Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANEMIA DAN ABORTUS PADA IBU HAMIL

DI
S
U
S
U
N

OLEH :
KELOMPOK 1
CUT REZA ARDIANI
NABILA SAUNA

DOSEN PENGAMPU : YULIANA M ,.Keb.ALFO


MATA KULIAH : ASKEB KEHAMILAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii

BAB I ANEMIA PADA IBU HAMIL...........................................................................................1

A.    KEHAMILAN.....................................................................................................................1
B.    ANEMIA PADA IBU HAMIL...........................................................................................1
BAB II ABORTUS........................................................................................................................6
A.   PENGERTIAN ABORTUS.................................................................................................6
B.    PENYEBAB ABORTUS....................................................................................................6
C.    PATOFISIOLOGI...............................................................................................................9
D.    MACAM-MACAM ABORTUS.........................................................................................9
E.   TABEL DIAGNOSA BANDING PERDARAHAN KEHAMILAN MUDA...................16
F.    KOMPLIKASI AKIBAT ABORTUS...............................................................................17
BAB III PENUTUP......................................................................................................................19
A KESIMPULAN...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................20
1

BAB I
ANEMIA PADA IBU HAMIL

A.    Kehamilan
Kehamilan secara alami dapat terjadi dengan terpenuhinya beberapa persyaratan
mutlak, antara lain : sperma suami yang normal, mulut rahim dan rongga rahim yang
normal, saluran telur (tubafallopi) yang intak (bebas dan tidak buntu), indung telur
(ovarium) normal, serta pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) pada saat yang tepat
(masa subur) (Prasetyadi, Frans.O.H, 2012 : 19).
Fertilisasi merupakan proses terjadinya pembuahan yaitu saat sel sperma dan sel telur
bertemu. Proses ini adalah salah satu proses biologis yang sangat penting, diawali dengan
pelepasan sel telur (ovulasi) oleh indung telur pada puncak masa subur. Pembuahan dapat
terjadi dalam waktu beberapa jam setelah ovulasi, proses ini terjadi di saluran telur
(Prasetyadi, Frans.O.H, 2012 : 20).
Tiga pembagian waktu kehamilan yaitu trimester pertama apabila kehamilan masih
berumur 0-12 minggu. Trimester kedua, apabila umur kehamilan lebih dari 12-28 minggu,
serta trimester ketiga apabila umur kehamilan lebih dari 28-40 minggu (Siswosuharjo,
Suwignyo, dkk, 2010 : 43).

B.     Anemia Pada Ibu Hamil


1.      Definisi Anemia Pada ibu Hamil
Menurut WHO (1992) anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih
rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan (Tarwoto, dkk, 2007 :
30).
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin dibawah nilai
normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut dengan kurang darah, kadar sel darah
merah dibawah nilai normal (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114).
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah
atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto, dkk, 2007 : 30).
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%. Bahaya
anemia pada ibu hamil tidak saja berpengaruh  terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga
pada janin yang dikandungnya (Wibisono, Hermawan, dkk, 2009 : 101).
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi. Hal ini
penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan. Bahkan,
jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia
pada kehamilan lanjutannya (Proverawati, 2011 : 129).
Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi
atau adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Wibisono, Hermawan, dkk, 2009 :
101).
2

2.      Tanda dan gejala anemia pada Ibu Hamil


Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas. Nilai ambang batas yang
digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil berdasarkan kriteria WHO tahun
1972 ditetapkan 3 kategori yaitu:
a.       Normal > 11gr%
b.      Ringan 8-11gr%
c.       Berat <8gr%
(Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114)
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan mudah pingsan
walaupun tekanan darah masih dalam batas normal (Feryanto, Achmad, 2011 : 37).
Menurut Proverawati (2011) banyak gejala anemia selama kehamilan, meliputi:
a.       Merasa lelah atau lemah
b.      Kulit pucat progresif
c.       Denyut jantung cepat
d.      Sesak napas
e.       Konsentrasi terganggu

3.      Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil


Menurut Tarwoto,dkk, (2007:13) penyebab anemia secara umum adalah:
a.       Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor kemiskinan.
b.      Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare.
c.       Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak,
perdarahan akibat luka.
Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi
adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb. Oleh karena itu
disebut “Anemia Gizi Besi”.
Anemia gizi besi dapat terjadi karena hal-hal berikut ini:
a.       Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
b.      Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
c.       Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.
(Feryanto, Achmad, 2011 : 37-38)

4.      Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil


Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan sirkulasi
yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada pada bulan ke-
9, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus (Rukiyah,
Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 115).
3

5.      Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan


Klasifikasi Anemia Dalam kehamilan menurut Tarwoto,dkk, (2007 : 42-56) adalah sebagai
berikut:
a.       Anemia Defesiensi Besi
Anemia defesiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak didunia, yang disebabkan oleh
suplai besi kurang dalam tubuh.
b.      Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena defesiensi vitamin B12 dan asam folat.
c.       Anemia Aplastik
Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah. Kegagalan
tersebut disebabkan kerusakan primer sistem sel yang mengakibatkan anemia.
d.      Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik disebabkan karena terjadi peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga
usianya lebih pendek.
e.       Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat dan pembesaran limpa akibat molekul
Hb.
6.      Diagnosis Anemia pada kehamilan
Pemeriksaan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli, yaitu membandingkan
secara visual warna darah dengan alat standar.
a.       Alat dan bahan
1.      Lancet/jarum penusuk
2.      Kapas alkohol dalam tempatnya
3.      Bengkok
4.      Kapas kering
5.      Hb meter
6.      Alat pengaduk
7.      Aquadest
8.      HCl 0,1 n
b.      Prosedur kerja
1)      Jelaskan prosedur yang dilakukan
2)      Cuci tangan
3)      Berikan HCl 0,1 n pada tabung Hb meter sebanyak 5 tetes
4)      Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan penusukan pada
kapiler di jari tangan atau tungkai
5)      Lakukan penusukan dengan lancet atau jarum pada daerah perifer seperti jari tangan.
6)      Setelah darah keluar, usap dengan kapas kering
7)      Kemudian ambil darah dengan pengisap pipet sampai garis yang ditentukan
8)      Masukkan ke dalam tabung Hb meter dan encerkan dengan aquadest hingga warna
sesuai dengan pembanding Hb meter
9)      Baca hasil tunggu 5 menit dengan g % ml darah
10)  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
(Hidayat, A.Azis, dkk, 2005 : 269-271)
4

Setelah dilakukan pengukuran Hb menggunakan Hb Sahli, WHO  menetapkan 3 kategori


anemia pada ibu hamil  yaitu:
a.       Normal > 11 gr%
b.      Ringan 8-11 gr%
c.       Berat < 8 gr%
(Rukiyah, Ai Yeyeh, 2010 : 114)        

Departemen kesehatan menetapkan derajat anemia sebagai berikut:


a.       Ringan sekali         : Hb 11g/dl-batas normal
b.      Ringan                   : Hb 8g/dl-<11g/dl
c.       Sedang                  : Hb 5g/dl-<8g/dl
d.      Berat                     : < 5g/dl
(Tarwoto, dkk, 2007 : 31)

7.      Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa  dan Ibu Hamil Menurut WHO


Adapun kadar Hb menurut WHO pada perempuan dewasa dan ibu hamil adalah sebagai
berikut:
Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa  dan Ibu Hamil Menurut WHO

Hb Anemia Kurang
Jenis Kelamin Hb Normal
Dari (gr/dl)
13.5-18.5
Lahir (aterm) 13.5

Perempuan dewasa
12.0-15.0 12.0
tidak hamil
Perempuan dewasa
hamil:
Trimester Pertama : 0-
11.0-14.0 11.0
12 minggu
Trimester Kedua : 13-
10.5-14.5 10.5
28 minggu
Trimester ketiga : 29
11.0-14.0 11.0
aterm

8.      Faktor Resiko Anemia Dalam Kehamilan


Tubuh berada pada resiko tinggi untuk menjadi anemia selama kehamilan jika:
a.       Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
b.      Hamil dengan lebih dari satu anak
c.       Sering mual dan muntah
d.      Tidak mengkonsumsi cukup zat besi
e.       Hamil saat masih remaja
f.       Kehilangan banyak darah (misalnya dari cedera atau selama operasi)
(Proverawati, Atikah, 2011 : 134)
5

9.      Pengaruh Anemia Pada Kehamilan


Zat besi terutama sangat diperlukan di trimester tiga kehamilan. Wanita hamil cenderung
terkena anemia pada trimester ketiga, karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat
besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir (Sinsin, Lis,
2008 : 65 ).
Tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan
rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan
oksigen. Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan
dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir
rendah dan angka kematian perinatal meningkat. Pengaruh anemia pada kehamilan
bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan
kehamilan (Abortus, partus prematurus), gangguan proses persalinan (atonia uteri, partus
lama), gangguan pada masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan stress, produksi ASI
rendah) dan gangguan pada janin (abortus, mikrosomia, BBLR, kematian perinatal)
(Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114-115).

10.  Pencegahan Anemia Kehamilan


Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang
hamil. Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaunan hijau,
daging merah dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga
pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk
memastikan bahwa tubuh memiliki cukup zat besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan
setidaknya 27 mg zat setiap hari. Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya
dapat diobati dengan mengambil suplemen zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil
diperiksa pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia (Proverawati,
Atikah, 2011 : 137).

11.  Pengobatan Anemia Kehamilan


Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro
sulfat dan 0,25 mg asam folat. Wanita yang sedang hamil dan menyusui, kebutuhan zat
besinya sangat tinggi sehingga perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja.
Minumlah 1 (satu) tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 (satu)
tablet setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) tablet tambah darah
paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.
Perawatan diarahkan untuk mengatasi anemia. Transfusi darah biasanya dilakukan untuk
setiap anemia jika gejala yang dialami cukup parah (Proverawati, Atikah, 2011 : 136).
6

BAB II

ABORTUS

A.   Pengertian Abortus
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat-
obatan atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000
gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk
abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak  yang lahir beratnya antara
500 – 999 gram disebut juga dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).

B.    Penyebab Abortus


1.    Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan
hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan
muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
1)    Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus
dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang
sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan
pula kelainan kromosom seks.
2)    Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium
belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang
karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3)    Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil
konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
7

dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau,


alkohol, kafein, dan lainnya.
2.    Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.
Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi
menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.

3.    Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan


toksoplasmosis.
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi
virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit
cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan
pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan
mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan
mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan
menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat
melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian
terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan
resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan
insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

4.    Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada


trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan
terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi
kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal
dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks
8

inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks
postpartum.

5.    Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan
riwayat keguguran yang berkali-kali.

6.    Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya
abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih
funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.

7.    Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.

8.    Penyebab dari segi Maternal


1)    Penyebab secara umum:
(1) Infeksi
a.     Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b.     Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c.     Parasit, misalnya malaria.
(2) Infeksi kronis
a.     Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b.     Tuberkulosis paru aktif.
c.     Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d.   Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, 
e.     Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f.      Trauma fisik.
2)   Penyebab yang bersifat lokal:
(1) Fibroid, inkompetensia serviks.
(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.
(3) Retroversi kronis.
(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.

3)    Penyebab dari segi Janin


1)   Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2)   Mola hidatidosa.
3)   Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
9

4)  Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa


pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi
malformasi pada tubuh janin.
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah
kelainan chromosomal.
6)  Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
implantasi dengan adekuat.

C.    Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk
seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes
ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi
atau fetus papiraseus.

D.    Macam-macam Abortus


 1.    Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan
tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung
beberapa hari dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita
yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi.
Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalu janin
mengalamin gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut.
Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi. Pada abortus
ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan
kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau
dipertahankan.
Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit,
sedangkan sisanya kehamilan akan berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan
bahwa abortus ini terdapatadanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan
pertumbuhan dalam rahim.
A.  Diagnosa pada abortus imminent adalah :
(1) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari).
10

(2) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .
(3) Serviks dan OUE masih tertutup.
(4) PP test (+).
B.  Penanganan abortus imminens meliputi :
(1) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik.
(2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional
sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak
diketahui secara pasti.
(3) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.

2.    Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)


Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat, kontraksi
uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi
serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri berlangsung
dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak
dapat dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam
saja.
A.   Diagnosa abortus insipiens  :
(1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
(2) Nyeri hebat disertai kontraksi rahim.
(3) Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.
(4) Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.
(5) PPtest dapat positif atau negatif .
B.  Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
(1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan
aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
a.   Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4jam).
b.    Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
(2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a.   Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
b.   Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit
untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
(3) untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
11

3.    Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).


Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus berkaitan dengan retensi
sebagian produk pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas
pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini
perdarahan tidak segera berkurang sementar serviks tetap terbuka.
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi telah lahir
atau teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa jaringan yang
tertinggal (biasanya jaringan plasenta).
a. Diagnosa abortus inkomplit adalah:
(1) Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.
(2) Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi, tidak
jarang pasiendatang dalam keadaan syok.
(3) Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).
(4) PP test positif atau negatif, anemia.
b. Penanganan abortus inkomplit :
(1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per
oral.
(2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
(3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
(4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
12

4.    Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)


Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri.
Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya
dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam massa ini luka rahim
telah sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan – janin, selaput
ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti,
serviks menutup dan uterus mengalami involusi.
A. Diagnosa abortus komplets adalah : 
(1) Perdarahan yang sedikit
(2) Ostium uteri telah menutup
(3) Uterus telah mengecil   
      B.  Penanganan abortus komplit :
(1) Tidak perlu evaluasi lagi.
(2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
(5) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

5.    Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus
spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap
antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau
tidak ada akan mengalami abortus.
a.   Diagnosa abortus habitualis adalah :
(1) Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas.
(2) Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.
(3) Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal
tiap minggu.
(4) Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari
vagina
(5)Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan
histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8 mm.
b.  Penanganannya terdiri atas :
(1) Memperbaiki keadaan umum.
(2) Pemberian makanan yang sempurna.
(3) Anjuran istirahat cukup banyak.
13

(4) Larangan koitus dan olah raga.


(5)Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnyamungkin
hanya mempunyai pengaruh psikologis.

6.    Missed abortion
Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau
lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar kematian janin kadang-
kadang ada perdarahan per vaginam sedikit hingga menimbulkan gambaran abortus
imminens.

Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang kurangnya terjadi
pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan
pemasangan laminaria stift.
A.  Gejala-gejala selanjutnya ialah :
(1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan
macerasi janin.
(2) Buah dada mengecil kembali.
(3) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe berlangsung terus.
     Biasanya keaddan ini berakhir dengan abortus yang spontan selambat-lambatnya 6
minggu setelah janin mati. Kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda
sekali, maka janin lebih cepat dikeluarkan. Sebalikya kalau kehamilan lebih lanjut
retensi janin lebih lama. Sebagai batas maksimal retensi janin diambil 2 bulan,
kalau dalam 2 bulan belum lahir disebut missed abortion (abortus tertunda).
B. Diagnosa missed abortion adalah :
(1) Gejala subyektif kehamilan menghilang
(2) Mammae agak mengendor lagi
(3) Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil
(4) Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.
(5) Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati
dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
(6) Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai gangguan
pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah ini
perlu dilakukan.
C. Penatalaksanaan :
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi
perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor,
seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia
dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu
faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang
14

bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan
ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan
7.    Abortus infeksiosa, abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan
abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau toksin
ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis.
Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada
abortus legal tetapi dengan frekuensi yang jauh lebih kecil.
Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis, peritonitis,
endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus septik di Parkland Hospital, bahkan
darah posotif pada seperempatnya. Hampir dua pertiga adalah bakteria anaerob
sedangkan koliform juga sering dijumpai. Organisme lain yang dilaporkan menjadi
penyebab abortus septik antara lain adalah haemophilus influenzae, campylobacter
jejuni, dan streptokokus grup A. Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi segera
produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas secara intravena. Apabila timbul
sepsis dan syok, perlu diberikan terapi suportif. Abortus septik juga pernah dilaporkan
menyebabkan koagulopati intravaskular diseminata.
A. Diagnosa abortus infeksiosa adalah :
(1) Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas,
takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek serta
nyeri tekan, dan adanya leukositosis.
(2) Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil.
(3) Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.
(4) Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan getah
pada serviks uteri.

8.      Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)


            80 % dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus adalah pengakhiran
kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan.
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun
terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
A. Macam-macam abortus provokatus :
1)   Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis adalah Pengguguran kehamilan, biasanya dengan
alat-alat, dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu,
misalnya karena ibu berpenyakit berat.
15

Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat dilakukan
dengan pemberian prostaglandin atau curettage dengan penyedotan (vakum) atau
dengan sendok curet.
Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan hysterotomi juga dapat
disuntikkan garam hypertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial.
Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit jantung (rheuma),
hypertensi essensial, carcinoma daro cervik.
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu
hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya adalah penyakit
jantung persisten dengan riwayat dekompensasi kordis dan penyakit vaskuler
hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks invasif. American College
Obstetricians and Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik
:
a)  Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau mengganggu
kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah memang terdapat resiko
kesehatan perlu dipertimbangkan faktor lingkungan pasien.
b)  Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada
evaluasi wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang sama.
c)  Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan lahirnya bayi
dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.
2)    Abortus provocatus criminalis.
Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis
yang syah dan dilarang oleh hukum.
Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin mampu
hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena alasan
penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang
dilakukan saat ini termasuk dalam katagori ini.
  
16

E.  Tabel diagnosa banding perdarahan kehamilan muda


Perdarahan Serviks Uterus Gejala/ tanda Diagnosis Tindakan
Bercak hingga Tertutup Sesuai Kram perut Abortus Obserasi
sedang dengan bawah imminens perdarahan
usia Uterus lunak Istirahat
gestasi Hindarkan
koitus
Sedikit Limbung atau Kehamilan Laparotomi
membesar pingsan ektopik dan parsial
dari Neri perut yang Salpingekto
normal bawah terganggu mi
Nyeri goyang Salpingosto
porsio mi
Masa
adneksa
Cairan bebas
intraabdomen

Tertutup/ Lebih Sedikit/tanpa Abortus Tidak perlu


terbuka kecil dari nyeri perut komplit terapi
usia bawah spesifik
gestasi Riwayat kecuali
ekspulsi hasil perdarahan
konsepsi berlanjut
atau terjadi
infeksi
Sedang hingga Terbuka Sesuai Kram atau Abortus Evakuasi
masif/ banyak usia nyeriperut insipiens
kehamilan bawah
Belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi
17

Kram atau Abortus Evakuasi


nyeri perut inkomplit
bawah
Ekspulsi
sebagian
hasil
konsepsi

Terbuka Lunak dan Mual/ Abortus Evakuasi


lebih besar muntah mola Tatalaksana
dari usia Kram perut mola
gestasi bawah
Sindroma
mirip
preeklamsi
Tak ada janin
keluar
jaringan
seperti
anggur

 F.    Komplikasi Akibat Abortus


Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan
syok.
1.      Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2.      Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.

3.      Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetusmerupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama
18

dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti


bahwa toxoplasma gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang
meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia
trachomatis menyebabkan abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan
berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada
awal kehamilan. Abortus spontan secara independen berkaitan dengan antibodi virus
imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan
kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.

 4.      Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank
karena infeksi berat (syok endoseptik).
19

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan secara alami dapat terjadi dengan terpenuhinya beberapa persyaratan
mutlak, antara lain : sperma suami yang normal, mulut rahim dan rongga rahim yang
normal, saluran telur (tubafallopi) yang intak (bebas dan tidak buntu), indung telur
(ovarium) normal, serta pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) pada saat yang
tepat (masa subur) 
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan hasil konsepsi, kelainan
plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia, trauma, faktor-faktor hormonal, sebab-
sebab psikosomatik, sebab dari janin, dan lain-lain
Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus (buatan). Aborsi
provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan menjadi dua, yaitu aborsi
provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam
perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat dalam dua undang-undang
yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU Kesehatan diatur ancaman hukuman
melakukan aborsi (pengguguran kandungan, tidak disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan
aborsi buatan legal (terapetikus atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.
Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat melahirkan, ketika
janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita tersebut melakukan operasi sesar.
Penghentian kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena operasi tersebut merupakan proses
kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya
sekaligus. Hanya saja, minimal usia kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini
tidak masuk dalam kategori aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin (melahirkan)
yang tidak alami.
20

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI. Jakarta: Media
Aesculapius.
Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.

Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002. Aborsi di Indonesia.

            (http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerintah_Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai