia sterptokokus dan
hemofilus influenza tipe b, dan merupakan penyebab
kematian utama pada anak-anak yang berusia dibawah 5
tahun.

Temuan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium :

Hb S muncul sejak konsepsi; namun ,hemoglobin fetus (Hb


F)menghambat sickling, membuat kecurigaan melemah dan
penegakan diagnosis semakin sulit, akan tetapi bukan tidak mungkin,
terjadi sebelum usia 3 bulan.

a. Skrining Sickledex, merupakan uji yang paling sering


digunakan mendeteksi adanya Hb S tetapi dapat memberi
hasil negatif palsu seselum rentang usia 4 sampai 6 bulan.
b. Jika hasil uji coba Sickledex positif, hemoglobin
elektroforesis diperlukan untuk membedakan antara sifat sel
sabit dan penyakit. Hemoglobin elektroforesis harus
dilakukan pada saat lahir semua bayi baru lahir.
c. Sampling virus korionik (CVS, chorionic villus sampling)
atau analisis darah atau sel janin dapat menyatakan penyakit
sel sabit masa prenatal.
d. HDL akan menyatakan penurunan hitung SDM dan
peningkatan SDP serta hitung trombosit.
e. LED akan menurun.
f. Uji zat besi akan menyatakan peningkatan kadar zat besi
serum.
g. Masa hidup SDM akan menurun.
h. Hitung retikulosit akan menyatakan retikulositosis.

E). Penatalaksanaan
a. Tingkatkan oksigenasi jaringan.
b. Berikan tindakan terapeutik yang tepat.

12
a) Berikan hidrasi cairan oral dan intravena (IV) untuk
meningkatkan volume cairan darah untuk membantu
mencegah sickling dan trombosis.
b) Berikan penggantian elektrolit untuk mencegah
asidosis yang disebabkan hipoksia.
c) Berikan terapi oksigen untuk meningkatkan
oksigenasi yang adekuat.
d) Berikan tirah baring dan pengaturan aktivitas anak
yang cermat untuk meminimalkan pengeluaran
energi.
e) Berikan dan pantau transfusi untuk menangani
anemia serta mengurangi viskositas darah.
c. Redakan nyeri.
a) Berikan jadwal obat untuk pencegahan sehari
semalam.
b) Hindari pemberian meperidin (demerol) akibat dari
peningkatan resiko kejang.
c) Tenangkan kembali anak dan keluaga bahwa
analgesik diindikasikan, meskipun dosis opium
tinggi dan ketergantungan obat sangat jarang.
d) Berikan panas (yang nyaman) pada area sakit;
hindari kompres dingin, yang akan meningkatkan
vasokonstriksi dan sickling.
e) Pantau keefektifan semua obat.
f) Gunakan mekanisme pereda nyeri nonfarmakologis.
g) Atur posisi anak untuk tingkat kenyamanan yang
maksimal.
d. Bantu pemeriksaan hidrasi yang adekuat dan diet nutrisi
yang seimbang.
e. Cegah infeksi.
f. Bantu peningkatan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal.

13
g. Dukung anak dan keluarga dengan memberi kesempatan
untuk mengungkapkan ketakutan, kekhawatiran, kemarahan
mereka, dan perasaan lainnya.
h. Berikan penyuluhan untuk anak dan keluarga.
a) Jelaskan proses penyakit, aspek genetik, serta tanda
dan gejala awal krisis sel sabit.
b) Berikan tindakan penatalaksanaan di rumah untuk
krisis yang ringan.
c) Identifikasi cara-cara mencegah episode sel sabit
dengan mencegah faktor-faktor yang diketahui
mencetuskan krisis dan dengan mengenali tanda-
tanda awal infeksi.
d) Tinjau kembali pentingnya pemeriksaan kesehatan
yang rutin, pemeriksaan gigi, dan pemeriksaan mata.
e) Tekankan pentingnya mempertahankan gaya hidup
normal jika memungkinkan.
f) Arahkan pentingnya konseling generik.
g) Tekankan pentingnya harga diri dan citra tubuh
positif.

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN PADA KLIEN ANEMIA

Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam pemeriksaan pasien dengan Anemia adalah
sebagai berikut :

1. Aktivitas dan Istirahat :


Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum.

Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja.

Toleransi terhadap latihan rendah.

Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

2. Sirkulasi :
Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misal : perdarahan GI kronis,
menstruasi berat.

Tanda : TD : Peningkatan sistolik dengan stabil dengan tekanan nadi melebar;


hipotensi postural.

Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membran mukosa


(konjungtiva mulut dan bibir) dan dasar kuku.

Sklera : Biru atau putih seperti mutiaral.

Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan

vasokonstriksi kompensasi.

15
Kuku : mudah patah.

3. Integritas Ego :
Gejala : Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.

Tanda : Depresi.

4. Eliminasi :
Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.

Hematuria dan penurunan haluaran urine, diare.

Tanda : Distensi abdomen.

5. Makanan dan Cairan :


Gejala : Mual/muntah, Tidak nafsu makan (anoreksia), penurunan berat
badan.

Tanda : Turgor kulit buruk, kering, tampak kusut/hilang elastisitas, membran


mukosa kering, pucat.

6. Higiene :
Gejala : Kurang bertenaga

Penampilan tak rapi.

7. Neurosensori:
Gejala : Sakit kepala, bedenyut pusing, ketidakpastian berkonsentrasi,
kelemahan.

Tanda : Cenderung tidur, gelisah, apatis, mental : tak mau berespon, lambat
dan dangkal.

16
8. Nyeri/kenyamanan :
Gejala : Nyeri abdomen, nyeri epigastrium.

9. Pernafasan :
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

10. Keamanan :
Gejala : Transfusi darah sebelumnya, Penyembuhan luka buruk (sering
infeksi).

Tanda : Demam.

11. Seksualitas :
Gejala : Hilangnya libido (pria dan wanita)

Impoten

Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat (pada wanita).

Sulit/tidak bisa ereksi (pada laki-laki).

12. Penyuluhan/pembelajaran :
Gejala : Kecenderungan keluarga untuk anemia, pemberian transfusi.

Riwayat penyakit hematologi

13. Pemeriksaan Diagnostik


Hemoglobin, hematokrit, eritrosit dan trombosit menurun.

A. MASALAH KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan

17
2. Intoleransi aktivitas

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4. Kerusakan integritas kulit

5. Resiko infeksi

6. Resiko kerusakan pertukaran gas.

7. Kurang pengetahuan

B. PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Peningkatan perfusi jaringan

2. Memberikan kebutuhan nutrisi/cairan

3. Mencegah komplikasi

4. Memberi informasi tentang penyakit, prognosis dan


program pengobatan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrien ke sel.

18
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidaknyamanan mencerna
makanan/absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.

3. Resiko infeksi b/d pertahanan sekunder tidak adekuat, misal : penurunan Hb


leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan).

4. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan


kebutuhan.

5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi dan
neurologis.

6. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal sumber informasi.

19
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

- Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung


eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl
dan Ht < 41% pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita.

20
- Gejala-gejala pada anemia secara umum adalah :

 Cepat lelah

 Takikardia

 Palpitasi

 Takhipnea pada latihan fisik

- Patofisiologi anemia :

 Penurunan produksi : Anemia defisiensi, anemia aplastik, dll.

 Peningkatan penghancuran : Anemia karena perdarahan, anemia hemolitik,


dll.

- Pembagian macam-macam anemia pada anak-anak :

 Anemia zat besi

 Anemia aplastik

 Anemia sel sabit

21
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta : EGC

Mansjoer. Arief., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, jilid II, Jakarta : Media
Aeusculapius

Mansjoer. Arief., 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, jilid I, Jakarta : Media
Aeusculapius

Muscari. E. Mary, 2005, Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Edisi 3, Jakarta : EGC

22

Anda mungkin juga menyukai