Anda di halaman 1dari 19

SOP HEMODALISA

Dosen Pembimbing :

Ns. Ria Ika Imelda, M.Kep

Di Susun Oleh :

Sendy Chaerunisya Salsabilah (19044)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA

Jl. Cumi No. 37 TanjungPriok Jakarta Utara

Komplek RS. Sukmul Sisma Medika


A. Definisi

Hemodialisa adalah prosedur pembersihan darah melalui suatu ginjal buatan


dan dibantu pelaksanaannya oleh semacam mesin (Lumenta,1992). Hemodialisa
sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia.
Hemodialisa merupakan metode pengobatan yang sudah dipakai secara luas dan rutin
dalam program penanggulangan gagal ginjal akutmaupun gagal ginjal kronik
(Smeltzer, 2011). Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien
dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa
hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal
yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai membran
sintetik yang semi permiable menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan
bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi penderita
gagalginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian,
hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal (Smeltzer,2011).

B. Tujuan

Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati
dengan terapi konservatif.

Persiapan Sebelum Cuci Darah


Cuci darah dalam istilah medis disebut hemodialisis atau hemodialisa. Darah
dimasukkan melalui filter ke luar tubuh, dibersihkan di sebuah mesin khusus, dan
kemudian dikembalikan ke tubuh. Hemodialisa dilakukan di rumah
sakit.  Sebelum prosedur cuci darah dilakukan secara rutin, pasien memerlukan
operasi kecil untuk membuat akses langsung ke aliran darah.  Pembuatan akses
keluar masuk darah ini dapat dilakukan dengan beberapa cara:

 1. Fistula (juga dikenal sebagai fistula arteriovenosa atau fistula A-V)

Fistula adalah penggabungan arteri dan vena di bawah kulit, biasanya di lengan
pasien. Begitu dibuat Fistula A-V, biasanya dibutuhkan waktu sekitar 6 minggu
atau lebih untuk sembuh dan bisa digunakan untuk hemodialisis. Fistula A-V
dapat digunakan selama bertahun-tahun.

 2. Graft (graft arteriovenous atau graft A-V)


Di bawah kulit ditanamkan sebuah tabung plastik untuk menggabungkan arteri
dan vena. Proses penyembuhan graft A-V ini lebih cepat hanya sekitar 2 minggu,
sehingga pasien dapat memulai hemodialisis lebih cepat.

Namun kelemahan graft A-V adalah tidak akan bertahan selama fistula. Setelah
beberapa tahun, dibutuhkan cangkok graft A-V lagi. Selain itu ada risiko infeksi
yang lebih besar. Pasien juga harus rajin mengunjungi dokter untuk memastikan
graft masih terbuka dan berfungsi.

 3. Kateter (kateter vena sentral)

Metode ini merupakan opsi jika pasien harus segera memulai hemodialisis dengan
sangat cepat. Sebuah tabung fleksibel (kateter) dimasukkan ke dalam vena di
leher, di bawah tulang selangka, atau di sebelah selangkangan. Saluran kateter ini
langsung bisa digunakan sembari menunggu proses pembuatan fistula atau
cangkok A-V.

Prosedur Cuci Darah atau Hemodialisis :

1) Selama proses hemodialisis, pasien akan berbaring di dekat mesin cuci


darah.

2) Perawat khusus hemodialisis akan memasang dua jarum yang terhubung


dengan selang ke lengan di mana fistula atau graft berada. Ini menjadi
akses keluar masuk darah dari dan ke dalam mesin dialisis atau disebut
dialyzer.

3) Pompa di mesin hemodialisis secara perlahan mengeluarkan darah pasien


melalui jarum pertama, kemudian mengirimkannya ke mesin dialyzer.
Mesin ini berfungsi seperti ginjal dan menyaring garam, limbah, dan cairan
tambahan yang memang seharusnya dibuang.
4) Setelah darah bersih, akan darah dikirim kembali ke tubuh pasien melalui
jarum kedua di lengan pasien. Atau, jika masih menggunakan kateter,
darah keluar dari satu port dan kemudian dikembalikan melalui port kedua.

5) Prosedur cuci darah memakan waktu 3 hingga 5 jam, tergantung kecepatan


mesin dialisis.

6) Selama proses cuci darah berlangsung, pasien bisa menonton televisi,


makan atau minum, atau tidur.

7) Perawat akan memantau tekanan darah, dan indikasi medis lain selama
prosedur cuci darah berlangsung.

Hemodialisis bisa memperpanjang usia penderita gagal ginjal selama bertahun-


tahun. Saat ini hemodialisis ditanggung oleh BPJS. Pasien hemodialisis umumnya
akan melakukan proses cuci darah di rumah sakit yang sama selama bertahun-
tahun, 2-3 kali seminggu.
SOP BNO IVP

Dosen Pembimbing :

Ns. Ria Ika Imelda, M.Kep

Di Susun Oleh :

Sendy Chaerunisya Salsabilah (19044)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA

Jl. Cumi No. 37 TanjungPriok Jakarta Utara

Komplek RS. Sukmul Sisma Medika


Prosedur pemeriksaan BNO IVP:

1) Pasien datang ke ruangan radiologi dengan membawa pemintaan foto


yang sudah didaftarkan dan membayar biaya pemeriksaan di kasir.
2) Pasien dijanjikan waktu pemeriksaannya dan diberikan penjelasan
mengenai persiapan yang harus dilakukan sesuai dengan pemeriksaan.
3) Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan ke laboratorium: Ureum
dan kreatinin (Bila melebihi normaal konsulkan ke dokter radiolog)
4) Untuk pasien rawat inap pemeriksaan dibantu oleh perawat

Persiapan pasien:

1) Sehari sebelum pemeriksaan atau mulai Pkl 14.00 pasien hanya makan
makanan lunak tidak berserat ( Bubur kecap ataupun Bubur kaldu ).

2) Pkl. 20.00 pasien minum dulcolax tablet 2 butr

3) Pkl. 22.00 sebelu tidur, pasien kembali minum dulcolax sebanyak 2 butir.

4) Pkl. 05.00 pagi masukkan 1 butir Dulcolax suposutoria melalui dubur atau
anus

5) Selama persiapan dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan ( Puasa ),


tidak banyak berbicara, dan tidak merokok sampai dengan pasien datang ke
instalasi radiologi sesuai waktu yang dijanjikan dan pemeriksaan selesai
dilakukan.

6) Selama persiapan pasien hanya diperbolehkan minum sebanyak 3x agar


terhindar dari dehidrasi.

Pemeriksaan IVP

1) Pasien diminta memasuki ruangan pemeriksaan.


2) Pasien atau keluarga pasien diberikan penjelasan dan jika telah jelas
diminta menandatangani inform consent.
3) Pasien diminta tidur terlentang pada meja pemeriksaan dengan mid sagital
plane menempel dengan mid line mejal
4) Lakukan skint tes kontras media sebanyak 1- 1,5 ml
5) Kaset sesuai ukuran yang dibutuhkan di tempatkan pada cassette tray
dibawah meja pemeriksaan
6) Radiografer mengatur posisi pasien berada tepat dibawah meja
pemeriksaan.

Foto Polos BNO/ Plain Foto

1) Untuk mengetahui keadaan abdomen ( BNO), apakah ada banyak udara/


artefak yang akan mengganggu gambaran selama pemeriksaan.

2) Untuk mengetahui keadaan awal dari Abdomen sebagai bahan penilaian


ekspertise radiograf.

3) mengetahui kondisi faktor eksposi yang tepat ( Tidak boleh ada pengulangan)

4) Jika radiograf baik maka pemeriksaan bisa dilajutkan.

Pemasukan kontras media:

1) Dokter memasukkan kontras media didampingi oleh Radiografer.


Memberikan zat kontras melalui vena (Apabila skint test negatif) Sebanyak
40-50 cc kepada pasien.

2) Nilai urium maksimal 50 mg/dl : Nilai creatinin maksimal 1,2 mg/dl

3) Single dose ( Iml/Kg BB)

4) Double dose ( 1,5 cml/Kg BB)

5) Misal Pasien 73Kg maka kontras 73 ml apabila Double : 73 + 36,5 110 ml

Fase Nefrogram:
1) Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron pada ginjal ( terisi
minimal )

2) 5 menit setelah penyuntikan

3) dilakukan kompresi ureter.

4) film: 24x30 cm

5) CP antara xypoideus dan umbilicus

6) CR Tegak Lurus

7) FFD 1 meter

8) Densitas baik

9) Tidak ada bagian neufron yang terpotong

10) Kontras mengisi ginjal/ Calix sampai ureter proksimal

11) Poasitas mampu menampilkan organ

Fase Nefrogram 15

1) Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron, pelvis renalis dan ureter
proximal terisi maksimal ( Fungsi eksresi ginjal yang terbendung)

2) 15 menit setelah penyuntikan

3) Ekspose dilakukan tanpa pembukaan kompresi.

4) Film 24x30 cm

5) CP-Sedikit di atas umbilicus

6) CR = tegak lurus

7) FFD 100 cm
Catatan kenapa harus dilakukan kompresi :

a) Untuk membendung kontras media yang dieksresikan ginjal melalui ureter,


sehingga nefron dan pelvis dapat mengembang dengan baik.

Cara melakukan kompresi

1) Letakkan 2 buah bola tenis/ compression ball pada daerah setinggi umbilicus/
setinggi SIAS

2) Compression bandage dikatikan pada ujung lain meja dan compression ball
ditekan dengan tuas pengungkit.

3) Diukur tekanan bandage tidak terlalu kencang maupun longgar.

Fase Ureter

1) Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron, Pelvis renalis dan ureter
proksimal terisi maksimal dan ureter distal mulai mengisi kandung kemih
( Fungsi eksresi ginjal tidak terbendung ).

2) 30 menit setelah penyuntikan

3) Film 30x40 cm

4) CP=Garis Pertengahan SIAS

5) CR Tegak lurus film

6) FFD 100 cm

7) Densitas baik

8) Tidak ada bagian ginjal yang terpotong

9) Kontras mengisi ginjal sampai ureter distal dan sedikit mengisi kandung
kemih
10) Opasitas mampu menampilkan organ/ tractus urinarius

Fase Vesica Urinaria Full Blast

1) Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron, Pelvis renalis, ureter


hingga kandung kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak terbendung).

2) 45 menit setelah penyuntikan

3) Film 30x40 cm

4) CP=Garis pertengahan SIAS atau diantara SIAS dan Symphisis Pubis.

5) CR Tegak lurus Vertikal

6) FFD 100 cm

7) Densitas baik

8) Tidak ada bagian ginjal yang terpotong

9) Kontras mengisi kandung kemih hingga VU mengembang

10) Opasitas mampu menampilkan organ vesica urinaria terisi penuh kontras
media

11) Seing disebut foto " Full Blast"

Fase Vesica Urinaria Post Void

1) Fase dimana kontras media memperlihatkan kandung kemih dalam keadaan


kosong (Fungsi pengosongan kandung kemih ).

2) 50 menit setelah penyuntikan

3) Film 30x40 cm

4) CP Garis pertengahan SIAS atau diantara SIAS dan Symphisis Pubis


5) CR Tegak Lurus

6) FFD 100 cm

Kriteria gambaran Post Void

1) Densitas baik

2) Tidak ada bagian ginjal hingg VU yang terpotong

3) Kontras keluar melalui kandung kemih hingg VU terlihat kosong

4) Opasitas mampu menampilan organ

5) Vesica Urinaria terisi penuh kontras media

6) Sering disebut " Post Void " atau " Post Mixie"

Late Foto

1) Adanya keadaan dimana kontras media terlambat menampilkan gambaran


organ yang diakibatkan oleh adanya kelainan pada organ ( Adanya batu di
Nefron sehingga ureter tidak tervisualisasikan )

2) Apabila terjadi " Late Foto " sebaiknya pasien difoto post voiding satu jam
kemudian.

3) Late foto bisa sampai 2 jam.


SOP USG GINJAL

Dosen Pembimbing :

Ns. Ria Ika Imelda, M.Kep

Di Susun Oleh :

Sendy Chaerunisya Salsabilah (19044)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA

Jl. Cumi No. 37 TanjungPriok Jakarta Utara

Komplek RS. Sukmul Sisma Medika


A. Pengertian (USG) GINJAL

Ultrasonografi (USG) ginjal adalah tes non-invasif menggunakan transduser yang


memproduksi gelombang suara yang memantul dari ginjal dan mentransmisikan
gambar organ pada layar video. Tes ini digunakan untuk menentukan ukuran dan
bentuk ginjal, dan untuk mendeteksi massa, batu ginjal, kista, atau obstruksi dan
kelainan lainnya. Pemeriksaan USG ginjal dilakukan juga untuk melihat renal
masses, untuk membedakan apakah cystic atau solid mass dan ukuran dari mass
tersebut. Pemeriksan ini dapat mengetahui bentuk, ukuran, gerakan ginjal dan
hubungan ginjal dengan jaringan sekitarnya seperti adrenal gland.

B. Anatomi Ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip biji kacang.
Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea)
dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Sistem urinari
yaitu : ginjal yang mengeluarkan sekret urin, ureter yang menyalurkan urin dari ginjal
ke kandung kemih, kandung kemih yang bekerja sebagai penampung, dan uretra yang
mengeluarkan urin dari kandung kemih. Berikut ini adalah anatomi ginjal normal

a) Renal Anatomi: manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang


perut. Ginjal terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan
limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal juga disebut
kelenjar suprarenal. Ginjal bersifat retroperitoneal, yang artinya terletak di
belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Ginjal kanan terletak
sedikit di bawah ginjal kiri karena diatasnya terdapat hati. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan.

b) Embriologi : kedua ginjal mulanya berkembang dalam pelvis, kemudian naik


pada posisi dalam upper quadrants.
c) Peredaran darah pada ginjal : dimulai dari arteri renalis yang langsung berasal
dari aorta, sedikit inferior dari arteri mesentric superior. Setelah masuk renal
hilum, arteri renalis dibagi dalam 4-5 interlobar arteri. Dari arteri interlobalis,
kemudian melengkung ke arah dasar dari pyramids yang disebut arcuate
arteries. Cabang dari arcuate arteries akan kasuk ke glomerulirenalis. Dari
arterioles darah akan meninggalkan glomerulus dan mengosongkan
capillaries. Dari capillaries darah tersebut akan membawa dan menembus
interlobular, arcuate, vena lobular dan menuju vena renalis. Pada hilum dari
ginjal, vena renalis keluar di bagian anterior, ureter keluar di bagian posterior,
dan arteri masuk antara keduanya.

C. Indikasi Dilakukannya Pemeriksaan USG Ginjal

Pemeriksaan USG ginjal dilakukan pada indikasi-indikasi, seperti : Radang pada


tractus urinarius, terabanya ada mass pada pinggang dan punggung, kadar creatinine
yang tinggi, sakit yang hebat pada daerah rusuk atau sakit pinggang, kencing darah
(hematuria), berkurangnya atau sedikit jumlah urine yg dikeluarkan, hydronephrosis,
tidak terlihat fungsi ginjal pada pemeriksaan BNO-IVP, dan terlihat adanya mass di
abdomen pada pemeriksaan radiologi.

D. Tujuan USG GINJAL

1. Untuk menggambarkan ukuran ginjal dan melihat ketebalankorteks

2. Membedakan antara penyakit obstruksi dan parenkim.

3. Untuk deteksi dini batu ginjal dan mendiagnosa penolakan ginjalhasil


transplantasi.

4. Untuk keperluan diagnosis (Saputra; 2014)


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SOP USG GINJAL

A. Pengertian

Ultrasonografi (USG) ginjal adalah tes non-invasif menggunakan transduser yang


memproduksi gelombang suara yang memantul dari ginjal dan mentransmisikan
gambar organ pada layar video. Tes ini digunakan untuk menentukan ukuran dan
bentuk ginjal, dan untuk mendeteksi massa, batu ginjal, kista, atau obstruksi dan
kelainan lainnya. Pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk, ukuran, Gerakan ginjal
dan hubungan ginjal dengan jaringan sekitarnya seperti adrenal gland.

B. Tujuan
1) Mendeteksi adanya massa diabdomen
2) Membedakan antara kista yang berisi air atau massa padat
3) Mengevaluasi dan memetakan organ di abdomen sebelum dilakukan
biopsy
4) Mengevaluasi kelainan kelainan lain yang terdapat dalam rongga
abdomen
C. Prosedur
1) Tahap persiapan
2) Sebelum melakukan tindakan mencuci tangan terlebih dahulu
3) Perkenalan diri kepada pasien
4) Menganjurkan pasien untuk mengganti baju
5) Menjelaskan tindakan yang dilakukan
D. Tahap kerja

1. USG GINJAL

Posisi pasien

a) Pasien tidur terletang dapat juga miring ke arah kiri untuk scan ginjal
kanan dan miring ke arah kanan scan ginjal kiri
Posisi objek

a) Oleskan jelly USG pada probe convex

Posisi pasien

a) Untuk scan ginjal kanan letakan probe di subcosta bagian samping kanan.
lalu pasien tarik nafas, lalu ambil gambar . nafas normal kembali
b) Untuk scan ginjal kiri, tempatkan probe interkosta pada midsagital line
kiri
c) Lakukan sweeping untuk mengevaluasi keseluruhan ginjal .

Tahap terminasi

a) Melakukan evaluasi tindakan


b) Membereskan alat-alat
c) Mencuci tangan
d) Beritahu pasien bahwa prosedur telah selesai di lakukan
DAFTAR PUSTAKA

Gabriel, J. F, 1996, Fisika Kedokteran, Buku Kedokteran, Jakarta

Aziz, M. Farid. (2008). Panduan pelayanan medik: Model interdisiplin

penatalaksanaan dengan gangguan ginjal. Jakarta: EGC

Bastiansyah, Eko. (2008). Panduan lengkap membaca hasil tes kesehatan. Jakarta:
Penebar Plus

https://www.scribd.com/document/397302259/SPO-USG-GINJAL-doc

Anda mungkin juga menyukai